Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pandeglang adalah kabupaten yang kaya akan peninggalan sejarah.
Mulai dari peninggalan masa praaksara sampai peninggalan kolonial
Belanda. Pemerintah sadar betapa pentingnya peninggalan sejarah tersebut
dan membentuk lembaga Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman yang bernaung di bawah Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga (DISPARPORA). Lembaga ini berfungsi untuk mendata aset-
aset peninggalan sejarah di Indonesia dan mendaftarkannya menjadi
Benda Cagar Budaya.
Selain potensi sejarah Pandeglang juga memiliki potensi wisata
alam yang sangat melimpah baik itu yang sudah dikelola oleh pemerintah
atau masyarakat maupun yang belum dikelola. Kondisi starategis
Pandeglang menjadikan Pandeglang salah satu daerah favorit yang
dikunjungi olehh wisatawan.
Peninggalan sejarah dan bebagai tempat wisata alam di Pandeglang
cukup banyak, apabila dikelola dengan maksimal dapat mendorong
Pandeglang untuk semakin berkembang dan maju. Khususnya di bidang
ekonomi karena sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa negara
dan daerah terbesar setelah pajak. Sektor pariwisata akan selalu
berkembang. Sebenarnya dengan memanfaatkan potensi tempat bersejarah
dan wisata alam secara optimal pemerintah dan masyarakat dapat
meningkatkan perekonomian daerahnya. Bagi Kabupaten Pandeglang
meningkatnya sektor pariwisata akan memperbanyak pendapatan daerah
sehingga memajukan perekonomian Pandeglang. Bagi masyarakat dapat
menambah pengetahuan mengenai tempat bersejarah bangsa yang menjadi
bukti dari peristiwa masa lalu dan dapat mensejahterakan penduduk yang
bermukim di sekitar kawasan pariwisata.
Oleh karena itu, pada kajian ini dilakukan optimalisasi wisata
sejarah Cagar budaya dan wisata alam sebagai objek wisata strategis yang
menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah bagi kemajuan daerah

1
dengan melakukan penelitian yang berjudul “Optimalisasi Wisata
Sejarah dan Wisata Alam sebagai Penunjang Kemajuan Kabupaten
Pandeglang”.

1.2. Batasan Masalah


Pada Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi ruang lingkup
pembahasan tentang wisata sejarah dan wisata alam serta pemanfaatan
tempat bersejarah dan objek wisata alam di kabupaten Pandeglang.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi tempat-tempat bersejarah dan tempat wisata alam
di Pandeglang?
b. Apa yang menyebabkan banyak tempat bersejarah dan tempat wisata
alam di Pandeglang memiliki kondisi yang memprihatinkan?
c. Bagaimana cara mengoptimalkan tempat bersejarah dan tempat wisata
alam sebagai tempat pariwisata yang menguntungkan?
d. Apa dampak dari pemanfaatan tempat bersejarah dan tempat wisata
alam sebagai tempat wisata bagi pemerintah dan masyarakat?

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang hendak dicapai
adalah:
a. Mengetahui kondisi-kondisi tempat bersejarah yang dijadikan Cagar
Budaya oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang.
b. Mengetahui penyebab rusaknya tempat bersejarah dam tempat wisata
alam di kabupaten Pandeglang.
c. Mengetahui dampak pemanfaatan tempat cagar budaya dan tempat
wisata alam sebagai lokasi parawisata yang strategis bagi masyarakat.
d. Mengetahui dampak pemanfaatan tempat cagar budaya dan tempat
wisata alam sebagai lokasi pariwisata bagi pemerintah yang dapat
mendorong kemajuan Kabupaten Pandeglang.

1.5. Manfaat Penelitian


Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan masyarakat dan
pemerintah dapat mengoptimalisasikan wisata sejarah sebagai penunjang
kemajuan Kabupaten Pandeglang dikemudian hari.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benda Cagar Budaya


2.1.1 Definisi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 20101 tentang Cagar Budaya dikenal istilah Cagar Budaya,
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya.
a. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
b. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan
manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan
atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang

1
https://pubikasi.kominfo.go.id/handle/54323613/444

3
memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah
perkembangan manusia.
c. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
d. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan
prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
e. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di
air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan
manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
f. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang
memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian Kawasan Cagar Budaya dapat berupa suatu situs landskap
dengan monumen benda bersejarah tapi juga dapat berupa sekumpulan
bangunan. Sekumpulan bangunan ini dapat berupa kompleks dengan
fungsi beragam atau sejenis. Kawasan pemugaran dapat berupa juga
perumahan maupun kawasan dengan tipologi fungsi lain seperti
kawasan perkantoran dan perdagangan, kawasan pergudangan dan
kawasan campuran lainnya.

