Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PERWUJUDAN PEMANFAATAN RUANG

DI SUB WILAYAH KOTA VII (SWK VII) KOTA SUKABUMI


PROVINSI JAWA BARAT
Saepul Amri 1, Janthy T Hidayat 2, M Yogie Syahbandar 3

Dari waktu ke waktu kota Sukabumi mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai
aspek. Perkembangan dapat dilihat dari bagaimana pembangunan telah dilakukan, baik dari segi fisik
maupun non-fisik. Indikator pembangunan tersebut biasanya terkait dengan adanya peningkatan
kebutuhan akan ketersediaan fasilitas, utilitas, serta sarana dan prasarana pendukung seiring dengan
meningkatnya aktivitas masyarakat yang ada. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2010
RTRW Kota Sukabumi tahun 2001-2011 dengan menggunakan analisis penginderaan jauh, bahwa
inkonsistensi yang paling besar terjadi di Kecamatan Lembursitu sebesar 65,93 ha atau 1,36% dari luas
total kota Sukabumi dan yang paling kecil di kecamatan Gunung Puyuh sebesar 3,37 ha atau 0,07%
(Mudhofir M;2010). Hal ini di akibatkan karena adanya efek spillover dari Kabupaten Sukabumi yang
berdekatan dengan Kecamatan Lembursitu. Efek spillover adalah eksternalitas kegiatan ekonomi atau
proses yang mempengaruhi wilayah yang tidak terlibat langsung. Sehingga perkembangan penggunaan
lahan di kecamatan Lembursitu meningkat setiap tahunnya. Dalam rangka mendorong pengembangan
wilayah kota Sukabumi sesuai arahan RTRW telah di bagi menjadi 7 (tujuh) Sub Wilayah Kota, dan
kecamatan Lembursitu sebagai Sub Wilayah Kota VII (SWK VII) selanjutnya SWK VII sebagai
wilayah studi penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dari
tahun 2001 sampai tahun 2015, kesesuaian lahan tahun 2015 dengan rencana pola ruang tahun 2011-
2031, dan mengidentifikasi perwujudan program pemanfaatan ruang tahun 2011-2015. Metode analisis
yang dilakukan adalah analisa kuantitatif menggunakan metode GIS yang didukung dengan deskripsi
kualitatif, dan mengidentifikasi program perwujudan ruang menggunakan analisis yang tertuang di
dalam pedoman monitoring dan evaluasi pemanfaatan ruang. Berdasarkan perkembangan perubahan
penggunaan lahan di SWK VII tahun 2001-2015 meningkat sebesar 69,35 Ha, dan kesesuaian
pemanfaatan ruang yang dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi yaitu sesuai terbangun sebesar 125, Ha,
sesuai tidak terbangun 208,4 Ha, tidak sesuai terbangun 61,3 Ha, dan tidak sesuai tidak terbangun 310,
Ha. Selanjutnya berdasarkan dari hasil penilaian terhadap pola dan struktur ruang hasilnya adalah
sebesar 33,29%, artinya tingkat kesesuainnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sukabumi di SWK
VII sedang, yang berarti pemanfaatan ruang masih belum sepenuhnya sesuai dengan rencana tata ruang.
Kata Kunci: Penataan Ruang, Perubahan Lahan, Perwujudan Ruang

I. PENDAHULUAN antara pusat pertumbuhan mega urban


1.1 Latar Belakang Jabodetebek dan Bandung Raya, menyebabkan
Aktivitas perkotaan akan semakin kota Sukabumi menjadi salah satu kawasan
berkembang jika jumlah penduduknya semakin andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat
banyak. Karena lahan bersifat permanen, suatu (RTRW Jawa Barat) yang berpotensi selain
lahan akan diperebutkan oleh aktivitas yang memacu perkembangan wilayahnya juga
memiliki kriteria berlokasi sesuai dengan lahan mendorong pertumbuhan wilayah di sekitarnya
tersebut. Akumulasi dari persaingan dalam (hinterland). Hal inilah yang dapat berimplikasi
penggunaan lahan tersebut menyebabkan terhadap proses terjadinya konversi lahan..
lahan–lahan yang semula telah dialokasikan Berdasarkan Hasil evaluasi yang
untuk suatu kegiatan tertentu dalam rencana dilakukan terhadap RTRW Kota Sukabumi
kota, pada saat diimplementasikan sering telah tahun 2001-2011 dengan menggunakan analisis
digunakan oleh jenis kegiatan lainnya penginderaan Jauh. Penyebaran inkonsistensi
(Parengkuan, 1991). pada masing-masing kecamatan, penutupan
Kota Sukabumi merupakan salah satu kota lahan yang tidak searah dengan RTRW yang
di propinsi Jawa Barat yang dapat dikatakan paling besar terjadi di Kecamatan Lembursitu
sebagai suatu kota yang berkembang. Karena sebesar 65,93 ha atau 1,36% dari luas total kota
berada pada posisi strategis yaitu berada di dan Kecamatan Cibeureum sebesar 50,65 ha

