Anda di halaman 1dari 12

1

PERENCANAAN PENGELOLAAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN KUNINGAN

Iwan Mulyawan, S.Si., M.Sc


Perencana Ahli Madya
Keahlian Spasial

ABSTRACT

Integrated River Basin Management Planning is an effort to achieve a balanced between the use
and protection of all environmental resources, and for sustainable community development through
stakeholder partnership interests, community and government in a management process.
This paper supports the watershed in the administrative area of the Kuningan Regency, while
providing assistance in overcoming them. Watershed problems in this study of flood vulnerability,
soil criticality, and soil movements. Completion of each problem is carried out with the principle of
integrated watershed management. The watershed must be started by inventorying the watershed
and prioritizing and approving the concerned watershed with all the elements, so that the
implementation of the watershed management plan in Kuningan Regency will be easier and more
effective.
Keywords: river basin management, planning, watershed problems
dicerminkan oleh tingkat kerawanan atau
1. Pendahuluan sifat rentan dan potensi sumberdaya dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan DAS.
ruang di mana sumberdaya alam, terutama
vegetasi, tanah dan air, berada dan 2. Perumusan Masalah
tersimpan serta tempat hidup manusia
dalam memanfaatkan sumberdaya alam Kabupaten Kuningan pada saat ini
tersebut untuk memenuhi kebutuhan sedang mengalami tahap-tahap
hidupnya. Sebagai wilayah, DAS juga pembangunan yang sangat penting dalam
dipandang sebagai ekosistem dari daur air, laju perkembangannya, terutama dalam
sehingga DAS didefinisikan sebagai suatu hubungannya dengan keseimbangan daya
wilayah daratan yang merupakan satu dukung sumberdaya, pemanfaatannya dan
kesatuan dengan sungai dan anak-anak kemampuan dalam pengelolaannya.
sungainya, yang berfungsi menampung, Perkembangan dan pertambahan jumlah
menyimpan, dan mengalirkan air yang penduduk akan menjadikan pengelolaan
berasal dari curah hujan ke danau atau ke DAS sebagai suatu usaha yang terus
laut secara alami. Batas di darat berjalan, karena faktor alam maupun faktor
merupakan pemisah topografi dan batas di buatan manusia yang berubah setiap
laut sampai dengan daerah perairan yang waktu. Hal tersebut mengakibatkan
masih terpengaruh aktivitas daratan peningkatan penyediaan kebutuhan
[Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004]. pangan, termasuk air, dan papan. Kondisi
ini akan memiliki pengaruh terhadap
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor keberadaan DAS itu sendiri, sehingga dalam
37 Tahun 2012, DAS adalah suatu wilayah implementasinya diperlukan suatu
daratan yang merupakan kesatuan perencanaan pengeloaan DAS itu sendiri.
ekosistem dengan sungai dan anak-anak
sungainya yang berfungsi menampung, Pengelolaan DAS adalah pengelolaan
menyimpan, dan mengalirkan air yang berbagai sumberdaya alam yang terdapat di
berasal dari curah hujan ke danau atau laut dalam satuan DAS dengan
secara alami, yang batas di darat mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
merupakan pemisah topografis dan batas di budaya yang berkembang di dalam DAS,
laut sampai dengan daerah pengairan yang sehingga dapat dicapai pengelolaan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan. rasional untuk mencapai keuntungan
optimal yaitu dalam waktu tak terbatas dan
Perencanaan adalah suatu proses risiko kerusakan minimal. Dalam
untuk menentukan tindakan-tindakan di pengelolaan DAS, perlu memperhatikan
masa depan dengan tepat, melalui tahapan proses-proses biofisik hidrologis maupun
pilihan-pilihan yang sesuai, serta kegiatan sosial-ekonomi dan budaya
memperhitungkan sumberdaya yang masyarakat yang kompleks. Hal ini tidak
tersedia [Undang-Undang Nomor 25 Tahun lepas dari semakin meningkatnya tuntutan
2004]. Tindakan di masa depan yang atas sumberdaya alam (air, tanah, dan
direncanakan didasarkan pada hutan) yang disebabkan meningkatnya
permasalahan aktual suatu DAS yang ada pertumbuhan penduduk yang membawa
pada saat dan sedang berkembang, yang
2

