Anda di halaman 1dari 130

BAHAN AJAR

MATAKULIAH ZOOLOGI VERTEBRATA

Tinjauan Mata kuliah

1. Deskripsi Mata kuliah


Dalam mata kuliah ini tercakup materi tentang chordata, pisces, amphibi, reptil,
aves dan mamalia

2. Kegunaan Mata kuliah


Mata kuliah ini memberikan manfaat kepada mahasiswa dalam memahami
tentang kelompok hewan yaang tergolong dalam chordata dalam hal ini adalah pisces,
amphibi, reptil, aves dan mamalia

3. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan matakuliah ini dalam satu semester, mahasiswa jurusan
Biologi semester III, diharapkan mampu menjelaskan tentang chordata, pisces, amphibi,
reptil, aves dan mamalia.

4. Susunan Bahan Ajar


Bab 1. Chordata
Bab 2. Pisces
Bab 3. Amphibi
Bab 4. Reptil
Bab 5. Aves
Bab 6. Mamalia

5. Petunjuk Bagi Mahasiswa


a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca buku yang
relevan dengan materi yang akan dibahas pada setiap pertemuan.
b) Ikuti pembahasan setiap topik yang sudah didiskusikan, carilah tambahan bahan
yang terbaru yang relevan dengan topik bahasan dari internet dan didiskusikan
kembali dalam kelompok-kelompok kecil.

1
c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada konsep yang belum terselesaikan baik
dalam kelompok kecil maupun kelompok klasikal.
d) Kerjakan tugas mandiri yang diberikan pada akhir perkuliahan dan ikuti ketentuan
yang disepakati baik isi, teknis maupun batas pemasukan.
e) Ikuti kegiatan praktikum dan masukkan laporan praktikum sesuai batas
pemasukan yang telah disepakati.

2
BAB I
CHORDATA

A. Pendahuluan

Deskripsi singkat

Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri-ciri chordata, asal usul chordata,
klasifikasi chordata.

Relevansi

Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk


dalam kelompok chordata.

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang chordata.

B. Penyajian

Uraian dan contoh

Zoologi adalah disiplin ilmu dari biologi yang secara khusus mempelajari hewan,
baik hewan bertulang belakang (vertebrata) maupun hewan tidak bertulang belakang
(invertebrate). Pada buku ini khusus akan di bahas tentang hewan bertulang belakang
(vertebrata) atau yang dikenal dengan chordata.

1.1 Ciri-Ciri Chordata


Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong
tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan
lancelet sampai mamalia. Sifat yang ada pada hewan-hewan yang dimasukkan ke dalam
phylum ialah:
1. Adanya chorda dorsalis, pada keadaan embrio, larva atau seumur hidup, chorda
dorsalis terjadi dari entoderm primer.
2. Pada dinding pharynx ada sulci pada keadaan embrio, atau lubang-lubang pada
keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-lubang ini ialah celah-celah insang.

3
3. Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau hanya pada keadaan
larva. Rongga ini disebut neuroceia.

1.2 Asal Usul Chordata


Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan karakteristik
invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan mengenai asal usul
Phylum Chordata yaitu:
1. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-
organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh
darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah
dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat
pada chordata. Namun, namun mulut anelida itu lalu ada di sebelah dorsal, tidak seperti
pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan
dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang
serupa dengan notokorda atau celah-celah insang.
2. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan
ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun
demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda
sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah
ventral.
3. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) tdan
larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya ransparan, bersilia eksternal, dengn ruang
selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva
cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah
dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva
tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi
kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba.

4
1.3 Klasifikasi Chordata
Di dalam tubuh chordata terdapat celom. Mesoderm yang merupakan dinding
celom tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga chordata termasuk Enterocelomata
bersama Echinedermata. Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:
1. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
2. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
3. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
4. Sub Phylum Vertebrata
Beberapa ahli Zoologi memasukkan sub phylum Sub Phylum Hemichordata
Urochordata dan Chepalochordata menjadi satu kelompok yang disebut acrania (a =
tidak, cranium = tulang tengkorak) sedangkan sub phylum vertebrata masuk kelompo
craniata (otaknya telah dilindungi oleh tulang cranium).
a. Sub Phylum Hemichordata (setengah chordata)
Kedudukan Hemichordata dalam phylum Chordata sulit untuk dibedakan, karena
dalam sub phylum ini terdapat beberapa jenis binatang yang mempunyai bentuk seperti
cacing.. oleh karena ini dan lain faktor, hemichordates diperlakukan sebagai famili dari
echinodermata dan chordata.
1. Anatomi
Badan ialah lunak dan berbentuk silinder seperti cacing. Dataran badan dilapisi
epidermis yang terdiri atas satu lapis sel yang mempunyai cilia. Pada badan dapat
dibedakan:
 Proboscis, yang berbentuk seperti conus
 Collare, yang berbentuk sebagai leher baju dan menglilingi colum dan basis
proboscis.
 Truncus, yang panjang agak pipih.
Sistem cardiovasculer terdiri atas sinus dorsalis, truncus longitudinalis dorsalis,
truncus longitudinalis ventralis, glomerolus, dan plexus. Tidak mempunyai alat-alat
indera. Tetapi beberapa sel epidermis pada beberapa tempat pada proboscis dan pada tepi
cranial collare rupanya bersifat sel-sel sensoris.
Dinding badan terdiri atas jaringan otot. Di dalam proboscis terdapat satu celom
yang bermuara keluar melalui satu lubang, ialah porus proboseis. Di dalam collare

5
terdapat dua celom yang dipisah satu dari yang lain oleh suatu sekat median ialah
mesenterium dorsale dan menseterium entrale. Juga celom ini bermuara keluar masing-
masing melalui porus collare. Celom di dalam proboscis dan di dalam collare dilalui oleh
fasciculi jaringan pengikat. Cellom itu dapat diisi dengan air laut melalui pori.
2. Fisiologi
Cellom proboscis dan cellom collare diduga dapat diisi dengan air laut sehingga
mengembang dan mengeras. Oleh karenanya dan dengan bantuan gerakan otot tuncus,
hewan dapat masuk ke dalam lumpur. Mulut tetap terbuka, sehingga air dan lumpur yang
mengandung sisa-sisa organis masuk ke dalam mulut. Air kemudian keluar melalui
lubang-lubang, kandung-kandung, celah-celah insang, sisa-sisa organis merupakan
makanan dan tanah, dikeluarkan melalui anus.
3. Embrio
Pada Balanoglossusterdapat amphigoni terdapat amphigoni dan gonochorisme.
Ovaria dan testes berbentuk sebagai kandung-kandung yang tersusun dalam dua baris.
Mereka terdapat di dalam cristae genitales. Mereka bermuara keluar dengan baris pori
yang terdapat pada tepi crista genetalis.
Fertilisasi berlangsung ex tern. Perkembangan dapat langsung atau dengan
metamorphosis. Pada perkembangan langsung seperti halnya pada Saccoglossus, terjadi
pembelahan secara holoblastis dan equal, sehingga terjadi bentuk blastula. Bentuk
blastula berubah menjadi bentuk grastula dengan cara invaginasi. Gastroporus kemudian
menutup dan entoderm memisah dari ectoderm. Embrio memanjang dan suatu salcus
memanjang melingkar terjadi sebagai invaginasi di dalam sulcus. Anus terjadi pada
tempat gastroporus.
Sub Phylum Hemichordata dibagi menjadi dua klas dan dua ordo yaitu:
 Class : Enteropneuta, contoh Balanoglossus sp.
 Class : Peterobranchia
 Ordo : Cephalodiscoides, contoh Cephalodiscus sp.
 Ordo : Rhabdopleuridea, contoh : Rhabdopleura, sp.

b. Sub Phylum Urochordata


Terdapat di laut dari daerah tropis sampai kutub pada pantai sampai kedalaman
4.803 m. Beberapa hidup bebas, dan beberapa melekat atau sesil, setelah masa larva yang

6
hidup bebas. Nothocord hewan-hewan ini terdapat pada ekor pada masa larva saja.
Bentuk hewan ini bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Beberapa hidup
secara soliter bererapa hidup secara koloni.
1. Anatomi
Salah satu contoh dari sub phylum Urochordata adalah Ascidia berbentuk sebagai
silinder atau bulat memanjang. Pada satu ujung ia melekat pada sesuatu. Tubuhnya
ditutup oleh tunica yang dibuat dari cellulose atau tunicin. Ia dibuat oleh cel-cel
mesoderm. Tunica melapisi pallium, ialah suatu lapisan yang tersusun dari ectoderm,
jaringan pengikat dan serabut-serabut otot, yang terutama berjalan melingkar.
Pada ujung yang bebas terdapat satu lubang yng disebut lubang oral. Pada satu sisi dekat
ujung bebas terdapat lubang lain adalah lubang atrul. Pada tepi lubang tersebut pallium
berhubungan dengan tunica. Di keliling lubang-lubang tersebut di dalam pallium ada otot
spinecter yang kuat.
Oral dari crista peripharyngealis yang oral, terdapat suatu lingkaran tenrakel-
tentakel kecil. Diduga bahwa pada tentakel-tentakel ini ada sel-sel indra yang berfungsi
sebagai chemore\eseptor. Esophagus mulai dari dasar saccus branchialis dan bermuara ke
dalam ventriculus yang melebar. Ventriculus melanjutkan diri ke dalam intestinum.
Intestinum bermuara melalui anus ke dalam atrium dekat lubang atrist.
Pada Ascidia ada hermaproditisme protogyni. Ovarium dan testis berlekatan,
dikelilingi oleh intestinum. Oviduct dan ductus deferens berjalan mengikuti intestinum
dan bermuara ke dalam atrium dekat anus.
2. Fisiologi
Makanan berupa plankton-plankton kecil masuk ke dalam pharynx. Plankton ini
terjerat oleh getah yang pekat yang berasal dari sel-sel kelanjar yang berasal dari
endostyle, dan dialirkan oleh gerakan silia pada endostyle, cristae epicaryngeales dan
lamina dorsalis ke lubang esophagus, lalu mengalir melalui stigmata di mana terjadi
pertukaran gas antara darah dan air. Kontraksi cor ialah secara peristaltik dengan arah
yang berganti-ganti, sehingga aliran darah juga berganti-ganti.
Kelompok sel-sel besar dengan gelembung-gelembung besar yang mengandung
asam urat diduga berfungsi sebagai alat exskresi. Juga diduga bahwa grandula neurelaris
berhubungan dengan exkresi. Pada tentakel di dalam lubang mulut diduga ada sel-sel

7
yang berfungsi sebagai chemoreceptor. Juga diduga bahwa tuberculum dorsale
merupakan suatu alat indera. Pada keadaan protogyni, ovarium berfungsi dulu, kemudian
testis. Oleh karenanya dapat terjadi autofertilisasi.
3. Embrio
Fertilisasi berlangsung extern. Pembelahan terjadi sampai terjadi bentuk blastula.
Bentuk blastula ialah pipih dengan sel-sel, yang membentuk ectoderm yang agak
cembung di atas dan sel-sel yang embentuk entoderm yang agak cekung di bawah. Sel-sel
ectoderm memperbanyak diri lebih cepat, sehingga mereka lebih kecil. Bentuk gastrula
terjadi kebanyakan dengan cara invanigasi epibolis. Pada cara ini sel-sel ectoderm terus
memperbanyak diri lebih cepat, sehingga entoderm makin lama makin cekung dan
ectoderm meluas menutupi entoderm. Blastocela menghilang dengan mendalamnya
cekung terjadilah bentuk gastrula dengan archenteron dan gastoporus. Gastoporus
kemudian mengecil dan terletak pada ujung caudal sebelah dorsal atau atas. Embryo
kemudian memanjang, sebelah atau lebih mendata, padahal sebelah bawah atau ventral
tetap cembung.
Pada tahap metamorphosis, jumlah stigmata (lubang insang) bertambah, ekor
serta chordata dorsalis dan bagian caudal medulla spinalis menghilang. Bangunan-
bangunan yang dipandang mata dan otocyt serta kandungan alat indera menghilang,
bagian cranial medulla spinalis menjadi suatu ganglion dan dan gonades serta saluran
mereka terjadi antara ventriculus dan intestenum dari mesoderm.
Bagian tubuh antara bagian yang melekat dan mulut tumbuh cepat sehingga tubuh
memutar mencapai 1800 dengan mulut dan lubang atrial terdapat pada ujung yang bebas.
Akhirnya papillae adhesivae menghilang dan seluruh tubuh dikelilingi oleh tunica.
Subphylum Urochordata dibagi dalam classes dan ordines sebagai berikut:
 Class Larvaceae, contoh: Appendicularis sp.
 Class Ascidiaceae, contoh: Ascidiaceae sp
 Class Thalliaceae, contoh: Thalliaceae sp.
 Ordo Enterogona, contoh: Ascidia intestinalis
 Ordo Pleurogona, contoh: Botryllus violaceus
 Ordo Doliolida, contoh : Doliolum denticulatum
 Ordo Salpida, contoh: Salpa

8
 Ordo Pyrosomida, contoh: Pyrosoma giganteum
Berikut ini adalah contoh-contoh dari anggota subphylum Urochordata : Botryllus
schlosseri

c. Subphylum Chepalochordata
Bentuk seperti ikan dan meliputi 30 species dan diantara yang terkenal adalah
Amphioxus dan Lancelet. Hewan ini biasanya menguburkan diri dalam pasir yang bersih
di dasar tepi laut yang aman dengan mencuatkan bagian anteriornya. Di dalam air
biasanya berenang lincah sekali. Sebutan Lancelet disebabkan ujung akhir tubuh runcing.
Ciri Chordata pada chepalochordata jelas sekali bila dibandingkan dengan Sub Phylum
Hemichordata dan Tunicata.
1. Anatomi
Badan panjangnya tidak melebihi 5,8 cm. Ia adalah runcing pada kedua ujung.
Ujung cranial disebut rostum. Pada tepi dorsal terdapat suatu lipatan median longitudinal,
ialah sirip dorsal yang melanjutkan diri ke caudal sebagai sirip caudal yang kemudian
melanjtkan diri ke venral cranial sampai dimana penampang melintang badan menjadi
segitiga, sebagai sirip ventral. Ada 2/3 bagian cranial badan tidak ada sirip ventral tetapi
pada batas antara dataran lateral dan dataran ventral terdapat suatu lipatan yang disebut
metapleura.
Ada 100 celah-celah insang atau lebih. Mereka ialah memanjang ke arah
entrodorsal atau agak miring. Septa interbranchiala yang memisahkan celah-celah insang
satu dari yang lain, disebelah dalam dilapisi oleh sel-sel ephitelium pendek dan tidak
bercilia yang berasal dari ectodermal.
Pembuluh-pembuluh darah Amphioxus ialah semua dari satu macam, tetapi oleh
kaena ada homologinya pada pembuluh-pembuluh darah craniata, beberapa dari mereka
disebut arteriae dan beberapa venae.
Pada Amphioxus terdapat gonochorisme, tetap bentuk hewan jantan dan hewan
betina ialah sama, sehingga tidak ada dimorphisme. Gonades berbentuk sebagai kandung-
kandung sejumlah 26 pasang yang tersusun antara dinding badan dan dinding lateral
atrium, di daerah pharyngeal dan post-pharyngeal. Gonades tidak mempunyai saluran
keluar. Bila sel-sel kelamin masak, sel-sel tersebut menembus dinding lateral aerom dan
datang di dalam atrium untuk kemudian keluar melalui actoporus.

9
2. Fisiologi
Interaksi satu myomer, menyebabkan badan membengkok pada tempat myomer
itu. Bila kontraksi myomer-myomer itu terjadi berturut-turut dari canial ke caudal dan
berganti-ganti kanan dan kiri, terjadi gerakan mengelombang dari tubuh cranial ke
caudal.
3. Embrio
Fertilisasi berlangsung extern. Pembelahan melalui meridional, kemudian sampir
equatorial, sehingga terjadi micromer dan macromer dan terjadi bentuk morula.
Kemudian terjadi bentuk blastula disusul oleh bentuk glastula. Bentuk glastrula terjadi
oleh karena adanya invaginasi secara epiboli. Bentuk gastrula semula berbentuk seperti
piring, tetapi kemudian archenteron mendalam dan gastoporus mengecil dan terdapat
pada ujung yang akan menjadi ujung caudal, di datran yang akan menjdi dataran dorsal.
Dataran ini mendatar padahal dataran yang akan menjadi dataran ventral tetap
melengkung. Pada sel-sel ectoderm terdapat cilia. Kemudian seperti halnya pada
Urochordata, ectoderm di sebelah dorsal, cranial dan gastropopus, menjadi lamina
medullaris.
Sub Phylum Chepalochordata hanya terdiri atas satu class, ialah:
Class: Cephalochordata
Klasifikasi selanjutnya ialah sebagai berikut:
Ordo : Branchiostomidae
Familia : Branchiostomidae
Contoh : Amphioxus lanceolatus
Ordo : Amphioxidia
Famili : Amphioxididiae
Contoh : Amphioxides sp.

c. Sub Phylum Vertebrata


Semua hewan yang tergolong vertebrata memiliki otak yang relatif besar
dilindungi oleh tulang cranium. Penyokong tubuh yang merupakan sumbu yang tersusun
atas ruas-ruas tulang yang disebut columna vertebralis. Tubuh terbagi atas kepala, leher,
bdan dan ekor. Hampir semua alat mengalami kemajuan baik dalam struktur maupun
fungsinya, kecuali bentuk dari notochord, neverchord dan celah-celah insang.

10
Sub phylum vertebrata dibagi atas dua super kelas yang terdiri atas 8 kelas, yakni
1. Super Kelas I : Pisces
a. Kelas Agnatha
b. Kelas Placodermata
c. Kelas Chondroichtyes
d. Kelas Osteichtyes
2. Super Kelas II : Tetrapoda
a. Kelas Amphibi
b. Kelas Reptil
c. Kelas Aves
d. Kelas Mamalia

Rangkuman
Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong
tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan
lancelet sampai mamalia. Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan
karakteristik invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan
mengenai asal usul Phylum Chordata yaitu teori Anelid, teori Araknid dan teori
Ekinodermika.
Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:
1. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
2. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
3. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
4. Sub Phylum Vertebrata

C. Penutup

a. Pertanyaan

1. Sebutkan ciri-ciri dari hewan chordata

2. Jelasakan 3 teori asal usul chordata

3. Sebutkan klasifikasi dari phylum chordata

11
b. Umpan balik

Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

 Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
 Aktif dalam diskusi
 Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut

- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa


tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban

1. Ciri-ciri chordata

a. Adanya chorda dorsalis, pada keadaan embrio, larva atau seumur hidup, chorda
dorsalis terjadi dari entoderm primer.
b. Pada dinding pharynx ada sulci pada keadaan embrio, atau lubang-lubang pada
keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-lubang ini ialah celah-celah insang.
c. Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau hanya pada keadaan
larva. Rongga ini disebut neuroceia.
2. Teori asal usul chordata

a. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-
organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh
darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah

12
dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat
pada chordata. Namun, namun mulut anelida itu lalu ada di sebelah dorsal, tidak seperti
pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan
dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang
serupa dengan notokorda atau celah-celah insang.
b. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan
ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun
demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda
sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah
ventral.
c. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) tdan
larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya ransparan, bersilia eksternal, dengn ruang
selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva
cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah
dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva
tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi
kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba.
3. Klasifikasi chordata

Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:


a. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
b. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
c. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
d. Sub Phylum Vertebrata
Beberapa ahli Zoologi memasukkan sub phylum Sub Phylum Hemichordata
Urochordata dan Chepalochordata menjadi satu kelompok yang disebut acrania (a =
tidak, cranium = tulang tengkorak) sedangkan sub phylum vertebrata masuk kelompo
craniata (otaknya telah dilindungi oleh tulang cranium).

13
e. Referensi

1. Anonim. 2009. Phylum Chordata. (Diakses tanggal 31 November 2009,


http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/phylum-chordata/)

2. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).


Surabaya : Sinar Wijaya.

3. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata.


Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

4. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.

5. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

e. Senarai

1. Hemichordata = (hemi = setengah)

2. Urochordata = (oura = ekor)

3. Cephalochordata = (Chepale = kepala)

14
BAB II
PISCES
A. Pendahuluan

Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri khusus pisces, ciri karakteristik
kelas agnatha, ciri karakteristik kelas chondroichtyes, ciri karakteristik kelas osteichtyes.
Relevansi

Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk


dalam kelompok pisces.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pisces.

B. Penyajian

Uraian dan contoh

Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1]


yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang
paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara
taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih
diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75
spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes,
800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas
Osteichthyes).
Dalam buku Ichtyologi, karangan Lagler dkk, dicantumkan bahwa dalam Jordan
(1923), ikan-ikan yang masih hidup sampai sekarang dikelompokkan menjadi tiga kelas;
Marsibranchii, Elasmobranchii dan Pisces. Menurut regan (1929) ikan-ikan itu
dikelompokkan menjadi tiga tiga kelas; Marsiphobranchii, selachii dan Pisces. Sedang
menurut Berg (1940) ikan-ikan yang masih hidup dikelompokkan menjadi enak kelas;
Petromyzontes, Myxini, Elasmobranchii, Holocephali, Dipnoi dan Telostomi. Menurut

15
Romer (1959), ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga kelas; Agnatha,
Chondroichtyes, dan Osteichtyes.
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter
(45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada
beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan
ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik
air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan
hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti
Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan
untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.

2.1 Ciri Khusus Pada Pisces


a. Bagian-Bagian Badan Ikan
Pada garis besarnya tubuh ikan dapat dibagi atas menjadi tiga bagian, yakni
kepala, badan dan ekor. Lebih jelasnya bagian tubuh ikan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagian-Bagian Badan Ikan

16
b. Bentuk Tubuh Ikan
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak
dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ
ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan air ikan harus
dapat mengetahui kekuatan maupun arus laut, karenanya ikan dilengkapi dengan organ
linea lateralis.
Menurut Saanin (1968), untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifat,
tanda-tanda, dan bentuk atau bagian dari tubuh ikan. Sirip ikan adalah hal pertama yang
harus diperhatikan dalam proses identifikasi. Setelah itu, perbandingan antara panjang,
lebar, tinggi bagian tubuh ikan. Bentuk garis rusak dan jumlah sisik yang membentuk
garis rusak, bentuk gigi beserta susunannya, dan tulang insang juga perlu diperhatikan.
Jenis-jenis ikan dasar perairan memiliki paling banyak keragaman bentuk diantara
jenis ikan lainnya untuk beradaptasi. Kebanyakan mereka berkepala gepeng dengan
bentuk mulut bermacam-macam, tergantung dari letak makanannya. Sirip yang paling
banyak berperan adalah sirip perut untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat berada
pada dasar perairan. Pergerakan yang dilakukan sangat minim, sehingga sirip-sirip
lainnya tidak begitu berperan (Moyle dan Cech, 1988, disintasi oleh Yustiana, 2004).
Bentuk predator aktif adalah bentuk ikan yang paling banyak dikenal orang, yaitu
dengan bentuk mulut diujung kepala dan ekor bulan sabit. Umumnya dapat bergerak
sangat cepat untuk bermigrasi dan menangkap mangsa, misalnya adalah ikan tuna, hiu,
dan kakap (Raharjo dan Sanusi, 1982).
Menurut Raharjo (1980), secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat
dikelompokkan kedalam bentuk sebagai berikut :
1. Pipih mendatar
Bentuk ini umumnya terdapat pada ikan yang berbentuk lidah dan tergolong
sebagai ikan non bilateral simetri.
2. Terpedo/Streamline
Tinggi tubuh ikan hampir sama dengan lebarnya dan kedua ujungnya hampir
meruncing apabila jenis ikan ini dilihat dari depan maka akan menyerupai lingkaran
yang sempurna.