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1
atau 1,03%. Sedangkan di Kecamatan Baros penghidupan dan kehidupan modern dan
sebesar 44,86 ha atau 0,93%, di Kecamatan menjadi wewenang permerintah kota.
Citamiang sebesar 14,99 ha atau 0,32%, dan di
Kecamatan Cikole sebesar 13,47 ha atau 2.2 Pengertian Penggunaan Lahan
0,26%. Sedangkan luas inkonsistensi paling Menurut Sitorus (2001), dalam Puche
kecil terdapat di Kecamatan Warudoyong (2012) lahan merupakan bagian dari bentang
sebesar 5,17 ha atau 0,10% dan di Kecamatan alam Yang mencakup pengertian lingkungan
Gunung Puyuh sebesar 3,37 ha atau 0,07% fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi
(Mudhofir: 2010). termasuk keadaan vegetasi alami yang
Untuk mendeteksi fenomena perubahan semuanya secara potensial akan berpengaruh
penggunaan lahan dan perkembangan wilayah terhadap penggunaan lahan. Penggunaan lahan
SWK VII di kota Sukabumi tersebut, adalah hasil usaha manusia dalam mengelola
diperlukan analisis yang dapat memberikan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi
gambaran seberapa jauh perubahan berbagai kebutuhannya. Penggunaan lahan
penggunaan lahan selama 10 (sepuluh) tahun secara umum tergantung pada kemampuan
dengan perbandingan pada tahun 2005, 2010, lahan dan lokasi lahan. Untuk aktivitas
dan 2015. Sehingga dapat mengevaluasi pertanian, penggunaan lahan tergantung pada
kesesuaian penggunaan lahan eksisting dengan kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh
RTRW Kota yang disebabkan oleh peningkatan adanya perbedaan sifat-sifat yang menghambat
kebutuhan akan ruang di kota Sukabumi. bagi penggunaannya seperti tekstur tanah,
Selain itu juga SWK VII sebagai jalur lereng, kemampuan menahan air dan tingkat
perlintasan perekonomian yang berada di erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan juga
Kabupaten Sukabumi. SWK VII juga yang tergantung lokasi, khususnya untuk daerah-
langsung berbatasan dengan kabupaten daerah permukiman, lokasi industri, maupun
Sukabumi di sebagian Selatan yaitu dengan untuk daerah-daerah rekreasi.
Kecamatan Cikembar sebagai lokasi Perubahan penggunaan lahan yang terjadi,
pertumbuhan Kabupaten Sukabumi dengan pada dasarnya bersifat dinamis mengikuti
berdirinya Kegiatan Industri seperti PT. Semen perkembangan penduduk dan pola
Jawa dan PT. Glostar Indonesia yang menarik pembangunan wilayah. Akan tetapi perubahan
pekerja dari berbagai daerah, sehingga pola penggunaan lahan yang tidak terkendali
kebutuhan permukiman akan meningkat. dan terencana dapat berpengaruh buruk
terhadap daya dukung lahan yang pada
1.2 Tujuan Studi akhirnya dapat berpengaruh buruk terhadap
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah pembangunan itu sendiri dan pembangunan
diatas maka Tujuan dalam penelitian ini adalah semacam ini tidak akan berkelanjutan.
: Perubahan atau perkembangan pola
1. Mengetahui perubahan penggunaan lahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh dua fakor
kota sukabumi tahun 2001, 2010, dan 2015. utama, yaitu faktor alami dan faktor manusia.
2. mengetahui kesesuaian lahan Tahun 2015 Faktor alami antara lain: 1) tanah, 2) air, 3)
terhadap RTRW Kota Sukabumi iklim, pola musiman, dan 4) landform, erosi dan
3. Mengidentifikasi program perwujudan kemiringan lereng. Faktor manusia
pemanfaatan ruang tahun 2011-2015 mempengaruhi lebih dominan dibandingkan
faktor alami dan dipengaruhi oleh keadaan
II. TINJAUAN PUSTAKA sosial ekonomi dan pengaruh dari luar, seperti
2.1 Pengertian Kota kebijakan nasional dan internasional.
Menurut Mirsa (2012), Kota adalah tempat
bermukimnya warga kota, tempat bekerja, 2.3 Pemanfaatan Sistem Informasi
tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, Geografis (SIG) Untuk Monitoring
pemerintahan dan lain lainnya. Kota berasal Perubahan Penggunaan Lahan
dari kata Urban yang mengandung pengertian Sistem Informasi Geografi dalam
kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut perecanaan wilayah merupakan suatu bagian
sifat sifat yang melekat dalam kota dalam artian penting dalam pengambilan keputusan. Tidak
fisikal, sosial, ekonomi, dan budaya. Perkotaan memadainya ketersediaan informasi maka akan
mengacu pada areal yang memiliki suasana menyebabkan sukarnya pengambilan
keputusan yang benar. Dengan kata lain

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2
informasi yang salah akan menyebabkan
keputusan yang salah. Data dan informasi
sering digunakan secara terbalik bahkan kadang
disamakan. Oleh sebab itu perlu dibedakan
pengertian antara dan infomasi. Data adalah
fakta mengenai objek, orang dan lain-lain. Data
dinyatakan dengan nilai baik berupa angka,
deretan karakter atau symbol. Informasi adalah
hasil analisis dan sintesis terhadap hasil, dengan
kata lain informasi dapat dikatakan sebagai data
yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan seseorang.

