1
ataupun mengganti ruang hunian menggunakan metode skeleton infill.
Rumusan Masalah Lingkup Pembahasan
rumusan masalah yang dapat dipertimbangkan yaitu kebutuhan akan hunian
bertingkat dengan konsep adaptif di Lolu Utara, Kota Palu. Lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah :
Atas permasalahan tersebut, maka studi yang dapat dirumuskan a. Berdasarkan lingkup ilmu arsitektural yang menunjang penelitian ini,
adalah Bagaimana desain serta disiplin ilmu lainnya sebagai penunjang untuk menghasilkan desain
apartemen di Lolu Utara, Kota Palu.
“APARTEMEN DI LOLU UTARA (Konsep adaptif dengan pendekatan arsitektur metabolism)” b. Pembahasan lebih di arahkan pada perancangan bangunan apartemen
c. Ruang lingkup lokasi penelitian di batasi di Kelurahan Lolu Utara, Kota Palu.
Sumber: BPS Kota Palu (2019) Sumber: BAPPEDA Kota Palu (2019)
C. Kondisi Eksisting Lolu Utara
Pada gambar di perlihakan kondisi eksisting Kelurahan Lolu Utara pada tahun 2019. Dengan tingkat kepadatan bagunan yang tinggi dan luasan wilayah perumahan yang sedikit.
kawasan ini terdiri dari pertokoan pada sepanjang Jl. Wolter monginsidi, area perkantoran pada sepanjang Jl. R. A. Kartini dan persekolahan, dan perumahan pada beberapa bagian
di sepanjang Jl. Juanda. Kelurahan Lolu Utara merupakan kawasan dengan fungsi campuran dengan wilayah yang cukup sempit di tengah kota. sehingga perlu di lakukan peremajaan
lingkungan dan permukiman kota kedepannya di kawasan ini. agar kawasan di tengah kota dapat tetap memaksimal fungsi untuk aktivitasnya.
D. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan E. Proyeksi Penduduk
Sumber: http://sispk.bsn.go.id/
Sumber: Olahan Penulis (2019)
Data SNI di atas di gunakan sebagai standar persyaratan pembangunan hunian bertingkat, Di dapatkan hasil perhitungan proyeksi penduduk 30 tahun mendatang pada kelurahan lolu utara
di lanjutkan dengan proyeksi penduduk yang di sesuaikan dengan kepadatan penduduk di tahun 2048 memiliki penduduk sebanyak 20.043 Jiwa. di sesuaikan dengan standar perencanaan
dan kelayakannya sebagaiamana yang telah di atur dalam peraturan di atas. perumahan di perkotaan & perda, berdasarkan kondisi eksisting lolu utara memenuhi persyaratan
hunian bertingkat berdasarkan perencanaan perumahan bertingkat SNI 03-1733-2004.
Rusun
Definisi Rumah Susun Klasifikasi Rusun
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang rumah susun,
merumuskan bahwa rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang sebagai berikut ;
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan 1. Rumah Susun umum
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan Merupakan rumah susun yang diselengarakan untuk memenuhi kebutuhan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang pembangunan dan
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. pengelolaannya merupakan tanggung jawab pemerintah, penguasaannya
dapat dilakukan dengan cara dimiliki atau disewa.
Tujuan Rumah Susun
2. Rumah Susun Khusus
Menurut Pasal 3 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, Merupakan rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat
Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk: tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan
a. Menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan tugas pejabat dan pegawai negri, yang pembangunan dan pengelolaannya
yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang merupakan tanggung jawab pemerintah.
terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah, serta 3. Rumah Susun Komersil
menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam menciptakan kawasan Merupakan rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapat keuntungan,
permukiman yang lengkap serta serasi dan seimbang dengan memperhatikan prinsip yang pembangunannya dapat di kabulkan oleh badan hukum
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; Berdasarkan ketinggian Bangunan, yaitu :
c. Mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan permukiman kumuh; a. Bangunan Rendah ( Low Rise Building ) : memiliki ketinggian 2-6 lantai dan
d. Mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien, menggunakan tangga sebagai sarana sirkulasi vertikalnya. Jenis ini dikenal
dan produktif; dengan sebutan walk-up flat.
e. Memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan penghuni dan masyarakat b. Bangunan Sedang ( Medium Rise Building ) : memiliki ketinggian di atas 9
dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman lantai dan harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi
f. Memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah susun; vertikalnya.
g. Menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau, dalam lingkungan c. Bangunan Tinggi ( High Rise Building ) : memiliki ketinggian di atas 9 lantai
yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan dan harus menggunakan elevator listrik sebagai sarana sirkulasi vertikalnya.
permukiman yang terpadu; dan
h. Memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan,
dan kepemilikan rumah susun. 2
Apartemen
Berdaskan tipe bagunan Apartemen, yang akan di rancang
Definisi Apartemen adalah Hybrid Apartemen. Pertimbangan terhadap masalah
tapak dan dapat mewadahi fungsi perumahan dengan baik
Menurut KBBI Apartemen adalah tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, di tengah perkotaan.
kamar tidur, kamar mandi, dapur, dan sebagainya) yang berada pada satu
lantai bangunan bertingkat yang besar dan mewah, dilengkapi dengan
berbagai fasilitas (kolam renang, pusat kebugaran, toko, dan sebagainya)
Merupakan kombinasi dari beberapa fungsi atau tipe bagunan dalam satu
perencanaan. desain ini dapat Menggabungkan fasilitas ruang komunal dan
area komersil/retail yang lebih besar, seperti kantor dan supermarket.
Perencanaan hybrid sangat relevan dengan tapak yang besar yang
membuthkan respon perubahan bentuk bangunan dan skala dalam lingkungan
yang berdekatan, tipe ini di gunakan ketika;
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kota Palu, Indonesia.
lebih tepatnya di kecamatan Palu timur kelurahan
lolu utara mengacu kepada kebutuhan masyarakat
akan tempat tinggal berada di pusat kota dan
dengan mempertimbangkan letak secara geografis
dan kemudahan akses di tengah kota
3
Sumber: BAPPEDA Kota Palu pengembangan daerah Kota Palu.
RENTANG WAKTU
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
BIMBINGAN PROPOSAL
SEMINAR PROPOSAL
PRA DESAIN
SEMINAR HASIL
PERBAIKAN
STUDIO TA
UJIAN AKHIR