LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan guna memenuhi tugas Matakuliah Irigasi
Oleh:
Farchan Mushaf Al Ramadhani NIM 151710201078
Kelas TEP B 2015
BAB 1. PENDAHULUAN
di petak tersier saluran Primer Kertosari tepatnya BKS. 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 serta
petak tersier saluran Sekunder Karman Daerah Irigasi Kertosari tidak dapat
dilakukan secara optimal.
1.3 Tujuan
Tujuan evaluasi luas petak tersier saluran Primer Kertosari tepatnya BKS.
6, 7, 8, 9, 10, dan 11 serta petak tersier saluran Sekunder Karman Daerah Irigasi
Kertosari yaitu untuk mengidentifikasi luas lahan sesuai Image Satelit.
1.4 Manfaat
Manfaat evaluasi luas petak tersier saluran Primer Kertosari tepatnya BKS.
6, 7, 8, 9, 10, dan 11 serta petak tersier saluran Sekunder Karman Daerah Irigasi
Kertosari yaitu sebagai berikut.
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
1) Menambah keilmuan tentang evaluasi luas petak tersier
2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya
dan menambah wawasan.
b. Bagi Masyarakat
1) Memudahkan masyakarat khususnya petani yang membutuhkan apabila
distribusi air irigasi sesuai dengan luas petak tersier yang ada.
c. Bagi Lembaga
1) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga
pemerintahan khususnya dalam penentuan distribusi air irigasi.
2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam lembaga pemerintahan
sebagai solusi terhadap permasalahan yang ada.
3
jumlah alih fungsi lahan yang terjadi selama ini akan menimbulkan berbagai
permasalahan (Mustopa, 2011).
2.7 Peta
Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan
keruanga antara berbagai bentuk yang mewakili. Di dalam ilmu Geodesi peta
merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan digambarkan
diatas bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu. Ilmu pengetahuan yang
mempelajari peta disebut kartografi. Sedangkan Orang yg ahli dlm bidang
perpetaan disebut kartograf.
Menurut Sendow dan Longdong (2012), peta memiliki arti komunikasi,
antara pembuat peta dan pemakai peta. Komunikasi yang dimaksudkan ada 4
macam antara lain adalah komunikasi matematis, komunikasi dengan bicara,
komunikasi dengan huruf dan komunikasi dengan gambar (Arifin, 2014).
2.7.1 Jenis-jenis peta secara umum
a. Menurut bentuknya, peta terdiri atas 2 macam, yaitu antara lain.
1) Peta 2 Dimensi. Peta 2 D bentuknya flat/datar, berbeda peta 3D sebagai
bentuk kecil dari suatu wilayah permukaan bumi, yang dapat menunjukkan
tingginya bukit dan curamnya lembah.
2) Peta 3 Dimensi. Peta 3D dapat disebut juga miniatur suatu wilayah.
b. Menurut penggambarannya, peta terdiri atas 2 macam, yaitu antara lain:
1) Peta sketsa adalah peta yang dibuat secara bebas tanpa berdasarkan alat ukur
dan tidak menggunakan skala, tetapi dibuat berdasarkan kondisi sebenarnya
dari suatu wilayah.
2) Peta berskala adalah peta yang dibuat berdasarkan skala, sehingga harus
menggunakan alat ukur spt kompas dan GPS. Peta tsb merupakan gambaran
asli dari permukaan bumi dengan perbandingan tertentu,sehingga jarak dua
titik didalam peta adalah sama dgn jarak sebenarnya dalam perbandingan
tertentu
6
ingin dipecahkon dan dicarikan jalan keluarnya. Peta dengon tujuan ini akan
identik dengan peta tata guna lahan suatu kawasan.
Sebagai contoh masyarakat di kawasan Tegal Rejo, Kab. Temanggung
yang membuat perencanaan pengelolaan hutan yangg mana 99% sudah rusak.
Dengan peta yang mereka buat, maka direncanakan untuk menghijaukan kembali
lahan hutan yang telah rusak total tadi. Selain itu ditentukan juga rencana
peningkatan kesejahteraan masyarkat di sekitar hutan yang umumnya miskin.
c. Peta untuk tujuan konservasi
Peta untuk tujuan konservasi sangat berkaitan erat dengan peta tata guna
lahan, terutama didalam pengaturan ruang dimana suatu komunitas berada.
Dengan adanya peta ini dpt diajukan sebuah usulan perbaikan dalam pengaturan,
khususnya untuk menjaga keseimbangan alam dan keberlanjutan daya dukung
alam bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup sekitarnya.
Contoh dengan peta yang dimilikinya, masyarkat (instansi pemerintah)
dapat merencanakan sebuah konservasi bagi kawasan yg menyangga kebutuhan
akan air bagi kebutuhan pertanian dan sehari-hari (masyarakat)
d. Peta untuk Tujuan Revitalisasi dan Alat Pengorganisasian Masyarakat
Dalam konteks ini peta digunakan sebagai:
1) Media Informasi, untuk menarik simpati pihak luar agar mendukung
perjuangan masyarakat yg membuat peta tersebut.