2.4 Sistem Informasi Geografi dan Proses


Perencanaan Gambar 2 Wilayah Administrasi
SIG adalah salah satu sistem komputer
seperti yang diinginkan di atas. Suatu sistem 3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis
yang dapat membantu dalam mencari, Data
mengumpulkan, menyimpan, menganalisa dan Metode pengumpulan data adalah cara
menampilkan data. SIG dalam perencanaan yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai
akan berfungsi sebagai alat bantu dan basis dengan data yang dibutuhkan. Metode
data. Sebagai suatu alat, SIG akan pengumpulan data yang digunakan dalam
mempermudah perencana untuk melakukan penelitian ini adalah melalui studi literatur,
berbagai analisis tata ruang yang menggunakan survey instansi, dokumentasi dan penyebaran
fungsi-fungsi pemodelan data seperti kuesioner. Untuk mendapatkan data tersebut di
penelusuran data, berbagai variasi dalam gunakan dua metode yaitu dengan cara survei
tumpang tindih peta dan lain-lain. sekunder dan survei primer. Untuk lebih
jelasnya tentang teknik pengumpulan dan jenis
III. METODE PENELITIAN data yang di butuhkan dapat dilihat pada
3.1 Gambaran Umum Sub Wilayah Kota gambar 3.
VII Kota Sukabumi
SWK VII berpusat di Kelurahan
Lembursitu dengan luasan wilayah 656 Ha,
mencakup sebagian Kelurahan Cipanengah,
sebagian Kelurahan Situmekar, Kelurahan
Lembursitu. Dari cakupan wilayahnya bahwa
berada dalam administrasi wilayah Kecamatan
Lembursitu. Adapun batas-batas wilayah Gambar 3 Diagram Alir Teknik Pengumpulan
Kecamatan Lembursitu meliputi : Data
Batas-batas wilayah Kecamatan Lembursitu
meliputi: 3.3 Metode Analisis
- Sebelah Timur : Cikondang, Gunung Analisis data merupakan langkah yang
Guruh Kabupaten Sukabumi sangat penting dalam suatu penelitian, karena
- Sebelah Selatan : Desa Wangunreja analisis data berfungsi untuk mengambil
Kabupaten Sukabumi kesimpulan dari sebuah penelitian. Analisis
- Sebelah Utara : Kecamatan Citamiang dan data dilakukan setelah data-data penelitian
Kelurahan Cikunul terkumpul secara lengkap kemudian data
- Sebelah Barat : Dayeuh Luhur,Kebon tersebut diolah dan dianalisis untuk
Manggu Kebupaten Sukabumi menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga
Untuk lebih jelasnya tentang wilayah studi Sub dapat menjawab persoalan yang sedang diteliti
Wilayah Kota VII Sukabumi dapat dilihat pada serta mampu dipertanggung jawabkan
Gambar 2. kebenarannya. Tujuan analisis dalam penelitian
ini adalah untuk menyempitkan dan membatasi
penemuan sehingga menjadi data yang tersusun

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3
lebih teratur. Adapun tujuan yang ingin di capai ketidaksesuaian lahan di SWK VII. Adapun
yaitu dengan menggunakan metode analisis untuk mengetahui perubahan Penggunaan
sebagai berikut: lahan, analisis GIS diintergrasikan dengan
1. Mengetahui Perubahan penggunaan lahan metode super impose. Dalam hal ini, untuk
SWK VII Kota Sukabumi Tahun 2001 – mempermudah digitasi, maka penggunaan
2015. Untuk menjawab tujuan tersebut lahan dikelompokkan kedalam 12 (dua belas)
digunakan metode deskriptif dan overlay jenis penggunaan lahan, yaitu peternakan,
pada GIS, yaitu dengan mengoverlay permukiman, perdagangan dan jasa, jalan,
terlebih dahulu Penggunaan Lahan tahun pemakaman, sawah, Tanah Kosong Hijau,
2001 dengan 2010. Setelah itu dilakukan Tanah Kosong, Kebun, dan Semak Belukar.
overlay penggunaan lahan tahun 2010
dengan 2015. Sehinga dapat diketahui 3.5 Teknik Sampling
presentase perubahannya. Populasi adalah jumlah keseluruhan dari
2. Mengetahui kesesuaian lahan tahun 2015 unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga
dengan rencana pola ruang tahun 2011- (Singarimbun, 1995 dalam Farhan, 2005).
2031. Seperti halnya yang digunakan pada Populasi merupakan keseluruhan penduduk
metode analisis tujuan pertama, yaitu atau individu yang dimaksudkan untuk
menggunakan metode overlay penggunaan diselidiki. Pendapat lain mengatakan bahwa
lahan tahun 2015 dengan peta pola ruang populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran
tahun 2011-2031. Maka akan di ketahui tentang sesuatu yang ingin kita buat
kesesuaian lahan yang sesuai ataupun tidak inferensinya. Dalam hal ini populasi berkenaan
sesuai. dengan data bukan pada orangnya atau
3. Mengidentifikasi perwujudan program bendanya (Nashir, 1999 dalam Farhan, 2005).
pemanfaat ruang tahun 2011-2015. Yaitu
dengan menggunakan metode deskriptif dan 3.6 Teknik Wawancara In-depth Interview
wawancara instansi. Analisisnya bersumber Wawancara adalah merupakan pertemuan
dari pedoman monitoring pemanfaatan antara dua orang untuk bertukar informasi dan
ruang sedangkan yang di monitoring adalah ide melalui tanya jawab sehingga dapat
tahun 2011-2015. Sehingga dari hasil dikonstruksikan makna dalam suatu topik
analisis ini akan di dapat diketahui tingkat tertentu. Wawancara juga merupakan alat
kesesuaian pemanfaatan ruangnya. mengecek ulang atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh
3.4 Metode SIG sebelumnya dan juga merupakan teknik
Sistem Informasi Geografis (SIG) komunikasi langsung antara peneliti dan
merupakan suatu sistem yang mampu responden.
memberikan informasi baru yang terintegrasi Wawancara mendalam merupakan proses
dari beberapa data baik spatial maupun non menggali informasi secara mendalam, terbuka,
spatial. Aplikasi SIG dapat digunakan dalam dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian
melakukan kegiatan inventarisasi dan dan diarahkan pada pusat penelitian. Dalam hal
monitoring sehingga diharapkan mampu ini metode wawancara mendalam yang
memberikan hasil analisis yang mampu dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan
menggambarkan kondisi wilayah tersebut yang telah dipersiapkan sebelumnya.
secara spasial dengan jangka waktu yang Wawancara merupakan bagian dari metode
berkelanjutan. kualitatif. Dalam metode kualitatif ini ada
Pada prinsipnya metode ini merupakan dikenal dengan teknik wawancara-mendalam
proses pertampalan (tumpang-tindih) antar data (In-depth Interview). Pengertian awancara-
spasial (dua peta atau lebih) sehingga mendalam (In-depth Interview) adalah proses
dihasilkan suatu wilayah baru hasil analis memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan karakteristik yang merupakan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
gabungan nilai antar data spasial. Peta hasil antara pewawancara dengan responden atau
super impose tersebut kemudian dianalisis orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
dengan menggunakan standar-standar yang menggunakan pedoman (guide) wawancara
telah ditentukan. Penggunaan metode SIG pada dimana pewawancara dan informan terlibat
penelitan ini, digunakan untuk mengetahui dalam kehidupan sosial yang relatif lama
perubahan Penggunaan lahan dan (Sutopo 2006: 72). Ciri khusus/Kekhasan dari