2.1.2 Pelestarian Benda Cagar Budaya


Menurut Martokusumo (2005), bentuk pelestarian Benda
Cagar Budaya yakni2 :
a. Konservasi
Konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau
obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya
terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh

2
Enam Puluh Dua Bangunan Cagar Budaya tak Terawat”.
(http://m.jawapos.com/read/2014/05/22/1/362184/62-bangunan-cagar-budaya-tak-terawat

4
kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal
maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
b. Preservasi
Preservasi tindakan atau proses penerapan langkah-
langkah dalam mendukung keberadaan bentuk asli, keutuhan
material bangunan/struktur. Tindakan ini dapat disertai dengan
menambahkan penguat-penguat pada struktur, disamping
pemeliharaan material bangunan bersejarah tersebut.

c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan tindakan suatu proses
mereproduksi dengan membangun baru semua bentuk serta detil
secara tepat, sebuah bangunan yang telah hancur atau hilang,
serta tampak pada periode tertentu. Rekonstruksi merupakan
suatu kegiatan penyusunan kembali struktur bangunan yang
rusak yang pada umumnya bahan-bahan bangunan yang asli
sudah banyak yang hilang.
d. Restorasi
Kegiatan pemugaran yang mengarah pada pekerjaan yang
bersifat membongkar bangunan asli secara menyeluruh, tetapi
tidak mengadakan penggantian bahan bangunan secara
menyeluruh.
e. Renovasi/Rehabilitasi
Bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannya hanya
memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami
kerusakan. Hal ini berlaku pada tingkat kerusakan yang kecil.
f. Gentrifikasi
Kegiatan menghidupkan-kembali kegiatan di suatu
lingkungan yang telah ditinggalkan penghuninya.
g. Revitalisasi
Kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda
cagar-budaya untuk pemakaian baru.
2.2 Wisata alam
2.2.1 Definisi wisata alam
Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang

5
memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik
yang masih alami atau sudah ada usaha budidaya, agar ada daya
tarik wisata ke tempat tersebut. Wisata alam digunakan sebagai
penyeimbang hidup setelah melakukan aktivitas yang sangat padat,
dan suasana keramean kota. Sehingga dengan melakukan wisata
alam tubuh dan pikiran kitamenjadi segar kembali dan bisa bekerja
dengan lebih kreatif lagi karena dengan wisata alam
memungkinkan kita memperoleh kesenangan jasmani dan rohani.
Dalam melakukan wisata alam kita harus melestarikan area yang
masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat sehinga
bias menjadi Desa wisata, agar desa tersebut memiliki potensi
wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti alat
transportasi atau penginapan (anonimous).

2.3 Pariwisata
2.3.1 Definisi Pariwisata
Menurut H. Kodhyat (1983:4)3 Pariwisata adalah perjalanan
dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan
atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam
dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Salah Wahab (1975:55)4 pariwisata adalah salah satu jenis
industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup
serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,
sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga merealisasi industri-
industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata,
penginapan dan transportasi.

3
Kodhyat. 1983.Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Hal 4.
http://23tourism.blogspot.co.id/2015/01/definisi-pariwisata.html?m=1

4
http://23tourism.blogspot.co.id/2015/01/definisi-pariwisata.html?m=1

6
2.3.2 Definisi Tempat Wisata
Tempat wisata atau obyek wisata adalah sebuah tempat
rekreasi/tempat berwisata. Obyek wisata dapat berupa obyek wisata
alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut, atau berupa obyek
wisata bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah,
dan lain-lain. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting
dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan
perjalanan (something to see). Di luar negri obyek wisata disebut
tourist atraction ( atraksi wisata), sedangkan di Indonesia lebih dikenal
dengan objek wisata. Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat
melihat dari beberapa sumber antara lain:

1. Peraturan Pemerintah No.24/1979.

Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

2. Surat Keputusan Departemen Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi

No.KM 98/PW:102/MPPT-87.

7
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Teknik Penelitian


3.1.1. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian ilmiah prosedur memegang peranan
penting, karena melalui prosedur penelitian ilmiah prosedur
memegang peranan penting, karena melalui prosedur peneitian ilmiah
data yang dikumpulkan dapat mencapai maksud dan tujuan penelitian.
Metode penelitian ditentukan agar penelitian dapat tersusun secara
sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriftif. Metode deskriptif adalah metode penelitian dengan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian dianalisis untuk
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu dan gejala
dengan keadaan tertentu dalam suatu tempat (Arikunto, 2006: 108).
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi
gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselediki.

3.1.2. Teknik Penelitian


3.1.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2008:224) mengungkapkan bahwa teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data, maka penelitian data tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang diterapkan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
sebagai berikut.

1) Studi Pustaka (Telaah Kepustakaan)


Studi pustaka adalah mencari dan mengumpulkan bahan-
bahan informasi yang berhubungan dengan masalah yang

8
diteliti, atau dengan cara mencari, mempelajari,
menelaah berbagi apek yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diteliti.
2) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adah cara mengumpulkan data
berupa catatan, transkip, jurnal, termasuk juga buku-
buku penunjang tentang pendapat teori yang dapat
digunakan untuk menelaah dan menganalisis wisata
sejarah yang ada di kabupaten Pandeglang.

3.1.2.2. Teknik Pengolahan Data


Setelah data terkumpul maka selanjutnya data diolah
atau dianalisis untuk mendapatkan informasi berdasarkan
hasil penelitian.
Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut:
1. Melakukan observasi ke Menes dan Caringin Kabupaten
Pandeglang.
2. Meneliti dan menganalisis objek cagar budaya yang ada di
Menes dan Caringin, Kabupaten Pandeglang.
3. Membuat simpulan mengenai cagar budaya dan wisata
alam di Kabupaten Pandeglang.
4. Melakukan observasi ke Sumur, Cimanggu, Cibaliung
Kabupaten Pandeglang.
5. Menganalisis potensi tempat wisata alam ke Sumur,
Cimanggu, Cibaliung Pandeglang Banten.