17
3. Pipih (Compressed)
Tubuh ikan berbentuk pipih tetapi tidak berbentuk datar, mulai dari kepala sampai
batang ekor. Lebar tubuhnya lebih pendek dari tingginya, ikan tersebut berbentuk
pipih secar vertikal.
4. Pipih (Depressed)
Tubuh ikan berbentuk pipih secara horizontal, lebar tubuh lebih panjang dari
tingginya. Contohnya adalah ikan pari (Aetobatis narinari).
5. Bentuk ular
Tubuh ikan berbentuk bulat memanjang seperti ular dengan ukuran panjang tubuh
dapat mencapai duapuluh kali tingginya. Contohnya adalah Congresox talabon
6. Bentuk pipa
Tubuh ikan ini berbentuk bulat panjang seperti bentuk pipa. Contohnya adalah
ikan Snipeel/cucut telinga buaya.
7. Bentuk pita
Tubuh ikan berbentuk pipih mendatar, memanjang ke belakang, dan hampir
menyerupai bentuk pita. Contohnya adalah ikan layur (Trichiurus savala).
8. Bentuk panah
Tubuh ikan berbentuk seperti anak panah, kepala lancip atau meruncing, badan
memanjang kebelakang dengan bentuk yang hampir seimbang dan ekor bercagak.
Contohnya adalah ikan alu-alu/todak (Sphyraena jello)
9. Bentuk Bola
Apabila sedang mengembang, bentuk tubuhnya akan menyerupai bola. Contohnya
adalah ikan buntal (Diodon histrik)
10. Bentuk Kotak
Bagian kepala dan badan ikan hamper menyerupai kotak segi empat. Contohnya
adalah ikan buntal (Tetraodon Sp.).
11. Bentuk kepala picak dan badan pipih (bentuk seperti lele)
Ikan ini mempunyai bentuk kepala hamper pipih mendatar secara horizontal dan
badannya berbentuk compressed. Contohnya adalah ikan lele (Clarias batrachus).

18
c. Bentuk Sisik Ikan
Sisik secara umumnya berarti semacam lapisan kulit yang keras dan berhelai-
helai. Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama) umumnya
merujuk kepada keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di kulit binatang sebagai
pelindung tubuhnya. Ada beberapa macam sisik ikan yang dikenal, yakni:
1. Sisik kosmoid (cosmoid); Sisik kosmoid yang sesungguhnya hanya dijumpai pada
ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana
lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis
tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi
yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin.
Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang
kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
2. Sisik ganoid; Sisik-sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan
Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan
ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Sisik-sisik ini berbentuk belah
ketupat, mengkilap dan keras.
3. Sisik plakoid; Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang
rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
4. Sisik leptoid; Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan
memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
5. Sisik sikloid; Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum
ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lembut.
Misalnya adalah ikan-ikan salem dan karper.
6. Sisik ktenoid; sisik ini bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-
ikan yang lebih ‘modern’ yang memiliki sirip-sirip berduri (lebih jelasnya lihat
Gambar 2).
Sejalan dengan pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus bertambah
lingkaran tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun di tubuh ikan seperti genting, dengan arah
menutup ke belakang. Dengan demikian memungkinkan aliran air yang lebih lancar di
sekeliling tubuh dan mengurangi gesekan.

19
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana
kehidupan ikan tersebut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus
bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-
ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada
kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.

a b

c d
Gambar 2. Tipe-Tipe Sisik Ikan (Ctenoid, cycloid, Ganoid, Placoid)

Pada sisik ikan dikenal istilah garis rusuk (linea lateralis) yaitu gambaran seperti
garis yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan, dibentuk oleh deretan pori-pori pada sisik-
sisik. Pori ini menandai letak sel-sel sensoris di dalam sistem acusticol-lateralis yang
berfungsi untuk mengetahui tekanan air. Cara menghitung sisik pada ikan adalah sebagai
berikut.
1) Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika
gurat sisi tidak sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah
jumlah sisik yang biasa ditempati gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi
badan. Penghitungan sisik ini dimulai dari sisik yang menyentuh tulang bahu hingga
pangkal ekor.
2) Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal
sirip punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip
dubur. Sisik yang terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.

20
3) Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung
antara insang dan awal sirip punggung.
4) Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari
batang ekor pada bidang yang tersempit.
5) Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang
melingkari dada.

d. Bentuk Mulut Ikan


Bentuk-bentuk mulut pada ikan terletak pada bagian ventral atau terletak pada
terminal. Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan
tersebut (lihat Gambar 3). Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk
mulut yang subterminal sedangkan ikanikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai
bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan
umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya
dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring
plankton.
Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut
ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan
invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang
panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang
fleksibel.

Gambar 3. Bentuk-Bentuk Mulut Ikan

21
e. Bentuk Sirip Ekor Ikan
Sirip ikan pada umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip
punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan.
Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat
dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut.
Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal
sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor
yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Deskripsi dari bentuk-bentuk sirip ikan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bentuk membulat; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari
bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
b. Bentuk bersegi atau tegak; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari
bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
c. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal; apabila terdapat lekukan dangkal antara
lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
d. Bentuk bulan sabit; apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke
luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan
yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
e. Bentuk bercagak; apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar
ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
f. Bentuk meruncing; apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh
ikan belut (Monopterus albus).
g. Bentuk lanset; apabila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian
membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
Ikan tulang rawan dan ikan tulang keras pada dasranya mempunyai sirip pektoral
dan sirip pelvik berpasanagn ditambah sebuah sirip medial dan sirip kaudal. Ekor ikan
tulang rawan dalam hal ini adalah ikan hiu pada umumnya bertipe heteroserkal,
sedangkan pada ikan tulang keras terdapat banyak perbedaan bentuk, posisi, maupun
jumlah sirip (lihat Gambar 4).
Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung. Pada ikan
bersisirp punggung tunggal, umumnya jari-jari bagian depan (1-40) tidak bersekat dan

22
mengeras, sedangkan jari-jari dibelakangnya lunak atau bersekat dan umumnya
bercabang. Pada ikan yang memiliki dua sirip punggung, bagian depannya terdiri dari
duri dan yang kedua terdiri dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari lunak atau
bersekat umumnya bercabang. Pada beberapa famili (suku) dua sirip punggungnya
mungkin bersatu atau bergabung.

Gambar 4. Tipe-Tipe Sirip Ekor Ikan

f. Bentuk Rangka Tulang Ikan


Berdasarkan strukturnya, rangka ikan ada 2 macam, yakni rangka tulang rawan,
pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll) dan rangka tulang benar, pada ikan-ikan
Teleostei (pada umumnya ikan-ikan).
Berdasarkan letaknya, terdiri atas tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang
rusuk disebut rangka visceral tulang penyokong insang disebut rangka appendicular
tulang penyokong sirip. Tulang-tulang penutup insang terdiri atas operculum, sub
operculum – di bawah, pre operculum – di depan, dan interculum – diantara (lihat
Gambar 5).

23
Gambar 5. Rangka Tulang Ikan

2.2 Ciri Karakteristik Kelas Agnatha


Kata Agnatha berasal dari kata (A = tidak , Gnathos = rahang ). Hewan yang
termasuk Agnatha merupakan ikan primitif belum punya rahang . Hidup secara parasit
ataupun pemakan bangkai (Scavanger ) .Bentuknya mirip seperti belut yang memiliki
mulut pengisap bundar.
Ciri-ciri ikan yang termasuk dalam kelas Agnatha.
a. Badannya memanjang berbentuk silinder sedangkan ekornya pipih . Kulitnya licin
tanpa sisik , dilengkapi kelenjar lendir (mucus ) . Siri tengah dorsal disokong oleh
tulang-tulang sirip (tulang rawan ).
b. Matanya ada sepasang
c. Mulutnya ventro anterior dan merupakan mulut pengisap , dipingiran terdapat
tentakel.
d. Kanong hidung terdapat disebelah tengah atas dan jumlahnya hanya satu
e. Tengkorak kepala dan lengkung insang (viceral ) terdiri dari tulang rawan dan
notochord masih didapati dilengkapi archus neuralis yang tidak sempurna.
f. Jantung terdiri dari dua ruang ( seranbi dan bilik ) . Darah merah berbentuk bulat-
bulat dan berinti juga memiliki butir-butir darah putih.
g. Insang terdiri dari 6 sampai 14 pasang terdapat di sisi pharynx berbentuk kantong.
h. Ginjalnya sepasang bermuara di papil urogenitalis.
i. Temperatur tubuhnya tridak tetap (poikilothermus).

24
j. Alat kelamin atau (gonad ) sebuah tidak memiliki saluran kepapilla urogenitalis .
Pembuahan terjadi di luar tubuh . Telur yang sudah dibuahi menetas menjadi larva (=
ammocoete = pride ) dan ada yang langsung menjadi hewan (anak ) - dewasa.
k. Otaknya berkembang naik , dengan 8 atau 10 pasang saraf cranial .
l. Mempunyai alat pendengar dengan 1 atau 2 bentuk saluran setengah lingkaran.
m. Mempunyai indra pembau.
Kelas ini mencakup satu subkelas Cyclostomata dengan dua ordo, yakni
Myxniformes dengan satu famili Myxinidae (contoh spesies Myxin glutinosa) dan
Petromyzontiformes dengan satu famili Petromyzontidae (contoh spesies Petromyzon
marinus). (Lihat Gambar 6)

Gambar 6. Myxin glutinosa dan Petromyzon marinus

2.3 Ciri Karakteristik Kelas Chondroichtyes


Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip
berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik bertipe plakoid atau tanpa sisik, celah
insang 5 atau 7 pasang, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan
bukan tulang sejati. Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda,
lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka
jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ
dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.
Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi di limpa dan
jaringan khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ
Leydig yang hanya ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak
memilikinya. Organ unik lain adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam
sistem kekebalan. Subkelas Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak
mempunyai kedua organ ini.
Kelas Chondroichtyes dibagi menjadi dua subkelas, yakni Elasmobranchii (hiu,
pari dan skate) dan Holocephalii (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang
dipisahkan menjadi kelas tersendiri).

25
a. Subkelas Elasmobranchii
Kelompok ini memiliki ciri-ciri celah insang 5-7 pasang, tanpa tutup insang,
mempunyai operculum, dan mempunyai kloaka. Subkelas ini mencakup dua ordo, yakni
1. Ordo Squaliformes
Ordo Squaliformes memiliki ciri-ciri, yaitu celah insang pada sisi lateral kepala,
tepi anterior sirip dada tidak melekat pada sisi tubuh. Orod ini mencakup 13 famili yang
salah satu contohnya famili squalidae dengan contoh spesies Squalus acanthias
(Gambar 7).

Gambar 7. Ikan Hiu


2. Ordo Rajiformes (Hypotremata)
Ordo Rajiformes memiliki ciri yaitu celah insang pada sisi ventral kepala, tepi
anterior sirip dada berlekatan dengan sisi-sisi kepala dan badan. Ordo ini mencakup 7
famili, yang salah satu diantaranya famili Rajidae dengan contoh spesies Raja erinaceae
(Gambar 8).

Gambar 8. Morfologi Ikan Pari

26
b. Subkelas Holocephalii
Kelompok ini memiliki ciri-ciri, yaitu insang 4 pasang terletakpada sisi-sisi
kepala tertutup oleh tutup insang, dengan celah insang satu pasang, tanpa sisik, tanpa
spirakulum, tanpa kloaka, tepi anterior sirip dada tidak melekat pada tubuh. Subkelas ini
mencakup satu ordo Chimaeriformes dan satu famili Chemaeridae dengan contoh spesies
Chimaera monatrosa (lihat Gambar 9).

Gambar 9. Ikan Chimaera monatrosa

2.4 Ciri Karakteristik Kelas Ostheichtyes


Kelompok Osteichthyes ini memiliki kerangka yang tersusun dari tulang keras
yang mengandung matriks kalsium fosfat. Ciri-ciri lainya adalah :
a. mulut terdapat di bagian depan tubuh
b. celah insang satu di masing-masing sisi kepala
c. sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah
d. kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit
e. adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak
f. sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh
g. usus panjang dan ramping menggulung
h. fertilisasi terjadi di luar
i. mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar
Kelompok ikan ini hidup di laut dan dihampir setiap habitat air
tawar.Osteichthyes mencakup subkelas Brachiopterygii dan subkelas Sarcopterygii
(Yunani, sarkodes = berdaging) dan subkelas Actinopterygii (yunani, aktin = berkas,
pteryg = sirip).

27
1. Subkelas Brachiopterygii
Kelompok ini memiliki tubuh yang tertutup oleh sisik tebal berbentuk jajaran
genjang, pangkal sirip menyempit dan tertutup oleh sisik-sisik, sirip punggung tersusun
atas 8 atau lebih lembaran-lembaran sirip berjejer ke belekang, masing-masing dengan
satu spina di bagoian depan, ekor bertipe diphycercal, gelembung udara sperti paru-paru.
Contoh spesies adalah Polypterus bichir (Lihat Gambar 10).

Gambar 10. Polypterus bichir


2. Subkelas Sarcopterygii
Kelompok ini memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot.Sirip ini
digunakan untuk berjalan d dasar perairan atau darat.Ikan yang termasuk kelompok ini
adalah ikan bersirip lobus dan ikan paru-paru (lungfish).Contoh ikan bersirip lobus
adalah coelancanth dengan nama spesies Latimeria chalumnae (lihat Gambar 11).Ikan
paru-paru hidup di rawa dan kolam.Ikan paru-paru akan naik kepermukaan untuk
bernapas. Jika perairan mengering saat musim kemarau, ikan paru-paru bersarang dalam
lumpur.

Gambar 11. Latimeria chalumnae


3. Subkelas Actinopterygii
Kelompok ini memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur
sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri, tanpa lubang hidung yang bermuara di
dalam mulut, tulang-tulang radius di dalam bonggol sirip yang berpasangan tidak
tersusun dalam dua deret. Subkelas ini mencakup sejumlah ordo, yakni :

28
a. Ordo Acipenseriformes
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni tubuh tertutup oleh lima baris kepingan tulang,
moncong memanjang, sirip ekor heterocercal. Ordo ini mencakup famili Acipenseridae
dengan contoh spesies Acipenser orcyrhynchus (lihat Gambar 12).

Gambar 12. Acipenser orcyrhynchus


b. Ordo Amiiformes
Ordo ini memiliki ciri sirip ekor heterocercal pendek, tulang-tulang radius
berlekatan dengan scapulo-coracoid yang serupa tulang rawan. Ordo ini memiliki satu
famili Amiidae dengan contoh spesies Amia calva (lihat Gambar 13).

Gambar 13. Amia calva


c. Ordo Lepidosteiformes
Ordo ini memiliki ciri kulit bersisik ganoid yang berbentuk rhomboid, moncong
sangat memanjang dan pada ujungnya terdapat lubang hidung, sirip ekor heterocercal
pendek. Ordo mencakup satu famili Lepidosteidae dengan contoh spesies Lepisosteus
osseus (lihat Gambar 14).

Gambar 14. Lepisosteus osseus

29
d. Ordo Clupeiformes
Ordo ini memiliki ciri-ciri sisik-sisik bertipe sikloid, sirip ekor homocercal, sirip
punggung dan sirip dubur tanpa spina. Ordo ini mencakup 29 famili diantaranya famili
Clupeidae dengan contoh spesies Clupea harengus (lihat Gambar 15).

Gambar 15. Clupea harengus


e. Ordo Scopeliformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip dorsal dan sirip anal tanpa spina, terdapat sirip dorsal
kedua, mulut besar dan dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil yang jumlahnya banyak,
memiliki alat penerangan. Contohnya adalah Harpodon nehereus (lihat Gambar 16).

Gambar 16. Harpodon nehereus


f. Ordo Cyprinoformes
Ordo ini memiliki ciri, gelembung udara berhubungan dengan esofagus dengan
perantaraan suatu saluran, sirip-sirip tanpa spina atau dengan satu spina pada tiap sirip
punggung, sirip dada atau sirip ekor, sirip perut terletak di daerah abdomen. Ordo ini
mencakup subordo Cyprinoidea dengan 5 famili diantaranya famili Cyprinidae dengan
contoh spesies Cyprinus carpio serta subordo Siluroidea dengan 17 famili diantaranya
famili Clariidae dengan contoh Clarias bathracus (lihat Gambar 17).

Gambar 17. Cyprinus carpio dan Clarias bathracus

30
g. Ordo Anguiliformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh memanjang seperti belut, kulit tanpa sisik atau
dengan sisik-sisik yang sangat kecil, sirip punggung dan sirip dubur panjang dan sempit,
biasanya bertemu di bagian belakang, sirip perut (bila ada) terletak di daerah abdomen,
sirip-sirip tanpa spina. Ordo ini mencakup 10 famili, diantaranya famili Anguilidae
contohnya Anguilla bicalor, famili Muraenidae contohnya Muraena picta (lihat Gambar
18).

Gambar 18. Anguilla bicalor


g. Ordo Belaniformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh pipih memanjang, tertutup oleh sisik sikloid, sirip-
sirip tanpa spina, sirip ventral di daerah abdomen, beberapa anggotanya mempunyai sirip
dada yang lebardan panjang yang dapat digunakan untuk terbang di atas permukaan air.
Ordo ini mencakup 4 famili, diantarnya exocoetidae dengan contoh spesies Exocoetus
pecilopterus (lihat Gambar 19).

Gambar 19. Exocoetus pecilopterus


h. Ordo Syngnathiformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh tertutup oleh lapisan sisik atau cincin-cincin
bertulang, mulut terletak di ujung moncong yang berbentuk buluh, jari-jari sirip pada
sirip punggung dan sirip dada tidak bercabang. Ordo ini mencakup 5 famili diantarnya
Syngnathidae dengan spesies Hippocampus kuda (lihat Gambar 20).

Gambar 20. Hippocampus kuda

31
i. Ordo Ophiocephaliformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh tertutup oleh sisik-sisik sikloid, kepala pipih
dorsoventral, tertutup oleh sisik-sisik yang lebar, sirip tanpa spina, insang mempunyai
bangunan tambahan, gelembung udara sangat panjang sampai ke daerah caudal. Ordo ini
mencakup satu famili Ophiocephalidae dengan spesies Ophiocephalus striatus (lihat
Gambar 21)

Gambar 21. Ophiocephalus striatus


j. Ordo Synbranchidae
Ordo ini memiliki ciri, tubuh panjang gilig seperti ular, tanpa sisik, tanpa
gelembung udara, sirip dorsal, sirip ekor, sirip dubur berhubungan menjadi satu, sirip-
sirip tanpa spina, celah insang tunggal di bagian ventral. Ordo ini mencakup 2 famili
diantaranya famili Synbranchidae dengan contoh spesies Monopterus albus (lihat
Gambar 22).

Gambar 22. Monopterus albus


k. Ordo Perciformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip biasanya dengan spina, sirip punggung dua buah,
sirip ventral di daerah dada, berjari-jari sirip tidak lebih dari 6 buah. Ordo ini mencakup
1.000 famili diantaranya famili Anabantidae dengan contoh Anabas scandens dan famili
Trichiruridae dengan contoh Trichiurus muticus (lihat Gambar 23).

Gambar 23. Trichiurus muticus dan Anabas scandens

32
l. Ordo Pleuronectiformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh pipih, kedua mata terletak disisi dorsal, sirip-sirip
umumnya tanpa spina, Mencakup 4 famili diantaranya famili Pleuronectidae dengan
contoh spesies Pleuronectes americanus dan famili Cynoglossidae dengan contoh spesies
Cynoglossus litrus (lihat Gambar 24)

Gambar 24. Pleuronectes americanus dan Cynoglossus litrus


m. Ordo Echeneiformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip dorsal pertama mengalami modifikasi menjadi alat
pelekat, pada sirip dorsal dan sirip anal tidak terdapat spina, tanpa gelembung udara.
Ordo ini mrncakup famili Echeneidae dengan contoh Echeneis naucrates
(lihat Gambar 25).

Gambar 25. Echeneis naucrates


n. Ordo Tetradontiformes
Ordo ini memiliki ciri, sisik-sisik mengalami modifikasi menjadi spina-spina,
tubuh tertutup oleh lempeng-lempeng tulang, celah insang kecil. Mencakup 6 famili
diantaranya famili tetradontidae dengan contoh spesies Tetradon sp dan Diadontidae
dengan contoh spesies Diodon sp. (lihat Gambar 26).

Gambar . Tetradon sp dan Diodon sp.

33
Rangkuman
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan
kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang
(kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan
bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Dalam buku Ichtyologi, karangan Lagler dkk, dicantumkan bahwa dalam Jordan
(1923), ikan-ikan yang masih hidup sampai sekarang dikelompokkan menjadi tiga kelas;
Marsibranchii, Elasmobranchii dan Pisces. Menurut regan (1929) ikan-ikan itu
dikelompokkan menjadi tiga tiga kelas; Marsiphobranchii, selachii dan Pisces. Sedang
menurut Berg (1940) ikan-ikan yang masih hidup dikelompokkan menjadi enak kelas;
Petromyzontes, Myxini, Elasmobranchii, Holocephali, Dipnoi dan Telostomi. Menurut
Romer (1959), ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga kelas; Agnatha,
Chondroichtyes, dan Osteichtyes.

C. Penutup

a. Pertanyaan

1. Sebutkan karakteristik ikan osteichtyes

2. Jelaskan tipe-tipe sirip ekor pada ikan

b. Umpan balik

Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut

- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa


tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.

34
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Karakteristik ikan Osteichtyes
a. mulut terdapat di bagian depan tubuh
b. celah insang satu di masing-masing sisi kepala
c. sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah
d. kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit
e. adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak
f. sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh
g. usus panjang dan ramping menggulung
h. fertilisasi terjadi di luar
i. mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar
2. Tipe-tipe sirip ekor ikan
a. Bentuk membulat; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari
bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
b. Bentuk bersegi atau tegak; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak
dari bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
c. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal; apabila terdapat lekukan dangkal
antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma
temminckii).
d. Bentuk bulan sabit; apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung
ke luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat
lekukan yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
e. Bentuk bercagak; apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan
lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger
sp.)

35
f. Bentuk meruncing; apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing),
contoh ikan belut (Monopterus albus).
g. Bentuk lanset; apabila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian
membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
e. Referensi

1. Anonim. 2009. Pisces. (Tersedia di : http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/5, 30


November 2009)

2. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://www.prionace.it/chimeratesti.jpg, diakses


tanggal 1 desember 2009)

3. Anonim. 2009. Kelas Agnatha. . (Tersedia di : http://hudsonsidabutar.


blogspot.com/ 2008/08/kelas-aghnata.html, 30 November 2009)

4. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://gurungeblog. wordpress.com/


2008/11/13/mengenal-vertebrata/, diakses tanggal1 Desember 2009)

5. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Chondrichthyes, diakses


tanggal 30 November 2009)

6. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://www.osl.gc.ca/guide_sp/ en/poiss/sp/ images/


m-glutinosa.jpg, 30 November 2009)

7. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.

f. Senarai

1. Agnatha = ikan yang tidak mempunyai rahang


2. Chondroichtyes = ikan bertulang rawan
3. Osteichtyes = ikanbertulang sejati

36
BAB III
AMPHIBI

A. Pendahuluan

Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang pengertian amphibi, model peralihan
amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial dan klasifikasi kelas amphibi.
Relevansi

Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk


dalam kelas amphibi.

Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kelas amphibi.

B. Penyajian

Uraian dan contoh

3.1 Pengertian Amphibi


Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios yang artinya
hidup. Amphibi mempunyai pengertian bahwa di dalamn siklus hidupnya memerlukan
dua macam habitat air dan darat. Tetapi pengertian ini tidak mencakup semua anggota
sebab beberapa jenis katak berkembang langsung dari telur tanpa melalui stadium berudu.
Beberpa salamander tidak bertelur tetapi beranak. Hal ini menunjukkan tidak adanya pola
tertentu di dalam cara perkembangbiakan yang dapat mencirikan amphibian. Oleh karena
itu menurut Coin (1962) definisi amphibi harus didasarkan atas kombinasi beberap ciri,
bukan atas dasar satu ciri saja.
Menurut Vermes (1979) amphibi mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut.
a. Berdarah dingin (poikiloterm)
b. Kulit halus dan kasar, banyak mengandung kelenjar
c. Sisik-sisik bila ada tersembunyi di dalam kulit
d. Tengkorak berartikulasi dengan tulang atlas melalui dua condylus occipitalis
e. Tungkai bila ada bertipe pentadactyla

37
f. Eritrosit bikonkav, oval dan bernukleus
g. Jantung terdiri atas dua atrium, satu ventrikel dan satu konusA
h. Arcus artat simetris
i. Pada umumnya mempunyai insang, pal;ing tidak pada stadium awal
perkembangbiakan
j. Telur-telur dibungkus oleh bajan gelatin, biasanya dikeluarkan dalam air
k. Larva berubah menjadi dewasa setelah mengalami metamerfosis
Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat yang rendah. Amphibi tidak
diragukan lagi berasal dsari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal ini terjadi pada
zaman Devon. Transisi dari air ke darat tampak dilihat pada hal-hal berikut.
a. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki kemampuan
berenang dalam air.
b. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip
c. Merubah kulit hingga memungkinakn untuk mengahadapi suasana udara
d. Penggantian insang oleh paru-paru
e. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dengan kulit
f. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik di udara maupun di air.

3.2 Model Peralihan Amphibi Dari Kehidupan Akuatik Kekehidupan Terestrial


Dalam urutan filogeni, amphibi dipandang sebagai bentuk peralihandari
kehidupan akuatik ke kehidupan terestrial. Ciri peralihan itu diperlihatkan oleh beberapa
model, yakni 1) ada kelompok yang tetap tingal di dalam air dan tidak pernah menjadi
dewasa, seumur hidupnya tetap sebagai larva, bernfasa dengan insang, 2) kelompok yang
sebagian hidupnya tinggal di darat, tetapi pada saat tertentu kembali ke air untuk
berkembang biak, pada kelompok ini dikenal ada stadium larva dan stadium dewasa, 3)
kelompok yang berupa hewan darat, berkembang biak di darat, tidak ada stadium larva.
Kehidupan di tingkat peralihan ini menunjukkan adanya keterlibatan di dalam
struktur dan fungsi alat-alat tubuh tertentu. Misalnya alat pernapasan larva (berudu)
berupa insang yang hanya dapat digunakan untuk bernapas di dalam air, sedangkan alat
alat pernapasan hewan dewasa berupa paru-paru yang hanya dapat digunakan untuk
bernapas di darat. Selain itu alat pencernaan berudu memiliki usus yang sangat panjang
sesuai dengan fungsinya untuk mencerna bahan makanan yangberasal dari hewan. Alat

38
gerak berudu mula-mula hanya berupa ekor, kemudian ditambah dengan tungkai-tungkai
kecil, sedangkan yang dewasa alat gerak itu berupa tungkai yang kuat. Proses
perubahahan alat-alat tubuh dewasa disebut dengan metamerfosis.
Evolusi organ-organ tidak selalu berjalan sama cepat. Kulit akan dapat berfungsi
sebagai alat pernafasan apabial lembab dan basah. Oleh karena itu evolusi amphibi
dibarengi hilangnya sisik secara berangsur-angsur dan berkembanganya kelenjar lendiri
dalam kulit, sehingga kulit menjadi lembab. Fungsi lain dari kulit adalah mengeluarkan
lendir racun dan untuk pertukaran air.
Lingkungan darat dapat menyebabkan perubahandalam gerakan. Alat gerak yang
berupa sirip-sirip berpasangan diganti dengan tungkai. Amphibi bergerak merangkak dan
melompat, sebagian dari mereka ada yang berenang. Akibat dari cara bergerak dengan
model ini bentuk tubuh yang mula-mula memanjang berubah menjadi pendek, ekor
menghilang dan terjadiperbedaan ukuran antara tungkai depan dengan tungkai belakang.
Diantara anggota amphibi ada yang tidak bertungkai, karena biasa hidup di dalam liang-
liang tanah. Dengan demikian terdapat 3 macam bentuk dasar pada amphibi, yaitu
memanjang seperti kadal, pendek tanpa ekor dan memanjang tanpa tungkai.

3.3 Klasifikasi Kelas Amphibi


Kelas amphibi mencakup tiga ordo utama, yaitu ordo apoda (gymnophiona), ordo
urodela (caudata) dan ordo anura (salientia).
a. Ordo Apoda
Ordo apoda memiliki ciri-ciri sebagi berikut.
1. Tubuh memanjang gilig seperti cacing
2. Tanpa tungkai dan ekor
3. Kulit beralur-alur transversal sehingga seakan-akan kulit itu berkerut
4. Mempunyai sisik-sisik kecil yang menempel di dalam alur-alur kulit
5. Jantan mempunyai alat kelamin luar
Ordo ini mempunyai satu famili, yakni Caeciliidae, contoh spesiesnya adalah
Ichtyophis glutinosa (lihat Gambar 27).

39
Gambar 27. Ichtyophis glutinosa
b. Ordo Urodela
Ordo urodela memiliki ciri-ciri sebagi berikut.
1. Tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, ekor dan tungkai
2. Kulit tidak bersisik
3. Mempunyai gigi-gigi pada kedua rahangya
4. Larva mirip dengan dewasa
Ordo ini mencakup tujuh famili, salah satu diantaranya ialah Salamndriidae
dengan contoh spesiesnya adalah Salamndra maculosa (lihat Gambar 28).

Gambar 28. Salamndra maculosa


c. Ordo Anura
Ordo anura memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tubuh pendek lebar dan kaku
2. Kepala dan badan bersatu
3. Tanpa leher dan ekor
4. Tungkai depan lebih kecil dan lebih pendek daripada tungkai belakang
Ordo ini mencakup 16 familia diantaranya famili Bufonidae dengan contoh
spesies Bufo melanosticts¸ famili Ranidae dengan contoh spesies Rana tigrina, famili

40
Rhocoporidae dengan contoh spesies Rhacoporus sp, famili Microhylidae dengan contoh
spesies Kaloula baleata (lihat Gambar 29).

Gambar 29. Rana tigrina, Rhacoporus sp, Kaloula baleata dan Bufo melanosticts

Rangkuman
Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios yang artinya
hidup. Amphibi mempunyai pengertian bahwa di dalamn siklus hidupnya memerlukan
dua macam habitat air dan darat. Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat
yang rendah. Amphibi tidak diragukan lagi berasal dsari satu nenek moyang dengan ikan,
mungkin hal ini terjadi pada zaman Devon.
Kelas amphibi mencakup tiga ordo utama, yaitu ordo apoda (gymnophiona)
contohnya Ichtyophis glutinosa, ordo urodela (caudata) contohnya Salamndra maculosa
dan ordo anura (salientia) contohnya Rana tigrina, Rhacoporus sp, Kaloula baleata dan
Bufo melanosticts.

C. Penutup

a. Pertanyaan

1. Sebutkan tipe model peralihan amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial

2. Sebutkan ciri-ciri dari ordo pada kelas amphibi

41
b. Umpan balik

Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut

- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa


tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Tipe model peralihan amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial
Ciri peralihan itu diperlihatkan oleh beberapa model, yakni 1) ada kelompok yang
tetap tingal di dalam air dan tidak pernah menjadi dewasa, seumur hidupnya tetap sebagai
larva, bernfasa dengan insang, 2) kelompok yang sebagian hidupnya tinggal di darat,
tetapi pada saat tertentu kembali ke air untuk berkembang biak, pada kelompok ini
dikenal ada stadium larva dan stadium dewasa, 3) kelompok yang berupa hewan darat,
berkembang biak di darat, tidak ada stadium larva.
2. Ciri- ciri dari ordo pada kelas amphibi
a. Ordo Apoda
 Tubuh memanjang gilig seperti cacing
 Tanpa tungkai dan ekor
 Kulit beralur-alur transversal sehingga seakan-akan kulit itu berkerut
 Mempunyai sisik-sisik kecil yang menempel di dalam alur-alur kulit

42
 Jantan mempunyai alat kelamin luar
b. Ordo Urodela
 Tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, ekor dan tungkai
 Kulit tidak bersisik
 Mempunyai gigi-gigi pada kedua rahangya
 Larva mirip dengan dewasa
c. Ordo Anura
 Tubuh pendek lebar dan kaku
 Kepala dan badan bersatu
 Tanpa leher dan ekor
 Tungkai depan lebih kecil dan lebih pendek daripada tungkai belakang
e. Referensi
1. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).
Surabaya : Sinar Wijaya.
2. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo.
3. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
4. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT
5. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

g. Senarai
1. amphi = rangkap dan
2. bios = hidup
3. poikiloterm = berdarah dingin

43
BAB IV
REPTIL

A. Pendahuluan

Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang pengertian reptil, struktur tengkorak
reptil, dan klasifikasi reptil.

Relevansi

Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk


dalam kelompok reptil.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang reptil.

B. Penyajian

Uraian dan contoh

4.1 Pengertian Reptilia


Kata Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan
kelompok hewan vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah.
Penandukan atau cornification kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak
hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. Nama kelas ini diambil dari model
hewan berjalan (Latin; reptum = melata atau merayap) dan studi tentang reptil disebut
herpetology (Yunani; creptes = reptil). Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran
hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan
mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan
alam yang mempelajari reptil adalah herpetologi.
Dari segi evolusinya reptil berasal dari amphibi dan selanjutnya dari reptil akan
terjadi burung dan mamalia. Pada zaman Mesozoik reptil merupaka kelompok vertebrata
yang dominan serta mencapai puncak kejayaannya. Beberapa reptil baru muncul pada
akhir periode Trias, tetapi beberapa anggota lain lenyap pada masa itu juga.

44
Reptil adalah hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernapas dengan
paru-paru. Ada dua perkembangan yang lebih maju yang dimiliki oleh reptil sehingga
kelompok ini lebih sukses hidup di darat daripada amphibi. Pertama adanya cangkang
pada telur dan adanya amnion pada embrio, menjamin perlindungan terhadap bahaya
kekeringan pada telur-telur yang diletakkan di darat. Sifat ini tidak dimiliki oleh telur-
telur amphibi yang terestrial sekalipun. Kedua adanya sisik epidermis yang berfungsi
sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik dan juga sebagai pelindung terhadap
kekeringan. Selain itu kemajuan pada reptil adalah ekstermitas yang cocok untuk
bergerak cepat, adanya arah pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen
dalam jantung, serta sempurnanya proses penulangan
Ciri-ciri anggota reptil secara umum dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tubuh dibungkus oleh kulit kering yang menanduk biasanya dengan sisik, beberapa
ada yang memiliki kelenjar pada permukaan kulit.
2. Mempunyai dua pasang anggota, yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang
cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air
kakinya mempunyai bentuk dayung dan pada ular bahkan tidak memilikinya.
3. Skeletonnya mengalami penulangan secara sempurna, tempurung kepalanya
mempunyai satu occipitale condyl.
4. Jantung tidak sempurna, terdiri atas 4 ruangan, dua auricula dan dua ventricula (pada
Crocodilia terpisah menjadi dua, tapi masih berlubang yang disebut foramen
panizzae). Terdapat sepasang archus aorta, bereritrosit dengan bentuk oval biconvex
dengan nucleus.
5. Memiliki 12 nervi cranialis
6. Fertilisasi secara internalm biasanya mempunyai alat kopulasi, telur besar
denganbanyak yolk, berselaput kulit lunak atau bercangkok tipis.
7. Segmentasi secara meroblastik, mempunyai membran embrionik.
8. Ginjal bertipe metanefros seperti pada burung dan mamalia.

4.2 Struktur Tengkorak Reptil


Tengkorak reptil terjadi penulangan lebih banyak daripada amphibi dan terdapat
banyak variasi di daerah temporal. Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik di
daerah temporal disebut tipe tengkorak anapsid (an = tidak; apsis = arcus atau lengkung).

45
Tipe demikian ditemukan pada kura-kura. Tipe tengkorak eurapsid ditemukan pada
Plesiosaurus dan kerabatnya, mempunyai sebuah penyambung supratemporalyang
berkembang di kedua sisi tengkorak. Tengkorak di era Permian sampai Jurrasic
mempunyai tengkorak seperti mamalia, ada sepasang lubang infratemporal disebut tipe
sinapsid. Reptil yang hidup pada zaman Mesozoik mempunyai tipe tengkorak diapsid,
yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal. Ciri terakhir ini juga menjadi ciri
reptil sesudah era Chelonia (Testudinata).
Atap tengkorak yang sempurna di daerah temporal pada kelompok ini dianggap
palsu “palsu” sebab merupakan perluasan dari tulang-tulang; os postorbitale, os
parietale, dan os squamosum. Beberapa tulang yang pada kelompok lain masih dijumpai
misalnya os mosale, os ectoptarygoideum dan os lacorimale, pada kura-kura tidak ada
lagi. Tetapi sebuah vomer dan tulang-tulang parietal dijumpai dalam keadaan terpisah.
Tulang-tulang tengkorak bagian atas meliputi; os premaicillare, os maciellare, os
prefrontale, os prontale, os pareitale, os jugale, os quadrato suppraoccipitale, os
ercoccipitale, os basiocciptale (dari condal), os basisphemoidale, os pterygoideum, os
platamum, vomer (dari ventral) dan os opisthoticum serta os proaticum. Pada kura-kura
belahan mandibula kiri dan kanan bersatu dibagian depan membentuk sebuah tulang yang
masing belahan mandibula tersusun atas tulang-tulang; os dentale, os supraangulore, os
coronoiddale dan os articulore.
a. Tengkorak Crocodilia
Tengkorak crocodilia dalam hal ini adalah buaya, langit-langitnya keras dan telah
terbentuk sempurna oleh rangkain tulang-tulang; os marcielore, os parantium dan os
pterygoideum (lihat Gambar 30). Dengan demikian choana terdapat jauh di belakang. Di
depan choana terdapat lipatan jaringan yang dinamakan velum yang mencegah masuknya
air ke dalam larink hewan sedang merendam diri dalam air. Tulang-tulang penyusun
tengkorak ialah os postorbitale, os frontale, os perietale, os acrimale, os prefrontale, os
quadratojugale, os jugale, os mucillare, os premorcillare (daerah belakang tengkorak);
os supraoccipitale, os exoccipitale, os basioccipitale (daerah belakang tengkorak); os
basipheriodale, vomer, os palatium, os transversum, os pterygoideum (daerah langit-
langit); os proaticum (daerah pendengaran); os articulare, os dentale, os anjulare, os
supraangulade, os spenoiddale, os coronoidale (mandibula).

46
Gambar 30. Tengkorak Crocodilia
b. Tengkorak Squamata
Secara umum strukturnya seperti tengkorak buaya, dengan perbedaan bahwa os
quadratojugale tidak ada tetapi os septomorcillare ada. Pada ular, separuh dari daerah
rahang atas terdiri serangkaian tulang-tulang terutama; os quadratum, os pterygoideum,
os palatimum dan os morcillare. Os quaratium melekat (bersendi) pada bagian posterior
tempurung otak, sedangkan os morcillare dibagian depan. Os pterygoideum dan os
palatium dapat bergerak satu terhadap yang lain (lihat Gambar 31).

Gambar 31. Tengkorak Squamata

47
Dengan demikian gerakan bagian ventral os quadratum ke depan dan ke belakang
dapat pula menggerakan os morcillare. Pada saat yang bersamaan terjadi gerakan
mandibula ke arah yang sama karena rahang itu bersendi dengan ujung ventral os
quadratum. Mandibula terdiri atas 2 bagian yang dihubungkan oleh ligamentum, sehingga
kedua bagian dapat bergerak bilateral (saling menjauhi).
Pada jenis ular berbisa pada morcilla terdapat gigi bisa. Bila ular bersiap
menyerang, maka mulut membuka, gigi bisa digerakkan ke depan oleh rangkaian tulang-
tulang tersebut. Di atas sehingga kedudukannya menjadi tegak dan siap untuk mengigit
dengan gerakan elemen-elemen tulang ke belakang, maka gigi bisa kembali ke
kedudukan semula.
c. Tengkorak Testudinata
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian
dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian
karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal,
tulang nuchal dan tulang peripheral (lihat Gambar 32). Pada bagian plastron terdapat
tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan
tulang xiphiplastron. ( Pough et. al, 1998; Zangler, 1969).

Gambar 32. Carapace dan Plastron Pada Kura-Kura

48
Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang
disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping
costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada
plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal,
keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa
famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan
Famili Charettochelydae.

4.3 Klasifikasi Reptil


Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya.
Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya
ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil
tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia,
Squamata dan Crocodilia.
A. Ordo Testudinata
Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh
bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal
empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi
( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat
( Tortoise). Perhatikan Gambar 33.

Gambar 33. Batagur baska dan Coura amboinensis

Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian


dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian
karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal,

49
tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron,
tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron.
( Pough et. al, 1998; Zangler, 1969).
Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang
disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping
costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada
plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal,
keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa
famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan
Famili Charettochelydae.
Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota
Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti
dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan
untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang
atau tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat
selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya
dilengkapi dengan cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara
lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi. (Zug, 1993).
Fosil kura-kura tertua yang berasal daridari masa trias ( 225 juta tahun silam),
Proganochelys, telah berbentuk mirip kura-kura masa kini. Perbedaannya, tulang
belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu
membentuk tempurung sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih
sejaman dengan dinosaurus. Archelon merupakan kura-kura raksasa yang diameter
tubuhnya mencapai lebih dari 4 meter. Beberapa jenis kura-kura jaman sekarang mampu
menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya sehingga dapat
menyelamatkan diri. Pada kura-kura primitif, misalnya penyu, tidak dapat menarik
anggota badannya untuk masuk ke dalam tempurung.
1. Sistematika
Ordo testudinata terdiri dari dua subordo, yakni subordo Cryptodira dan subordo
Pleurodira

50
a. Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang
akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam
cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada
sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya
terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal,
dengan warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal)
sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi
dalam 11 famili diantaranya sebagai berikut.
1) Famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina)
Superfamilia Testudinoidea
Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di
Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai
satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu
Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm.
Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia antara lain Batagur baska,
Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys subtrijuga, Notochelys platinota,
Orlitia borneensis, Siebenrockiella crassicollis, Coura amboinensis, Cyclemys dentata
dan Heosemys spinosa.
Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan
Galapagos dan Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal
sebagai kura–kura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai
di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kura–kura Kuning di Sulawesi dan Baning yang
terdapat di hutan–hutan Sumatera dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota
famili di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia.
Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup
dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam

51
bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya : Geochelone gigantean,
Testudo hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000).
Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada
beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat
(beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila).
Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni
karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys). Anggota famili ini mempunyai
cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan kurang lebih 39 spesies. Di indonesia,
beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan hewan import yang
diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys scripta ( kura-kura brazil).
2) Superfamilia Trionychoidea
- Famili Carettochelydae
- Famili Trionychidae
- Famili Kinosternidae
- Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh
benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari suku ini hanya
memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari
perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa
jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif
panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang
hidungnya terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat
mencapai panjang satu meter, dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota
super famili ini yang berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania
subplana ( labi-labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang),
Pelochelys bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan
Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000).

52
3) Superfamilia Chelonioidea
Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni
adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai punggung
dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu
cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan biasanya
memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia mempunyai lubang hidung yang
terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan mengambil udara
untuk bernafas (Iskandar, 2000).
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada
di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh
dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemuan di Indonesia.
Adapun contoh spesies anggota famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan
penyu tempayan (Caretta caretta). Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang
jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur
(Iskandar, 2000).
Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing.
Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciri–ciri
penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu kehijauan, kaki tidak bercakar dan
perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa
keping yang jelas. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang
dibentuk oleh tulang–tulang kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh
baris yang membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun
sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya
berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000). Contoh
spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea.
b. Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher
yang panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke

53
dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki
13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang.
Merupakan hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).
Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:
- famili Chelidae
- famili Pelomedusidae
- famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa
(Famili Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae) (Zug, 1993).
Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat
dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian
perisainya mempunyai keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif daripada
kura–kura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek
moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosil–fosil dari Genus
Chelodina, Elseya, dan Emydura. Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan
empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan tepi perisai yang relatif
panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni kura–kura dengan leher panjang dan kepala
yang juga relatif panjang dan kelompok yang kedua adalah kura–kura dengan panjang
leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000).
2. Keanekaragaman jenis dan penyebarannya
Seluruhnya terdapat sekitar 295 dari 14 famili yang msih hidup di berbagai
belahan dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies dari 7 famili kura-kura dan penyu.
Persebaran kura-kura banya di daerah tropis dan subtropis seperti di Afrika bagian utara,
Eurasia, Amerika Selatan, Afrika dan madagaskar, Amerika Tengah dan Amerika tropis.
Labi-labi moncong babi tersebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian
utara. Sedangkan penyu belimbing ( Dermochelys coriacea) dapat hidup di lautan-lautan
besar hingga ke daerah dingin.
Kura-kura hidup di berbagai tempat mulai daerah gurun, padang rumput, hutan,
rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik baik di air tawar
maupun air laut. Habitat penyu jelas di lautan dan ke daratan hanya untuk bertelur.

54
Walaupun demikian, penyu tetap membuthkan udara untu bernafas. Beberapa labi-labi
ditemukan di perairan sungai dan danau dengan air yang tawar. Sedangkan kura-kura
hidup di darat dengan air di sekitarnya.
3. Reproduksi
Kura-kura berkembang biak dengan bertelur (ovipar). sejumlah telur yang
dihasilkan oleh testudinata diletakkan pada lubang pasir di tepi sungai atau laut untu
kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bentuan panas matahari. Jenis kelamin
anak kura-kura ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu disimpan. Pada
kebanyakan jenis kura-kura, suhu diatas rata-rata biasanya akan menghasilkan individu
betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan
jantan.
4. Kunci Pengenalan Spesies
Untuk membedakan kura-kura jantan dan betina dapat dilihat dari plastronnya.
Pada jantan plastronnya cekung sedangkan pada betina datar. Hal ini berkaitan dengan
perilaku kawinnya. Jantan berekor lebih panjang dan cakar lebih besar. Untuk
mengidentifikasi dapat digunakan jumlah dan susunan keping. Bentuk keping perisai.
Secara umum inframarginal ada 24 buah, keping postal 4 pasang dan vertebral. Pada
bulus tidak ada keping perisai, hanya ada tul;ang. Pembeda lain adalah jumlah, susunan,
corak dan warna keping sisik.

B. Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil
hidup. Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda
dengannya terutama karena tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di
daerah temporal).
Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara
210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm.
Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat
hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar

55
dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan
anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun.
Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale. Tulang-tulang
gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik. Celah kloaka melintang. Diatap kepala
terdapat mata parietal dengan lensa dan retina. Pada hewan muda, mata parietal tampak
lebih jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat dewasa kulit tersebut
menebal. Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya. Ordo ini mencakup satu
familia, yaitu Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus (lihat Gambar 34).

Gambar 34. Sphenodon punctatus


C. Ordo Squamata
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh
sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang
disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan
kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya
terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas
sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi
karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal,
sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota
squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia,
Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo
squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata
sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia
Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993).

1. Sistematika

56
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu subordo Lacertilia, subordo
Serpentes dan subordo Amphisbaenia.
a. Subordo Lacertilia/ Sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan
sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang
sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-
sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak
semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang
bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia
mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota
subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya sp
(Zug, 1993) (perhatikan Gambar 35).

Gambar 35. Mabouya sp


Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies
lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu
Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.
Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau
yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik.
Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya kadang

57
bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang
rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.
Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama
besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris.
Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti
genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan
kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah
Mabouya multifasciata.
Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian
dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di
bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik
yang berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont.
Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang
panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau
kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda,
yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga
Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari
kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa
lubang telinga.
Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang
berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko
yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya
dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies
anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk
memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan
mudah

58
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang.
Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya
ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan
parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang biak tanpa
pembuahan.
b. Subordo Serpentes/ Ophidia
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang
seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa
semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh
anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan
oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata
yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug,
1993). Contoh spesies dari subordo Serpentes (lihat Gambar 36).

Gambar 36. Natrix piscator


Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya
termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya
vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor
yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan
Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya
untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah
mangsa (Zug, 1993).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :
1) Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.

59
2) Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
3) Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak
dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
4) Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya.
Contohnya pada Famili Hydrophiidae (lihat Gambar 37)

A B

C D
Gambar 37. Tipe-Tipe Gigi Pada Ular
(A = Proteroglypha, B = Soleglypha, C = Ophistoglypha, D = Aglypha

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu
1) Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara
menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah:
Colubridae dan Viperidae.
2) Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini
menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya
melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini

60
tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa
jenis ini.
3) Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah
sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili
Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.
Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:
Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata
yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat
sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat
dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam
serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops
sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6
genus dengan 240 spesies. Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan
Amerika.
Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal.
Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh
darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang
vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki
genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes,
Gongylophis, dan Sanzinia.
Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi.
Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe
bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor
termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu
pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus
persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung

61
untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali
naik ke permukaan untuk bernafas.

Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang
banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies
yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup
gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat
kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan
merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah)
dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).
Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain
diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan
lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun
dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir
setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa
atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe
proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas,
dan Elaphe.
Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili
ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup
di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi
menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai
thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan
beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang
terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya
sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae

62
karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling
depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis.
Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python
reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang
yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan
dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.
Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila
terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah
permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya
Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam
tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).
c. Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki
namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda
dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya yang meliang
menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini (Zug, 1993).
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras,
memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya
tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir
menyerupai kepalanya (Zug, 1993) (lihat Gambar 38).

Gambar 38. Subordo Amphisbaenia


2. Habitat dan persebaran
Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup
menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas

63
atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di
beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung
barat pulau Flores.
Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai,
dan rawa-rawa. Di perkotaan, biawak sering diketemukan hidup di gorong-gorong
saulran air yang bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah.
Di alam cecak biasanya hidup pada tempat teduh.
Persebaran lacertilia sangat hempir setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah
Arktik, Antartik dan Greenland.
3. Reproduksi
Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara
internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya,
biawak jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya.
Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan
daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan
menghangatkan telur sehingga menetas.
4. Kunci pengenalan spesies
Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi lacertilia adalah pola sisik dorsal
kepala, jumlah sisik lateral tubuh, susunan sisik pada ekor dan panjang ekor.

D. Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara
reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu
tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk
perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada
bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat,
dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian
kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup
oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak
seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi
dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya

64
menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai
belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak
sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki
foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan
berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari.
Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada
musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat
kekeringan (Goodisman, 2002).
Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan
deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga
pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi
pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun.
Tahan terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut
bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik.
(lihat Gambar 39).

Gambar 39. Aligator sp


Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang
hampir segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua
tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula

65
baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian
tengkuk. Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :
a. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang
lain berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik
belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah
17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah.
Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum
dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina (Iskandar, 2000).
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal
musim kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga
oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati
habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke
pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS
Memberamo, sampai semenanjung selatan Papua Nugini (Iskandar, 2000).
b. Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang
tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang
kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17
baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris (lihat Gambar 40). Tubuhnya berwarna
abu-abu atau hijau tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna
lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari
bercak- bercak berwarna hitam (Iskandar, 2000).

Gambar 40. Crocodylus porosus

66
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan.
Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh
induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri (Iskandar, 2000).
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan
utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang
mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan
Indonesia (Iskandar, 2000).
c. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang
berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara
kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali
lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya
dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan
berwarna lebih muda dengan bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada
ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan
(Iskandar, 2000).
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa.
Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya
Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat
moncong tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan
rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8. sekilas
bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.
Tomistoma schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya
yang sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki
selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur
pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan
sampah tetumbuhan (Iskandar, 2000).

67
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam,
rawa-rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet.
Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Iskandar, 2000).
2. Habitat dan Persebaran
Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah
perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga
perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia
serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan
Indonesia dan Australia.
Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu Amerika Serikat dan Cina.
Alligator Cina terancam punah dan tinggal jenis yang berada di lembah Yangtze.
Alligator amerika ditemukan di Amerika Serikat dari Carolina sampai Florida dan
Sepanjang Gulf Coast. Mayoritas Alligator Amerika Tinggal di Floroda dan Lousiana. Di
Floroda sendiri terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika Serikat adalah satu-satunya
negara yang memiliki Alligator dan Buaya. Alligator Amerika tinggal di Air tawar, seperti
kolam, rawa-rawa, daratan basah dan sungai.
3. Reproduksi
Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman.
Masa kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan
bertelur dan fertilisasinya secara internal. Setelah melahirkan, induk buaya melakukan
parental care.
4. Kunci Pengenalan Spesies
Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi hjenis buaya adalah melalui
bentuk cranial dan perkatupan gigi. Dapat juga dilihat dari kulit ada tidaknya dan bentuk
tonjolan di belakang mata (protuberance). Kemudian dilihat bentuk, ukuran dan jumlah
sisik nuchal, sisik dorsal, sisik ventral dan tonjolan sisik ekor serta bagian colar.

C. Penutup

a. Pertanyaan

1. Sebutkan beberapa kemajuan reptil dibanding amphibi

2. Sebutkan pengklasifikasin dari kelas reptil

68
3. Jelaskan karakteritik dan ordo testudinata

b. Umpan balik

Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.

c. Tindak lanjut

- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa


tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban

1. Kemajuan reptil dibandingkan dengan amphibi


Pertama adanya cangkang pada telur dan adanya amnion pada embrio, menjamin
perlindungan terhadap bahaya kekeringan pada telur-telur yang diletakkan di darat. Sifat
ini tidak dimiliki oleh telur-telur amphibi yang terestrial sekalipun. Kedua adanya sisik
epidermis yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik dan juga sebagai
pelindung terhadap kekeringan. Selain itu kemajuan pada reptil adalah ekstermitas yang
cocok untuk bergerak cepat, adanya arah pemisahan darah yang beroksigen dan tidak
beroksigen dalam jantung, serta sempurnanya proses penulangan
2. Klasifikasi reptil
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya.
Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya

69
ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil
tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia,
Squamata dan Crocodilia.
3. Karakteristik ordo testudinata
Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh
bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal
empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi
( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat
( Tortoise). Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota
Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti
dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan
untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang
atau tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat
selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya
dilengkapi dengan cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara
lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi.
e. Referensi

1. Anonim. 2009 .(Tersedia di :http://ksh.biologi.ugm.ac.id /index.php? option=


com_content&view=article&id=9&Itemid=18, diakses tanggal 1 desember 2009)

2. Anonim. 2009. .(Tersedia di : http://www.krunok.net/wp-content/uploads/2007/


12/teethsnaker.jpg, diakses tanggal 1 desember 2009)

3. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://kusmandanuunindra4. blogspot.com/


2009/07/ reptil.html, diakses tanggal 1 desember 2009)

4. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://images.google.co.id /imgres? imgurl=


http://www.oceansofkansas.com/Turtles/PlateXVIII.jpg&imgrefurl=http://www.o
ceansofkansas.com/Turtles.html&usg=__V9kBp0VxeaUQ5SdfR1odyJxA1lk=&h
=1006&w=698&sz=247&hl=id&start=2&um=1&tbnid=9IK9GRp4f-4tDM: &
tbnh=150&tbnw=104&prev= /images% 3Fq%3Dtengkorak% 2Btestudinata
%26hl%3Did%26sa%3DG%26um%3D1, diakses tanggal 1 desember 2009)

5. Hidayat, Luthfi Nur . 2009. Reptilia .(Tersedia di :


http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?
option=com_content&view=section&layout=blog&id=4&Itemid=16, diakses
tanggal 1 desember 2009)

70
6. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).
Surabaya : Sinar Wijaya.

7. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.

8. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT

9. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

f. Senarai

1. reptum = melata atau merayap


2. creptes = reptil

71
BAB V
AVES

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri utama aves, ciri khusus aves dan
klasifikasi aves.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan kelompok hewan yang
termasuk dalam kelas aves
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kelas aves

B. Penyajian

Urain dan contoh


Aves atau burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kata aves berasal dari kata Latin dipakai
sebagai nama kelas, sedang ornis dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology berarti
ilmu yang mempelajari burung-burung.
Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga
burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200
spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas aves. Kelompok ini
mudah dikenal dan dibedakan dari kelompok vertebrata lain dari cirinyayang khas yaitu
berbulu. Dengan kata lain dapat diungkapkan asal makhluk itu berbulu pasti ia burung,
bila tidak berbulu ia bukan burung.

5.1 Ciri-Ciri Aves


Aves dapat dibedakan dari hewan vertebrata yang lain karena memiliki
karakteristik sendiri :

72
a. Seluruh tubuh ditutupi oleh bulu yang dianggap sebagai modifikasi sisik epidermis
dan fungsinya sebagai isolator.
b. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan udara.
c. Ekstrimisasi anterior sudah mengalami modifikasi yang digunakan sebagai sayap
untuk terbang.
d. Sebagian besar skeletonnya mengalami klasifikasi sempurna.
e. Pada bagian belakang ujung tubuh terdapat ekor yang pendek dan dilengkapi dengan
bulu yang juga dapat mengembang sewaktu terbang.
f. Mata berada dibagian lateral dan dilengkapi kelopak atas dan bawah.
g. Disamping mata ada lubang telinga yang ditutupi oleh bulu.
h. Bagian mulut mempunyai paruh yang dibentuk dari zat tanduk, tidak bergigi.
Fungsinya untuk memecah biji, memotong, menangkap serangga, menghisap madu
dan menyaring makanan. Sebelah atas mandibula ada dua lubang hidung yang sempit.
i. jantung di bagi atas empat bagian sempurna.
j. Suhu tubuh tetap homeoterm.
k. Sistem respirasinya menggunakan paru-paru yang umumnya melekat pada tulang iga
yang dihubungkan dengan kantong udara.
l. Indera pendengaran, penglihatan, penciuman dan pita suara berkembang dengan baik.
m. Mempunyai naluri untuk merawat anak-anaknya dengan baik.
n. Tubuhnya ditututpi oleh kulit yang kuning tidak berkelenjar kecuali pada bagian ekor.
Aves menunjukkan kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang
mendahului dalam hal :
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus

73
Untuk mengenal burung dengan baik, kita perlu mengenal dulu morfologi tubuh
burung. Dalam garis besarnya, tubuh burung dapat dibedakan atas, kepala, leher, badan,
sayap, tarsus dan ekor (lihat Gambar 41).

Gambar 41. Morfologi Tubuh Burung

Selain morfologi yang perlu diketahui juga adalah sistem rangka tubuh burung
dimana rangkanya memiliki bentuk yang unik. Secara umum tulangnya ringan, terutama
pada spesies yang bisa terbang. Tulang besar mengandung lubang berisi udara berkaitan
dengan sistem pernapasan. Tulang tengkoran sebgaian besar saling menyatu. Bagian
tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama disebut condylus occipitalis.
Rahang bagian bawah dan atas memanjang sebagai penopang tubuh. Gigi seluruhnya
lenyap pada burung modern.
Columna vertebralis banyak mengalami adaptasi. Vertebra servikalis lebih banyak
dengan jumlah bervariasi, fleksibel terutama karena artikulasi permukaan persendian
yang memungkinakn gerakan bebas. Vertebra toraakis anterior mampu bergerak. Bagian
lumbar, sakrum dan anterior kaudal, bersatu dengan pelvik membentuk sinsakarum.
Beberapa vertebra caudal bebas dan bagian distal bersatu membentuk struktur tunggal
disebut pigostile sebagai ekor pendek.

74
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota depan, sedangkan
anggota badan bagian belakang tidak berubah seperti anggota badan depan, namun
menunjukkan beberapa ke khususan menarik (perhatikan Gambar 42).

Gambar 42. Rangka Tubuh Burung

5.2 Ciri Khusus Aves


a. Struktur Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir
seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal
tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke
dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus
yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup
bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai
pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya
(Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi beberapa bagian (lihat Gambar
43) sebagi berikut.

75
 Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya
bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak
terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
 Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan
detail.
 Plumae, Bulu yang sempurna.
 Barbae
 Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
 Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
 Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
 Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di
dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
 Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang
lateral dari rachis.
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada
ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut
neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves
dibedakan menjadi:
 Tectrices, bulu yang menutupi badan.
 Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi.
 Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
 remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal
pada metacarpalia.
 Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
 Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder
daerah siku.
 Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
 Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).

76
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu
powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi
barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas,
tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman.

Gambar 43. Bagian-Bagian Bulu Pada Aves

Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah
bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu
luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga
flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung terdapat pada burung
pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk agar partikel-partikel kayu
tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids membantu
mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle
didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain
berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan
raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung
runcing (Sukiya, 2003).

b. Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh
struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan

77
warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan
lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida.
Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal
yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam
yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat
kemerahan.
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton
dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak
dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird
yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini
ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian
dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa
turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin
(Sukiya 2003). Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix,
mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan
60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor
internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah
warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang
mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna
dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu
sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan
diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron. Faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang
ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.
Berdasarkan tahapan perkembangan dan warna bulu maka burung dapat
dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu :
1. Nestling : kelompok burung burung muda yang belum bisa meninggalkan sarang.
2. fledging : burung muda yang secara fisik sudah mampu meninggalkan sarang tetapi
masih dalam asuhan induk.

78
3. Juvenile : burung muda yang sudah mampu terbang, bisa mencari makan sendiri
tetapi belum mengalami masa molting post juvenile secara lengkap.
4. Immature : burung yang sudah mengalami molting post juvenile secara lengkap tetapi
bulu burung dewasanya belum lengkap.
5. Young : burung yang umurnya kurang dari 1 tahun.
6. Nature : burung yang sudah mengalami molting nuptial secara lengkap.

c. Aransmen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang
terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut
apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir
sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada,
yaitu:
1. Capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan
terus ke pterilae berikutnya.
2. Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor
dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
3. Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi
ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi
tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa
burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram
(brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya
tipis.
4. Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke
belakang pada sisi pundak.
5. Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
6. Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan
sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap
disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
7. Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke
tubuh.

79
8. Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya,
2003).

d. Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat
oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan
digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan
molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan
dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi
burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu
biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang
mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon
tiroksin.
Bulu yang tumbuh semakin lama akan menjadi aus dan akan mengalami pergantian.
Biasanya pergantian setahun sekali, proses pergantian bulu ini disebut molting. Ada
beberapa tahap pergantian bulu yang diketahui, yaitu :
1. Molting post natal, lepasnya bulu pertama pada burung yang baru menetas. Kejadian
ini hanya sekali selama hidupnya.
2. Molting post juvenile, pergantian bulu pada masa burung sudah mengalami
pertumbuhan maximum, kejadian ini juga hanya sekali selama hidupnya.
3. Molting post nuptial, pergantian bulu yang terjadi pada waktu burung mendekati
masa breding dan akan terjadi setiap tahun.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-
beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki
bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies
burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu
pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung
precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru,
sebagai berikut:

80
1. Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada
burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first
winter plumage.
2. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim
panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
3. First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang
akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
4. Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa
pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun
pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua
pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi
masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah
terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang,
hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan
dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya,
itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.

e. Tipe Paruh
Paruh terbentuk dari zat tanduk. Proses penandukannya tumbuh menutupi secara
teratur menggantikan bagian yang hilang karena dipakai. Fungsi paruh antara lain sebagai
mulut, sebagai tangan untuk memperoleh atau memegang makanan, untuk menelisik bulu
agar rapih, dapat sebagai alat pertahanan.
Bentuk paruh selalu menunjukkan kebiasaan makan dari setiap jenis burung.
Berdasarkan itu maka paruh burng ada beberapa type, antara lain :
1. Probing, paruh yang berbentuk silinder berguna untuk menyelidik celah/sarang
serangga kemudian menagkapnya. Contohnya : Common Snipe (Gallinago
gallinago), pada burung pelatuk (Chrysocolaptes validus) paruh yang silinder ini agak
gemuk dan kuat.
2. Insect-Catching (penangkap serangga), paruh yang bentuknya jika dilihat dari atas
melebar tapi kecil. Paruh ini berfungsi untuk menangkap serangga terbang. Contoh :
burung layang-layang.

81
3. Seed-cracking (pemakan/pemecah biji) yaitu paruh yang berbentuk kerucut dan kuat.
Contohnya : Burung-Burung yang bersifat graminivora, gebondol, gereja (Passer
domesticus).
4. Tearing (perobek), paruh yang bagian ujungnya tajam dan bagian atasnya lebih
panjang serta melengkung ke bawah. Biasanya bersifat carnivora. Contoh : elang
(Haliastus indus).
5. Sieving (penyaring), paruh yang bentuknya melebar dan pipih dengan bagian tepinya
terdapat gigi seperti sisir untuk menyaring makanan dari dasar air contoh : bebek,
belibis (Dendrocygna javanica).
6. Spearing (penombak), paruh yang berbentuk panjang seperti tombak, contoh : bittern
(yellow bittern = Ixbrychus sinensis ).
7. Penghisap madu, paruh yang panjang dan melengkung yang berguna untuk
menghisap madu pada bunga contoh : Antrapsis malacensis.
8. Paruh menyilang, paruh dimana bagian atas dan bagian bawah saling menyilang,
contoh : Red-crossbill (Loxia curvirostra).
Lidah pada sebagian besar burung tidak dapat diulurkan tetapi pada burung
pelatuk lidahnya dapatr ditonjolkan atau dijulurkan keluar paruh. Hal ini berguna untuk
mengambil serangga dalam kayu. Demikian pula pada burung kolibri (penghisap madu,
lidahnya dapat dikeluarkan untuk memperoleh atau mengetahui adanya madu dari bunga.

f. Tipe Kaki
Kaki dapat berfungsi dalam beberapa hal, antara lain : berlari, memanjat,
pendukung tubuh sewaktu istirahat dan juga untuk menyusun sarang, pada beberapa jenis
burung kaki juga dapat bertype kaki burung disesuaikan dengan kebiasaan hidup dan
keadaan habitat dari burung tersebut anatara lain :
1. Wading (type kaki burung-burung rawa), kaki yang panjang, mempunyai digiti yang
panjang pula berguna untuk keseimbangan sewaktu di air. Contoh: sandpiper.
2. Swimming (type kaki perenang), kaki diantara digitinya mempunyai selaput renang
atau pada digiti ada pelebaran. Jika dilihat digiti yang berselaput maka ada 2 macam,
yaitu : a. Primata (3 berselaput, 1 lepas), b. Totipalmata (4 berselaput semua). Contoh
yang berselaput ini misalnya pada bebek.