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4
wawancara - mendalam ini adalah semak belukar dengan luasan 155,111 Ha
keterlibatannya dalam kehidupan (24%). Kemudian lahan terkecil adalah
responden/informan. lapangan dengan luasan 0,927Ha (0,14%) dan
pemakaman dengan luasan 2,478 Ha (0,38%).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk lebih jelas mengenai kondisi
4.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan penggunaan lahan di SWK VII Kota Sukabumi
Tahapan Analisis untuk mengetahui pada tahun 2001 dapat dilihat pada Tabel 1 dan
perubahan penggunaan lahan di SWK VII Kota Gambar 5.
Sukabumi yaitu dengan melihat kondisi
penggunaan lahan SWK VII Kota Sukabumi Tabel 1 Penggunaan Lahan Tahun 2001
dari tahun 2001, 2010 dan 2015, Setelah itu Penggunaan
Tahun 2001
No Luas Persentase
menganalisa perubahan penggunaan lahan Lahan
(Ha) (%)
tersebut mulai dari tahun 2001-2010 dan 2010- 1 Peternakan 12,4 1,92
2015 dengan cara melakukan overlay intersect 2 Jalan 10,2 1,58
terhadap data penggunaan lahan. Klasifikasi 3 Kebun 27,5 4,26
penggunaan lahan terbagi menjadi 13 tiga 4 Kolam 8,6 1,33
belas) untuk memudahkan dalam analisis dan 5 Lapangan 0,9 0,14
berikut untuk diagram alir analisisnya dapat di 6 Pemakaman 2,5 0,38
7 Pemukiman 57,5 8,90
lihat pada gambar 4 yaitu:
8 Tanah Kosong 87,2 13,49
1.Peternakan
9 Sawah 251,4 38,90
2.Jalan 10 Sungai 30,7 4,75
3.Kebun 11 Semak Belukar 155,1 24,00
4.Kolam Perdagangan
12 2,1 0,32
5.Lapangan dan Jasa
6.Pemakaman Jumlah 646,2 100,00

7.Permukiman
8.Tanah Kosong Kemudian berdasarkan data penggunaan lahan
9.Sawah pada tahun 2010 dapat diketahui bahwa
10.Sungai penggunaan lahan yang paling besar adalah
11.Semak Belukar, sawah dengan luasan 243,986 Ha (37,78%) lalu
12.Perdagangan dan Jasa. semak belukar dengan luasan 151,016 Ha
(23,39%), lahan permukiman dengan luasan
109,497 Ha (16,94%). Kemudian lahan terkecil
adalah lapangan dengan luasan 0,299 Ha
(0,046%) dan pemakaman dengan luasan 2,469
Ha (0,382%). Untuk lebih jelas mengenai
kondisi penggunaan lahan di SWK VII Kota
Sukabumi pada tahun 2010 dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Gambar 6.

Berdasarkan hasil identifikasi, perkembangan


perubahan penggunaan lahan yang terjadi di
SWK VII Kota Sukabumi periode tahun 2001
sampai tahun 2010, menujukkan adanya
perubahan penggunaan lahan yang cukup
signifikan terutama pada penggunaan lahan
Gambar 4 Diagram Alir Analisis Perubahan berupa Tanah Kosong dan Semak Belukar.
Penggunaan Lahan Pengurangan luas lahan tanah kosong dari
tahun 2001 ke tahun 2010 adalah sebesar 29,31
4.1.1 Perubahan Penggunaan Lahan tahun Ha (-4,53%). Lalu pengurangan luas lahan
2001-2010 semak belukar dari tahun 2001 ke tahun 2010
Berdasarkan data penggunaan lahan pada adalah sebesar 4,10 Ha (- 0,62%).
tahun 2001 dapat diketahui bahwa penggunaan
lahan yang paling terbesar adalah lahan sawah
dengan luasan 251,378 Ha (38,90%), lalu