9
BAB 4
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Tempat Bersejarah di Pandeglang


Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) merupakan lembaga
resmi pemerintah yang bertanggung jawab dalam hal merawat,
melestarikan, dan melindungi tempat bersejarah yang menjadi Benda Cagar
Budaya di Indonesia. Tidak semua Benda Cagar Budaya yang dipelihara
tergolong layak untuk dijadikan tempat pariwisata unggulan. Pemerintah
belum mengoptimalkan daerah pendukung lokasi Benda Cagar Budaya
tersebut.
Berikut ini adalah contoh tempat bersejarah yang tidak maksimal
perawatannya di kabupaten Pandeglang
4.1.1 Prasasti Batu Tulis Muruy
Deskripsi : Prasasti ini berlokasi di desa Muruy Kecamatan
Menes Kabupaten Pandeglang-Banten, Jika akan berkunjung kesana
setelah sampai di desa Muruy dengan berjalan kaki jarak tempuh 350
Meter melewati perkebunan warga yang dikeliling sawah kita akan
sampai di lokasi Prasasti ‘Batu Tulis’ Muruy persis dipinggir sungai
ujung Desa.

Gambar 4.1: Prasasti batu tulis Muruy


Prasasti Muruy sejatinya adalah batu andesit dengan tinggi
sekitar 140 cm dan lebar kurang lebih 200 cm berbentuk lonjong
menancap kedalam tanah. Pada salah satu sisi batu ini memuat
aksara arab berjenis kaligrafi yang diduga sebagai candra
sangkala(penanggalan) yang tetulis sebagai berikut : Athal haman

10
khomsatun anabu sahra al-sanatun(1161 H) tertera dibatu
tersebut.
4.1.2 Prasasti Munjul

Gambar 4.2: Prasasti Munjul


Deskripsi: Prasasti ini ditemukan pada tahun 1947, di aliran
Sungai Cidanghyang, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten
Pandeglang. Karena ditemukan di daerah Munjul, maka prasasti ini
dinamakan Prasasti Munjul. Prasasti Munjul berhuruf Palawa dan
berbahasa Sanskerta, dipahat pada sebuah batu andesit yang
berukuran panjang 3,2 m dan lebar 2,25m. Prasasti Munjul ditulis
menggunakan teknik tatah dengan kedalaman gores kurang dari 0,5
cm, sehingga antara permukaan batu asli dengan tulisan hampir
sama.
4.1.3 Batu Goong

Gambar 4.3: Batu Goong


Deskripsi: Batu Goong adalah sebuah punden berundak yang
merekayasa bentukan alam. Yang terletak di perbukitan Kaduguling
di Kampung Cigadung, Desa Sukasari, Kecamatan Menes dengan

11
ketinggian sekitar 250 meter dari permukaan laut. Pada bagian
tertinggi ditempatkan Batu Goong bersama menhir. Dikelilingi oleh
batu-batu yang berbentuk gamelan seperti gong dan batu pelinggih
berjumlah 18 buah batu. Rata-rata ukuran batu situs ini sekitar tinggi
22 cm dan ketebalan 12 cm. formasi batu Goong yang mengelilingi
menhir ini lazim disebut formasi “Temu Gelang”.
4.1.4 Masjid Caringin

Gambar 4. Masjid Caringin


Deskripsi: Secara administratif Masjid Caringin terletak di
Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 31, Caringin, Kecamatan
Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Masjid terletak di
sebelah kanan jalan raya dan sebelah selatan Desa Teluk.
Masjid ini diberi nama Masjid Caringin sampai sekarang.
Syekh Asnawi adalah putra KH. Mas Abdurrahman (penghulu
Caringin) dan ibunya Ratu Syafiah (keturunan sultan Banten) yang
lahir pada tahun 1852.

4.2. Penyebab Tempat Bersejarah di Pandeglang banyak yang Memiliki


Kondisi Memprihatinkan.
Tempat bersejarah di Pandeglang banyak yang mengalami
kerusakan. Kerusakan-kerusakan tersebut disebabkan oleh dua faktor,
yakni faktor alami dan faktor manusia. Pada pembahasan ini akan diulas
satu- persatu penyebab kerusakan tempat bersejarah di Pandeglang.
4.2.1 Penyebab akibat faktor alam
a. Faktor iklim

