MATA KULIAH
PENGELOLAAN AIRTANAH
Kode : TKP 4130
Sks : 2 sks (Wajib)
1. PENDAHULUAN
-Pengantar MODUL - 3
-Tujuan
4. Infiltrasi
Analisis infiltrasi dengan pendekatan pengukuran
di lapangan
Analisis infiltrasi dengan pendekatan uji
laboratorium
1. PENDAHULUAN
1.1. Pengantar
demikian konsep one river one plan dapat terwujud dengan baik. Oleh karena
itu dalam fungsi perencanaan DAS yang perlu direncanakan adalah
kawasan DAS, badan sungai beserta sempadannya serta kualitas airnya.
1.2 Tujuan
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 2
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
urbanisasi akan membawa pengaruh terhadap perubahan tata ruang dari suatu
daerah dan berdampak nyata terhadap sumber daya air. Pada kondisi daerah
dalam masa transisi atau sedang mengalami pertumbuhan, Chow et al., (1988)
menyebutkan, bahwa akan terjadi penurunan masuknya air ke dalam tanah
(infiltrasi) atau secara luas dapat dikatakan sebagai penurunan konservasi air
dan meningkatnya limpasan permukaan. Selanjutnya, pada tahap daerah yang
sudah mulai berkembang, maka akan menyebabkan penurunan yang lebih besar
terhadap infiltrasi atau konservasi air dan peningkatan limpasan permukaan
serta banjir, juga terjadinya penurunan muka airtanah
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 3
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Dari uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa konservasi air adalah
upaya untuk memasukkan air ke dalam tanah dalam rangka pengisian
airtanah, baik secara alami (natural recharge) atau secara buatan (artificial
recharge). Pengertian masuknya air ke dalam tanah identik dengan
pengertian infiltrasi. Oleh karena itu, tujuan konservasi air adalah mencari
besarnya laju infiltrasi pada suatu daerah dalam rangka pengisian airtanah.
Apabila kegiatan konservasi air berjalan dengan baik, maka limpasan
permukaan atau genangan air sedikit sekali terjadi. Sebaliknya, apabila
konservasi air tidak berjalan dengan baik, maka akan timbul limpasan
permukaan atau genangan air bahkan banjir.
4. Infiltrasi
Infiltrasi adalah suatu proses masuknya air, baik air hujan, air irigasi atau
yang lain dari permukaan tanah ke dalam tanah. Mein & Larson, (1971) dalam
Nur Hidayah (2000) menyatakan bahwa proses infiltrasi dapat dibedakan
menjadi dua kondisi, yaitu infiltrasi pada kondisi ideal dan infiltrasi pada kondisi
alami. Menurut Asdak (1995) dalam Abdulah (2002), bahwa infiltrasi melibatkan
tiga proses yang saling tidak tergantung, yaitu (1) meresapnya air hujan melalui
pori-pori permukaan tanah, (2) tertampungnya air hujan yang meresap tersebut
dalam tanah, dan (3) mengalirnya air tersebut ke tempat lain. Laju infiltrasi
ditentukan oleh (1) jumlah air yang tersedia di permukaan tanah, (2) sifat
permukaan tanah, dan (3) kemampuan tanah dalam mengosongkan air di atas
permukaan tanah.
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 4
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Selain itu, sifat fisik tanah yang mempengaruhi infiltrasi adalah berat isi
tanah dan porositas tanah. Berat isi tanah merupakan perbandingan antara
berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
Berat isi tanah menunjukkan kepadatan tanah, semakin padat suatu tanah
makin tinggi berat isi tanah tersebut yang berarti sulit untuk dilewati air dan
ditembus oleh akar tanaman. Berat isi tanah dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Mp
ρb =
Vt (2-1)
dengan:
b = berat isi tanah (gram cm-3)
Mp = massa padatan (gram)
Vt = volume tanah (cm3)
Porositas merupakan perbandingan antara volume ruang pori dengan volume
total tanah. Ruang pori tanah adalah bagian tanah yang diisi oleh udara dan air
yang dibedakan menjadi pori kasar atau pori makro (berisi udara dan air
gravitasi) dan pori halus atau pori mikro (berisi udara dan air kapiler). Porositas
dihitung dari hasil analisis berat isi tanah dan berat jenis tanah. Berat jenis
tanah merupakan parameter fisik tanah yang menunjukkan kerapatan dari
partikel padat yang terkandung dalam tanah secara keseluruhan yang terdiri
dari berbagai jenis mineral dan bahan organik. Porositas total dihitung dengan
menghubungkan berat isi tanah (b) dengan berat jenis tanah (p) melalui
persamaan berikut:
ρb
φ=1− ×100 %
ρp
dengan:
= porositas (%)
b = berat isi tanah (gram cm-3)
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 5
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Contoh :
Jika diketahui segumpal tanah dengan volume 225 cm 3 dan masa padatan tanah
310 gram dengan berat jenis tanah 2,1 gram/cm3.
Hitung nilai porositas () tanah tersebut !