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5
Tabel 3 Perubahan Penggunaan Lahan
Tahun 2001-2010
Perubahan
Tahun 2001 Tahun 2010
Penggunaan Lahan
No
Lahan Luas Luas Luas
(%) (%)
(Ha) (Ha) (Ha) (%)
1 Peternakan 12,4 1,92 12,4 1,92 0,0 0,0
2 Jalan 10,2 1,58 10,2 1,58 0,0 0,0
3 Kebun 27,5 4,26 24,1 3,74 -3,4 -0,5
4 Kolam 8,6 1,33 6,0 0,93 -2,6 -0,4
5 Lapangan 0,9 0,14 0,3 0,05 -0,6 -0,1
6 Pemakaman 2,5 0,38 2,5 0,38 0,0 0,0
7 Pemukiman 57,5 8,90 106,5 16,48 49,0 7,6
8 Tanah Kosong 87,2 13,49 55,0 8,51 -32,2 -5,0
Gambar 5 Penggunaan Lahan Tahun 2001 9 Sawah 251,4 38,90 244,0 37,76 -7,4 -1,1
10 Sungai 30,7 4,75 30,5 4,73 -0,2 0,0
Tabel 2. Penggunaan Lahan Tahun 2010 11 Semak Belukar 155,1 24,00 151,0 23,37 -4,1 -0,6
Tahun 2010 Perdagangan
Penggunaan 12 2,1 0,32 3,6 0,56 1,5 0,2
No dan Jasa
Lahan Luas Persentase
Jumlah 646,2 100,0 646,2 100,00
(Ha) (%)
1 Peternakan 12,4 1,918
2 Jalan 10,2 1,583 Jika dilihat dari tabel dan diagram
3 Kebun 24,1 3,736 perubahan penggunaan lahan di SWK VII Kota
4 Kolam 6,0 0,933 Sukabumi terjadi di akibatkan karena
5 Lapangan 0,3 0,046 kebutuhan lahan untuk permukiman. Terbukti
6 Pemakaman 2,5 0,382 dari data yang ada perubahan yang terjadi
7 Pemukiman 106,5 16,481 akibat peningktan permukiman dari tahun 2001
8 Tanah Kosong 55,0 8,512 – 2010 sekitar 49,86 Ha (7,73%). Perubahan
9 Sawah 244,0 37,756 yang terjadi yang terbesar yaitu penggunaan
10 Sungai 30,5 4,727 lahan tanah kosong yang asalnya di tahun 2001
Semak 63,81 Ha menjadi 34,50 Ha di tahun 2010 atau
11 151,0 23,369
Belukar perubahannya -29,31 Ha (4,53%). Perubahan
12
Perdagangan
3,6 0,557
ini juga bisa disebabkan karena sudah
dan Jasa terbangunnya sejenis perdagangan dan jasa
Jumlah 646,2 100 sekitar jalan Lokal. Penyebab ini dikarenakan
nilai strategisnya untuk dikembangkan. selain
menjadi perdagangan dan jasa juga pola
perubahannya bisa di akibatkan karena sudah
adanya infrastruktur sosial seperti berdirinya
gedung-gedung sosial ataupun umum.

Gambar 6 Penggunaan Lahan Tahun 2010

Kemudian lahan permukiman pada tahun 2001


ke tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar
49,07 Ha (+7,59%). Untuk lebih jelas mengenai Gambar 7 Perubahan Penggunaan Lahan
kondisi perubahan penggunaan lahan SWK VII Tahun 2001-2010
Kota Sukabumi pada tahun 2001 sampai tahun
2010 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 7.

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6
4.1.2 Perubahan Penggunaan Lahan tahun
2010-2015 Sedangkan pengurangan luas lahan Tanah
Berdasarkan data penggunaan lahan pada Kosong dari tahun 2010 ke tahun 2015 adalah
tahun 2015 dapat diketahui bahwa penggunaan sebesar 3,26 Ha (- 0,51%). Kemudian lahan
lahan yang paling terbesar adalah lahan sawah permukiman pada tahun 2010 ke tahun 2015
dengan luasan 230,79 Ha (35,74%), sedangkan terjadi peningkatan sebesar 14,22 Ha (+2,21%).
Semak Belukar dengan luasan 149,62 Ha Untuk lebih jelas mengenai kondisi perubahan
(23,17%). Kemudian lahan terkecil adalah penggunaan lahan SWK VII Kota Sukabumi
Lapangan dengan luasan 0,925 Ha (0,14%) dan pada tahun 2010 sampai tahun 2015 dapat
Pemakaman dengan luasan 2,467 Ha (0,38%). dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 9
Untuk lebih jelas mengenai kondisi
penggunaan lahan di SWK VII Kota Sukabumi Tabel 5 Perubahan Penggunaan Lahan
pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tahun 2010-2015
Gambar 8 Penggunaan
Tahun 2010 Tahun 2015 Perubahan
No Luas Luas Luas
Lahan (%) (%) (%)
(Ha) (Ha) (Ha)
Tabel 4 Penggunaan Lahan Tahun 2015
1 Peternakan 12,4 1,92 13,0 2,01 0,61 0,09
Tahun 2015
Penggunaan 2 Jalan 10,2 1,58 10,2 1,58 0,00 0,00
No Luas Persentase
Lahan 3 Kebun 24,1 3,74 22,9 3,55 -1,20 -0,19
(Ha) (%)
1 Peternakan 13,0 2,0 4 Kolam 6,0 0,93 5,8 0,89 -0,27 -0,04
2 Jalan 10,2 1,6 5 Lapangan 0,3 0,05 0,9 0,14 0,63 0,10
3 Kebun 22,9 3,6 6 Pemakaman 2,5 0,38 2,5 0,38 0,00 0,00
4 Kolam 5,8 0,9 7 Pemukiman 106,5 16,48 120,8 18,70 14,32 2,22
5 Lapangan 0,9 0,1 Tanah
8 55,0 8,51 53,4 8,26 -1,62 -0,25
Kosong
6 Pemakaman 2,5 0,4
-
7 Pemukiman 120,8 18,7 9 Sawah 244,0 37,76 230,8 35,72 -2,04
13,20
8 R. Terbuka 53,4 8,3
10 Sungai 30,5 4,73 30,6 4,74 0,08 0,01
9 Sawah 230,8 35,7
Semak
10 Sungai 30,6 4,7 11 151,0 23,37 149,6 23,16 -1,39 -0,21
Belukar
12 Semak Belukar 149,6 23,2 Perdagangan
Perdagangan 12 3,6 0,56 5,6 0,87 2,00 0,31
dan Jasa
13 dan Jasa 5,6 0,9 Jumlah 646,2 100 646,2 100
Jumlah 646,2 100,0