12
Indonesia terletak di daerah yang beriklim tropis yang mengalami
dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Karena
letak itulah Indonesia memiliki kelembaban yang tinggi karena
adanya penguapan yang tinggi pula. Kelembapan yang tinggi
apabila mencapai titik maksimum akan dapat menyebabkan
bencana alam berupa bencana hidroklimatologi. Bencana tersebut
disebabkan oleh cuaca ekstrim yang melanda Indonesia. Sebagian
kecil tempat bersejarah di Indonesia rusak karena akibat dari
bencana tersebut.
b. Pelapukan
Pelapukan adalah proses terkikisnya material oleh angin, air,
organisme,ataupun material kecil seperti abu gunung berapi. Proses
pelapukan akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Dampak
dari pelapukan akan dirasakan puluhan tahun kemudian.
c. Geologi
Faktor ini lebih disebabkan oleh letak Indonesia yang
terletak tepat diatas dua lempeng utama dunia, yaitu Lempeng
Pasifik dan Lempeng Eurasia. Lempeng-lempeng tersebut selalu
bergerak sepanjang waktu. Pergerakan lempeng dapat
menyebabkan bencan dan tsunami. Selain itu, lokasi Indonesia
yang berada di atas lempeng memunculkan banyak gunung berapi
di daratan Indonesia. Gunung Berapi dapat geologi seperti
gempabumi menimbulkan bencana geologi lain berupa letusan
gunung berapi. Sehingga, letak Indonesia menyebabkan Indonesia
rawan terhadap bencana geologi.
4.2.2 Penyebab akibat faktor manusia
Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Pelestarian
Cagar Budaya dan Permuseuman, jumlah total Benda Cagar Budaya
saat ini yang berjumlah 9262, berarti terdapat 7367 Benda Cagar
Budaya yang tidak terpelihara. Hal ini mengungkapkan bahwa 80 %
Benda Cagar Budaya di Indonesia dalam kondisi yang rentan
terhadap kerusakan. Perncurian benda cagar budaya akan marak
terjadi. Apabila tidak segera di lakukan tindakan, maka bukannya
bertambah melainkan Benda Cagar Budaya di Indonesia akan

13
semakin berkurang dan bisa saja suatu saat nanti Benda Cagar
Budaya di Indonesia akan tersisa 20 % saja. Dari hal tersebut kita
dapat melihat gambaran bahwa pemerintah mengalami kerugian
triliunan rupiah dari penjualan barang purbakala tersebut. Ada ribuan
benda peninggalan sejarah yang terlanjur di jual kepada kolektor
asing, maupun dalam negeri.

4.3 Dampak Pemanfaatan Tempat Bersejarah sebagai Tempat Wisata


Sebuah daerah apabila dikembangkan menjadi sebuah tempat wisata
pasti akan membuat dampak terhadap daerah tersebut. Dampak tersebut
begitu luas dan komplek sehingga mempengaruhi hampir semua aktifitas
masyarakat setempat. Dampak yang muncul dari pemanfaatan tempat
bersejarah sebagai tempat pariwisata dapat berupa dampak positif maupun
dampak negatif.
Dampak positif yang muncul antara lain :
1. Dampak Ekonomi
Tempat wisata tidak hanya akan membawa dampak kepada
tempat pariwisata itu saja melainkan akan memberi dampak ekonomi
terhadap daerah penunjang yang berada di area sekitar tempat wisata
tersebut. Aktifitas perekonomian masyarakat sekitar daerah pariwisata
tempat bersejarah akan berjalan dan berkembang menjadi lebih baik.
Pasalnya, warga sekitar akan memanfaatkan keberadaan tempat
pariwisata tersebut untuk mencari mata pencaharian, seperti menjual
souvenir. Selain itu warga yang lebih bermodal akan mendirikan restoran
ataupun penginapan untuk memfasilitasi para wisatawan yang
berkunjung.
Apabila daerah pariwisata itu ramai dan semakin berkembang,
maka daerah tersebut akan menarik para investor untuk mendirikan
fasilitas-fasilitas lain yang lebih lengkap. Fasilitas yang lengkap
menyebabkan para wisatawan menjadi betah ataupun membuat ingin
kembali lagi ke tempat pariwisata tersebut. Para investor yang

14
berdatangan ke wilayah tersebut akan membuat tempat tersebut menjadi
semakin maju.
Bagi pemerintah, para investor yang semakin banyak akan
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan karena fasilitas yang
semakin lengkap. Para wisatawan akan membayar karcis, membayar
biaya retribusi lainnya ataupun membeli produk-produk berpajak. Pajak
dan biaya retribusi akan semakin banyak masuk ke kantung pemerintah
dalam bentuk devisa.
2. Dampak Pendidikan
Tempat bersejarah merupakan saksi bisu terjadinya peristiwa yang
terjadi di masa lampau. Tempat bersejarah dapat menjadi bukti otentik
mengenai terjadinya suatu peristiwa. Melalui tempat bersejarah kita bisa
tahu tentang kejayaan kerajaan masa lalu. Selain itu tempat bersejarah
juga menyimpan arsip mengenai bentuk kehidupan masa lalu. Objek
wisata tempat bersejarah dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukatif
untuk mempelajari sejarah bangsa Indonesia.
3. Dampak Sosial
Objek wisata tempat bersejarah yang berstandar internasional
akan merupah pola pikir masyarakat yang tinggal dan memiliki mata
pencaharian yang berhubungan dengan objek wisata tersebut untuk selalu
berpikir maju dan modern. Objek wisata yang semakin terkenal dan
ramai pengunjung akan membuat masyarakat untuk tetap menciptakan
kreasi dan ide baru untuk membuat para wisatawan betah dan akan selau
kembali ke tempat itu tanpa merasa bosan.
4. Dampak negatif yang bisa ditimbulkan sebagai berikut.
Pembangunan yang terjadi secara berkala pada daerah sekitar
tempat pariwisata akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan.
Banyak terjadi alihfungsi lahan di sekitar tempat pariwisata.
Berkurangnya lahan hijau akan menyebabkan kualitas udara menurun.
Pencemaran udara di sekitar tempat pariwisata akan meningkat karena
kendaraan yang lalu-lalang menjadi semakin banyak.