akibat pada perubahan kondisi tata air Pengolahan dan Analisis Data.
DAS. Dalam rangka mencapai tujuan
Perencanaan pengelolaan DAS penelitian, diperlukan analisis terhadap
dirancang dengan terlebih dahulu data sebagai suatu upaya selidik taat
nmenginventarisasi permasalahan- kaidah untuk mengetahui penyebab dan
permasalah yang ada di dalam DAS. Hal ini bagaimana duduk perkara dari data-data
karena permasalahan antara satu DAS yang telah terkumpul. Pendekatan yang
dengan DAS yang lain seringkali berbeda digunakan dalam melakukan analisis ini
bahkan sangat berbeda. Maka, pengelolaan adalah pendekatan keruangan dengan
DAS harus dimulai dengan menekankan kepada fenomena/gejala yang
menginventarisasi permasalahan DAS ada di permukaan bumi.
kemudian menyusun prioritas penyelesaian Teknik analisis melalui analisis Sistem
dan merencanakan penyelesaian masalah Informasi Geografis yang terdiri dari
DAS secara terpadu melibatkan semua modelling, pembobotan, dan skoring. Data
elemen yang berkepentingan, sehingga dan variabel yang telah dikumpulkan
penerapan rencana pengelolaan DAS akan dianalisis dengan menggunakan tiga teknik
lebih mudah dan efektif. analisis yaitu dengan melakukan analisis
zonasi DAS, karakerisasi DAS dilihat dari
3. Maksud dan Tujuan kerawanan banjir, kekritisan lahan,
kerentanan gerakan tanah, dan
Penyusunan makalah ini bermaksud perencanaan pengelolaan DAS.
untuk memberikan alternatif model
kebijakan pengelolaan DAS dalam bentuk Perencanaan pengelolaan DAS tidak
kerangka kerja yang dapat hanya melihat kinerja masing-masing
diimplementasikan dalam jangka waktu komponen/aktifitas pembangunan yang ada
di dalam DAS, namun harus melihat
tahun perencanaan tertentu. Sedangkan
tujuannya adalah tersusunnya perencanaan keseluruhan komponen yang ada, baik
pengelolaan DAS sebagai suatu gagasan output yang bersifat positif (produksi)
yang komprehensif dan terpadu dalam maupun dampak negatif. Karena itu dalam
meningkatkan fungsi dan peran DAS kajian pengelolaan DAS Terpadu ini selain
sebagai satu kesatuan dalam mendukung dilakukan analisis yang bersifat kuantitatif,
keberlanjutan pasokan air. juga dilakukan analisis yang bersifat
kualitatif [Effendi, 2019].
Tujuan secara lebih rincinya diuraikan
Analisis-analisis tersebut pada
sebagai berikut :
dasarnya didasarkan kepada adanya
a. memberikan batasan yang jelas tentang keterkaitan antara sektor/kegiatan
DAS pada wilayah administratif pembangunan dengan kegiatan
Kabupaten Kuningan secara pembangunan lain, sehingga apa yang
terkomputerisasi melaui analisis Sistem dilakukan pada satu sektor/komponen
Informasi Geografis; akan mempengaruhi kinerja sektor lain.
b. menghasilkan gambaran karkterisi DAS
menurut tingkat kerawanan banjir,
kekritisan lahan, kerentanan gerakan 4. Daerah Aliran Sungai Kabupaten
Kuningan
tanah, sehingga dapat menjadi masukan
untuk penyusunan Kebijakan Rencana Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan
Program (KRP) yang membutuhkan lokasi istilah yang merujuk pada suatu kawasan
sasaran kegiatan; dan dimana air hujan, salju dan gletser mengalir
c. memberikan masukan terkait upaya- menuju penampungan air seperti kali,
sungai, danau, dan rawa-rawa.
upaya perencanaan pengelolaan DAS
yang terpadu meliputi proses Penampungan air tersebut tersebut pada
perencanaan, pelaksanaan dan akhirnya akan menyalurkan air ke tempat
pengendalian KRP. yang lebih rendah hingga mencapai laut.
Daerah aliran sungai bisa berupa kawasan
kecil atau kawasan besar hingga mencapai
3. Metodologi Penelitian areal ribuan kilometer persegi [Jeff Conant dan
Pemilihan Daerah Penelitian Pam Fadem. 2009].
Penelitian dilaksanakan di wilayah Pada wilayah administrasi secara alami
administratif Kabupaten Kuningan Provinsi dapat terhubung dalam satuan siklus air
Jawa Barat. pada suatu wilayah DAS, sehingga wilayah
Pengumpulan Data DAS dapat dibagi dalam beberapa bagian
satuan pada wilayah aministrasi. Secara
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
kartografis penselarasan wilayah DAS
ini adalah mengumpulkan dan menyusun
dilakukan dengan coba-coba (trial and error)
data dan/atau informasi baik yang bersifat
dengan cara mendeliniasi batas punggung
pokok maupun data penunjang yang
bukit yang dimulai dari alternatif beberapa
diperlukan untuk kepentingan analisis
titik luaran (outlets) hidrologis dengan
selanjutnya. Penelitian ini menggunakan
mempertimbangkan cakupan wilayah
data sekunder yang diperoleh dari bahan
administrasi. Sehingga berdasarkan hasil
pustaka, peraturan/regulasi dan data
deliniasi dapat dihitung luas DAS yang
spasial dalam format shp, shx, sbn dan dbf.
3