2) Alat Identifikasi Wilayah dan Potensi, sehingga dapat diinformasikan
potensi sumber daya alam sehingga masyarakat dapat meyusun suatu
perencanaan pemanfaatan kawasan secara bersama-sama.
3) Alat Penyelesaian Konflik, dibuat menurut kesepakatan-kesepakatan yang
melibatkan semua pihak yang berkepentingan, sehingga dapat
menyelesaikan konflik-konflik yang berhubungan dengan pengelolaan
wilayah/kawasan.
4) Peta utuk tujuan pendidikan, hasil akhir bukanlah suatu peta, melainkan
proses yang dilalui komunitas yang melakukan pemetaan. Misal. untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggali pengetahuan lokal
seperti sejarah, kelembagaan, adat, aturan-aturan adat, identifikasi sumber
8
daya alam, dsb. Hasil akhir sebuah peta tidak lagi penting, tetapi
mengikatkan pengetahuan masyarakat jauh lebih penting.
yang lebih tinggi, pemberian pintu pada semua boks serta pembagian air
yang tidak proporsional. Jadi sistem ini lebih mahal dan eksploitasinya lebih
rumit. Sistem pemberian air secara rotasi dipakai di jaringan irigasi selama
debit rendah untuk mengatasi kehilangan air yang relatif tinggL Sistem
rotasi diterapkan jika debit yang tersedia di bawah 60 - 80% dan debit
rencana. Bila tersedia debit lebih dan itu maka dipakai sistem pengaliran
terus-menerus.
3. Kombinasi antara pengaliran secara terus-menerus dan rotasi. Penerapan
sistem kombinasi memerlukan boks-boks bagi yang memungkinkan
pembagian air yang proporsional dan memungkinkan pembagian air secara
rotasi. Pengaturan dan pembagian air yang sama memerlukan pintu yang
dapat disetel sesuai dengan daerah hilir yang akan diberi air. Karena
pembagian air ini bisa berbeda-beda selama rotasi, maka setelan harus
fleksibel. Fluktuasi debit akan mempengaruhi pembagian air secara
proporsional dipakai pintu sorong untuk mengatur aliran selama pemberian
air secara rotasi.
Di beberapa petak tersier ada bagian-bagian yang tidak dialiri karena
alasan-alasan tertentu, antara lain.
1. Tanah tidak cocok untuk pertanian
2. Muka tanah terlalu tinggi tak ada petani penggarap
3. Tergenang air.
Petak tersier bisa dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah
memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke
jaringan pembuang. Juga para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan
peralatan mesin atau ternak mereka ke dan dan sawah melalui jalan petani yang
ada.Untuk mecapai pola pemilikan sawah yang ideal di dalam petak tersier, para
petani harus diyakinkan agar membentuk kembali petak-petak sawah mereka
dengan cara saling menukar bagian-bagian tertentu dan sawah mereka atau
dengan cara-cara lain menurut ketentuan hukum yang berlaku (misalnya
konsolidasi tanah pertanian).
12
2002; (b) anak-anak balita kurang gizi masih cukup besar, yaitu 5,02 juta dan 5,12
juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 (Prabowo, 2010).
14
Mulai
Penelusuran
Data
1. Koordinat
Pengolahan data
Selesai
e. Peta satelit beserta lokasi petak tersier merupakan hasil dari pengolahan
Software MapInfo.
f. Evaluasi luas petak tersier dilakukan dengan Software MapInfo secara manual
untuk mengetahui luasan petak tersier yang sesuai dengan keadaan lapang.
g. Luas petak tersier sesuai image satelit merupakan hasil akhir dari pengolahan
Software MapInfo yang.
17
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kajian ini adalah evaluasi luasan petak tersier di Saluran
Primer Kertosari B.KS.6, 7, 8, 9, 10, dan 11 serta Saluran Sekunder Karman
meliputi 4 desa yaitu Desa Kranjingan, Desa Wirowongso, Desa Klompangan,
dan Desa Pancakarya Kecamatan Ajung Kabupaten Jember. Luasan petak tersier
di Saluran Primer Kertosari sesuai Image Satelit didapatkan nilai setiap bangun
bagi/bagi sadap/sadap dari B.KS.7, B.KS.8, B.KS.9, B.KS.10, dan B.KS.11
berturut-turut sebesar 11,48 ha; 37,75 ha; 37,38 ha; 291,01 ha; dan 137,51 ha.
Sedangkan Luasan petak tersier di Saluran Sekunder Karman sesuai Image Satelit
didapatkan nilai setiap bangun bagi/bagi sadap/sadap dari B.KM.1, B.KM.2,
B.KM.3, dan B.KM.1 berturut-turut sebesar 71,63 ha; 72,64 ha; 19,35 ha; dan
163,75 ha.
5.2 Saran
Agar kajian ini dapat dilakukan dengan lebih baik maka seharusnya kajian
ini dilakukan setelah praktikan memahami konsep kajian wilayah secara
mendalam yang meliputi konsep penelusuran komoditi dan interpretasi petak
tersier berdasarkan Image Satelit.
20
DAFTAR PUSTAKA