15
Timbunan sampah akan bertambah banyak. Sampah akan semakin
bertambah, apabila tidak ditangani dengan baik akan membawa dampak
buruk seperti sumber penyakit,atau perusak keindahan.

4.4 Kondisi Obyek Wisata Alam di Pandeglang


4.4.1 Pulau Badul
Pulau Badul adalah salah satu tempat wisata yang berada di
Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Wisata Pulau
Badul adalah pulau yang ekosistemnya tidak diubah sama sekali
sehingga para wisatawan yang datang bisa menikmati keindahan alami.
Pulau Badul justru memiliki keindahan pasir putih dengan air laut yang
masih bebas dari sampah sehingga terlihat bening dan menyegarkan
serta terumbu karang yang terhampar dapat terlihat jelas diatas
prmukaan laut. Namun sayang sekali sekarang Pulau Badul memilki
banyak sampah yang datang dari tangan-tangan wisatawan yang tidak
bertanggung jawab, sehingga keindahannya sedikit tercoreng akibat
sampah-sampah yang berceceran tersebut. Di Pulau Badul berbagai
kegiatan bisa dilakukan salah satu kegiatan yang banyak digandrungi
oleh para wisatawan adalah snorkeling, karena Pulau ini memiliki
fanorama dasar laut yang sangat indah untuk dinikmati.
Rute untuk menuju ke Pulau Badul bisa ditempuh dengan
menggunakan perahu nelayan yang berada di pantai Katapang atau
Cigorondong, setiap wisatawan bisa menyewa perahu tersebut sebagai
transportasi menuju ke Pulau Badul.

Gambar 5. Pulau Badul

4.4.2 Pantai Rancecet

16
Keindahan pantai ujung barat Pulau Jawa memang sudah tidak
diragukan lagi, laupat lepas yang menghadap samudra hidia memiliki
fanorama yang sangat luar biasa, hamparan rumput kering berhimpitan
dengan deburan ombak yang sangat besar. Pantai Rancecet merupakan
pantai selatan yang terletak di Rancecet Desa Mangku Alam
Kecamatan Cimanggu Pandeglang. Tidak bantak orang yang
mengunjungi pantai ini karena letakny ayang cukup jauh dari pusat
kota, lebih tepatnya di ujung Jawa. Pantai yang masih bersih akan
membuat siapa saja yang datang betah untuk berada di tempat ini.
Pantai Rancecet merupakan tempat yang paling tepat untuk menikmati
sunsheet di soe hari senja yang berwarna jingga memberikan
keindahan yang dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkunjung ke
pantai ini. Saying sekali pantai ini belum terekspos oleh banyak orang
sehingga dampak positif dari segi perekonomian tidak dirasakan oleh
masyarakat setempat dikarenakan akses menuju tempat ini harus
melewati jalan bebatuan yang rusak sehingga wisatawan luar kota
mungkin akan berpikir dua kali untuk mengunjunginya terkecuali bagi
yang suka dengan petualangan mungkin akan menjadi objek yang
sangat tepat.

Gambar 6. Pantai Rancecet

4.4.3 Curug Dengdeng

17
Curug Dengdeng merupakan air terjun dalam bahasa Sunda Curug
“Air terjun” yang terletak di Citeluk Mulud Desa Cimanggu
Kabupaten Pandeglang Banten, Curug Dengdeng memang belum
banyak dikunjungi wisatawan diarenakan keberadaanya yang masih
tersembunyi di tengah hutan. Padahal Curug ini memiliki fanorama
yang sangat indah. Air yang mengalir dari ketinggian sekitar 5 meter
diatas bebatuan besar serta pepohonan yang rindang di sisi sungai.
Curug Dengdeng masih bersih tidak terkontaminasi sampah maupun
limbah sehingga airnya sangat segar. Akses menuju curug ini tidak
terlalu jauh hanya melewati hamparan sawah dan hutan, bisa ditempuh
sekitar 30 menit dengan jalan kaki.

Gambar 7. Curug Dengdeng

4.4.4 Curug Nyi Jompong


Pandeglang selatan mempunyai banyak sekali wisata alam yang masih
tersembungi salah satunya yaitu Curug Nyi Jompong yang menjadi
cerita rakyat Cibaliung, konon katanya pada zaman dahulu kala ada
seorang gadis cantik yang bernama Nyi Jompong kemudia di kejar-
kejar oleh bangsa kolonial untuk dijadikan Istrinya, namun Nyi
Jompong menolaknya. Hingga suatu hari ketika Nyi Jompong sedang
mengambil susuh di Sawah kemudian ada bangsa Kolonial yang
mengejar cintanya kemudia Nyi Jompong dikejar-kejar oleh bangsa
colonial itu kemudian menjatuhkan diri dari atas Curug untuk
menyelamatkan harga dirinya lebih baik mati dalam keadaan terhormat
dari pada hidup bersama penghianat rakyat. Sehingga sampai sekarang
curug itu diberi nama Curug Nyi Jompong. Curug ini terletak di
Cibaliung Pandeglang Banten. Memang jaraknya dekat dari pusat kota
Cibaliung untuk menuju wisata itu, karena cukup menempuh