Penyelesaian :
Diketahui : Mp = 310 gram
Vt = 225 cm3
p = 2,1 gram/cm3
Maka dapat dihitung nilai porositas () dengan menghitung berat isi tanah (b )
terlebih dahulu, dengan cara :
= 34,4 %
Berat isi tanah (b) diperoleh dari persamaan (2-1) di atas, sedangkan berat
jenis tanah (p) diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan pada contoh
tanah utuh. Contoh tanah tersebut terlebih dahulu dikeringkan dalam oven
dengan suhu 1050 C selama 24 jam. Setelah itu contoh tanah dihaluskan,
kemudian dimasukkan ke dalam piknometer (piknometer ditimbang terlebih
dahulu = P) sebanyak 20 gram dan ditimbang (P+To). Kemudian ditambah air
sampai ¾ volume piknometer, lalu dikocok-kocok sampai tanah dan air
bercampur. Campuran tersebut kemudian dipanaskan di atas tempayan baja
sampai mendidih, setelah itu piknometer diangkat dan ditambah air dingin yang
sudah direbus sampai batas 100 ml. Setelah dingin, piknometer ditimbang
(P+To+Air). Nilai berat jenis dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Mp (( P+To )−P )
ρ p= =
Vp ( 100−( P+To + Air )−( P+To ) )
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 6
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
dengan:
p = berat jenis tanah (gram cm-3)
Mp = massa tanah (gram)
Vp = volume tanah (cm3)
Faktor yang juga mempengaruhi infiltrasi adalah faktor biotik seperti
keberadaan dan aktivitas hidup, akar-akar yang mati dan karakteristik kanopi
tanaman, sehingga menyebabkan laju infiltrasi bervariasi dalam dimensi ruang
dan waktu. Kondisi permukaan tanah, penutupan vegetasi, sifat tanah seperti
porositas, konduktivitas hidraulik jenuh dan kadar air tanah juga mempengaruhi
laju infiltrasi (Chow et al., 1988). Menurut Wilson (1993), faktor yang dapat
mempercepat proses infiltrasi antara lain adalah rapatnya perakaran yang
memungkinkan tanah bawah dapat dicapai, lapisan bahan rombakan tumbuhan
berupa lapisan bak-sepon, binatang dan serangga penggali lubang yang
membuat jalan ke dalam tanah, penutupan tanah yang mencegah pemadatan
dan penyerapan air oleh tumbuhan yang menghilangkan kelengasan tanah.
Metode lain yang digunakan untuk mengukur laju infiltrasi adalah dengan
metode pendekatan uji laboratorium, yaitu dengan pendekatan nilai
Konduktivitas Hidraulik Jenuh (KHJ), karena sebagaimana menurut Child (1969)
dalam Cipto (2003) bahwa dalam beberapa studi, nilai laju infiltrasi konstan (fc)
dapat didekati dengan nilai KHJ. Konsep dasar dari metode KHJ adalah hukum
Darcy, bahwa aliran dalam bentuk cair dalam media berpori sebanding dengan
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 8
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
gaya penggerak (gradien hidrolik), dan berbanding lurus dengan sifat bahan
dalam mengalirkan cairan (konduktivitas hidrolik). Laju infiltrasi diperoleh
dengan mengukur kecepatan pergerakan air yang melintasi tanah, dengan cara
membagi jumlah air yang melewati tanah tersebut dengan waktu yang
ditentukan. Secara matematis persamaan Darcy adalah :
Q×T
K=
A×t×H (2-4)
dengan:
Q = volume air yang tertampung (cm3)
T = tinggi contoh tanah (cm)
t = waktu (jam)
H = tinggi genangan (cm)
A = luas penampang contoh tanah (cm2)
K = konduktivitas hidraulik jenuh (cm jam-1)
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 9
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
[ ]
α
fc = Ks 1+
exp ( B )−1
αI
(2-5)
dengan:
B = (G + hw)(θS – θi) dikombinasikan dengan dampak dari dorongan
kapilaritas bersih
hw = kedalaman air permukaan
= (θS – θi) adalah kapasitas unit penampungan
Parameter menunjukkan tipe atau jenis tanah. Untuk tanah pasir nilai = 0,
dan dalam kondisi tersebut persamaan (2-2) mendekati rumus Green-Ampt.
Nilai pada tanah liat mendekati 1, dan dalam kondisi tersebut persamaan (2-2)
menggambarkan persamaan infiltrasi Smith-Parlange, tetapi kebanyakan jenis
tanah menggunakan nilai mendekati 0,85.