berada dalam satu wilayah kabupaten yang DAS Karanganyar, dan DAS Jatiroke,
dominan. dengan luas terbesar adalah DAS Cikalapu
Berdasarkan analisis GIS (Geographic yang mencapai 7.678 hektar atau sekitar
Information System) diperoleh delineasi DAS 6,43% dari wilayah kabupaten, mencakup
dalam wilayah administrasi Kabupaten sebagian wilayah Kecamatan Cipicung dan
Kuningan yang terbagi atas 14 DAS, seperti Kecamatan Japara. DAS lainnya yang
dirinci pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.1 cukup besar cakupan wilayahnya adalah
berikut ini. DAS Kalibangka yang mencapai 6.494
Tabel 4.1 hektar mencakup wilayah Kecamatan
Nama Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut Luasan Cilimus, dan DAS Ciberes sebesar 5.616
(dalam Hektar)
hektar mencakup wilayah Kecamatan
No Nama DAS Luas Persentase Kalimanggis.
1 Ciberes 5.616,996 4,70% Pada bagian selatan Kabupaten
2 Cijolang 11.720,382 9,82% Kuningan didominasi oleh DAS Cijolang
3 Cikalapu 7.678,683 6,43% yang merupakan DAS terbesar kedua di
4 Cimanuk 504,949 0,42% kabupaten, yang luasnya mencapai 11.720
5 Cipager 2.540,871 2,13% hektar atau sekitar 9,82% dari luas
6 Cisanggarung 76.398,954 63,98% kabupaten, dan mencakup sekitar 4
7 Gerenjeng 2.758,901 2,31% kecamatan yakni Kecamatan Cilebak,
8 Jatiroke 2.789,521 2,34% Kecamatan Subang, Kecamatan Selajambe,
9 Kabuyutan 96,333 0,08% dan sebagian kecil Kecamatan Darma.
10 Kalibangka 6.494,296 5,44% Selain DAS besar sebagaimana
11 Kalijaga 381,310 0,32% disebutkan di atas, terdapat juga DAS yang
12 Karanganyar 2.356,469 1,97% hanya mencakup wilayah dengan luasan
13 Kenari 22,109 0,02%
kecil di Kabupaten Kuningan, seperti DAS
14 Tanjung 49,539 0,04%
Kenari sebesar 22.109 hektar yang
mencakup 0,02% wilayah kabupaten di
Total 119.409,313 100,00%
Kecamatan Cilimus. DAS Tanjung hanya
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2019
sebesar 49.539 hektar dan DAS Kabuyutan
Berdasarkan hasil analisis DAS (Tabel sebesar 96.333 hektar atau sekitar 0,04%
4.1), sebagian besar wilayah Kabupaten dan 0,08% dari luas kabupaten, yang
Kuningan termasuk dalam DAS mencakup di wilayah perbatasan bagian
Cisanggarung yang mencakup 63,98% timur kabupaten yang termasuk dalam
wilayah kabupaten (76.398 hektar), dengan Kecamatan Cibingbin.
Sungai Cisanggarung sebagai sungai utama,
sedangkan luasan DAS terkecil yang adalah
DAS Kenari yang hanya mencakup 0,02% 5. Karekterisasi DAS di Kabupaten
dari luas wilayah kabupaten atau sekitar 22 Kuningan
hektar. Adapun besarnya cakupan wilayah Karakterisasi DAS dilakukan untuk
DAS dapat dilihat dalam Peta Daerah Aliran mengetahui permasalahan DAS, sehingga
Sungai (DAS) sebagaimana pada Gambar dapat diketahui permasalahan yang harus
4.1 berikut ini. ditangani. Hasil karakterisasi tersebut
digunakan sebagai bahan penyusunan
rencana awal pengelolaan DAS.
Rencana awal pengelolaan DAS tersebut
digunakan sebagai bahan musyawarah
kegiatan dengan para pihak baik itu
Perangkat Daerah, masyarakat, swasta,
lembaga non pemerintah, serta perguruan
tinggi dan lembaga penelitian. Bappeda
merupakan badan yang memegang fungsi
perencanaan di daerah, maka rencana
pengelolaan DAS yang disusun sudah
memperhatikan RTRW yang sudah ada
serta sebagai bahan pertimbangan dalam
penyusunan RPJM dan peninjauan ulang
Gambar 4.1. Peta Daerah Aliran Sungai
RTRW.
di Kabupaten Kuningan Selanjutnya untuk mengetahui
Wilayah DAS Cisanggarung karakteristik DAS melalui penelusuran
membentang sepanjang sungai utama permasalahan melalui analisis Tipologi DAS
Cisanggarung yang mencakup sekitar 20 yang meliputi analisis kerawanan banjir,
kecamatan dari wilayah bagian barat kekritisan lahan, dan kerentanan gerakan
sampai dengan wilayah bagian timur tanah.
kabupaten.
Sementara itu di wilayah bagian utara Kerawanan Banjir
kabupaten terbagi atas 7 DAS, diantaranya Banjir merupakan peristiwa terjadinya
DAS Ciberes, DAS Cikalapu, DAS genangan (limpahan) air di areal tertentu
Kalibangka, DAS Kalijaya, DAS Cipager, sebagai akibat meluapnya air sungai atau
4

danau atau laut yang menimbulkan itu DAS dengan luas kerawanan banjir
kerugian baik materi maupun non-materi tinggi terkecil adalah DAS Cimanuk seluas
terhadap manusia dan lingkungan 0,026 hektar, atau hanya sebesar 0,01%
[Departemen Kesehatan, 2006]. Banjir dapat wilayah DAS Cimanuk, yang merupakan
disebabkan salah satunya karena adanya DAS dengan persentase wilayah dengan
perubahan kondisi lahan pada DAS baik di kerawanan bencana banjir tinggi terendah.
hulu, tengah dan hilir akibat adanya Berdasarkan peta sebagaimana
penebangan hutan, pengembangan disajikan pada Gambar 5.1, lokasi
pemukiman, industri dan lain-lain yang kerawanan banjir tinggi banyak terdapat
bersifat mengganggu ekosistem DAS. pada wilayah bagian utara dan wilayah
Berdasarkan tingkat kerawanannya, bagian tengah kabupaten. Kerawanan banjir
wilayah di Kabupaten Kuningan dapat tinggi di wilayah bagian utara termasuk
dibagi atas wilayah kerawanan banjir dalam beberapa DAS yang mencakup
tingkat tinggi, sedang, dan rendah, dimana beberapa kecamatan, diantaranya DAS
semakin tinggi tingkat kerawanan banjir, Kalibangka, DAS Gerenjeng, DAS
maka semakin besar potensi terjadinya Karanganyar, dan DAS Cipager. Diantara
banjir di wilayah tersebut. DAS tersebut, DAS Kalibangka memiliki
Berikut ini disajikan Tabel 5.1 tentang luas wilayah dengan kerawanan banjir
Tipologi DAS menurut tingkat kerawanan tinggi terbesar, yakni seluas 933.085
banjir tinggi di Kabupaten Kuningan. hektar. Adapun jika dianalisis secara
Tabel 5.1 spasial, lokasi wilayah dengan kerawanan
Tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS)
menurut Tingkat Kerawanan Banjir Tinggi
banjir tinggi berada di sekitar ruas jalan
(dalam Hektar) arteri primer yang menghubungkan dari
No Nama DAS Kerawanan Luas Persentase Kecamatan Cilimus sampai dengan
Kecamatan Jalaksana.
1. Ciberes Tinggi 15,710 0,28%
Luas DAS 5.616,996 Wilayah lain yang memiliki kerawanan
2. Cijolang Tinggi 114,680 0,98% banjir tinggi juga banyak terdapat di sekitar
Luas DAS 11.720,382 Kecamatan Maleber, Kecamatan
3. Cikalapu Tinggi 274,981 3,58% Lebakwangi, Kecamatan Luragung, dan
Luas DAS 7.678,683
Kecamatan Ciwaru, Kecamatan
4. Cimanuk Tinggi 0,026 0,01%
Luas DAS 504,949
Karangkancana, Kecamatan Cibeureum,
5. Cipager Tinggi 268,871 10,58% dan Kecamatan Cibingbin yang termasuk
Luas DAS 2.540,871 dalam DAS Cisanggarung.
6. Cisanggarung Tinggi 3.479,810 4,55%
Luas DAS 76.398,954
7. Gerenjeng Tinggi 374,175 13,56%
Luas DAS 2.758,901
8. Jatiroke Tinggi 138,226 4,96%
Luas DAS 2.789,521
9. Kabuyutan Tinggi 1,679 1,74%
Luas DAS 96,333
10. Kalibangka Tinggi 993,085 15,29%
Luas DAS 6.494,296
11. Kalijaga Tinggi 94,769 24,85%
Luas DAS 381,310
12. Karanganyar Tinggi 105,217 4,47%
Luas DAS 2.356,469
13. Kenari Tinggi 1,062 4,80%
Luas DAS 22,109
Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2019
Gambar 5.1. Peta Kawasan Rawan Banjir
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, DAS Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Kuningan
dengan tingkat kerawanan banjir tinggi
yang memiliki luas terbesar adalah DAS Kekritisan Lahan
Cisanggarung, yakni sekitar 3.479 hektar,
Istilah lahan kritis digunakan untuk
namun apabila dibandingkan dengan total
menyebut kondisi suatu lahan yang telah
luas DAS maka persentase luasannya relatif
mengalami degradasi (penurunan) sehingga
rendah, yakni hanya sebesar 4,55%. DAS
lahan tersebut tidak bisa menjalankan
lainnya yang memiliki luas wilayah rawan
fungsinya. Suatu lahan dinilai sebagai
banjir tinggi relatif besar antara lain DAS
lahan kritis jika usaha yang dilakukan
Kalibangka sebesar kurang lebih 993 hektar
untuk mengambil manfaat dari
atau sekitar 15,29% dari luas DAS
produktivitasnya tidak sebanding dengan
Kalibangka, dan DAS Gerenjeng sebesar
hasil produksinya. Definisi lahan kritis
374.175 hektar atau sekitar 13,56% dari
menurut Kementerian Kehutanan
luas DAS Gerenjeng. Adapun berdasarkan
merupakan lahan yang keadaan fisiknya
persentase antara luas wilayah kerawanan
sedemikian rupa sehingga lahan tersebut
banjir tinggi dengan luas DAS, maka DAS
dengan persentase kerawanan banjir tinggi tidak berfungsi secara baik sesuai dengan
peruntukannya sebagai media produksi
terbesar adalah DAS Kalijaga, dimana
maupun sebagai media tata air .
24,85% luas DAS-nya memiliki kerawanan
tinggi terhadap bencana banjir. Sementara
5