18
perjalanan sekitar 1 kilometer. Meski begitu, kondisi infrastrukturnya
masih tanah, dan melintasi hutan belantara. Tetapi suasana alam seperti
itu cocok bagi wisatawan yang suka melakukan traveling. Apalagi,
selama diperjalanan para wisatawan bisa melihat panorama alam,
pepohonan lebat dan ranting-ranting tanaman yang menghiasi jalur
menuju wisata tersebut. Curug Nyi Jompong masih terjaga keasrian
dan kebersihanya sehinga akan membuat siapa saja betah berlama-
lama di sana.

Gambar 8. Curug Nyi Jompong

4.5 Penyebab Tempat Wisata Alam di Pandeglang Masih Belum


Teroptimalisasi Pemanfaatannya
4.5.1 Akses menuju lokasi tempat wisata
Pandeglang memiliki banyak sekali wisata alam yang sangat
diunggulkan disbanding daerah-daerah yang lain karena letak
geografis dataran tinggi dan dataran rendah sehingga banyak
sekali potensi ewisata alam yang terdapat di kabupaten
Pandeglang. Namun sangat disayangkan hanya beberapa saja
tempat wisata yang menjadi favorit wisatawan yang berkunjung
ke Pandenglang sehingga dampak yang dirasakan kurang
maksimal karena tidak semua tempat wista alam di kelola dengan
baik. Slah satu penghambat wista alam tidak berkembang adalah
akses menuju lokasi, karena setiap wisatawan baik local atau
manca Negara pasti menginginkan rute yang cepaat dan aman,
sehingga perjalanan mereka akan terasa lebih menyenangkan.
Wlalaupun begitu ada saja orang yang menyukai tantangan namun

19
tidak banyak. Berdasarkan analisis yang saya amati bahwa jalan
menuju Sumur bisa dibilang rusak apalagi bagian tanjakan
maupun turunan sehingga membuat wisatawan yang akan
berkunjung berpikir dua kali karena rute yang tidak sesuai harapan
tersebut. Atau bagia mereka yang sudah berkunjung merasa jera
dengan jalan yang dialui menuju tempat wisata.
Seharusnya pemerintah mengambil tindakan memaksimalkan
pembangunan infrasrtuktur menuju temat-tempat wisata alam
yang ada di kabupaten Pandeglang. Dengan begitu akan menarik
lebih banyak lagi jumlah wistawan yang berkunjung sehingga
akan menguntungkan bagi, masyarakat sekitar maupun bagi
pemerintah daerah.
Beberapa tempat wista alam yang dikunjungi memang sangat
tersembunyi sehingga sulit ujtuk dijangkau dan juga tidak dikelola
dengan maksimal padahal kawasan tersebut sudah termasuk
wilayah Ujung Kulon yang dikelola oleh pemerintah. Dengan
memaksimalkan potensi yang ada seperti memberi petunjuk
perjalanan atau rute perjalan dari tempat parkir menuju lokasi
wisata, tentu akan mengundak banyak wisatawan yang dating
untuk menikmati sudut-susdut keindahan Pandeglang yang
tersembunyi.
4.5.2 Kesadaran Masyarakat dalam menjaga tempat wisata alam
Kekayaan alam adalah untuk dinikmati dan untuk dijaga,
kepedulian semua orang adalah kewajiban yang harus ditunaikan.
Begitu juga dengan tempat-tempat wisata alam yang perlu untuk
tetap dijaga keindahannya, kebersihannya juga kenyamannya.
Karena semakin kita melukai alam maka alam tidak bisa kita
nikmati lagi. Tempat wisata alam akan semakin banyak
dikunjungi jika keadaannya membuat nyaman para wisatawan
oleh karena itu satu sampah yang kita buang atau satu tanaman
yang kita rusak adalah hutang beberapa tahun kedepan karena kita
tidak pernah tahu dari sisi mana setiap orang menikmati
keindahan wisata alam yang mereka kunjungi. Oleh karena itu
kedadaran masyarakat harus lebih ditingkatkan lagi karena

20
menikmati lalu merusak adalah sebuah kecurangan. Keindahan
alam untuk dinimati oleh siapa saja yang ada di semesta ini jika
kita rusak berarti kita sudah melukai jurtaan orang yang kelak
akan melihat tempat tersebut. Jadi diperlukan adanya soasialisai
kepada masyarakat juga wisatawan berupa himbauan-himbauan
pentingnya menjaga keindahan tempat wisata alam agar dampak
postifnya bisa dirasakan hingga beberapa tahun yang akan datang.
4.6 Cara Mengoptimalkan Tempat Bersejarah dan Tempat Wisata Alam
sebagai Tempat Pariwisata Menguntungkan
Di Pandeglang terdapat tempat bersejarah yang berpotensial untuk
dijadikan objek wisata. Namun, sayangnya tempat bersejarah itu belum
dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah. Ekspektasi pemerintah
terhadap objek wisata tempat bersejarah masih rendah sehingga optimalisasi
tempat bersejarah sebagai ojek wisata mengalami hambatan. Ada banyak
cara untuk mengoptimalisasi tempat bersejarah sebagai objek wisata agar
objek wisata tersebut menjadi dipadati pengunjung. Diantaranya adalah
sebagai berikut :