82
3. Sedangkan pada jenis burung lain ada yang digitinya tidak berselaput tetapi ada
pelebaran (lobate), contohnya: coot (Fulica atra), kebiasaan burung ini menyelam dan
berenang.
4. Perching (type kaki penghinggap), semua digiti terletak pada satu bidang datar dan
bisa memegang ranting ketika akan mengambil makanan. Digiti biasanya berbentuk
silindris. Contohnya finch (jenis-jenis gelatik).
5. Grasping (type kaki pemegang), kaki yang digiti depan bagian luar dapat diputar ke
belakang sewaktu mencengkram/memegang. Type kaki ini biasanya terdapat pada
burung-burung pemangsa (raptorial), misalnya osprey dan hawk.
6. Climbing (type pemanjat), dua digiti menghadap ke depan dan dua lagi menghadap
ke belakang, contoh : burung pelatuk.
7. Type pengais, tiga digiti pada satu bidang datar sedang digiti yang satu lagi ke
belakang letaknya agak ke atas. Contohnya ayam.
8. Running (type kaki pelari, pejalan cepat), Contohnya : burung unta.

g. Tipe Ekor
Sewaktu burung terbang ekor dapat berfungsi sebagai pendayung dan alat
pengerem. Selain itu merupakan alat keseimbangan bila burung hinggap. Pada burung-
burung tertentu, misalnya merak ekor burung yang jantan dapat berfungsi untuk menarik
perhatian lawan jenisnya. Ekor burung pelatuk mempunyai tangkai bulu yang kaku,
sehingga bisa membantu mendukung tubuh sewaktu burung tersebut mencari serangga
pada bidang vertikal. Ada beberapa type ekor burung yang telah diketahui yaitu :
1. square (persegi)
2. notched (berlekuk)
3. forked (seperti garpu)
4. elongated outer feathers (bulu bagian luar memanjang)
5. with rackets (bulu bagian luar dengan raket)
6. elongated central feathers (bulu bagian tengah memanjang)
7. rounded (bulat)
8. wedge shaped (berbentuk baji)
9. graduated (terbagi dalam beberapa tingkat)
10. pointed (meruncing)

83
5.3 Klasifikasi Aves
1) Ordo Apterygiformes
Kelompok ini mudah dikenal dan dibedakan dengan kelompok-kelompok
vertebrata lainnya, yaitu dapat dilihat dari cirinya yaitu berdarah panas (Homoioterm),
badan dilitupi oleh bulu pelepah, mempunyai paruh yang tidak bergigi dan dua kepak,
,mempunyai sisik pada kakinya, bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkerang keras,
bernafas melalui paru, berdarah panas, bulu-bulu panjang seperti rambut, tak bercabang,
sayap kecil, paruh panjang, langsing, pada ujungnya terdapat lubang hidung, mata kecil,
leher dan tungkai relatif pendek, jari-jari kaki belakang 4, tulang dada tanpa lunas,
telurnya paling besar diantara burung-burung yang masih hidup, hidup di permukaan
tanah, aktif di malam hari (Nocturnal) dan makanannya cacing atau serangga. Contoh
spesiesnya: Apteryx australis (Burung Kiwi)
Burung Kiwi termasuk dalam ordo Apterygiformes yang hanya punya satu familia
yaitu Apterygidae. Daerah persebaran alami spesies burung ini pun terbatas hanya di
Selandia Baru. Burung ini terdapat dalam tiga spesies, Apteryx australis terdapat di tiga
pulau utama Selandia Baru. Sementara Apteryx oweni dan Apteryx haasti hanya terdapat
di pulau Selatan saja.
Burung yang tidak bisa terbang ini bisa tumbuh hingga seukuran ayam dengan
bobot 2-5 kg. Bulunya berbentuk seperti rambut berwarna abu-abu atau coklat. Burung
yang hidupnya nocturnal ini tidak punya ekor dan sayapnya sangat kecil. Paruhnya
langsing dan tajam. Tidak seperti kebanyakan burung yang lain, lubang hidung burung
Kiwi terdapat hampir di ujung paruhnya.
Musim kawin adalah saat membuat teritori. Ukuran teritori ditentukan oleh sejauh
mana suara teriakan sang pejantan masih bisa terdengar. Luasnya bervariasi, dari hanya 2
hektar hingga lebih dari 100 hektar! Burung yang konon bisa hidup selama 20 tahun ini
adalah burung yang setia kepada pasangannya. Hanya anehnya sang betina lebih dominan
dalam perkawinan. Kuncinya pada pembagian tugas. Dalam masa berbiak energi sang
betina sebagian besar akan dihabiskan untuk mengeluarkan telur. Walau hanya 1-2 butir,
ukuran telur burung Kiwi luar biasa besar. Selain ukurannya, berat telur ini sungguh
mengherankan, bobotnya bisa mencapai 25% berat tubuh induknya! Dibandingkan
kerabatnya, burung unta yang telurnya cuma 2% dari berat tubuh induknya, dan berat

84
bayi manusia kira-kira hanya 5% saja dari berat ibunya. Oleh karena itu, pekerjaan
selebihnya dilakukan si pejantan, termasuk urusan merapikan sarang, mengerami telur,
sampai menemani si kecil mencari makan setelah telurnya menetas

2) Ordo Struthioniformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut, yakni
ukuran tubuhnya besar, kepala, leher dan tungkai berbulu tipis, kepala kecil, leher
panjang dan teratur, paruh pendek dan besar, bulu tidak bercabang ,kaki berjari-jari dua,
tulang dada tanpa lunas, terdapat simfisid pubis dan tanpa pygostyle. Contoh spesiesnya:
Struthio camelus (Burung Unta).
Burung unta merupakan burung terbesar yang masih hidup. Dengan ketinggian
hingga 2,5 meter (8 kaki), ia cukup besar untuk seseorang dewasa berbadan kecil
menunggang mereka dan telah digunakan di sebagian Afrika Utara dan Arab sebagai
hewan tunggangan perlombaan. Burung ini tidak dapat terbang dan termasuk dalam
kumpulan primitif yang kurang dikenal, yaitu ratit (Palaeognaths). Nama ilmiahnya
Struthio camelus.
Burung unta berasal dari sabana dan bagian gurun Afrika di utara dan selatan zona
hutan khatulistiwa. Spesies yang terdapat di Timur Tengah, yakni S. c. syriacus, telah
lenyap. Burung unta dipelihara sebagai sumber daging di kawasan sejuk seperti Swedia.
Rasa dagingnya seperti daging tak berlemak.
Menurut kepercayaan rakyat, burung unta terkenal karena menyembunyikan
kepala mereka di dalam tanah saat berhadapan dengan bahaya. Perilaku ini tidak pernah
dicatat atau dilihat, walaupun burung unta diketahui merendahkan kepala dan leher
mereka ke tanah untuk melindungkan diri bila predator mendekat. Apabila terancam,
burung unta mampu membuat predatornya luka parah dengan tendangan dari kaki mereka
yang kuat itu.
Anggota lain kelompok Palaeognaths termasuk burung rea, emu, kasuari serta
burung terbesar yang diketahui tetapi sekarang lenyap, Aepyornis.

3) Ordo Rheiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut dapat
berlari cepat, kepala, leher dan paha berbulu, bulu tak bercabang, sayap cukup besar, kaki

85
berjari tiga dengan cakar yang kuat, dan tulang dada tanpa lunas. Contoh spesiesnya
Rhea americana.
Rhea adalah spesies burung Ratite yang merupakan genus Rhea, burung ini
berasal dari Amerika Selatan. Saat ini hanya ada dua spesies: Rhea Amerika dan Rhea
Darwin. Nama genus rhea diberikan oleh Paul Mohring pada tahun 1752.
Rhea adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang memiliki kaki dan leher
panjang, dan berwarna abu-abu kecokelatan. Burung ini bisa mencapai tinggi lima kaki
(1.7 m). Sayap rhea sangat besar dan akan membentang ketika berlari, berfungsi seperti
layar pada kapal. Tidak seperti burung lainnya, jari kaki rhea hanya berjumlah tiga,
namun ini dapat membuat mereka berlari lebih leluasa. Rhea adalah omnivora, umumnya
daun pepohonan, namun rhea juga memakan biji, akar, buah, serangga, vertebrata kecil,
dan bangkai binatang

4) Ordo Casuariiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut, yakni
ukuran tubuh besar, kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal, bulu bercabang
hamper sama panjang dengan induknya, kaki berjari tiga, satu diantaranya bercakar
runcing, tulang dada tanpa lunas dan sayap kecil.
Ordo ini terdiri dari familia Casuaridae contoh spesiesnya Casuarius casuarius
(Kasuari), familia Anhimidae dengan contoh spesiesnya Anhima cornuta, dan familia
Anatidae dengan contoh spesiesnya Anas platyrynchos
Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah
salah satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran besar, dengan
ketinggian mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku.
Kulit lehernya berwarna biru dan terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada
lehernya. Di atas kepalanya terdapat tanduk yang tinggi berwarna kecoklatan. Burung
betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih
dominan.
Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan kuat dengan tiga buah jari pada
masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat berbahaya karena diperlengkapi
dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya spesies burung-burung yang
berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-ganda tidak dapat terbang.

86
Populasi Kasuari Gelambir-ganda tersebar di hutan dataran rendah di Australia,
pulau Irian dan pulau Seram di provinsi Maluku. Spesies ini merupakan satu-satunya
burung di marga Casuarius yang terdapat di benua Australia. Pakan burung Kasuari
Gelambir-ganda terdiri dari aneka buah-buahan yang terjatuh di dasar hutan.
Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim
berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.
Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini.
Kasuari
Burung Kasuari tergolong dalam ordo Casuariiformes. Ordo terdiri dari dua
famili, yaitu famili casuaridae dan dromidae. Di Indonesia hanya ditemukan famili
casuaridae, yang terdiri dari tiga species : Casuarius casuarius, Casuarius benneti dan
Casuarius unafendiculatus.

5) Ordo Tinamiformes
Ordo ini merupakan kelompok burung-burung kecil, terestrial, dengan ciri-ciri
sebagai berikut, yakni mempunyai kepala yang kecil, ada beberapa spesies tinamus yang
mempunyai hiasan dikepalanya, leher yang panjang dan ramping, berat badannya
mencapai 150g-2kg dan panjang 15-50cm, sayap yang pendek, ekor pendek dan kadang-
kadang tersembunyi, kaki yang panjang, jari kaki 3 didepan dan 1 dibelakang, sayap kecil
bulat, tulang dada berlunas, bulu ekor dan pygossyle menyusut, telur mengkilat dan
pemakan tumbuhan.
Tinamus mempunyai 1 familiy, 9 genus dan 47 spesies dan 127 subspesies yang
dapat ditemukan di Amerika Selatan dan di Meksiko Selatan, ada yang ditemukan di
Pulau Easter, Tinamus, Nothocercus, and Cryptuerellus menempati hutan rimba.
Beberapa dari spesies tinamus ada yang menghuni hutan tropic basah. Beberapa lagi
menghuni tanah yang dipenuhi dengan semak-semak/daerah tanah yang berhutan dan ada
juga yang mendiami padang rumput atau savanna. Salah satu contoh spesies dari ordo ini
adalah burung Crypturellus undulates.
Crypturellus beasal dari bahasa latin, kruptos artinya tersembunyi, oura adalah
ekor dan ellus artinya kecil. Crypturellus beararti hewan yang mempunyai ekor kecil
yang tersembunyi. Panjang dari Crypturellus undulates sekitar 28-30 cm, mempunyai
dagu yang putih, pantat yang berwarna hijau, dan leher yang abu-abu dengan bintik-

87
bintik hitam,serta kakinya berwarna hijau kekuning-kuningan. Seperti Tinamus lainnya
Crypturellus undulates memakan biji-biji yang berada ditanah. Mereka juga memakan
sayuran dan kuncup-kuncup bunga. Crypturellus undulates adalah tipe burung tanah yang
biasa ditemukan di daerah dataran rendah di hutan lembab di timur, utara Amerika
Selatan. Dan juga hewan ini dapat ditemukan Colombia Selatan, Venezuela Selatan,
Ecuador Timur, Brazil, Bolivia, Paraguay dan daerah Argentina.

6) Ordo Podicipediformes
Ordo dari Podicipediformes, hanya diwakili famili Podicipedidae,ordo ini
Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut, hidup di air tawar, pandai
menyelam, tungkai terletak jauh di bagian belakang tubuh, kaki berlebus, ekor pendek,
tempurung lutut besar dan tarsus pipih. Contoh spesiesnya Podiceps cristalis.
Grebe adalah anggota ordo Podicipediformes,jenis burung yang tersebar di
banyak perairan air tawar yang terkadang mengunjungi laut bila sedang bermigrasi di
musim dingin. Ordo ini hanya memiliki satu famili, yaitu Podicipedidae, dan terdapat 22
spesies dalam 6 genera.
Ukuran grebe bervariasi, dari kecil hingga menengah ke atas. Grebe terkecil,
Least Grebe, berukuran 23,5 cm dengan massa 120 gram. Sedangkan yang terbesar, Great
Grebe, berukuran 71 cm dengan massa 1,7 kg. Grebe merupakan burung perenang dan
penyelam yang handal. Mereka memiliki kaki yang terletak jauh di belakang, dapat
berlari untuk waktu yang singkat namun seringkali jatuh. Grebe memiliki sayap yang
sempit, dan beberapa spesies dapat terbang rendah. Dua spesies di Amerika Selatan tidak
dapat terbang sama sekali. Mereka merespon bahaya dengan menyelam daripada terbang.
Seluruh spesies Grebe di Amerika Utara dan Eurasia bermigrasi, dan spesies yang
ketika musim dingin berada di lautan terkadang terlihat sedang terbang. Grebe kecil air
tawar, Pied-billed Grebe, di Amerika utara adalah migran transatlantik ke Eropa dengan
lebih dari 30 tempat tujuan.
Paruh bervariasi dari pendek dan tebal hingga panjang dan runcing, tergantung
jenis mangsanya, yang berkisar dari serangga air hingga crustacea. Kaki mereka selalu
besar dengan selaput yang menghubungkan bagian depan jari-jari kaki mereka.

88
Grebe memiliki bulu yang tidak biasa, sangat padat dan tahan air. Dengan
menekan bulu-bulu terhadap tubuh, grebe dapat mengatur gaya apung mereka. Terkadang
mereka berenang rendah dengan hanya memperlihatkan kepala dan lehernya saja.
Pada musim yang bukan musim kawin, grebe berwarna coklat gelap dan putih.
Ketika musim kawin, mereka memiliki tanda berupa mirip chestnut di kepala mereka,
dan menampilkan ritual tertentu. Grebe muda, khususnya dari genus Podiceps, terkadang
merontokkan bulu-bulu muda mereka bahkan setelah mencapai ukuran dewasa.
Ketika membersihkan diri, grebe memakan bulu mereka sendiri dan
memberikannya kepada anak-anak mereka sebagai makanan. Hal ini dipercaya untuk
membiasakan grebe muda dengan menerima makanan yang halus terlebih dahulu dan
untuk meningkatkan ketahanan tubuh mereka terhadap parasit lambung.
Grebe membuat sarang terapung dari material tanaman. Grebe muda bersifat
precocial, mereka dapat berenang segera setelah keluar dari telur.
Dibawah ini genus dan spesies dari Ordo podicypodiformes antara lain:
1. Genus Tachybaptus
a. Tachybaptus ruficollis, Little Grebe
b. Tachybaptus novaehollandiae, Australasian Grebe
c. Tachybaptus pelzelnii, Madagascar Grebe
d. Tachybaptus rufolavatus, Alaotra Grebe - kemungkinan telah punah di tahun
1980an
e. Tachybaptus dominicus, Least Grebe
2. Genus Podilymbus
a. Podilymbus podiceps, Pied-billed Grebe
b. Podilymbus gigas, Atitlán Grebe, - dinyatakan punah tahun 1989
3. Genus Rollandia
a. Rollandia rolland, White-tufted Grebe
b. Rollandia microptera, Titicaca Flightless Grebe
4. Genus Poliocephalus
a. Poliocephalus poliocephalus, Hoary-headed Grebe
b. Poliocephalus rufopectus, New Zealand Dabchick

5. Genus Podiceps
a. Podiceps grisegena, Red-necked Grebe,
b. Podiceps cristatus, Great Crested Grebe
c. Podiceps auritus, Slavonian Grebe or Horned Grebe

89
d. Podiceps nigricollis, Black-necked Grebe or Eared Grebe
e. Podiceps andinus, Colombian Grebe - dinyatakan punah tahun 1977
f. Podiceps major, Great Grebe
g. Podiceps occipitalis, Silvery Grebe
h. Podiceps taczanowskii, Junin Flightless Grebe
i. Podiceps gallardoi, Hooded Grebe
6. Genus Aechmophorus
a. Aechmophorus occidentalis, Western Grebe
b. Aechmophorus clarkii, Clark's Grebe

7) Ordo Gaviiformes
Ordo Gaviiformes mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, tungkai pendek, terletak
di bagian belakang tubuh, ekor terdiri atas 18 – 20 lembar bulu yang kaku, jari-jari
berselaput renang, patella (tempurung lutut) kecil dan pandai terbang. Ordo Gaviiformes
terdiri dari 1 genus, 1 famili, dan 5 spesies. Contoh spesies adalah Gavia stellata.

Gavia stellata adalah burung akuatik yang biasa dikenal dengan burung Loon
yang dapat ditemukan di belahan bumi utara, tepatnya di wilayah Artric. Burung ini
mempunyai panjang sekitar 55-67 cm, panjang sayapnya 91–110 cm dan beratnya sekitar
1.4 kilogram. Seperti burung Loon lainnya, burung ini mempunyai tubuh yang panjang
dan leher yang pendek serta sepasang kaki yang menopang tubuh tersebut. Dari kepala
sampai lehernya berwarna hitam dan abu-abu dimana pada bagian leher depan berwarna
hitam. Burung ini berkembangbiak dengan bertelur.

8) Ordo Sphenisciformes
Ordo Sphenisciformes adalah hewan akuatik jenis burung yang tidak bisa terbang
dan secara umum hidup di belahan Bumi selatan. Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19
spesies pinguin. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi
selatan, namun pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja.
Terdapat tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies dari ordo ini
adalah Pinguin. Pinguin hidup di Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan
biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
Ciri-ciri badan penguin sangat berbeda dengan manusia. Di musim dingin,
makhluk manis ini, yang berasal dari kelompok beranggotakan 400.000 ekor penguin,

90
memutuskan untuk berpindah lebih ke selatan menuju Antartika yang dingin membeku!
Kesepakatan yang mereka capai ini adalah suatu keajaiban tersendiri. Bahwa penguin-
penguin ini mengetahui datangnya musim dingin dan secara bersama-sama menentukan
tujuan dan waktu untuk berpindah.
Musim berpindah juga merupakan musim kawin bagi pinguin. Pada saat seperti
ini yang dilakukan pertama kali oleh penguin adalah memilih pasangannya. Langkah
kedua adalah mempelajari nyanyian pasangannya agar tidak kehilangan dia. Dengan kata
lain, penguin jantan memiliki kemampuan untuk mengenali satu suara khusus di antara
suara-suara yang lain. Kemampuan mengenali suara ini juga dimiliki oleh bayi pinguin.
Mereka dapat mengenali orang tuanya melalui suaranya saja. Pinguin mampu berenang
dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam. Pinguin
yang berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit dari permukaan
air untuk menangkap makanan. Pinguin yang berukuran lebih besar, yaitu pinguin
emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20 menit.

9) Ordo Procellariiformes
Kelompok burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut, lubang hidung berbentuk
buluh, paruh tertutup oleh beberepa kepingan bahan tanduk, di dalam kepala terdapat
kelenjar garam, jari-jari belakang sangat mereduksi atau menghilang sama sekali, bulu-
bulu tersususn padat dan tampak berminyak, dan sayap pankang dan sempit. Ordo ini
terdiri dari empat familia dua di antaranya ialah familia Diomedeidae contoh spesiesnya:
Diomedea nigripes (Albatros) dan familia Hydrobatidae contoh spesiesnya Hydrobales
pelagicus.
Albatros, dari familia Diomedeidae, adalah burung laut besar dalam ordo
Procellariiformes. Burung ini ditemukan secara luas di Samudra Antartika dan Pasifik
Utara. Burung ini tidak terdapat di Atlantik Utara, tetapi temuan fosil membuktikan
bahwa burung ini dahulu pernah ada di sana. Burung albatros termasuk burung terbang
yang paling besar, dan burung albatros hebat (genus Diomedea) memiliki panjang sayap
yang paling besar melebihi burung lainnya.
Burung albatros sangat efisien di udara, dengan menggunakan teknik melayang
dinamis dan melayang bukit untuk dapat terbang pada jarak yang sangat jauh. Burung ini

91
memakan cumi-cumi, ikan, dan udang, dengan cara memakan hewan yang terdampar,
berburu di permukaan air, dan menyelam.
Para ilmuwan telah menemukan 24 spesies albatros, yang semuanya berbadan
pendek gemuk, kaki berselaput, sayap yang panjang, dan paruh bengkok. Burung ini
ditemukan secara luas di Samudra Antartika dan Pasafik Utara. Burung ini tidak terdapat
di Atlantik Utara, tetapi temuan fosil membuktikan bahwa burung ini dahulu pernah ada
di sana. Burung albatros termasuk burung terbang yang paling besar, dan burung albatros
hebat (genus Diomedea) memiliki panjang sayap yang paling besar melebihi burung
lainnya.
Burung albatros sangat efesien di udara, dengan menggunakan teknik melayang
dinamis dan melayang bukit untuk dapat terbang pada jarak yang sangat jauh. Burung ini
memakan cumi-cumi , ikan, dan udang, dengan cara memakan hewan terdampar, berburu
dipermukaan air, dan menyelam. Burung ini meminum air laut. Sehingga burung ini pun
sering terlihat seperti menangis ketika membersihkan garam dari air laut yang menempel
di bagian muka mereka. Mereka menghabiskan 85% hidupnya dilaut, tetapi ad hal yang
tidak dapat dilakukan, yakin membuat sarang dan berternak.
Seekor burung ini, apabila telah menemukan pasangannya, makan burung ini akan
hidup bersama dengan pasangannya itu terus. Burung ini biasanya pertama kali
menetaskan telur mereka pada usia 10 tahun, usia yg cukup tua untuk seekor burung.
Albatos ini cenderung utuk berkumpul bersama – sama dalam satu kelompok.
Sarang mereka biasanya berdekatan dengan jarak antara 1 – 2 m dengan yang lainnya.
Semua spesies dari albatros ini memilih tempat untuk menetaskan di tempat yang
terbuka, seperti di karang yang terjal atw jurang, karena mereka melengkapi tempat ini
agar mudah dihinggapi. Tetapi tempat ini tidak terlalu menggembirakan, sebab tempat ini
kurang terlindungin dari hujan dan angin. Hampir semua albatros menetaskan di pulau,
dengan atw sedikit yang berhubungan dengan manusia.
Para ilmuan telah mengatakan semua (24) spesies albatros, semuanya memiliki
ciri badan yang sama, yakni berbadan pendek, gemuk, kaki berselaput, sayap yang
panjang, dan paruh bengkok.

10) Ordo Pelaciniformes

92
Kelompok burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut, bangsa ini merupakan
burung-burung yang hidup dilaut atau dekat pantai, ukuran badannya besar, paruhnya
panjang, dengan ujung paruh bagian atas melengkung kebawah, sayapnya panjang,
keempat jarinya kakinya dihubungkan dengan selaput renang, bentuk ekornya seperti
baji, lubang hidung sangat mereduksi atau tidak ada sama sekali, mempunyai kantung
leher dan paruh panjang dapat membuka leher untuk menangkap dan menelan ikan.
Pelecaniformes terdiri dari enam keluarga Phaethontidae (tropicbirds), Sulidae
(boobies dan gannets), Phalacrocoracidae (Cormorants dan shags), Anhingidae
(anhingas), Pelecanidae (pelikan) dan Fregatidae (frigatebirds)), enam genera, dan 67
spesies. Contoh spesies dari ordo ini adalah Pelecanus conspicillatus.
Pelecanus conspicillatus atau burung Undan atau Pelikan adalah burung air yang
memiliki kantung di bawah paruhnya, dan merupakan bagian dari keluarga burung
Pelecanidae. Bersama burung darter, kormoran, gannet, boobie, dan frigate, mereka
membentuk ordo Pelecaniformes. Pelikan modern ditemukan di semua benua kecuali
Antartika. Mereka muncul umumnya di wilayah hangat, dan mereka tidak ada di wilayah
kutub, laut dalam, kepulauan samudra, dan daratan Amerika Selatan. Pelikan terkecil
adalah Pelikan Coklat (Pelecanus occidentalis) dengan massa hanya 2,75 kg dan panjang
106 cm dan lebar bentangan sayap maksimum 1,83 m. Pelikan terbesar saat ini adalah
Pelikan Dalmatian (Pelecanus crispus) dengan massa 15 kg dan panjang 183 cm, dengan
lebar bentangan sayap hingga 3,5 m. Pelikan Australia memiliki paruh terpanjang
diantara burung lainnya. Pelikan adalah perenang yang baik, dengan kaki mereka yang
pendek dan kuat serta berselaput.
Makanan pelikan biasanya adalah ikan, namun mereka juga memakan amfibi,
crustacea, dan dalam beberapa kasus, burung kecil. Mereka menangkap mangsa dengan
memperbesar kantung paruh mereka. Lalu mereka harus mengeringkan kantung tersebut
sebelum menelan. Hal ini memakan waktu satu menit, dan burung laut lainnya dapat
mencuri ikan tersebut di waktu kritis itu. Pelikan terkadang mencuri mangsa dari burung
laut lain.
Pelikan putih menangkap ikan dalam kelompok. Mereka membentuk barisan
untuk mengejar sekumpulan ikan kecil ke perairan dangkal, lalu menyapu sekumpulan
ikan tersebut dengan paruh mereka. Ikan besar ditangkap dengan ujung paruh, lalu

93
dilempar ke udara untuk ditangkap kembali dan masuk ke kantung paruh mereka dengan
kepala lebih dulu.
Pelikan bersarang secara koloni. Pelikan memiliki kehidupan sosial yang rumit,
sekelompok pelikan jantan mengejar satu pelikan betina di udara, di darat, atau di air
dengan saling menunjuk atau menyentuhkan paruh mereka satu sama lain. Proses ini
dapat diselesaikan dalam satu hari. Spesies yang bersarang di pepohonan memiliki cara
yang lebih simpel, pelikan jantan mempromosikan diri mereka untuk pelikan betina.
Kopulasi berlangsung segera setelah mendapatkan pasangan dan berlanjut selama 3
hingga 10 hari sebelum telur dikeluarkan. Pelikan jantan membawakan material pembuat
sarang, lalu pelikan betina membentuk struktur sarang yang simpel dari material tersebut.
Kedua induk, jantan dan betina, mengerami telur di atas atau di bawah kaki
mereka. Semua spesies menelurkan setidaknya dua telur. Pelecanus conspicillatus dalah
burung air yang memiliki kantung di bawah paruhnya, dan merupakan bagian dari
keluarga burung Pelecanidae.