Berdasarkan hasil identifikasi,


perkembangan perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di SWK VII Kota Sukabumi
periode tahun 2001 sampai tahun 2010,
menujukkan adanya perubahan penggunaan
lahan yang cukup signifikan terutama pada
penggunaan lahan Sawah dan Tanah Kosong.
Pengurangan luas lahan Sawah dari tahun 2010
ke tahun 2015 adalah sebesar 13,20 Ha (-
2,05%).

Gambar 9 Perubahan Penggunaan Lahan


Tahun 2010-2015

Dari perubahan lahan yang terjadi dari tahun


2010 ke tahun 2015 cenderung sama dengan
perubahan yang terjadi di tahun 2001 ke tahun
2010. Termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
lahan tersebut. Adapun yang menjadi
perbedaan berada pada besaran tingkatan
perubahannya saja. Untuk di 5 tahun terakhir ini
Gambar 8 Penggunaan Lahan Tahun 2015

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7
dari hasil pengamatan dan analisis adanya superimpose. Penilaian kesesuaian ini dibagi
perubahan yang signifikan dari peruntukanya menjadi empat yaitu sesuai terbangun, sesuai
untuk Sawah menjadi Permukiman yaitu sekitar tidak terbangun, tidak sesuai terbangun, dan
13,20 Ha (2,05%). Perubahan ini terjadi akibat tidak sesuai tidak terbangun. Penilaian tersebut
adanya berbagai jenis kegiatan manusia yang di dasari oleh undang-undang, peraturan
sudah masuk ke dalam peruntukan Sawah, pemerintah dan menteri yang berlaku.
seperti berdirinya infrastruktur sosial maupun Berdasarkan hasil analisis bahwa diketahui
umum. Lalu adanya peningkatan luasan luasan wilayah 646,2 Ha, dari luasan wilayah
permukiman yang faktor penyebabnya di tersebut di ketahui bahwa kesesuaian lahannya
karenakan dengan semakin berkembangnya yaitu sesuai terbangun 109,1 Ha, sesuai tidak
kegiatan perekonomian di SWK VII sehingga terbangun 192 Ha, tidak sesuai terbangun 40,5
memicu peningkatan kebutuhan akan lahan Ha, dan tidak sesuai tidak terbangun 304,6 Ha.
untuk penduduk bertempat tinggal. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6
Berdasarkan hasil Survei Lapangan dengan dan gambar 11. Sedangkan untuk sebaran
melihat perubahan dari tidak terbangun menjadi kesesuaiannya dapat dilihat pada gambar 12,
terbangun yaitu pertumbuhannya di 13, 14, dan 15.
permukiman dengan kepadatan sedang,
peningkatan pembangunan rumah hunian dan Tabel 6. Kesusuaian Lahan Antara Rencana
sebagian besar dengan bangunan Permanen. Pola Ruang RTRW Kota Sukabumi 2011-
Perkembangan ini dipengaruhi karena 2031 dengan Penggunaan Lahan Tahun 2015
kebutuhan akan ruang untuk berkegiatan dan
hunian meningkat. Adapun selain ini faktor RENCANA POLA RUANG

pertumbuhan ekonomi di SWK VII ini

Perdagangan dan Jasa


Jalur Hijau Sempadan
meningkat seiring dengan adanya pusat-pusat

Sempadan Sungai

Luas (Ha)
Permukiman

Taman/RTH
Pemakaman
PENGGUNAAN

Pertanian
pertumbuhan baru dan kawasanya startegis

Sungai
Sutet
Jalan

LAHAN
untuk tinggal dan usaha. Karena daya tarik akan
keberadaan kawasan Industri di luar wilayah
administrasi dan keterkaitannya dengan Jalur
Lingkar Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat Peternakan 1,7 7,8 3,5 13
dilihat pada Gambar 10.
Jalan 8,9 1,3 10,2

Pemukiman 0,8 13,5 94,7 4 1,1 6,7 120,8


Perdagangan dan
2 3,4 0,2 5,6
Jasa
Sawah 8,2 13,7 121,4 72,3 6,1 9,1 230,8

Pemakaman 1,9 0,6 2,5

Lapangan 0,9 0,9

Kolam 4,6 1,2 5,8

Tanah Kosong 3,6 1,7 21,7 7,9 18,6 53,5

Kebun 5,6 7,8 9,5 22,9

Sungai 30,6 30,6


Gambar 10 Sebaran Perubahan Penggunaan Semak Belukar 2,6 50,6 31,1 9 56,3 149,6
Lahan Tahun 2010-2015
Luas (Ha) 8,9 9 5,5 42,1 312 118,8 27,5 30,6 91,8 646,2