4.6.1 Menjadikan Objek Wisata tersebut berstandar Internasional


Standar Internasional akan meningkatkan grade objek wisata tersebut
di dunia. Objek wisata tersebut akan sebanding dengan objek wisata
tempat bersejarah di negara lain. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam menjadikan suatu objek wisata memiliki standar
internasional.
a. Aspek Kenyamanan Pengunjung
Aspek kenyamanan pengunjung dapat diperoleh dengan
meningkatkan dan/atau memperbaiki fasilitas yang tersedia di
objek wisata tersebut. Fasilitas yang tersedia dapat mempengaruhi
para wisatawan. Jika fasilitas tidak memadai maka wisatawan
kemungkinan besar tidak akan kembali lagi ke tempat itu, terlebih
lagi wisatawan dari mancanegara. Mereka sangat memperhatikan
ketersediaan fasilitas.
Selain fasilitas, untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dapat
diperoleh dengan meningkatkan keindahan objek wisata tersebut.

21
Seni estetika diperlukan dalam melakukan tata ruang objek wisata
agar wisatawan tidak bosan dengan pemandangan monoton yang
disajikan tempat bersejarah.
Kebersihan juga harus ditingkatkan. Penilaian wisatawan akan lebih
terfokus pada kebersihan objek wisata. Objek wisata yang bersih akan
menandakan bahwa objek wisata tersebut sehat. Sehingga, akan
menarik lebih bayak wisatawan untuk datang ke objek wisata
bersejarah tersebut.
b. Aspek Keamanan
Sistem keamanan yang tinggi sangat diperlukan oleh
sebuah objek wisata. Objek wisata harus dapat menjaga keamana
setiap wisatawan yang berkunjung agar terhindar dari ancaman.
Cara untuk meningkatkan keamanan adalah:
1. Membuat papan peringatan
Papan peringatan sangat diperlu untuk dipasang di objek
wisata tempat bersejarah. Tempat-tempat bersejarah merupakan
bangunan tua yang kontruksinya tidak sekokoh bangunan
modern. Papan peringatan difungsikan untuk membuat para
wisatawan berhati- hati dalam mengunjungi objek wisata tempat
bersejarah.
2. Menambah jumlah petugas keamanan
Petugas keamanan sangat diperlukan untuk menjaga
keamanan objek wisata tempat bersejarah dari berbagai
ancaman. Petugas keamanan harus dapat melindungi para
wisatawan ataupun tempat bersejarah.

c. Aspek Keterjangkauan
Sebuah objek wisata harus mempunyai akses yang mudah
dan jelas untuk menjangkaunya. Akses berupa jalan yang bagus,
juga harus dekat dengan objek pendukungnya yang mempunyai
beragam fasilitas pendukung objekwisata seperti pertokoan,
penginapan, dan restoran akan mempengaruhi jumlah wisatawan
yang berkunjung ke objek wisata tempat bersejarah tersebut..
d. Aspek Ketersediaan Informasi

22
Ketersediaan Informasi yang jelas mengenai objek wisata
harus disediakan sejelas mungkin. Informasi mengenai objek
wisata harus disebarkan ke berbagai media seperti internet, ataupun
media masa. Informasi mengenai Objek wisata harus dituliskan
semenarik mungkin agar menarik perhatian para wisatawan baik
domestik maupun mancanegara untuk datang ke objek wista tempat
bersejarah tersebut.

4.6.2 Objek Wisata harus memiliki koneksi yang luas


Objek wisata akan dipadati oleh para wisatawan apabila
memiliki koneksi yang luas ke berbagai sumber, seperti biro
perjalanan, maupun hotel-hotel lain yang menawarkan kunjungan
wisata. Semakin banyak sebuah objek wisata memiliki koneksi
atau jaringan yang luas maka semakin banyak pula orang yang tahu
akan objek wisata tersebut. Dengan mencamtumkan nama objek
wisata tempat bersejarah ke dalam biro perjalanan akan membantu
untuk meningkatkan promosi objek wisata tersebut. Objek wisata
akan semakin dikenal oleh masyarakat luas.

4.6.3 Nilai originalitas Objek wisata


Sebuah objek wisata tempat bersejarah harus mempunyai ciri
khas yang membedakannya dengan objek wisata tempat bersejarah
lainnya. Nilai originalitas objek wisata diperlukan untuk menjaga
eksistensi objek wisata tersebut. Ciri khas objek wisata dapat
diperoleh melalui tata ruang objek wisata yang dibuat unik ataupun
dengan mengadakan event-event tertentu yang tidak dapat
ditemukan di tempat lain. Sehingga, objek wisata tempat bersejarah
tersebut menjadi terkenal.