11) Ordo Ciconiiformes


Ordo ini memiliki ciri-ciri diantaranya leher dan tungkai panjang, paruh besar
lurus atau berombak tajam, jari-jari tanpa selaput, bulu-bulu dekoratif, burung yang baru
menetas tidak berbulu dan makanannya ikan, atau hewan-hewan air. Contoh spesies ini
adalah Ardeola speciosa (Blekok sawah).
Burung blekok sawah memiliki tubuh berukuran kecil (45 cm), bersayap putih,
cokelat bercoret-coret. Pada waktu berbiak: kepala dan dada kuning tua, punggung nyaris
hitam, tubuh bagian atas lainnya cokelat becoret-coret, tubuh bagian bawah putih, ketika
terbang sayap terlihat sangat kontras dengan punggung yang gelap / hitam. Tak berbiak
dan remaja: Coklat bercoret-coret. Iris kuning, paruh kuning, ujung paruh hitam, kaki
hijau buram.
Sendirian atau dalam kelompok tersebar, berdiri diam-diam dengan tubuh pada
posisi rendah dan kepala ditarik kembali sambil menunggu mangsa. Setiap sore terbang
dengan kepakan sayap perlahan-lahan, berpasangan atau bertigaan, beramai-ramai
menuju tempat istirahat. Bersarang dengan dengan koloni burung air lain.

12) Ordo Anseriformes

94
Ciri dari ordo Anseriformes sebagai berikut, ordo anseriformes memiliki ukuran
30-180 cm dan berat 230-2,5 kg, warna bulu bervariasi dari warna coklat ke abu-abuan
atau hitam maupun putih, pada usia muda bulu anseriformes lebih cerah dibandingkan
anseriformes dewasa, kebanyakan spesies memiliki lamella interior, memiliki selapat
pada jari-jari kaki depan dan memiliki dermal pneumatic dibawah lapisan kulit.
Kebiasaan ordo Anseriformes adalah ada sebagian spesies (anatids) yang sering
melakukan migrasi pada musim-musim tertentu, memiliki kebiasaan berenang, dan
sering berkumpul bersama di luar musim kawin dan dapat membentuk kelompok dalam
ukuran berkisar dari beberapa individu sampai ribuan.
Ordo ini dapat dijumpai diseluruh dunia, kecuali untuk wilayah antartika.
Anhimids dibatasi ke Amerika Selatan dan murai angsa (Anseranatidae) ditemukan di
Australia dan New Guinea. Ordo Anseriformes menghuni lingkungan akuatik termasuk
danau, kolam, sungai dan rawa-rawa. Beberapa taksa yang ditemukan di lingkungan laut
di luar musim kawin. Anseriformes yang masih ada sampai sekarang terdiri dari Family
Anhimidae (screamers), Famili Anseranatidae (murai angsa) dan Famili Anatidae (angsa
dan bebek). Contoh spesies dari ordo ini adalah Anas javanicus (itik tegal).
Itik tegal merupakan itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan itik tegal karena
berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik tipe
petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh
tegak. Tinggi badannya antara 45-50 cm. Bulu kebanyakan berwarna merah tua atau
coklat yang di Tegal di sebut sebagai warna “jarakan”. Akan tetapi, yang dinilai sangat
produktif adalah itik tegal yang berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol-totol
cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-
abu hitam, atau warna campurannya. Itik ini tidak mempunyai sifat mengerami telurnya.
Mempunyai daya tahan tinggi dan dapat berjalan jauh. Ciri khusus itik ini adalah
tubuhnya tegal lurus menyerupai botol.

13) Ordo Falconiformes


Ordo Falconiformes adalah grup dari sekitar 290 spesies burung yang termasuk
burung pemakan bangkai diurnal. Klasifikasi raptor sulit dan ordo ini ditangani dengan
berbagai cara. Ordo ini mencakup burung-burung buas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Paruh pendek, ujungnya melepas dan runcing, tepi-tepinya tajam.

95
b. Jari-jari kaki tajam melengkung sesuai untuk mencengkram mangsanya.
c. Kuat terbang.
Ciri khas dari burung pemangsa adalah mempunyai sepasang kaki yang kuat
dilengkapi cakar yang tajam, berfungsi untuk membunuh ikan, memukul jatuh burung
lain, merobek dan mengunyah mangsanya. Paruh burung ini mempunyai tipe berkait dan
sangat tajam yang berguna untuk merobek-robek daging dan kulit mangsanya,
penglihatan dan kekuatan terbangnya pun membuat burung ini disegani di ekosistemnya.
Dalam suatu ekosistem, keberadaan burung pemangsa sangat penting karena posisinya
sebagai pemangsa puncak dalam piramida atau rantai makanan. Gangguan terhadap
mereka akan menyebabkan gangguan pada rantai dan jaring-jaring makanan dalam
ekosistem tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, burung
pemangsa juga berfungsi sebagai indikator penunjuk keadaan lingkungan yang sehat,
karena mereka peka terhadap kerusakan lingkungan, dan pengendali populasi satwa lain
yang menjadi mangsanya.
Ordo ini mencakup 5 famili, tetapi hanya 3 suku yang terdapat di Indonesia, yaitu
a. Famili Accipitridae
Yang termasuk famili ini adalah burung-burung pemangsa siang hari, yang sangat
bervariasi tentang ukuran badannya maupun sifatnya. Ciri-cirinya adalah :
1. Secara umum mempunyai paruh yang bengkok dan kuat.
2. Mempunyai kaki yang kokoh dan bercakar.
3. Didaerah Malaynesia terdapat kurang lebih 30 jenis.
Famili Accipitridae mempunyai anggota spesies yang banyak, dalam ordo ini
tercatat ada 224 spesies. Contoh spesies ini adalah Tawny Eagle (Aquila rapax).
Burung ini memiliki panjang tubuh 62-72 cm, dan rentang sayap 165-185 cm.
Kepala dan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda. Tubuh bagian atas memiliki
warna bervariasi, mulai dari coklat tua hingga coklat kepucat-pucatan. Ujung sayap
berwarna putih. Betinanya berukuran lebih besar daripada jantan. Paruh memiliki bercak
hitam pada ujungnya.
Burung ini berkembang biak sebagian besar di Afrika, sebelah utara dan selatan
gurun Sahara, dan sepanjang barat daya tropis Asia hingga India. Elang Tawny lebih
menyukai habitat terbuka seperti gurun, semi-gurun, stepa, atau savana, dari ketinggan 0

96
m dpl hingga ketinggan 2400 m dpl. Burung ini bersarang antara bulan Maret dan Juli
pada batang pohon yang besar, biasanya dari keluarga Akasia, atau pada permukaan
tanah. Telur yang dihasilkan berjumlah 1-3 telur, dengan masa inkubasi 39-44 hari.
Elang Tawny memakan bangkai dari sisa makanan hyena atau burung kondor,
mencuri makanan pemangsa lain, memangsa mamalia dari ukuran sebesar kelinci hingga
tikus, serta memangsa reptil seperti ular.
Elang Tawny mengeluarkan suara “kyow” melengking seperti gagak. tetapi secara umum
burung ini termasuk pendiam, kecuali ketika display.
b. Famili Pandionidae
Famili Pandionidae istilah inggrisnya ”OSPREYS” yang biasa di kenal sebagai
elang pemakan ikan, sebab daerah penyebarannya terbatas di sepanjang pantai dan tepi-
tepi pantai. Ciri-ciri dari famili ini adalah :
1. Ukuran sayapnya/rentangan sayapnya relatif lebih panjang di bandingkan dengan
suku Accipitridae
2. Di kenal hanya 1 genus saja yaitu: Pandion. Contohnya : Pandion haliaetus.
3. Punggung berwarna coklat tua, ventral putih kepala dan leher berwarna putih dengan
mahkota terdapat garis-garis coklat, dari tepi mata terdapat strip yang lebar melewati
kening dan mata berwarna coklat.
4. Makanannya ikan.
5. Besarnya hampir sama dengan Heliastur indus.
Contoh spesiesnya adalah Pandion haliaetus (Elang Tiram). Elang Tiram atau
Elang Ikan, yang dalam nama ilmiahnya Pandion haliaetus adalah salah satu-satunya
spesies dalam suku Pandionidae dan genus Pandion. Spesies ini berukuran besar, dengan
panjang sekitar 60cm dan memiliki bulu punggung berwarna coklat, topeng gelap di
sekitar mata dan sisi bawah tubuh berwarna putih. Elang Tiram mempunyai bentangan
sayap yang lebar dengan ekor relatif pendek. Burung betina serupa, tapi biasanya
berukuran lebih besar dari burung elang jantan. Burung muda seperti dewasa dengan bulu
punggung berwarna coklat muda.
Sekitar empat subspesies dikenali dengan daerah sebaran hampir di seluruh
belahan bumi, dengan perkecualian di Antartika. Di Amerika Selatan burung ini hanya
bermigrasi.

97
Mangsa utama burung Elang Tiram hampir seluruhnya terdiri dari ikan. Burung
ini menukik dari ketinggian 10 sampai 40 meter ke permukaan laut dan menangkap ikan
dengan cakar di kakinya. Biasanya burung ini makan sendirian, berkelompok hanya
waktu terdapat banyak ikan.
Elang Tiram bersarang di sekitar air, di tepi danau, tepi laut, sungai, rawa dan
habitat air lainnya, di mana ikan-ikan tersedia di dekat permukaan air. Sarang burung
Elang Tiram dibuat dari dahan kayu di atas pohon. Betina biasanya menetaskan tiga butir
telur. Hampir semua pasangan biasanya monogami, walaupun ada beberapa pasang
burung Elang Tiram yang poligami.
Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas. Beberapa dari subspesies
terancam oleh hilangnya habitat, penggunaan pestisida dan kontaminasi. Elang Tiram
dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
c. Famili Falconidae
Famili ini di kenal dengan nama falcon. Yang termasuk famili ini adalah burung-
burung pemangsa yang berukuran kecil. Ciri-cirinya adalah
1. Tidak berbeda dengan suku Accipitridae hanya mempunyai sayap relatif lebih
panjang dan mempunyai ekor yang relatif lebih pendek.
2. Di daerah Indomalaya di kenal ada 3 jenis.
3. Bagian punggungnya berwarna abu-abu tua, sedangkan kepala dan sayapnya lebih
abu-abu tua yang makin kebelakang makin pucat lagi.
4. Ekor coklat abu-abu tua yang kadang-kadang di bercaki dengan warna hitam.
5. Ukuran badannya 19 inchi ( 6-19 inchi ).
Contohnya spesies dari famili ini adalah Falco fregatus (elang); Falco peregrinus
Burung elang dan caracaras adalah sekitar 60 spesies dari burung pemangsa diurnal yang
membentuk keluarga Falconidae.. Keluarga dibagi menjadi dua subfamiles, Polyborinae,
yang meliputi caracaras dan hutan burung elang, dan Falconinae, si burung elang,
Kestrels dan falconets.
Falcons dan caracaras kecil dan menengah burung pemangsa, mulai ukuran dari
Alap-alap Capung, yang berat dapat sesedikit 35 gram (1,2 oz), ke Gyrfalcon, yang dapat
menimbang sebanyak 1.735 gram (61,2 oz ).. Mereka telah sangat bengkok tagihan, cakar

98
melengkung tajam dan penglihatan yang sangat baik. Bulu burung biasanya terdiri dari
cokelat, putih, cokelat, hitam dan abu-abu, sering dengan pola penghalangan.. Ada sedikit
perbedaan n bulu laki-laki dan perempuan, meskipun beberapa spesies memiliki beberapa
Dimorfisme seksual dalam keberanian bulu.
Falcons dan caracaras adalah karnivora, memberi makan pada burung, mamalia
kecil, reptil, serangga dan bangkai. Dalam imajinasi yang populer cepat terbang falconids
predator, dan saat ini benar dari genus falconets Falco dan beberapa spesies lain, terutama
caracaras lebih banyak bergerak di makan mereka. Di hutan burung elang dari Neotropics
adalah pemburu hutan generalis. Beberapa spesies, terutama burung elang yang
sebenarnya, akan menyimpan persediaan makanan di cache. Mereka adalah pemburu
soliter dan pasang penjaga wilayah, meskipun mereka dapat membentuk ternak besar
selama migrasi. Beberapa spesies yang spesialis, yang Laughing Falcon mengkhususkan
diri dalam ular, orang lain yang lebih umum.

14) Ordo Galiiformes


Galliformes adalah burung-burung yang terdiri dari kalkun, burung belibis, ayam,
burung puyuh, dan burung pegar. Ordo Galliformes mencakup burung-burung terrestrial
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terbangnya pendek-pendek.
2. Paruh pendek bulu dengan cabang bulu.
3. Kaki digunakan untuk berlari dan mengais.
4. Pemakan biji-biji rerumputan (Graminivor).
Suku/famili pada Gallifofrmes terdiri atas 6 famili yaitu Megapodiidae, Cracidae,
Tetraonidae, Phasianidae, Odontophoridae, Numididae dan Meleagrididae.
Nama gamefowl atau gamebirds, landfowl, berkenaan dengan ayam burung atau
galliforms. "Unggas liar" atau hanya "burung" juga sering digunakan untuk Galliformes,
tetapi biasanya istilah ini juga merujuk kepada unggas air (Anseriformes), dan kadang-
kadang biasa-lain diburu burung. Grup ini memiliki hidup lebih dari 250 spesies, satu
atau lebih dari yang terdapat pada dasarnya setiap bagian dari dunia benua (kecuali
terdalam padang pasir dan abadi es). Mereka lebih jarang di pulau-pulau, dan dalam
kontras dengan unggas air terkait erat pada dasarnya absen dari samudra pulau-pulau -
kecuali jika diperkenalkan di sana oleh manusia.

99
Burung-burung ini bervariasi dalam ukuran dari mini Asia Blue Quail (Coturnix
chinensis) di 12,5 cm (5 in) lama dan berat 28-40 gram (1-1,4 oz) untuk galliform tersisa
terbesar spesies, Amerika Utara Wild Turkey (Meleagris gallopavo ), yang mungkin berat
sebanyak 14 kilogram (sekitar 30,5 lb) dan mungkin melebihi 120 cm (47 in).
Galliform jenis burung yang terbesar dengan sayap-span dan terbesar panjang
keseluruhan (termasuk kereta api lebih dari 6 kaki) adalah kemungkinan besar adalah
Merak Hijau (Pavo muticus). Kebanyakan galliform genera yang bertubuh gemuk dengan
leher dan agak tebal kaki panjang, dan telah bulat dan agak pendek sayap. Grouse,
burung pegar, francolins, dan ayam hutan yang khas di luar mereka gemuk siluet.
Sementara sebagian besar galliforms agak lemah-terbang, terbang tidak diketahui bentuk-
bentuk yang hidup di antara anggota ordo. Laki-laki dewasa banyak galliform burung
memiliki satu sampai beberapa horny tajam taji di belakang setiap kaki, yang mereka
gunakan untuk memerangi. Di beberapa garis keturunan, ada diucapkan Dimorfisme
seksual, dan di antara setiap galliform clade, semakin apomorphic ( "maju") garis
keturunan cenderung lebih seksual dimorfik.

15) Ordo Cruiiformes


Mencakup berbagai jenis burung yang mempunyai ukuran yang bervariasi dengan
ciri-ciri sebagai berikut, ada yang tak pandai terbang dan yang pandai terbang, bulu-bulu
bercabang, tungkai panjang dan paruh besar.
Ordo ini mencakaup dua belas familia, diantaranya yaitu familia Turnicidae
dengan contoh spesiesnya Turnix suscicator (Gemak puyuh), dan familia Rallidae dengan
contoh spesiesnya Porphyrula martinica. Bangsa ini terdapat 12 suku, 3 suku di
antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Suku : Turnicidae ( burung puyuh ), Suku : Gruidae
( burung falminggo ) dan Suku : Rallidae ( burung ayam-ayam ).
a). Suku Turnicidae ( Henipode quail family 15 jenis ).
1. Seperti burung puyuh biasa, tetapi jari kakinya hanya 3 (yang kedepan saja)
2. Tanda-tanda lain seperti burung puyuh biasa.
3. Contoh ; Turnix susej.eator.
b). Suku Gruidae ( Crame bird family 14 jenis )
1. Mempunyai kaki yang panjang, leher panjang dengan kepala kecil dan parunya
lurus, sayapnya besar,

100
2. Bulu-bulu penutup badannya di bagian belakang menutupi bulu-bulu ekor yang
pendek.
3. Terbang lurus dengan hempasan yang teratur, leher dan kaki di julurkan.
4. Contoh : Grus antigone ; berwarna putih selain itu kepala dan leher berwarna
coklat.
c). Suku Ralliadae ( Rail bird family )
1. Merupakan burung-burung yang kakinya lurus dan kuat, paruh lurus, kepala kecil
dan sayap pendek.
2. Ekor biasanya ( bila sedang berjalan ) di gerak-gerakan, ekor langsing dengan
jarak yang dekat.
3. Makanannya serangga, binatang-binatang yang hidup di air dan rumput-rumput
air.
4. Sarangnya dekat air.
5. Di Malaysia terdapat 11 jenis.
6. Contoh : Amaurornis phonicurus ( Sribombok ), Porphyria spp, Gallicrex cinera (
Ayam-ayaman ) berwarna abu-abu.

16) Ordo Caradriiformes


Ordo ini mencakup burung-burung pantai dengan ciri-ciri sebagai berikut, sayap
dan tungkai panjang dan ramping, jari-jari berselaput, paruh berbentuk buluh sebagi alat
penyedot dan bulu-bulu tebal, tersusun rapat.
Ordo ini meliputi 16 familia, beberapa diantaranya ialah familia Jacanidae dengan
contoh spesiesnya Hydrophasianus chirurgus, familia Burhinidae dengan contoh
spesiesnya Numenius americanus, dan familia Laridae dengan contoh spesiesnya Larus
marinus.
Kelompok burung yang termasuk dalam ordo ini adalah kelompok burung air.
Burung ini sangat bergantung kepada keberadaan lahan basah. Beberapa tipe habitat
lahan basah yang mereka sukai antara lain hutan mangrove dan hamparan lumpurnya,
hutan rawa, rawa rumput/rawa herba dan sawah. Mereka menjadikan tempat-tempat
tersebut untuk mencari makan, dan mempergunakan vegetasi yang tumbuh di situ sebagai
tempat beristirahat dan berbiak.

101
Beberapa jenis burung air yang umum dijumpai di sawah adalah cangak, blekok,
dan kuntul. Burung air yang sangat tergantung pada habitat hutan rawa adalah Mentok
hutan (Cairina scutulata) dan Pelatuk besi bahu putih (Pseudibis davisoni).
Burung air dapat berfungsi sebagai indikator kesehatan lahan basah dan lingkung-
annya. Lahan basah yang rusak tidak akan mampu menyokong sejumlah besar populasi
burung. Gangguan terhadap burung air serta fungsi yang dimilikinya telah menyebabkan
kelompok ini sebagai obyek penelitian dan pengkajian yang panjang di seluruh dunia.
Di dunia terdapat 214 jenis burung air, dan tidak kurang dari 126 jenis burung air
migran bermigrasi melintasi daerah Jawa dan Bali tetapi tidak berkembangbiak pada
daerah tersebut. Dari sejumlah jenis tersebut di atas, 46 jenis di antaranya dapat dijumpai
di Pulau Jawa (MacKinnon, 1995).
Anggota dari bangsa ini biasa ditemukan di daerah pantai/payau atau merupakan
burung laut, biasanya dikenal dengan nama daerah trinil/blekok, burung camar. Contoh
familinya adalah
a. Famili Scolopacidae (Sand piper bird = 82 jenis )
Yang termasuk dalam famili ini adalah trinil dengan ukuran badannya dari sedang
sampai kecil dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Kebanyakan dari burung ini mempunyai paruh yang panjang jika dibandingkan
dengan ukuran badannya, beberapa jenis diantaranya mempunyai paruh melengkung
2. Makanannya serangga, cacing, molusca, crustacea, dan binatang lain yang terdapat di
air dan juga jenis tanaman
3. Biasanya jenis burung yang termasuk famili ini membuat sarangnya di tanah di antar
semak-semak
4. Warna leher biasanya disesuaikan dengan keadaan kelilingnya ( bercak-bercak putih,
abu-abu/hitam )
5. Macam-macam trinil banyak sekali jenisnya di Indonesia dan Malaysia ± ada 28 jenis
6. Contoh : Numenius phacopus (burung gajah-gajahan). Bentuk paruhnya melengkung
dengan ukuran agak besar. Merupakan jenis burung pengembara. Contohnya, Tringa
hypoleucos (trinil)
b. Famili Lariidae ( burung camar/gull bird = 82 jenis )

102
Jenis ini hanya terdapat di daerah pantai, muara, di tempat-tempat yang agak ke
dalam dari pantai
1. Di tandai dengan sayap yang panjang, ekor panjang dengan paruh yang lurus agak
gilik dengan warna yang menyala
2. Makanannya ikan
3. Sarangnya di permukaan tanah, pasir atau karang
4. Telurnya berwarna sesuai dengan lingkungannya (birok-birok abu-abu)
5. Di Indonesia dikenal 12 jenis
6. Contohnya : gull : Larus sp (camar kepala hitam), tern : Sterna (camar kepala biasa)
Sterna sumatrana

17) Ordo Columbiformes


Ordo ini mencakup burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai
berikut, paruh pendek dan langsing, tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari, kulit
tebal dan halus, tembolok besar dan menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk
anaknya dan pemakan biji-bijian (Graminivor) dan buah-buahan (fragivor).
Ordo ini mencakup tiga familia, diantaranya yaitu familia Pteroclidae dengan
contoh spesiesnya Pterocles alchata, familia Raphidae dengan contoh spesiesnya Raphus
cuculatus dan familia columbidae dengan contoh spesiesnya Streptopelia bitorquata.
Jenis-jenis burung yang termasuk dalam ordo culumbiformes diantaranya yaitu : Dara
zamrud, Chalcophaps indica, asli wilayah tropis Asia bagian selatan dan Australia,Dara-
tanah merah, Merpati jambul Victoria Goura victoria di kebun,binatang Bristol, Merpati
Nikobar, Caloenas nicobarica
Merpati dan dara termasuk dalam famili Columbidae dari ordo Columbiformes,
yang mencakup sekitar 300 spesies burung kerabat pekicau. Dalam percakapan umum,
istilah "dara" dan "merpati" dapat saling menggantikan. Dalam praktik ornitologi,
terdapat suatu kecenderungan "dara" digunakan untuk spesies yang lebih kecil dan
"merpati" untuk yang besar, namun hal ini tidak secara konsisten diterapkan, dan secara
historis nama umum untuk burung-burung tersebut memiliki banyak variasi antara istilah
"dara" dan "merpati." Famili ini terdapat di seluruh dunia, namun varietas terbesar
terdapat di Indomalaya dan Ekozona Australasia. Dara dan merpati muda disebut
"squabs."