Analisis Kesesuaian antara Rencana Pola Persentase (%) 1,4 1,4 0,9 6,5 48,3 18,4 4,3 4,7 14,2 100

Ruang Kota Sukabumi dengan Penggunaan


Lahan Keterangan Sesuai Terbangun
Sesuai atau tidaknya perwujudan
Sesuai Tidak Terbangun
pemanfaatn ruang dapat dilihat dari kesesuaian
penggunaan lahan eksisting dengan rencana Tidak Sesuai Terbangun
pola ruang wilayah. Dalam analisis ini Tidak Sesuai Tidak Terbangun
digunakan metode analisis SIG untuk
mengetahui kesesuaian dengan metode

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8
Gambar 11 Peta Kesesuaian Pola Ruang Gambar 15 Peta Sebaran tidak Sesuai tidak
dengan penggunaan lahan tahun 2015 Terbangun

4.2 Analisis Perwujudan Pemanfaatan


Ruang
Sesuai dengan Undang-undang No.26
tahun 2007 tentang Penataan ruang tujuan
penyelenggaraan penataan ruang adalah untuk
mencapai kondisi ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Untuk dapat
menjaga konsistensi dari pemanfaatan ruang
terhadap rencana tata ruang wilayah, setiap
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten
memerlukan upaya monitoring terhadap
Gambar 12 Peta Sebaran Sesuai Terbangun pemanfaatan ruang yang berjalan serta
mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan ruang
yang ada terhadap rencana tata ruang
wilayahnya.
Pemerintah daerah saat ini diberi
kewenangan dalam penyusunan rencana tata
ruang wilayah, di samping kewenangan
tersebut, pemerintah daerah juga perlu
meningkatkan kemampuan memantau dan
mengevaluasi pemanfaatan ruang yang berjalan
untuk menilai kesesuaiannya terhadap rencana
tata ruang wilayah yang telah diperdakan.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut,
Gambar 13 Peta Sebaran Sesuai tidak perlu adanya analisis terkait perwujudan
Terbangun program sesuai dengan indikasi program yang
telah di perdakan. Rencana fokus
pengembangan ini perlu adanya monitoring
atau evaluasi sejauh mana pelaksanaan
program-program terlebih usia perencanaan
sudah melewati 5 (lima) tahun pertama yaitu
periode 2011-2015.
Dari hasil penilaian dari Struktur ruang dan
Pola ruang, maka konsistensi Struktur Ruang
48,87% dan Pola Ruang 22,9 %. Untuk dapat di
ketahui kesesuaian perwujudan program ruang
dapat konsisten terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota sukabumi, dapat dilakukan
dengan pembobotan dari hasil perhitungan
Gambar 14 Peta Sebaran Sesuai tidak
Terbangun
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9
setiap perhitungan indiktor. Untuk lebih 3. Belum adanya kegiatan sinkronisasi
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. program dalam perwujudan struktur dan
Dari hasil pembobotan, nilai kesesuaian pola ruang; dan
pemanfaatan ruang di SWK VII Kota Sukabumi 4. Belum adanya pembiayaan pemanfaatan
sebesar 33,29%. Nilai ini ada pada tingkat ruang dalam RPJMD dan/atau RKPD
kesesuaian sedang artinya pemanfaatan ruang
masih belum sepenuhnya sesuai dengan V. KESIMPULAN DAN SARAN
rencana tata ruang. Hal ini dapat dilihat masih 5.1 Kesimpulan
adanya program yang belum terealisasi. Perubahan penggunaan lahan tahun 2001-
Tabel 7 Penilaian perwujudan Indikasi 2015 didominasi oleh permukiman, tahun 2001
Program Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun – 2010 sebesar 50,57 Ha dan tahun 2010 – 2015
2011-2031 pada periode Tahun 2011-2015 sebesar 19,18 Ha. Hal ini terjadi karena
Nilai pertumbuhan penduduk setiap tahunya
Nilai Hasil
Bobot Akhir
No Aspek Sempurna Penilaian meningkat sehingga kebutuhan akan lahan
(A) A:(B:C)
(B) (C) untuk permukiman ataupun usaha meningkat.
A Konsistensi 40 100% 48,87% 19,55%
Kesesuaian penggunaan lahan penilaiannya
Struktur Ruang di bagi 4 (empat) klasifikasi sesuai atau
tidaknya dengan beberapa kriteria yang
1 Sistem Pusat 20 33,33% 0% disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Pelayanan Peraturan yang digunakan dalam menentukan
kesesuaian yaitu Kepres No.32 tahun 1990
2 Sistem Jaringan 10 33,33% 25, 17 %
Prasarana
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, PP
No.38 tahun 2011 Tentang Sungai, Permen PU
3 Sistem Jaringan 10 33,33% 23,7 % No:05/PRT/M 2008 tentang Pedoman
Lainnya penyediaan dan Pemanfaatn Ruang Terbuka
Hijau, dan Permen PU No.41/PRT/M/2007
B Konsistensi Pola 60 100% 22,9 % 13,74%
tentang Pedoman Teknis Kriteria Kawasan
Ruang
Budidaya. Berdasarkan penilaian kesesuaian
1 Kawasan Lindung 30 50% 6,3 % pemanfaatan ruang yaitu sesuai terbangun
sebesar 125, Ha, sesuai tidak terbangun 208,4
2 Kawasan 30 50% 16,6% Ha, tidak sesuai terbangun 61,3 Ha, dan tidak
Budidaya sesuai tidak terbangun 310, Ha. Adanya ketidak
TOTAL 33, 29%
sesuaian yang pasti merubah fungsinya yaitu
tidak sesuai terbangun ini terjadi seperti
penggunaan lahan pertanian, terbuka hijau,
sempadan sungai menjadi lahan terbangun
Perwujudan program tahun 2011-2015 di berupa permukiman dan perdagangan dan jasa.
SWK VII terdapat 30 (tiga puluh) program, Perwujudan program tahun 2011-2015 di
yang terbagi 19 (sembilan) program SWK VII terdapat 30 (tiga puluh) program,
perwujudan Struktur Ruang dan 11 (sebelas) yang terbagi 19 (sembilan) program
program perwujudan Pola Ruang. Dari ke 30 perwujudan struktur ruang dan 11 (sebelas)
prpgram hanya 14 program yang sudah program perwujudan pola ruang. Berdasarkan
terealisasi. Konsistensi perwujudan Strutur hasil penilaian tingkat kesesuaian lahan yaitu
ruang hanya mencapai 48,87% sedangkan 33,29%. Artinya tingkat kesesuaian sedang atau
perwujudan pola ruang hanya 22,9%. Belum pemanfaatan ruang masih belum sepenuhnya
terwujudnya semua program di periode pertama sesuai dengan rencana tata ruang. Hal ini di
tahun 2011-2015 ini bisa di akibatkan karena : akibatkan karena pengawasan terhadap
1. Belum adanya perizinan pemanfaatan ruang program masih kurang.
baik izin prinsip, izin lokasi, IPPT, maupun
IMB; 5.2 Saran
2. Belum adanya program prioritas Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada
pembangunan struktur dan pola ruang sesuai beberapa saran yang dapat peneliti rumuskan
dengan indikasi program RTRW yaitu:
1. Perlu adanya pemantauan perubahan
penutupan lahan menggunakan Sistem

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10
Informasi Geografis secara berkala dan Pembangunan Wilayah Dan Kota,
berkelanjutan agar perubahan yang terjadi Universitas Diponegoro.
dapat terpantau dengan baik Lisnawati, Y. 2006, Analisis Perubahan
2. Dibuatkan kebijakan pemerintah dalam Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya
mengendalikan peningkatan jumlah Terhadap Debit Sungai dan Daya Dukung
penduduk serta pemerataan pembangunan Lahan di Kawasan Puncak Kabupaten
dan fasilitas Bogor, Tesis. IPB.
3. Sosialisasi mengenai rencana tata ruang Mansur, H. Soetarto E, at all. 2014. Kondisi
wilayah kota Sukabumi harus diketahui oleh Sosio-Agraria Lahan Sawah di Kota
seluruh masyarakat dari pihak pemerintah Sukabumi. Institute Pertanian Bogor. Vol
kota, mengenai pentingnya 03, No 01
mempertahankan kawasan lindung dan Mirsa, R. 2012. Elemen Tata Ruang Kota.
mengembangkan sumberdaya alam yang Yogyakarta: Graha Ilmu
potensial sesuai dengan peruntukannya. Mudhofir, M. 2011. Analisis Perubahan
4. Tersedianya program prioritas Penutupan Lahan Kota Sukabumi, Jawa
pembangunan struktur dan pola ruang sesuai Barat Dengan Menggunakan
dengan indikasi program RTRW Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi
5. Perlu adanya kegiatan sinkronisasi program Geografis (SIG) [Tugas Akhir]. Institut
dalam perwujudan struktur dan pola ruang; Pertanian Bogor
Prahasta, E. 2005, Sistem Informasi Geografis :
DAFTAR PUSTAKA Tutorial Arcview, Informatika Bandung.
Amirin, M. 2011. “Populasi dan sampel Rudel, T K, 1989.Situations and Strategies in
penelitian 4: Ukuran sampel rumus American Land Use Planning Cambridge
Slovin.”Tatangmanguny.wordpress.com.h (England): Cambridge University Press.
ttps://tatangmanguny.wordpress.com/201 Saputra, P. 2012. Identifikasi Perubahan
0/04/19/ukuran-sampel-rumus-slovin/. Di Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor
unggah 16-01-2017 Tahun, 2000, 2005, 2010. Tugas Akhir,
Aronoff, 1989. Geographic Information Universitas Pakuan
Sistem : A Management Perpective,
Ottawa, Canada : WDL Publication. PENULIS
Baker, F.S., T.W. Daniel, J.A. Helms. 1979.
Principles of Silviculture Technical. 1. Saepul Amri, ST., Alumni (2017) Program
Second Edition. Mc. Graw Hill, New Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,
York. Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.
Bonham-Carter, GF., 1994. Geografhic 2. Dr. Ir. Janthy T Hidayat, M.Si., Staf dosen
Information System for Geoscientist: Program Studi Perencanaan Wilayah dan
Modelling with GIS. New Delhi, India Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan.
Brail, R.K & Klosterman, R.E. (2001). 3. M. Yogie Syahbandar, ST. M.Si., Staf
Planning support systems. Califonia : dosen Program Studi Perencanaan Wilayah
ESRI Press. dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas
Budiyanto, E. 2002, Sistem Informasi Pakuan.
Geografis Menggunakan Arcview GIS.
Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. .
Chapin, F S,1957.Urban Land Use United
Governments of America (New York):
Harper & Brothers Publisher.
Ernawati. L, 2008, Identifikasi Perubahan
Tutupan Lahan Di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor
Tahun 1995-2006, Bogor.
Farhan, M., 2005, Persepsi Stakeholders Atas
Perencanaan Partisipatif Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kota
Semarang, (Tesis), Semarang : Program
Pascasarjana Magister Teknik

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11

Anda mungkin juga menyukai