23
BAB 5
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pandeglang kaya akan peninggalan tempat bersejarah, mulai dari
masa pra-aksara hingga masa kolonial belanda. Semua itu tersebar di
beberapa wilayah Kabupaten Pandeglang. Hingga saat ini tempat bersejarah
itu masih bisa kita saksikan. Namun tidak semua tempat bersejarah masih
dalam kondisi yang bagus. 80% tempat bersejarah terbengkalai dan sengaja
dirusak untuk kepentingan golongan. Selain itu juga Pandeglang memiliki
potensi wisata alam yang luar biasa, namun tidak semua tempat wisata alam
tersebut terawatt dengan semestinya, kesadaran pengunjung untuk
menjaganya masih sangat kurang. Begitu juga dengan perkembangan
infrastuktur yang perlu pengembangan sehingga akan mempermudah akses
meuju tempat wisata tersebut.
Tempat bersejarah dan tempat wisata alam sudah semestinya
dilestarikan. Agar anak cucu kita tetap dapat melihat saksi perjuangan dan
peristiwa di masa lampau begitupun dengan wisata alam karena keindahan

24
alam untuk dinikmati seluruh mahluk di semesta ini, jika kita rusak maka
kita telah mengrebut hak-hak mereka di masa depan. Salah satu cara untuk
melestarikan tempat sejarah yaitu menjadikannya sebagai tempat pariwisata.
Tempat pariwisata tempat sejarah dapat menjadi wahana edukasi bagi
masyarakat Masyarakat dapat memperoleh manfaat dari situ. Untuk
melestarikan wisata alam adalah dengan mengelolanya dengan baik seperti
memperbaiki fasilitas objek wisata juga menjaga kebersihan agar setiap
orang yang datang ke tempat tersebut akan merasa nyaman. Kegiatan
ekonomi masyarakat dapat berkembang dan maju. Pendidikan sejarah juga
bisa maju. Tidak hanya untuk masyarakat. Pemerintah pun bisa memperoleh
keuntungan. Apabila tempat wisata itu dilestarikan, dirawat dan dijadikan
objek pariwisata, maka pemerintah akan mendapat pendapatan yang berupa
devisa yang akan memperbaiki ekonomi nasional serta daerah, juga
memajukan bangsa Indonesia dan khususnya kabupaten Pandeglang.

5.2. Saran
Kelestarian Benda Cagar Budaya dan Wisata Alam seharusnya tetap
dijaga. Bukan oleh pemerintah saja, tapi juga oleh seluruh masyarakat
Pandeglang. Marilah kita bergotong royong melestarikan tempat bersejarah.
Jangan sekali-kali merusaknya. Karena sebenarnya tempat bersejarah itu
dapat mengingatkan kembali tentang masa lalu. Kita bisa belajar dari
sejarah untuk membangun masa depan yang lebih baik. Begitupun dengan
wisata alam yang bisa kita meanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
Pemerintah seharusnya lebih tegas dan cakap dalam melakukan
pengawasan terhadap Benda Cagar Budaya dan Wisata Alam. Masyarakat
juga seharusnya berpikiran lebih maju. Janganlah merusak tempat
bersejarah dan wisata alam agar bisa mendapat uang. Sebenarnya apabila
tempat bersejarah itu dijadikan tempat pariwisata, masyarakat juga bisa
mendapat profesi. Tentunya profesi yang lebih mulia daripada sebelumnya.
Ketika tempat bersejarah dan wisata alam dijadikan objek pariwisata,
perencana tata ruang dan arsiteknya harus tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Jangan sampai lingkungan yang dikorbankan. Karena

25
lingkungan itulah yang menunjang hidup kita. Tanpa lingkungan kita tidak
bisa hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

“Enam Puluh Dua Bangunan Cagar Budaya tak Terawat”.


(http://m.jawapos.com/read/2014/05/22/1/362184/62-bangunan-cagar-
budaya-tak-terawat diakses 2 Oktober 2016 )

Ilham, Hanang . “Karya Tulis Sejarah”


(http://www.academia.edu/3734559/Karya_Tulis_Sejarah diakses tanggal 04
Oktober 2016)

“Jejak Peninggalan Cagar Budaya”.


(http://tarabuwana.blogspot.com/search/label/Magelang diakses tanggal 3
Oktober 2016)

Kodhyat. 1983.Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Hal 4.


http://23tourism.blogspot.co.id/2015/01/definisi-pariwisata.html?m=1 (diakses
04 Oktober 2016)

“Kondisi Sejumlah Situs Sejarah Memprihatinkan”.


(http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/baca/7586/18/01/201
3/kondisi-sejumlah-situs-sejarahmemprihatinkan
diakses 4 Oktober 2016)

Mario. “Cagar Budaya Punah “.(http://handelstraat.wordpress.com/tag/cagar-


budaya-punah/ (diakses tanggal 04 Oktober 2016)

26
“Pesona Keindahan Wisata Pulau Badul di Sumur Pandeglang Banten”.

https://www.teluklove.com/2017/03/pesona-keindahan-wisata-pulau-Badul-
di.html

Sugoyono.2008.Metode Peneitian kuantitatif, Kuaitatif, dan R & D. Bandung:Afabetha

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Obyek_wisata (diakses tanggal 04 Oktober


2016)

https://pubikasi.kominfo.go.id/handle/54323613/444 (diakses tanggal 05


Oktober 2016)

27

Anda mungkin juga menyukai