Anda di halaman 1dari 2

1.

Defenisi bangunan bersejarah pelestarian sumber daya budaya khususnya pada bangunan
cagar budaya. Kurangnya perhatian dan komitmen tersebut
Bangunan bersejarah merupakan bangunan yang diakibatkan lemahnya penerapan aturan pemerintah untuk
memiliki nilai dan makna yang penting bagi sejarah, namun kepentingan pelestarian bangunan bersejarah. Sehingga
juga ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan ada kalanya aturanaturan yang ada tidak disosialisasikan dengan baik
bersifat rapuh, unik, langka, dan terbatas. Bangunan dan tidak diterapkan sebagaimana yang seharusnya. Hal
bersejarah bersifat rapuh apabila tidak dirawat dengan baik tersebut menyebabkan kurangnya ketidaktahuan informasi
atau karena faktor usia bangunan yang sudah tua. Bangunan tentang pentingnya pelestarian bangunan bersejarah yang
bersejarah terbilang unik karena rancangan bentuk dan jenis dapat menimbulkan ketidakpedulian masyarakat terhadap
façade bangunannya mengikuti gaya arsitektur dan fungsi sumber daya arkeologi yang ada di sekitarnya. Kondisi
sesuai iklim di daerah bangunan itu didirikan. Bangunan tersebut bisa menjadi ancaman bagi sumber daya arkeologi
bersejarah merupakan monumen yang terbilang langka dan khususnya bangunan cagar budaya
terbatas karena bahan material yang digunakan pada
bangunan yang saat ini sulit untuk dicari. Tidak hanya itu Cagar Budaya, maka perlu adanya suatu upaya
saja, gaya dan ornamen yang sudah tidak banyak digunakan pelestarian sebagai bentuk penanganan pada warisan budaya.
lagi pada bangunan-bangunan baru sangat menunjang Upaya adalah usaha mencari jalan keluar dari masalah yang
kelangkaan bangunan bersejarah tersebut ada, sedangkan pelestarian menurut Undang-Undang No. 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah upaya dinamis
Bangunan bersejarah juga merupakan aset negara yang dalam mempertahankan keberadaan cagar budaya dan
bisa dimanfaatkan dari sisi nilai ekonomi dan sosial untuk nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari memanfaatkannya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
bangunan bersejarah dalam meningkatkan nilai pelestarian berasal dari kata lestari yang mendapat imbuhan
perekonomian dan sosial salah satunya dapat dilakukan pe-an. Arti kata lestari adalah tidak berubah, bertahan, kekal,
dengan mengubah atau alih fungsi bangunan dan beberapa atau tetap seperti keadaan semula. Dengan demikian,
ruangan di dalamnya menjadi sebuah kafe yang difasilitasi pelestarian dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau
ruang membaca, diskusi atau ruang foto dengan perbuatan melestarikan. Upaya pelestarian dapat
penambahan koleksi barang-barang yang antik untuk dilaksanakan dalam tiga kegiatan yaitu pelindungan,
mendukung suasana historis dari bangunannya. Nuansa pengembangan dan pemanfaatan yang masing-masing unsur
historis itu, perlu dipertahankan agar nilai dan makna kegiatan saling terintegrasi dan saling mendukung di dalam
sejarah dari bangunan di masa lalu tersebut tidak hilang proses pelaksanaannya. Kegiatan pelindungan dimaksudkan
akibat proses perkembangan zaman. Bangunan bersejarah 2 untuk mencegah agar cagar budaya tidak mengalami
yang tidak dilestarikan akan mengalami kemerosotan atau kerusakan dan kehancuran, sehingga keberadaannya tetap
penurunan dalam mutu nilainya. Sehubungan dengan hal dipertahankan. Kegiatan pengembangan dapat diartikan
tersebut, dengan menimbang pentingnya bangunan sebagai usaha untuk menjaga kualitas Cagar Budaya agar
bersejarah tersebut, maka pemerintah menetapkan dapat difungsikan terus seperti fungsi semula atau untuk
undang-undang terkait dengan Cagar Budaya sebagaimana fungsi lain yang sesuai dengan ketentuan undang-undang.
tercantum pada Undang-Undang No. 11 Tahun 2010. Kegiatan pemanfaatan dilakukan dengan memberikan
Berdasarkan UU tersebut, Cagar Budaya adalah warisan kegunaan untuk meningkatan kesejahteraan bagi masyarakat,
budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, baik untuk pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs ekonomi, maupun kebudayaan di masa kini dan mendatang.
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena Selain itu untuk mendukung pelestarian cagar budaya
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, tersebut, maka diperlukan dokumentasi pada bangunan
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses bersejarah. Dokumentasi bangunan bersejarah adalah hal
penetapan. Pengertian lain tentang Bangunan Cagar Budaya yang dilakukan untuk menyediaan dokumen-dokumen
pasal 1 ayat 3, adalah susunan binaan yang terbuat dari dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan,
kebutuhan ruang berdinding, dan beratap. Bangunan wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya. Identik
bersejarah sebagaimana disebutkan di atas baik yang belum dengan rumah,atau infrastruktur dalam keadaan cukup
ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya maupun yang lama berdiri dan mempunyai silsilah yang kuatsebelum awal
telah menjadi cagar budaya melalui Undang-Undang No. 11 didirikannya terkait dengan waktu saat pembangunanya.
Tahun 2010, mendapatkan pengaruh dari berbagai budaya. Maju pesatnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat
dari teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang
Pembangunan selalu membawa dampak positif dan digunakan untuk membangun peradabannya.
negatif. Pembangunan gedung baru pada bangunan
bersejarah merupakan salah satu dampat negatif dari
cepatnya pembangunan fisik tersebut. Sekarang
bangunan-bangunan baru tersebut seringkali menggeser
nilai historis dari bangunan-bangunan bersejarah. Keadaan
tersebut disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk,
terutama di daerah kota. Pertambahan penduduk tersebut
mengakibatkan kekurangan lahan tempat tinggal sehingga
terjadi pembukaan lahan baru untuk perumahan. Akibatnya
masyarakat melakukan pembangunan dengan
mengorbankan bangunan-bangunan bersejarah yang secara
fisik terlihat tua dan tidak terurus. Masalah yang lain adalah
kurangnya perhatian dan komitmen pemerintah terhadap
2. Deskripsi Kelurahan Lancang Garam