Analisis limpasan permukaan dalam model KINEROS merupakan pengembangan
dari teori Hortonian Overland Flow (HOF) sebagai berikut:
Q=αhm
(2-6)
dengan:
Q = debit per satuan lebar (m3 detik-1)
h = limpasan permukaan per unit lahan (m)
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 10
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
,m = konstanta
Parameter dan m dipengaruhi oleh kemiringan lahan, kekasaran permukaan
dan rejim aliran. Persamaan (2-6) digunakan dalam hubungan dengan
persamaan kontinuitas berikut:
∂h ∂Q
+ =q ( x , t )
∂t ∂ x (2-7)
dengan:
t = waktu
x = panjang kemiringan
q = rata-rata aliran lateral
Untuk analisis limpasan permukaan, persamaan (2-6) disubstitusikan dengan
persamaan (2-7) untuk menghasilkan persamaan berikut:
∂h ∂h
+α mhm −1 =q ( x , t )
∂t ∂x
(2-8)
Kedalaman pada bagian hulu harus dispesifikasikan untuk menyelesaikan
persamaan (2-8). Jika batas atas adalah aliran tetap, maka syarat batasnya
adalah sebagai berikut:
h ( 0 , t )=0
Jika permukaan lain mempengaruhi aliran pada bagian hulu, maka syarat
batasnya adalah sebagai berikut:
[ ]
m 1
α u hu ( L , t ) u W u m
h ( 0 , t )=
αW
dengan:
u = aliran permukaan
W = lebar DAS
L = panjang DAS
Dalam KINEROS, penyelesaian persamaan gelombang kinematik, menggunakan
metode beda hingga (finite difference) berikut:
2 Δt
i+1 i
h j+1−h j+1 +h j −h j +
i+1 i
Δx
{
i+1 i+1 m i+1 i+1 m
θw [ α j+1 (h j+1 ) −α j ( h j ) ]+
dengan:
w = parameter pemberat (antara 0,6 sampai 0,8)
Terdapat dua cara untuk memperoleh nilai dan m yang terdapat pada
persamaan (2-8), yaitu berdasarkan koefisien kekasaran yang digunakan. Bila
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 11
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
1
2
S 5
α =1 , 49 dan m=
n 3
(2-10)
dengan:
S = kemiringan lahan
n = angka kekasaran manning untuk limpasan permukaan
dengan:
S = kemiringan lahan
n = angka kekasaran Chezy untuk limpasan permukaan
Hasil model KINEROS adalah berupa angka-angka atau peta dari besaran yang
dikehendaki, yaitu kedalaman infiltrasi (mm) dan kedalaman limpasan
permukaan (mm).
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 12
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 13
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Apabila permukaan air yang berada di dalam silinder bagian dalam sudah
mulai menurun sampai ketinggian tertentu, maka air harus ditambahkan lagi
dengan cepat untuk mengembalikan pada ketinggian semula. Pengamatan
dilakukan dalam jangka waktu sesuai dengan kondisi waktu mencapai kejenuhan
tiap penggunaan lahan. Dalam studi ini, pengamatan dilakukan selama tujuh
sampai delapan jam, dengan pencatatan setiap 0,5 menit (awal pengamatan)
sampai dengan 15 menit (akhir pengamatan). Tidak ada ketentuan khusus
dalam penentuan interval waktu yang digunakan dalam pengamatan, kecuali
hanya disesuaikan dengan kondisi tanah yang diamati. Pada awal pengamatan,
apabila lokasi pengamatan diperkirakan mempunyai kondisi tanah porous, maka
digunakan interval waktu yang pendek untuk menghindari habisnya air di dalam
infiltrometer sebelum diisi kembali. Jika kondisi tanah sulit untuk ditembus air,
maka digunakan interval waktu yang relatif panjang. Sedangkan pada akhir
pengamatan, semakin panjang interval waktu yang digunakan, maka akan
semakin baik karena akan lebih mendekati kondisi jenuh, yaitu pada saat
terjadinya infiltrasi konstan. Pengamatan dihentikan setelah diperoleh hasil yang
konstan, yaitu pada saat muka air yang ada di dalam infiltrometer menunjukkan
penurunan yang tetap dalam beberapa interval waktu terakhir.
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 14
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Penggunaan
No. mm menit-1
lahan
1 Tanah kosong 0,110
2 Permukiman 0,067
3 Sawah irigasi 0,006
4 Perkebunan 0,096
5 Tegalan 0,122
6 Semak belukar 0,196
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 15
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 16
| Email: mohammadbisri@yahoo.com
Pengelolaan DAS – Modul -3
Porositas (%)
0 – 20 cm 20 – 40 cm 40 – 60 cm
Penggunaan lahan
Ulangan Ulangan
Rata-
Rata-rata Rata-rata
rata
1 2 3 1 2 3
Permukiman 54,02 56,13 51,20 50,85 52,73 58,40 50,24 58,28 55,64
Tegalan 54,55 52,87 53,61 49,76 52,08 58,50 59,10 60,02 59,21
Perkebunan 43,66 44,64 49,61 51,25 48,50 59,12 58,06 56,99 58,06
Semak Belukar 56,73 59,23 58,16 60,05 59,15 61,93 62,60 59,04 61,19
Sawah Irigasi 55,60 56,84 40,97 25,09 40,97 53,57 54,49 57,63 55,23
Tanah Kosong 49,93 56,04 57,10 54,95 56,03 59,89 61,26 64,10 61,75
Quick Think
Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS. & Dr. Ir. Rispiningtati, M.Eng. 17
| Email: mohammadbisri@yahoo.com