103
Merpati dan dara adalah burung berbadan gempal dengan leher pendek dan paruh
ramping pendek dengan cere berair. Spesies yang umumnya dikenal sebagai "merpati"
adalah merpati karang liar, umum digunakan di banyak kota.
Dara dan merpati membangun sangkarnya dari ranting dan sisa-sisa lainnya, yang
ditempatkan di pepohonan, birai, atau tanah, tergantung spesiesnya. Mereka mengerami
satu atau dua telur, dan kedua induknya sangat memedulikan anaknya, yang akan
meninggalkan sangkarnya setelah 7 hingga 28 hari. Dara makan biji, buah dan tanaman.
Tidak seperti kebanyakan burung lainnya (namun lihat juga flamingo), dara dan merpati
menghasilkan "susu tembolok." Kedua jenis kelamin menghasilkan zat bernutrisi tinggi
ini untuk memberi makan anaknya.

18) Ordo Psittaciformes


Mencakup burung-burung sebangsa kakatua dengan ciri-ciri sebagai berikut,
bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau hijau, paruh pendek, sempit, tepinya tajam,
ujungnya berkait, paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak,
kaki bertipe “zygodactylus” (dua jari ke depan dua jari ke belakang) dan jari terluar tidak
“reversible” (tidak dapat dibalikka ke depan). Ordo ini mencakaup satu familia
psittacidae dengan beberapa contoh spesiesnya Psittacula alexandrii, Cacatua galerita
dan Probosciger aterrimus.
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea
adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua.
Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul
berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam,
kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu
terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil,
Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan
sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang,
dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam
sarangnya di lubang pohon.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan

104
sangat terbatas, kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Jenis Kakatua-kecil Jambul-kuning (bahasa Inggris: Yellow-crested Cockatoo)
biasanya hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok
ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang
serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan
lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-
15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam
sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini.

19) Ordo Cuculiformes


Mencakup burung-burung yang sering di sebut kuko,dengan cirri-ciri sebagai
berikut, dua buah jari kaki ke depan, dua buah yang lain ke belakang ; jari terluar dapat di
balikan ke depan, kaki tidak sesusi dengan mencengkram, ekor panjang, paruh sedang
dan banyak anggota familia ini bersifat parasit (yang betina menitipkan telur –telurnya di
sarang burung lain ). Ordo ini mencakup dua familia yaitu familia Mosophagidae dengan
contoh spesies Tauraco. familia Cuculidae dengan contoh spesies Centropus bengalensis
dan Cuculus canorus.
Wiwik kelabu atau wikwik kelabu adalah sejenis burung anggota suku kangkok
(Cuculidae). Burung yang kerap ditemui di lingkungan pedesaan ini dikenal dengan
banyak nama. Mulai dari kedasih atau daradasih (nama umum, Jw.), kedasi, sit uncuing,
sirit uncuing, atau manuk uncuing (Sd.), sampai kepada burung orang meninggal
menurut anak-anak Betawi.
Dalam bahasa Inggris burung ini dinamai Plaintive Cuckoo karena suaranya yang
mendayu-dayu, sementara orang Belanda menyebutnya (Kleine) Piet van Vliet mengikuti
bunyi panggilannya yang khas. Nama ilmiahnya adalah Cacomantis merulinus.Burung
yang berukuran agak kecil; panjang tubuh (dari ujung paruh hingga ke ujung ekor) sekitar
21 cm. Burung dewasa berwarna kelabu di kepala, leher dan dada bagian atas.
Punggungnya merah kecoklatan dan perutnya kuning jingga. Sisi bawah ekor dengan
warna putih di ujung-ujung bulu yang kehitaman.
Burung muda berwarna burik; kecoklatan dengan garis-garis hitam di sisi atas
tubuh, dan keputihan dengan garis-garis hitam yang lebih halus. Burung betina kadang-

105
kadang berwarna seperti burung muda, sehingga mungkin terkeliru dengan burung Wiwik
lurik (C. sonneratii) yang berkerabat. Bedanya, Wiwik lurik memiliki alis dan pipi
keputihan.Iris mata berwarna merah. Paruh kehitaman di atas dan kekuningan di bawah.
Kaki kuning.

20) Ordo Strigiformes


Mencakup burung-burung dengan cirri-ciri sebagai berikut, kepala besar dan
bulat, mata besar dan menghadap ke depan, di kelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun
radial ( menjari), lubang telinga lebar, sering kali tertutup oleh lipatan kulit, paruh
pendek, jari kaki mempuyai cakar yang tajam sesuai dengan fungsinya untuk
mengcengkeram dan aktif diwaktu malam (nocturnal), predator.
Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau
burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari
jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu
pulau atau satu region saja) di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus, dan Ninox.
Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo
Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging)
dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang
telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar
Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.
Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa
tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu.
Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung
hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada
konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan
nama Manguni.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti
umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang
bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk
lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan
terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya
dapat berputar 180 derajat ke belakang.

106
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-
bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak
banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di
siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang
sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

21) Ordo Caprimulgiformes


Caprimulgiformes adalah sejenus burung yang meliputi sejumlah burung yang
ada distribusi global (kecuali Antartika). Mereka umumnya merupakan burung yang
memakan serangga dan nokturnal. Urutan mendapatkan namanya dari bahasa Latin untuk
" pengisap", nama tua didasarkan pada pandangan keliru Nightjar Eropa dari kebiasaan
makan.
Klasifikasi dari berbagai burung yang membentuk urutan, telah lama mengalami
kontroversial dan sulit untuk di identifikasi , terutama dalam kasus nightjars. Semua
dalam hal yang dipertimbangkan, urutan Nightjar yang terbaik mungkin hanya akan
terbatas pada jenis potoos, nightjars, dan eared-nightjars, semua garis keturunan lain yang
diangkat ke tingkat ketertiban, dan anak burung hantu-nightjars yang sama sekali jauh:
a. Keluarga Steatornithidae (Oilbird) - kemungkinan urutan berbeda NN
"Steatornithiformes"
b. Keluarga Podargidae (frogmouths, 12 spesies dalam 2 genera) - urutan yang berbeda
mungkin Podargiformes
c. Keluarga Nyctibiidae (Potoos, sekitar 5 spesies dalam 1 genus)
d. Keluarga Caprimulgidae
1) Subfamili Chordeilinae (nighthawks Dunia Baru)
2) Subfamili Caprimulginae (khas nightjars)
e. Keluarga Eurostopodidae (eared-nightjars)
Secara tradisional, mereka dianggap seperti burung hantu.Mereka adalah pemburu
nokturnal dengan mengandalkan indra penglihatan mereka yang sangat baik dengan
kecil, Pada waktu waktu tertentu mereka telah bersekutu dengan burung hantu,jenis,
Swifts, kingfishers, hoopoes, mousebirds, enggang, roller, pemakan lebah, burung
pelatuk, trogons dan kolibri.
Berdasarkan analisis data sekuens - khususnya β-fibrinogen intron 7 -, paksaan &
Houde (2004) dianggap sebagai keluarga caprimulgiformes untuk menjadi anggota clade

107
Metaves yang diusulkan, yang juga mencakup Hoatzin, tropicbirds, sandgrouse, merpati,
kagu, sunbittern, mesites, flamingo, Grebes dan Swifts dan kolibri. Clade ini juga
ditemukan oleh penelitian diperluas Ericson et al. (2006), tapi dukungan sangat lemah.
Sementara kajian yang terakhir dari monophyly pulih Cypselomorphae (lihat di
bawah) dalam Metaves, mantan hanya didasarkan pada satu lokus dan tidak bisa
menyelesaikan hubungan mereka menurut statistik kriteria standar keyakinan. Tidak
morfologi synapomorphies telah ditemukan bahwa menyatukan Metaves unik (atau
caprimulgiformes dalam hal ini), tetapi sejumlah gen inti unlinked dukungan secara
mandiri baik di monophyly mereka mayoritas atau keseluruhan. Ericson et al. (2006)
menyimpulkan bahwa jika valid, "Metaves" harus berasal beberapa waktu sebelum
Paleogen, dan mereka didamaikan ini dengan catatan fosil.
Sementara hubungan cypselomorphs adalah subyek perdebatan yang
berkelanjutan, yang filogeni dari garis keturunan individu lebih baik diselesaikan. Banyak
dari sisa ketidakpastian menganggap kecil.
MtDNA awal analisis sekuens sitokrom b (Mariaux & Braun 1996) setuju dengan
sebelumnya morfologis (Cracraft 1981) dan DNA-DNA hibridisasi (Sibley & Ahlquist
1990) penelitian sejauh bahwa oilbird dan frogmouths tampak agak berbeda. Garis
keturunan yang lain muncul untuk membentuk clade, tetapi sekarang ini telah diketahui
disebabkan oleh metodologi Limitasi.
The Aegothelidae (anak burung hantu-nightjars) dengan sekitar selusin spesies
hidup di satu genus yang tampaknya lebih dekat ke Apodiformes (Mayr 2002); ini dan
caprimulgiformes berkaitan erat, yang dikelompokkan bersama sebagai Cypselomorphae.
Para oilbird dan frogmouths tampak sangat berbeda di antara yang tersisa
caprimulgiformes, tetapi mereka dengan tepat penempatan tidak dapat diselesaikan
berdasarkan data osteological sendirian (Maria 2002).
Bahkan studi Ericson et al. benar tidak bisa menyelesaikan oilbird dan frogmouths
'hubungan luar kenyataan bahwa mereka juga cukup jelas berbeda. It kokoh didukung,
bagaimanapun, ide bahwa anak burung hantu-nightjars harus dianggap lebih dekat
dengan caprimulgiformes, tidak seperti lemah secara metodologis kajian Mariaux &
Braun (1996) dan paksaan & Houde (2004) atau Mayr's filogenetik takson
Cypselomorphae dapat ditempatkan pada urutan pangkat dan mengganti dua perintah
sekarang Caprimulgiformes dan Apodiformes. Kelompok tersebut akan cukup tidak
informatif berkenaan dengan sejarah evolusi, sebagaimana telah menyertakan beberapa

108
yang sangat sangat plesiomorphic dan beberapa garis keturunan yang diturunkan (seperti
kolibri) untuk mencapai monophyly.

22) Ordo Apodiformies


Secara tradisional, Apodiformes terdiri dari tiga keluarga: yaitu Swifts, Apodidae,
burung Swifts, Hemiprocnidae, dan kolibri, Trochilidae. Dalam penggolongan /
taksonomi Sibley-Ahlquist, family ini dinaikkan ke Superorder kolibri Apodimorphae
yang dipisahkan sebagai suatu tatanan baru, Trochiliformes, tetapi hal ini telah ditolak
oleh penelitian berikutnya. 450 spesies yang telah teridentifikasi sampai saat ini, mereka
adalah urutan paling beragam burung setelah Passeriformes.
Seperti sebutan mereka ( "tanpa dasar" dalam bahasa Latin) menunjukkan, kaki
mereka kecil dan memiliki fungsi yang terbatas selain bertengger. Kaki ditutupi dengan
kulit telanjang dari pada timbangan (scutes). Karakteristik yang lain adalah sayap panjang
pendek, kekar tulang humerus (Hyman 1992). Evolusi karakteristik sayap ini telah
memberikan burung sayap yang ideal untuk melayang-layang (Mayr 2002).
Ordo apodiformes terdiri atas keluarga Aegialornithidae (fosil), keluarga
Jungornithidae (fosil), keluarga Trochilidae – kolibri, keluarga Apodidae – Swifts dan
keluarga Hemiprocnidae – treeswifts.
Kolibri adalah burung yang terdiri Trochillidae keluarga. Mereka berukuran terkecil
di antara burung, dan termasuk yang terkecil yang masih ada spesies burung, Bee kolibri.
Mereka dapat melayang-layang di udara dengan cepat mengepakkan sayapnya 12-90 kali
per detik (tergantung pada spesies). Mereka juga dapat terbang mundur, dan satu-satunya
kelompok burung mampu melakukannya. nama inggris mereka berasal dari karakteristik
dengungan yang dibuat oleh sayap cepat mengalahkan mereka. Mereka dapat terbang
dengan kecepatan melebihi 15 m / s (54 km / jam, 34 mil / jam).

23) Ordo Trogonoformes


The quetzals adalah trogons dan burung-burung di urutan trogoniformes yang
hanya berisi satu keluarga, yang Trogonidae. Keluarga berisi delapan spesies dalam 39
genera. Catatan fosil dari tanggal trogons kembali 49 juta tahun hingga pertengahan-
Eosen. Mereka mungkin merupakan anggota radiasi basal dari ordo Coraciiformes. Kata

109
"Trogon" adalah bahasa Yunani untuk "menggigit" dan mengacu pada fakta bahwa
burung ini menggerogoti lubang di pohon-pohon untuk membuat sarang.
Mereka makan serangga dan buah-buahan, dan mereka yang luas dan lemah kaki
tagihan mencerminkan kebiasaan diet dan pepohonan. Meskipun penerbangan mereka
cepat, mereka enggan untuk terbang jarak. Trogons umumnya tidak bermigrasi, meskipun
beberapa spesies parsial melakukan gerakan-gerakan lokal. Trogons telah lembut, sering
penuh warna, bulu-bulu dengan jantan dan betina yang berbeda bulu. Mereka adalah satu-
satunya jenis hewan dengan kaki heterodactyl pengaturan. Para trogons adalah pemakan
serangga, biasanya berburu dari bertengger. Mereka bersarang di lubang digali ke dalam
pohon atau sarang rayap, 2-4 petelur putih atau berwarna pastel telur.
Menurut Phylogeny of Genera based on Moyle (2005) trigoniformes terbagi atas
tujug family, yaitu Harpactes, Apaloderma, Trogon, Priotelus, Quetzals, Euptilotis, dan
Pharomachrus.

24) Ordo Coliiformes


Ordo ini memiliki tubuh yang ramping atau cokelat keabu-abuan burung dengan
lembut, mirip rambut bulu tubuh. Mereka biasanya sekitar 10 sentimeter dalam tubuh
panjang, dengan panjang, tipis, ekornya lebih lanjut panjang 20-24 cm, dan berat 45-55
gram . Mereka berlari melalui pepohonan dan dedaunan seperti tikus, mencari berry,
buah-buahan dan kuncup. Kebiasaan ini, dan kaki mereka, menimbulkan kelompok nama
Inggris. Mereka adalah akrobat, dan dapat memberi makan terbalik. Semua spesies
memiliki cakar yang kuat dan reversibel luar jari kaki. Mereka juga memiliki puncak-
puncak dan gemuk tagihan.
Mousebirds yang suka berteman, sekali lagi memperkuat analogi dengan tikus,
dan ditemukan dalam band-band dari sekitar dua puluh di negara berhutan ringan.
Burung ini berbentuk cangkir membangun sarang di ranting pohon, yang dilapisi dengan
rumput. Biasanya 2-4 telur diletakkan, menetas untuk memberikan cukup dewasa
sebelum waktunya muda yang segera meninggalkan sarang dan mendapatkan
penerbangan. Ordo Coliiformes terdiri atas famili Coliidae dan Sandcoleidae
a. Keluarga Coliidae
 Basal dan unassigned bentuk (semua fosil)
 Genus Primocolius (Late Eosen / Oligosen dari Quercy, Perancis)
 Genus Oligocolius (Oligosen awal dari Frauenweiler, Jerman)

110
 Genus Masillacolius (Eosen Tengah dari Messel, Jerman)
 Subfamili Coliinae
 Genus Colius (4 spesies)
 Subfamili Urocoliinae
 Genus Urocolius (2 spesies)
b. Keluarga Sandcoleidae (semua fosil)
 Genus Sandcoleus (Paleosen)
 Genus Anneavis
 Genus Eoglaucidium Coliiformes

25) Ordo Coraciiformes


Nama Coraciiformes berarti "Raven ", secara khusus, kata itu berasal dari bahasa
Latin "corax", yang berarti "Raven" dan Latin "Versi", yang berarti "bentuk". Ordo ini
merupakan kelompok burung yang memiliki penampakan morfologis tidak begitu mirip
dengan ciri-ciri, yakni paruh kuat dan jari-jari ke-3 dan ke-4 bersatu pada bagian pangkal.
Ordo ini mencakup 7 famili. Dua di antarnya ialah famili Alcedinidae dengan
contoh spesies Holycon chloris dan famili Bucerotidae dengan contoh spesies buceros
bicornis.

26) Ordo Piciformes


Ordo ini mencakup jenis burung-burung yang morfologis tidak begitu mirip,
dengan ciri, yakni paruh kuat, bulu ekor kaku dan runcing sertalidah dengan ujung yang
kasar atau dilengkapi dengan bayangan seperti bulu serta dapat dijulurkan.
Ordo ini mencakup enam famili, tiga diantaranya famili capitonidae dengan
contoh spesies Megalaima corvina, famili Rhampasidae dengan contoh spesies
Rhampastor sulfuratus dan famili Picidae dengan contoh spesies Dinopium javanense.

27) Ordo Passeriformes


Ordo Passeriformes adalah ordo terbesar dalam kelas Burung atau Aves di
kerajaan Hewan atau Animalia. Sekitar 5.400 spesies atau lebih dari setengah jumlah
total spesies burung adalah Burung pengicau.

111
Spesies burung dalam ordo Burung pengicau mempunyai otot yang rumit untuk
mengatur organ suaranya dan sebagian besar burung-burung dalam ordo ini mempunyai
ukuran tubuh relatif lebih kecil dibandingkan burung-burung dalam ordo lainnya, kaki
berjari-jari empat (3 kedepan, 1 kebelakang) dan paruh sesuai untuk memotong.
Ordo ini mencakup sekitar 69 famili, diantaranya famili Hirundinidae contoh
spesies Hirundo rustica, famili Dicruridae contoh spesies Dicrurus macrocercus, dan
famili Oriolidae dengan spesies Oriolus chinensis.

Rangkuman
Aves atau burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kata aves berasal dari kata Latin dipakai
sebagai nama kelas, sedang ornis dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology berarti
ilmu yang mempelajari burung-burung.
Aves menunjukkan kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang
mendahului dalam hal :
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus

C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan tahap-tahap pergantian bulu pada aves
2. Sebutkan beberapa kemajuan aves diabnding kelas sebelumnya
3. Sebutkan klasifikasi
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

112
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa
tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Tahap-tahap pergantian bulu burung
a. Molting post natal, lepasnya bulu pertama pada burung yang baru menetas.
Kejadian ini hanya sekali selama hidupnya.
b. Molting post juvenile, pergantian bulu pada masa burung sudah mengalami
pertumbuhan maximum, kejadian ini juga hanya sekali selama hidupnya.
c. Molting post nuptial, pergantian bulu yang terjadi pada waktu burung mendekati
masa breding dan akan terjadi setiap tahun.
2. Kemajuan aves dibanding kelas sebelumnya
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus
e. Referensi

113
1. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/6, diakses
tanggal 1 desember 2009)
2. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata).
Surabaya : Sinar Wijaya.
3. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo.
4. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
5. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT
6. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

f. Senarai
1. Ornithology = ilmu yang mempelajari tenatng aves
2. Molting = pergantian bulu

114
BAB VI
MAMALIA

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri-ciri mamalia, dan klasifikasi
mamalia.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk
dalam kelompok mamalia.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang mamalia.

B. Penyajian
Uraian dan contoh
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang memilki
derajat tertinggi diantara kelompok hewan lainnya. Kelompok mamalia terutama
dicirikan oleh adanya kelenjar susu atau mammae, yang pada betina menghasilkan susu
sebagai sumber makanan anaknya. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah
semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian
(berplasenta dan berkantung atau marsupial).
Mamallia hidup diberbagai habitat mulai dari kutub sampai daerah ekuator, dari
dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir. Banyak yang hidup secara nocturnal dan
banyak juga dan banyak juga yang hidup secara diurnal. Spesies tertentu sebagai hewan
buas yang diburu, spesies lainya jinak. Beberapa pemakan daging (carnivora), sebagai
hewan pengerat, sebagai pemakan biji-bijian dan buah-buahan, dan beberapa sebagai
sumber penyakit.

7.1 Ciri-Ciri Mamalia


Secara garis besar ciri-ciri hewan mamalia selain ciri di atas adalah seperti
berikut.

115
a. Tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodik, kulit banyak
mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau dan susu.
b. Cranium (tulang tempurung kepala) memiliki dua occipitale condyle; vertebrae leher
biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerak-gerakkan.
c. Regionalis (bagian dari hidung) umumnya silindris; mulutnya mengandung gigi
(jarang tidak terdapat) yang tertanam dalam kantong (alveola); gigi itu terletak pada
kedua belah rahang dan berdeferensiasi sesuai dengan makananya, lidah mudah
digerak-gerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan memiliki pelupuk
mata yang mudah digerakkan; alat pendengar memiliki daun telinga.
d. Memiliki empat anggaota atau kaki (kecauali anjing laut dan singa laut tidak memiliki
kaki belakang); masing-masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang bermacam-
macam yang disesuaikan dengan keperluan berjalan, lari, memanjat, membuat
lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait tanduk atau berkuku atau berteracak
dengan bantalan-bantalan daging.
e. Cor (jantung) sempurna terbagi atas empat ruangan (dua auricular, dua ventricular);
hanya archus aorticus sinistrum masih ada; erythrocytnya tidak berinti, biasanya
bulat.
f. Pernafasanya hanya dengan pulmo (paru-paru), larynx mempunyai tali suara;
memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan pulmo dan cor
dengan rongga abdominalis.
g. Memiliki vesica urinaria; hasil eksresi berupa cairan urine.
h. Memilliki 12 nervi cranialis; otak berkembang baik, kedua celebrum dan cerebellum
besar.
i. Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
j. Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis; testis umumnya terdapat
dalam scrotum yang terletak diluar abdomen. Fertilisasi terjasi didalam; telur
biasanya kecil tanpa cangkok dan tinggal dalam uterus untuk tumbuh selanjutnya;
memiliki membrana embryonic (amnion, chorion, dan alanthois); biasanya memiliki
placenta yang menghubungkan embryo dengan dinding uterus yang digunakan untuk
nutrisi dan respirasi; anaknya diasuh setelah lahir dan disusui.

116
7.2 Klasifikasi Mamalia
Menurut Verma (1979) bahwa kelas mamalia digolongkan dalam 2 subkelas,
yakni prototheria dan theria.
1. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda
bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting, testes
abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo monotremata
dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
2. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi
terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan puting,
testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar. Subkelas ini
dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.
a. Infrakelas Metatheria
Anggota ini memiliki ciri; betina mempunyai kantung di bawah perut, kelenjar
susu terdapat di dalam kantung, embrio tanpa plasenta, anak yang dilahirkan prematur,
Infrakelas ini mencakup satu ordo saja, yakni Marsupialia dengan contoh Macropus sp.
b. Infrakelas Eutheria
Anggota ini memiliki ciri; tanpa kantung, tanpa kloaka, testes terletak di dalam
kantung buah zakar, embrio dengan plasenta, anak yang dilahirkan sudah berkembang
lebih jauh. Infrakelas ini mencakup 16 ordo, yaitu
1) Ordo Insectivora
Anggota dari ordo ini memiliki ciri; ukuran tubuh kecil, berambut halus seprti
beludru, moncong pipih dan panjang, tiap kaki berjari lima, gigi runcing dan tajam,
placenta berbentuk bulat (discoidal), bersifat nocturnal. Ordo ini mencakup sejumlah
famili, diantaranya famili Soricidae dengan contoh spesies Suncus murinus (celurut).
Celurut adalah hewan pemakan serangga bertubuh kecil yang berpenampilan
mirip mencit/tikus kecil dan tergolong dalam familia Soricidae. Salah satu anggotanya
adalah celurut rumah (Suncus murinus L.) yang biasa dijumpai berlari di sudut dinding
mencari mangsa.