Gambar 2.1 : Peta lokasi Kelurahan Lancang Garam


(Sumber : www.GoogleMaps.com)

Kelurahan Lancang Garam merupakan salah satu desa


yang berada di Kecamatan Banda Sakti, Kota
Lhokseumawe, Aceh, Indonesia. Pada lokasi ini ada
beberapa jalan pada kelurahan yang di survey untuk
dokumentasi bangunan bersejarah, antara lain :

1. Jalan Cempaka

2. Jalan Kelinci

3. Jalan Paya Bakong

4. Jalan Seulanga

5. Jalan Tengku Chik Ditiro

6. Jalan Baiturrahman

7. Jalan Masjid Jamik

8. Jalan Teuku Umar

Dari survei yang dilakukan oleh kelompok 1 pada lokasi


Lancang Garam kota Lhokseumawe kami mendapati 5 bangunan
bersejarah yang terletak di Jalan Cempaka, Jalan Teuku Umar,
Jalan Masjid Jamik dan Jalan Merdeka. Kelima bangunan
terebut memiliki 4 fungsi yang sama dan 1 fungsi yang berbeda.
4 fungsi tersebut sebagai rumah tinggal dan 1 rumah tersebut
dijadikan sebagai tempat usaha (Warung kopi) yang banyak
dikunjungi oleh warga sekitar maupun dari luar kawasan
Lancang Garam.

Kelima bangunan tersebut termasuk bangunan bersejarah di


Kota Lhokseumawe, yang memiliki usia dibawah ± 50 tahun.
Dengan tampilan fasad yang berbeda – beda. Dapat dilihat juga
pada bukaan masing – masing bangunan yang memiliki bentuk
yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai