I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rumah sebagai tempat tinggal juga semakin meningkat, oleh sebab itu kebutuhan
lahan yang akan dijadikan lokasi pembangunan rumah juga semakin tinggi.
Tidak semua lahan yang ada cocok untuk dijadikan kawasan permukiman.
Evaluasi terhadap lahan yang ada perlu dilakukan terlebih dahulu agar dapat
ditentukan lahan mana yang cocok untuk dikembangkan sebagai lokasi kawasan
permukiman, selain itu dengan evaluasi ini juga dapat diketahui tingkat
(2009) terdiri dari 2 bagian yaitu perumahan adalah kelompok rumah yang
berfungsi sebagai tempat tinggal bersama yang dilengkapi dengan sarana dan
suatu aturan yang jelas dengan suatu pola yang teratur, perumahan informal
adalah akumulasi rumah yang dibangun oleh keluarga atau individu tanpa
2
berkembang.
yang merupakan strategi pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan. Dari dimensi ekologis,
itu, perlu juga informasi tentang tata guna lahan perkotaan yang ada saat ini.
Kenyataan lain juga menunjukkan banyak bentuk usaha tanpa ijin usaha dan ijin
lokasi dapat beroperasi tanpa adanya sanksi oleh pemerintah daerah. Sehingga
perijinan. Dalam merumuskan pola tata ruang kota di masa yang akan datang
pula oleh pertumbuhan penduduk Kota Rumbia sebesar 2,86 % (tahun 2011-
keterbatasan lahan dan pertumbuhan penduduk yang pesat serta adanya konsep
pengembangan kota.
terhadap ruang dan sarana prasarana yang mengisi ruang tersebut guna
Kustiwan dalam Tjahjati (1997), bahwa konversi lahan adalah alih fungsi atau
masalah di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
(Kec. Rumbia Tengah dan Kec. Rumbia) untuk melihat kondisi perkembangan
B. Rumusan Masalah
Dengan laju pertumbuhan penduduk yang makin tinggi (2,86 % pada tahun
Rumbia dan Rumbia Tengah dari tahun ke tahun menjadi daerah hunian yang
semakin padat terutama di pusat kotanya, hal ini ditandai oleh pembangunan
mewadahi aktivitas perdagangan dan jasa. Hal ini dapat lebih meningkatkan
perumahan/permukiman.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menambah dan
sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh,
lengkap, tetap berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah, 2003).
Daerah adalah “Suatu usaha yang sistematik dari pelbagai pelaku (aktor), baik
keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya dengan
cara:
daerah;
ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif.
sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan
Pada jenis perencanaan ini perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk
yang termarjinalkan dalam proses pembangunan kota dalam hal ini adalah
terkait, bahkan terkadang saling menggantikan, yang pada intinya adalah suatu
masyarakat kota yang meliputi perubahan sosial politik, sosial budaya dan fisik
(Hendarto, 2001).
Menurut Branch (1995), kota memiliki komponen dan unsur, mulai dari
nyata secara fisik seperti perumahan dan prasarana umum, hingga yang secara
fisik tak terlihat yaitu berupa kekuatan politik dan hukum yang mengarahkan
kegiatan kota. Disamping itu berbagai interaksi antar unsur yang bermacam-
macam memiliki tingkat kepentingan yang sama dengan unsur itu sendiri.
secara bersamaan, kota-kota akan terlihat sebagai organisme yang paling rumit
karakteristiknya yang tetap dan terbatas, maka perubahan tata guna lahan
manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang
heterogen dan corak kehidupan yang materialistik, dengan kata lain, kota
merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non
cukup besar, tingkat serta pola kehidupan yang beraneka ragam dan perilaku
Menurut Jayadinata (1999), kota adalah suatu wilayah yang dicirikan oleh
industri dan lain sebagainya, beserta alun-alun yang luas dan jalanan beraspal
yang diisi oleh padatnya kendaraan bermotor. Dari segi fisik, suatu kota banyak
pandang fungsi, yaitu sebagai penyelenggara dan penyedia jasa bagi wilayah
kota itu sendiri maupun wilayah sekitarnya, sehingga kota disebut sebagai pusat
perkotaan, maka makin meyakinkan bahwa lokasi konsentrasi itu adalah sebuah
ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. Pola ruang kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah perkotaan yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung
kabupaten.
lingkungan;
1. Teori Konsentrik
Teori ini dikembangkan oleh Ernest W. Burgess (1925) yang meneliti kota
Chicago. Menurut teori ini pola penggunaan lahan di kota mengikuti zone-
Wilayah PDK atau dalam bahasa asing Central Business District (CBD)
Zone ini ditandai dengan adanya daerah elite yang dihuni oleh orang kaya
Zone yang ditandai dengan adanya kaum komuter (penglaju) yang siang
5
4
3
2
1 2 3Keterangan
45 :
Central Business District (CBD)
Zona Peralihan
Zona Perumahan dan Para Pekerja
Zona Permukiman yang Lebih Baik
Zona para Penglaju
Gambar 2.1. Model Zona Konsentris (Burgess)
2. Teori sektoral
Teori ini dikemukakan oleh C.D. Harris dan E.L. Ullman. Teori ini
tertentu yang berfungsi sebagai inti kota seperti wilayah industri, pelabuhan
dan jaringan jalan, kompleks perguruan tinggi, dsb. Dalam arti bahwa pusat
kegiatan bukan satu melainkan ganda C.D. Harris dan E.L. Ullman dalam
Daldjoeni (1992).
16
Gambar 2.3. Teori Inti Berganda C.D. Harris dan E.L. Ullman
itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat
meliputi bidang perumahan dan permukiman sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
17
bahwa masih terdapat sekitar 85% perumahan yang diupayakan sendiri oleh
Indonesia tidak dapat terelakkan, dan hal ini kemudian berdampak pada
sekaligus juga berdampak pada kinerja sektor perumahan dan permukiman, yang
nasional.
Tata guna lahan perkotaan menunjukan pembagian dalam ruang dan peran
untuk fasilitas pelayanan kota cenderung mendekati akses barang dan orang
sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan
dengan potensi alam seperti pantai, danau, daerah dengan topografi tertentu, atau
Lokasi perumahan sangat dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kota yang ada
Dukungan sumber daya yang memadai, baik yang utama maupun penunjang
lingkungan.
menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini diperlukan agar dapat
perdesaan, serta perkembangan yang terjadi dapat tumbuh secara selaras dan
persoalan perumahan dan permukiman yang ada, antara lain sebagai berikut:
b. Isu lingkungan
tinggi, serta dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi yang kurang
berkelanjutan.
sendiri.
oleh komunitas harus direspon secara lebih tepat oleh pemerintah di dalam
Indonesia yang ada pada saat ini adalah sebagai berikut menurut kirmanto
c. alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat akibat pasar tanah dan
berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-
menguntungkan.
perkotaan adalah luas lahan yang semakin menyempit, harga tanah dan
material bangunan yang dari waktu kewaktu semakin bertambah mahal, serta
kebutuhan dan jumlah masyarakat yang akan menempatinya. Tetapi apa bila
23
a. Kependudukan
arus urbanisasi serta semakin lebarnya jurang pemisah antara kota dan desa
dengan rencana umum tata ruang kota, inilah yang menyebabkan keadaan
mata, dengan perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap
semakin langka dan semakin mahal. Tidak sedikit yang kita jumpai areal
pertanian yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal ini terjadi karena
e. Pembiayaan.
menjangkau harga rumah yang layak bagi mereka masih sangat susah
g. Kelembagaan
berencana, terarah dan perpadu, baik itu yang berfungsi sebagai pemegang
kelembagaan pada tingkat daerah, baik itu yang bersifat formal maupun
h. Peranserta Masyarakat
bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas perumahan yang layak,
iklim yang baik agar masyarakat dapat memenuhi sendiri kebutuhan akan
perumahan mereka.
nyata.
i. Peraturan Perundang-undangan
hingga saat sekarang. Namun hal ini belum dapat memberikan dampak
hal dikatakan hal tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kenyataan
j. Permasalahan lainnya
Menurut hasil sensus yang dilakukan pada tahun 1980, tercatat bahwa
kira-kira 28 juta dari rumah yang ada, 5,8% merupakan rumah-rumah yang
belum memenuhi syarat, baik itu yang ditinjau dari luasan rumahnya
ini adalah faktor sebaran penduduk Indonesia yang masih belum merata.
ruang dan waktu, tetapi juga perubahan kondisi khususnya bidang ekonomi,
Pengertian konversi lahan atau perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau
daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain (Tjahjati, 1997). Namun
b. Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi pada suatu
mampu mengatasi masalah yang timbul dengan sumber dan swadaya yang
ada.
c. Perubahan tata laku (behavioral change), yakni perubahan tata laku penduduk
F. Penginderaan Jauh
objek, daerah atau fenomena tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau
yang terdiri dari berbagai komponen dan interaksi antar komponen. Gambar di
data.
31
Sumber tenaga dapat berupa tenaga alami (matahari) maupun buatan yaitu
sinyal radio. Tenaga ini berinteraksi dengan objek di permukaan bumi, kemudian
berasal dari matahari dan penyampai sinyal yang ditransmisikan atau dipantulkan
yang dipantulkan. Sensor yang terpasang pada wahana berfungi sebagai alat
32
yaitu kepekaan sensor terhadap bagian spektrum elektro magnetik tertentu, dan
resolusi spasial yang berbeda. Perbedaan kedua hal ini sangat berpengaruh pada
penginderaan jauh karena kompo nen ini menentukan dapat diterima atau
karena data penginderaan jauh dapat diandalkan dalam analisis keruangan serta
Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi
berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis
biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta
gambar petanya.
alam, lingkungan, fasililats kota, dan pelayanan umum lainnya. Pada intinya SIG
(mesin).
pandang baru, melalui basis pemetaan, dan menemukan hubungan yang selama
H. Penelitian Terdahulu
dilakukan oleh beberapa peneliti diuraikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
34
oleh stuasi dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan
kota secara komprehensif . Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga
1) Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang
suatu kota. Salah satu yang di pertimbangkan dalam kondisi tapak adalah
topografi. Kota yang berlokasi didataran yang rata akan mudah berkembang
3) Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota-kota
yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat dan akan
berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya kota
4) Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat
masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota kerajaan
akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara
5) Unsur-unsur umum seperti misalnya jaringan jalan, penyediaan air bersih
KOTA RUMBIA
PROSES URBANISASI
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan yaitu bulan Mei sampai
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka. Sumber data diperoleh
dari publikasi resmi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil analisa citra satelit yang digunakan
untuk melakukan identifikasi potensi dan gambaran fisik wilayah. Citra satelit
yang digunakan adalah citra satelit Landsat TM8 resolusi spasial 30m dan Citra
satelit resolusi spasial 0.8 – 1,2 m pemotretan tahun 2012 yang digunakan untuk
Metode Yang
No. Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber
Digunakan
jumlah subyek yang ada pada setiap strata atau setiap wilayah tidak sama. Oleh
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan
dibuat inferensi. Dalam hal ini populasi berkenaan dengan data bukan pada
orang atau benda (Nasir, 1999). Wilayah Kecamatan Rumbia dan Kecamatan
menentukan jumlah ukuran sampel dipakai formulasi Slovin (dalam Sevilla et al,
1993), yaitu:
N
n= (1)
1+ ne2
41
dimana :
n = ukuran sampel;
N = ukuran populasi;
penelitian ini adalah 10%, dengan tingkat kepercayaan studi sebesar 90%.
Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang akan di ambil pada
6.659
n= 2
1+6.659 x (0,1)
6.659
¿
67,59
= 98,52 ≈ 99 sampel
11.221
n=
1+11.221 x (0,1)2
= 99,12 ≈ 99 sampel
Jadi sampel yang diambil pada wilayah penelitian berjumlah 188 responden.
D. Variabel Penelitian
Dari kajian teori yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pola
dapat direduksi menjadi beberapa variabel yakni dinamika secara ekonomi yang
seksama lagi bahwa pengaruh dari ketiga variabel tersebut kedalam struktur
kawasan seperti satu bagian kawasan berfungsi sebagai pelayan bagi kawasan
pelaksanaan analisis. Dalam studi ini, pengumpulan data terdiri atas dua cara,
maupun wawancara pada responden yang terkait, dan bisa dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
lahan, aktivitas kota serta sosial masyarakat pada wilayah penelitian dalam
bentuk foto, sketsa atau data tertulis baik narasi maupun numerik.
yang sifatnya tertutup dan terbuka. Dalam penelitian ini dipakai kuesioner
yang dapat diperoleh melalui buku literatur, dokumen penelitian atau melalui
kajian literatur sendiri. Sumber yang terkait bisa dari institusi pemerintah,
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Analisis
mengukur tingkat kemandirian suatu ekonomi lokal dalam hal pendapatan atau
45
vi
vt
LQ i= (2)
Vi
Vt
masyarakat dapat dibadi menjadi dua, yakni kegiatan basis dan kegiatan non-
sementara jika nilai LQ < 1, maka kegiatan ekonomi tersebut dikatakan bukan
hasilnya baik berupa barang atau jasa ditujukan untuk ”diekspor” ke luar dari
hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu
secara dinamik. Salah satu konsekuensi yang begitu ketara dari pertumbuhan
Pn = Po (1 + r)n (1)
Dimana ;
data – data geografis. Data geografis yang dimaksud adalah data spasial yang
terdiri atas lokasi eksplisit suatu geografi yang diset ke dalam bentuk
ataupun pengelolaan.
Data attribut atau data spasial adalah gambaran data yang terdiri atas
lokasi penjualan, dan lain-lain yang bisa dihubungkan dengan lokasi tertentu
dari tiga unsur pokok : sistem, informasi, dan geografis. Jadi sistem informasi
geografis adalah kumpulan dari sistem yang teroganisir dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak, dan data geografi yang dirancang secara efisien
dan menampilkan semua bentuk informasi dan data yang bereferensi geografi.
Oleh sebab itu dari definisi tersebut maka sistem informasi geografis
4. Analisis Deskriptif.
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel
antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono : 2003). Pendapat
yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada
situasi atau kejadian yang sudah berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga
atas satu variabel kepada variabel lain. Karena itu pula penelitian komparasi
49
(Arikunto, S. 2005).
hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling
hubungan dan bukan ada atau tidak ada saling hubungan tersebut. Dalam
yang dipersoalan, diantaranya apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa,
pada urutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.
G. Konsep Operasional
1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
5. pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,
dan nyaman.
dan ekonomi.
9. Perubahan guna lahan adalah alih fungsi atau mutasi lahan secara umum
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta.
Jakarta
Archibugi. F., 2008. Planning Theory. From the Political Debate to the
Methodological Reconstruction.
Chapin. F.S. 1995. Urban Land Use Planning. University of Illinois. Urbana.
52
Dahuri et al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Pradnya Param ita. Bogor.
Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam teori dan Praktek.
Bandung: Alumni Bandung.
Fianstein and Norman, 1991. City Planning and Political Value, Journal Urban
Affairs Quarterly, Vol. 2, No.3.
Jayadinata T. J, ( 1999 ), “Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Desa, Perkotaan
dan Wilayah“, ITB, Bandung.
Murai, S. 1999. GIS Work Book. Institute of Industrial science, University of Tokyo,
7-22-1 Roppongi, Minatoku, Tokyo.
Priyo N. C., Johan S., Amiranti S. S, 2012. Konsep Penataan Permukiman Dalam
Rangka Pembangunan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu. Seminar Nasional
Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota, 2012.
Yunus, Hadi Sabari. 1987. Permasalahan Daerah Urban Fringe dan Alternatif
Pemecahannya. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Zahnd, Marcus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota
dan Penerapannya. Semarang: Kanisius.
54
Undang-Undang