117
Hewan ini kerap kali dianggap sebagai tikus karena ukuran, warna rambut, serta
moncongnya, sehingga dinamakan pula tikus kesturi. Sebutan lainnya adalah cecurut,
(tikus) curut, cencurut, dan munggis. Pada kenyataannya, celurut sangat jauh
kekerabatannya dari tikus, bahkan berbeda ordo; celurut termasuk ordo Soricomorpha,
bukan Rodentia (hewan pengerat).
Penyebaran celurut mencakup hampir seluruh penjuru dunia, kecuali Papua,
Australia, dan Selandia Baru, serta Antarktika. Sebagai hewan menyusui, celurut
termasuk hewan yang mudah beradaptasi dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Celurut juga menjadi hewan vektor penyakit yang serupa dengan tikus dan mencit.
2) Ordo Dermoptera
Anggota dari odro ini memiliki ciri; mempunyai lipatan kulit yang membentang
mulai dari sisi kepala ke tungkai depan, ke samping badanterus ke tungkai belakang
sampai ekor, nocturnal, dapat melayang di udara. Ordo ini mencakup satu famili
Cynocephalidae dengan contoh Galeopterus variegatus (kubung).
Kubung pelanduk Sunda (Galeopterus variegatus), adalah sejenis kubung. Ia
merupakan satu dari dua jenis kubung, jenis kubung yang lain adalah Kubung pelanduk
Filipina yang hanya ditemukan di Filipina. Kubung pelanduk ditemukan di seluruh
kawasan Asia Tenggara di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kubung bukan
termasuk jenis lemur meskipun disebut flying lemur dalam bahasa Inggris dan tidaklah
terbang, melainkan ia meluncur saat melompat diantara pepohonan. Hewan ini
menghabiskan waktunya di pepohonan, aktif di waktu malam, dan makan bagian
tumbuhan yang lunak seperti daun muda, tunas, bunga dan buah. Setelah mengandung
selama 60 hari, seekor anaknya yang dilahirkan dibawa di perut ibunya digendong dalam
selaput kulit yang besar.
3) Ordo Chiroptera
Anggota ini memiliki ciri; memiliki kemampuan untuk terbang, memiliki jenis
pakan yang sangat bervariasi, beristirahat dengan cara bergantung terbalik, hewan ini
nocturnal (mencari makan pada malam hari), memiliki suara yang nyaring dan berada
pada tempat yang gelap.
Ordo Chiroptera memiliki dua sub ordo yaitu Microchiroptera dan
Megachiroptera. Kebanyakan Microchiroptera adalah insectivora dan hanya sebagian

118
kecil yang omnivora, karnivora, piscivora, frugivora, nectarivora atau sanguivora
(Findley, 1993).
a) Microchiroptera umumnya menggunakan ekolokasi sebagai alat pengendalian
gerakannya di tempat yang gelap dan menentukan posisi serangga yang akan
dimangsanya. Subordo ini memiliki satu famili Pteropodidae dengan contoh
spesiesnya adalah Pteropus vampirus (keluang).
b) Megachiroptera umumnya adalah herbivora (pemakan buah, daun, nektar dan serbuk
sari), berukuran tubuh relatif besar dengan bobot badan 10 gram untuk ukuran kecil
dan ukuran terbesar dapat mencapai 1500 gram, memiliki telinga luar yang sederhana
tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang relatif baik
(Nowak dan Paradiso, 1983). Suborodo ini mencakup sejumlah famili diantaranya
Rhinolophidae dengan contoh Rhinolopus sp.
Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke dalam ordo
Chiroptera yang berarti hewan yang mempunyai “sayap tangan” karena kaki depannya
termodifikasi sebagai sayap. Hewan ini merupakan satu-satunya jenis hewan mamalia
yang dapat terbang dengan menggunakan sayapnya. Kelelawar aktif mencari makan dan
terbang hanya pada waktu malam hari dikarenakan kelelawar sangat sensitif terhadap
dehidrasi (kekurangan air). Bila siang hari ia tidur dengan bergelantung terbalik. Habitat
(tempat tinggalnya) biasanya di gua-gua, alam terbuka, atau dipepohonan.
4) Ordo Primata
Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam
ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari
kata bahasa Latin primates yang berarti "yang pertama, terbaik, mulia". Colin Groves
mencatat sekitar 350 spesies primata dalam Primate Taxonomy. Ilmu yang mempelajari
primata dinamakan primatologi.
Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama dan
rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata adalah kuku
jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas primata, tetapi
tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam
primata, kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang
panjang dan menutup ke dalam adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation)

119
moyangnya di masa lalu yang barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan yang
tidak memiliki sifat yang biasa dari primata lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik
arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan
postur tubuh tegak.
Ordo ini meliputi tiga sub ordo, yakni subordo Lemuroidae, Tarsioidea dan
Anthropoidea.
a). Subordo Lemuroidae
Lemuroidea adalah superfamili dari strepsirrhine primata yang mengandung
banyak spesies kukang, termasuk lemur benar, sportif lemur, lemur bambu, wol lemur,
dan sifakas. Semua lemuroids hidup secara eksklusif di pulau Madagaskar dan pulau-
pulau yang lebih kecil di dekatnya. Ada tiga keluarga di keluarga Lemuroidea;
Lemuridae, Lepilemuridae dan Indriidae. Karakteristik khas mereka adalah toothcomb
gigi, sebuah perawatan cakar pada digit kedua kaki mereka, sebuah bar postorbital, tidak
ada penutupan dan postorbital primitif daerah hidung dengan ethmoid istirahat.
b). Subordo Tarsioidea
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili
Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini
dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang
ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
c). Subordo Anthropoidea
Anggota ini memiliki ciri kelenjar susudi daerah dada,kaki dan tangan prehensil
kecuali manusia, jari-jarinya berkuku, hidup di darat, di pepohonan dan bersifat diurnal.
Subordo ini mencakup famili Cercopithecidae dengan contoh spesies Presbytis obscurus
(lutung), dan famili Pongidae dengan contoh Hylobatus lar (Owa).
5) Ordo Edentata
Edentata berasala dara bahasa bahasa latin (ex=tanpa, dens=gigi). Suatu bangsa
hewan dari kelas Mammalia yang mulutnya tidak dilengkapi dengan gigi, karena giginya
mengalami rudimenter, mangsanya adalah dari jenis semut atau serangga tanah kecil
lainnya.
Ordo ini terbagi atas tiga subordo, yakni : Subordo pilosa dengan 2 famili, yakni
Megalonychidae (dua-berujung sloths) dan Bradypodidae (tiga berkuku sloths), Subordo

120
Vermilingua dengan 1 famili, yakni Myrmecophagidae dan Subordo Cingulata dengan 1
famili, yakni Dasypodidae.
6) Ordo Pholidota
Ordo ini memiliki ciri-ciri, tubuh tertutup oleh sisik-sisik bahan tanduk tersusun
tumpang tindih, rambut-rambutterletak di antara sisik-sisik, moncong panjang, tanpa gigi,
telinge mereduksi, tungkai pendek dan bersifat nocturnal. Ordo ini mencakup famili
Manidae dengan contoh spesies Manis javanica (Trenggiling biasa).
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari
ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga
dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga
panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi
semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan
diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula
mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek
perdagangan hewan liar.
7) Ordo Lagomorpha
Ciri-ciri umum dari ordo lagomorpha, yaitu pentadactyla, plantigrad, jari-jari
dengan cakar, dua dentes incisvi atas pada tiap belah rahang yang kedua lebih kecil dan
terdapat disebelah belakangnya dan ada tiga dentes premolares atas dan dua dentes
premolares bawah pada tiap rahang;dentes molares dapat tumbuh terus.
Ordo lagomorpha terdiri atas 2 famili yaitu sebagai berikut famili leporidae
contoh Caprolagus hispidus (kelinci) dan Lepus saxatilis (terwelu), serta famili
ochontonidae contoh: Ochontona pusilla (pika).
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di
banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga
ke daratan Eropa. Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci
bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah
terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Dilihat dari jenis

121
bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang
agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan ini berubah menjadi kelabu
8) Ordo Rodentia
Ordo ini memiliki ciri diantaranya, pentadactyla,jari-jari dengan cakar, Satu dens
incivicus padabtiap belah rahang,berbentuk pahat,dapat tumbuh terus, tidak ada dentes
canini, jumlah dentes premolars dan dentes molars ialah variable dan lengan bawah dapat
pronasi dan supinansi.
Ordo ini diperkirakan sekitar 2000 sampai 3000 spesies binatang pengerat yang
ditemukan di semua benua kecuali Antarktika. Hewan pengerat telah digunakan manusia
sebagai hewan percobaan, diambil kulitnya, untuk makanan, dan juga untuk mendeteksi
ranjau. Ordo ini mencakup sejumlah famili diantaranya Muridae dengan contoh Rattus
sabanus (tikus ekor panjang) dann famili Sciuridae dengan contoh Petasurista
petasurista (tupai terbang merah)
Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip, dan kerap dikelirukan,
dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama --dan jauh kekerabatannya-- dengan
keluarga bajing. Tupai banyak memangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam
bangsa Insectivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut. Sedangkan bajing
dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan
tikus. Bajing merupakan salah satu hama kelapa. Dalam bahasa Inggris, tupai disebut
treeshrew, yang arti harfiahnya cerurut pohon (tree pohon, shrew cerurut). Meski tidak
semuanya arboreal, hidup di pohon.
9) Ordo Cetacea
Kata cetecea berasal dari kata yunani kono yang berarti ikan besar atau monster
laut. Adapun ciri-ciri umum dari ordo cetacea adalah ukuran tubuh sedang sampai besar
skali, kepala berbentuk panjang dan sering runcing, memiliki beberapa sirip dordal
berdaging, jari belebab, tidak beranggota belakang, ekor panjang dengan akir melebar,
gigi pinpa dengan lapisan email, permukaan tubuh licin tanpa bulu, tidak mempunyai
kelenjar kulit dan memiliki kelenjar susu.
Ordo ini mencakup beberapa famili diantaranya famili Delphinidae dengan
contoh spesies Orsaella brevirostris (pesut) dan famili Belaenopteridae dengan contoh
spesies Physeter macrocephalus (ikan paus sperma).

122
Paus Sperma (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok
paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia. Paus ini dinamakan karena bahan
putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya, dan pada awalnya dikira sebagai
sperma. Ciri khas dari Paus Sperma adalah kepalanya yang besar, lebih-lebih untuk
pejantannya, yang biasanya bisa mencapai sepertiga daripada panjang badanya. Berbeda
dengan kulit licin yang dimiliki oleh kebanyakan paus lain, kulit bagian belakang paus
sperma biasanya berkedut. Mereka bewarna abu-abu walaupun kadang kelihatan
berwarna coklat dibawah cahaya matahari
10) Ordo Carnivora
Carnivora atau maging adalah hewan yang makanannya kebanyakan adalah
daging, baik yang dimakan hidup-hidup atau berasal dari daging hewan yang sudah mati.
Kata carnivora berasal dari bahasa Latin carne yang berarti daging dan vorare yang
berarti "memakan"). Kata ini juga dapat digunakan untuk menyebut mamalia dalam ordo
Carnivora yang pada umumnya sesuai dengan definisi pertama. Carnivora yang memakan
serangga sebagai makanan utamanya disebut insektivora, sedangkan karnivora yang
memakan ikan sebagai makanan utamanya disebut piskivora.
Ordo ini dibedakan atas dua subordo Fissipedia mencakup sejumlah famili
Canidae dengan contoh Cuon alpinus (anjing hutan), famili Felidae dengan contoh
spesies Felis bengalensis dan subordo Pinnipedia mencakup sejumlah famili diantaranya
famili Phocidae dengan contoh spesies Phoca dan famili Otariidae dengan contoh spesies
Otario sp.
11) Ordo Tubulidentata
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni tubuh kaku menyerupai babi, kulit sangat tebal
tertutup oleh rambut-rambut yang jarang, moncong panjang, tubular dengan bentuk
hidung berbentuk bulat, daun telinga panjang, tegak dan runcing, lidah langsing dan
dapat dijulurkan, jari-jari kaki 4 atau 5 dengan cakar yang kuat. Contoh spesies
Orycteropus afer.
12) Ordo Proboscidae
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni telinga besar dan pipi, badan besar, mulut
menjalur keluar dan memiliki gigi taring yang panjang. Ordo proboscidea terdiri dari dua

123
famili yaitu Elephaatidae dengan contoh spesies Elephas indicus (gajah) dan
Mammutidae.
Gajah merupakan binatang paling besar yang hidup di darat. Panjang telinga gajah
mencapai 1,5 meter dengan lebar 50 cm. Telinganya yang besar digunakan untuk
mengipas dirinya sendiri jika kepanasan dan untuk menakuti musuhnya. Belalainya yang
panjang digunakan untuk mengambil makanan, menyedot air kemudian memasukkan ke
dalam mulutnya. Selain itu juga berfungsi untuk mengangkat sesuatu. Suara gajah
dihasilkan dari belalainya. Suara ini dipancarkan dalam gelombang suara yang disebut
"infrasonik", dipergunakan untuk memanggil kelompok ataupun gajah betina sampai
beberapa kilometer jauhnya. Suara yang dikeluarkan gajah biasanya untuk menyatukan
kembali anggota kelompok yang terpisah.
13) Ordo Hyracoidea
Anggota ini memiliki ciri-ciri, yakni bibir atas terbelah, daun telinga pendek, ekor
sangat mereduksi, kaki depan berjari empat, kaki belakang berjari tiga, testes abdominal,
mammae enam pasang, empat pasang di daerah inguinal dan dua pasang di daerah ketiak.
Salah satu contohnya adalah Hyrax sp.
Hyrax (dari bahasa Yunani "shrewmouse") adalah sebagian spesies dari empat
spesies yang cukup kecil, gemuk, dan merupakan mamalia herbivora di ordo Hyracoidea.
Hyrax hidup di Afrika dan Timur tengah. Hewan ini merupakan sejenis kelinci kecil yang
terdapat di asia dan afrika, kira-kira seukuran marmut. bertahan hidup dengan membuat
rumah di dalam lubang atau celah bukit batu yang biasa terdapat di sepanjang sisi jurang
yang terjal untuk menghindari para pemangsa seperti elang, rajawali, serigala, anjing
hutan, ular serta musang.
14) Ordo Sirenia
Ordo ini memiliki ciri-ciri diantaranya, mempunyai suhu tubuh yang tetap,
bernafas dengan paru-paru, memberi makan anaknya induk betina dengan cara menyusui,
memiliki badan yang cukup besar menyerupai kapal selam dengan panjang badan,
berwarna abu-abu kebiruan dengan kulit yang tebal sekitar satu inchi atau keras dan licin,
rambut pada badannya lebih pendek dan sedikit dibandingkan dengan rambut yang
terdapat disekitar mulutnya, tidak memiliki paruh seperti ikan lumba-lumba, memiliki
mata dan kuping yang kecil yang juga berarti kurang memiliki pendengaran dan

124
penglihatan yang tajam, hidup dan berkembang biak di perairan laut yang dangkal dan
tenang yang banyak ditumbuhi oleh lamun dan memiliki sifat monogamy dan
berkembang biak sangat lambat.
Ordo ini mencakup dua famili, yakni famili Dugongidae dengan contoh spesies
Helicore dugong dan famili Manatae dengan contoh Trichechus trichechidae.
Dugong atau di kenal dengan nama Dugong dugon, adalah mamalia laut besar
yang menghabiskan seluruh hidupnya di laut. Dugong tumbuh sebagai hewan pemakan
lamun (seagrass). Panjang dugong di perkirakan sampai 3 meter dan berat sampai 400
kg. Dugong berenang pada dekat permukaan perairan dan sesekali menyelam pada dasar
peraira, pola renang dugong memang sedikit lebih unik dengan pergerakan yang lambat
dengan menggerakkan ekor nya keatas dan ke bawah dan sesekali muncul pada
permukaan perairan untuk mengambil udara (hampr mirip dengan pergerakan ikan paus
besar. Dugong memiliki semacam rambut yang tumbuh di sekitar mulut (mirip kumis
kucing). ugong umumnya bermigrasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencari makan
dan menyebar pada daerah-daerha tropis dunia (lihat penjelasan tentang Konservasi
Dugong di web ini). Penyebaran dugong ini umumnya sangat tergantung pada
lingkungan perairan dan terutama sumber makanan yang berupa habitat alami beberapa
jenis seagrass seperi Halodule sp., Halophile sp. dan Syringodium sp yang merupakan
makanan alami dugong. Atau kita sering menemukan dugong pada lingkungan perairan
yang terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
15) Ordo Perisodactyla
Anggota ini memiliki ciri diantaranya ukuran tubuh besar, jari-jari bertaracak, jari
tengah kaki-kakinya tumbuh membesar dan menjadi tumpuan berat badannya, mamae di
daerah inguinal. Ordo ini mencakup dua famili, yaitu famili Tapiridae dengan contoh
tapirus indicus dan famili Rhinocerotidae dengan contoh spesies Rhinoceros sondaicus
(Badak Jawa).
Badak Jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak India, dan memiliki besar
tubuh yang dekat dengan badak Hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya)
dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan
memiliki massa antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan
pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dilakukan dan bukan prioritas. Tidak terdapat

125
perbedaan besar antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat
lebih besar. Badak di Vietnam lebih kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti
melalui foto dan pengukuran jejak kaki mereka.
16) Ordo Artiodactyla
Ordo artiodactyla memiliki ciri, kaki depan dan belakang mempunyai jari
sedikitnya satu pasang, umumnya dua pasang, masing-masing jari bertaracak, mamae
satu atau beberapa pasang.
Artiodactyla (hewan memamah biak atau hewan berkuku genap, terutama dari
subordo Ruminantia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang
mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah,
kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi.
Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih
dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak).
Ordo ini mencakup sejumlah famili antaranya famili Suidae dengan contoh Sus
scrofas, famili Bovidae dengan contoh spesies Bos sondaicus, dan famili Cervidae
dengan contoh spesies Muntiacus muntjak.
Babi hutan (Sus scrofa) atau celeng adalah nenek moyang babi liar yang
menurunkan babi ternak (Sus domesticus). Daerah penyebaran adalah di hutan-hutan
Eropa Tengah, Mediterania (termasuk Pegunungan Atlas di Afrika Tengah) dan sebagian
besar Asia hingga paling Selatan di Indonesia. Ia termasuk familia Suidae yang
mencakup warthog dan bushpig di Afrika, pygmy hog di utara India, dan babirusa di
Indonesia.
Berat babi hutan dapat mencapai 200 kg (400 pound) untuk jantan dewasa, serta
panjangnya dapat mencapai 1,8 m (6 kaki). Jika terkejut atau tersudut, mereka dapat
menjadi agresif - terutama bila betina dewasa sedang melindungi anaknya - dan jika
diserang akan mempertahankan dirinya dengan taringnya. Babi hutan sempat punah di
Britania pada abad ke-17, tetapi populasinya telah kembali di beberapa tempat terutama
di Weald akibat terlepas dari peternakan.

126
Rangkuman
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang memilki
derajat tertinggi diantara kelompok hewan lainnya. Kelompok mamalia terutama
dicirikan oleh adanya kelenjar susu atau mammae, yang pada betina menghasilkan susu
sebagai sumber makanan anaknya. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah
semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian
(berplasenta dan berkantung atau marsupial).
Menurut Verma (1979) bahwa kelas mamalia digolongkan dalam 2 subkelas,
yakni prototheria dan theria.
1. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda
bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting, testes
abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo monotremata
dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
2. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi
terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan puting,
testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar. Subkelas ini
dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.

C. Penutup

a. Pertanyaan

1. Sebutkan ciri-ciri dari mamalia

2. Jelaskan dua subkelas pada ordo mamalia

b. Umpan balik

Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi

127
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut

- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa


tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar
untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan
untuk:
 Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
 Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
 Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian
materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban

1. Ciri-ciri mamalia

a. Tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodik, kulit banyak
mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau dan susu.
b. Cranium (tulang tempurung kepala) memiliki dua occipitale condyle; vertebrae
leher biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerak-
gerakkan.
c. Regionalis (bagian dari hidung) umumnya silindris; mulutnya mengandung gigi
(jarang tidak terdapat) yang tertanam dalam kantong (alveola); gigi itu terletak
pada kedua belah rahang dan berdeferensiasi sesuai dengan makananya, lidah
mudah digerak-gerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan
memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan; alat pendengar memiliki daun
telinga.
d. Memiliki empat anggaota atau kaki (kecauali anjing laut dan singa laut tidak
memiliki kaki belakang); masing-masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang
bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan berjalan, lari, memanjat,
membuat lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait tanduk atau berkuku
atau berteracak dengan bantalan-bantalan daging.

128
e. Cor (jantung) sempurna terbagi atas empat ruangan (dua auricular, dua
ventricular); hanya archus aorticus sinistrum masih ada; erythrocytnya tidak
berinti, biasanya bulat.
f. Pernafasanya hanya dengan pulmo (paru-paru), larynx mempunyai tali suara;
memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan pulmo dan cor
dengan rongga abdominalis.
g. Memiliki vesica urinaria; hasil eksresi berupa cairan urine.
h. Memilliki 12 nervi cranialis; otak berkembang baik, kedua celebrum dan
cerebellum besar.
i. Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
j. Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis; testis umumnya terdapat
dalam scrotum yang terletak diluar abdomen. Fertilisasi terjasi didalam; telur
biasanya kecil tanpa cangkok dan tinggal dalam uterus untuk tumbuh selanjutnya;
memiliki membrana embryonic (amnion, chorion, dan alanthois); biasanya
memiliki placenta yang menghubungkan embryo dengan dinding uterus yang
digunakan untuk nutrisi dan respirasi; anaknya diasuh setelah lahir dan disusui.
2. Subkelas pada ordo mamalia
a. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda
bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting,
testes abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo
monotremata dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
b. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi
terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan
puting, testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar.
Subkelas ini dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.

e. Referensi

1. Anonim. 2009. (Tersedia di :


http://id.wikipedia.org/wiki/Celurut, diakses tanggal 2 Desember 2009)

129
2. Anonim. 2009. (Tersedia di :
http://id.wikipedia.org/wiki/Primata, diakses tanggal 2 Desember 2009)
3. Hudha, Atok Miftahul. 2009. (Tersedia di :
http://ugeex.blogspot.com/2009/03/ mamalia. html, diakses tanggal 2 Desember
2009)
4. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata
dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.
5. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi
Vertebrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
6. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
7. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata.
Jakarta : UT
8. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

f. Senarai

1. Mamae = kelenjar susu

2. Nocturnal = aktif pada malam hari

3. Diurnal = aktif pada siang hari

130

Anda mungkin juga menyukai