Berikut pada Tabel 5.2 disajikan hasil di sekitar Kecamatan Cibingbin, Kecamatan
tipologi DAS menurut tingkat kekritisan Cimahi, dan Kecamatan Cibeureum.
lahan yang terbagi atas lahan kritis dan
lahan sangat kritis.
Tabel 5.2
Tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS)
menurut Tingkat Kekritisan Lahan
(dalam Hektar)
Tingkat
No Nama DAS Luas Persentase
Kekritisan
1. Ciberes Kritis 52,329 0,93%
Sangat Kritis 30,593 0,54%
Luas DAS 5.616,996
2. Cijolang Kritis 67,774 0,58%
Sangat Kritis 3.824,409 32,63%
Luas DAS 11.720,382
3. Cikalapu Kritis 0,172 0,00%
Sangat Kritis 452,100 5,89%
Luas DAS 7.678,683
4. Cimanuk Kritis 8,660 1,72%
Gambar 5.2 Peta Sebaran Lahan Kritis
Sangat Kritis 33,125 6,56%
Luas DAS 504,949
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Kuningan
5. Cipager Kritis 0,316 0,01%
Sangat Kritis 245,200 9,65% Kerentanan Gerakan Tanah
Luas DAS 2.540,871
6. Cisanggarung Kritis 1.493,644 1,96%
Gerakan tanah ialah perpindahan
Sangat Kritis 7.751,859 10,15% massa tanah/batu pada arah tegak,
Luas DAS 76.398,954 mendatar atau miring dari kedudukan
7. Gerenjeng Kritis 62,490 2,27% semula. Gerakan tanah mencakup gerak
Sangat Kritis 33,779 1,22%
rayapan dan aliran maupun longsoran.
Luas DAS 2.758,901
8. Jatiroke Kritis 5,010 0,18% Berdasarkan hasil analisis, DAS yang
Sangat Kritis 184,345 6,61% memiliki luas wilayah dengan kerentanan
Luas DAS 2.789,521 gerakan tanah tinggi terbesar adalah DAS
9. Kabuyutan Kritis 0,006 0,01% Cisanggarung, yakni seluas sekitar 8.864
Sangat Kritis 0,259 0,27%
hektar atau sekitar 11,6% dari luas DAS
Luas DAS 96,333
10. Kalibangka Kritis 200,258 3,08%
Cisanggarung. Sementara itu persentase
Sangat Kritis 58,610 0,90% terbesar terdapat pada DAS Cijolang,
Luas DAS 6.494,296 dimana 42,33% atau sekitar 4.691 hektar
11. Karanganyar Kritis 54,674 2,32% dari wilayah DAS-nya merupakan lahan
Sangat Kritis 69,470 2,95% dengan tingkat kerentanan gerakan tanah
Luas DAS 2.356,469
tinggi. Adapun DAS lainnya yang juga
Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2019
memiliki luas kerentanan gerakan tanah
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, DAS tinggi adalah DAS Ciberes sebesar 665,43
Cisanggarung memiliki lahan sangat kritis hektar atau sekitar 11,85%, dan DAS
dan kritis dengan luas terbesar, yakni Kalibangka sebesar 640,90 hektar atau
sekitar 7.751 hektar merupakan lahan sekitar 9,87% dari luas DAS. Adapun DAS
sangat kritis dan sekitar 1.493 hektar dengan luas kerentanan gerakan tanah
merupakan lahan kritis. Besar luas lahan tinggi terkecil adalah DAS Kabuyutan dan
sangat kritis tersebut mencapai 10,15% dari DAS Cipager, yakni hanya seluas 0,005
total luas DAS Cisanggarung. Hal ini hektar dan 0,889 hektar.
berpotensi mengganggu ketersediaan air
Adapun hasil analisis tipologi DAS
yang kemudian dapat mempengaruhi
menurut kerentanan gerakan tanah tinggi di
keseluruhan ekosistem DAS Cisanggarung
Kabupaten Kuningan disajikan
sebagai salah satu sungai yang memasok
sebagaimana pada Tabel 5.3 berikut.
kebutuhan air masyarakat di Kabupaten
Kuningan. DAS dengan luas lahan sangat
kritis terbesar lainnya adalah DAS Cijolang,
sekitar 3.824 hektar wilayahnya merupakan
lahan sangat kritis atau sekitar 32,63% dari
wilayah DAS.
Gambar 5.2 menampilkan Peta Sebaran
Lahan Kritis dan Sangat Kritis Daerah
Aliran Sungai di Kabupaten Kuningan, yang
menunjukkan bahwa lahan sangat kritis
memiliki persebaran yang lebih besar
dibanding lahan kritis. Lahan sangat kritis
banyak terdapat di wilayah bagian barat,
selatan, dan timur kabupaten, yang secara
umum tersebar dalam DAS Cisanggarung
dan DAS Cijolang, sedangkan lahan kritis
banyak terdapat di DAS Cisanggarung yang
persebarannya lebih banyak terakumulasi
6

Tabel 5.3
Tipologi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pentingnya posisi DAS sebagai unit
menurut Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi perencanaan yang utuh merupakan
(dalam Hektar)
Tingkat
konsekuensi logis untuk menjaga
No Nama DAS Luas Persentase
Kerentanan kesinambungan pemanfaatan sumberdaya
1. Ciberes Tinggi 665,43 11,85% hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya
Luas DAS 5.616,996
perencanaan dapat menimbulkan adanya
2. Cijolang Tinggi 4.961,207 42,33%
Luas DAS 11.720,382
degradasi DAS yang mengakibatkan buruk
3. Cikalapu Tinggi 348,686 4,54% seperti yang dikemukakan di atas. Dalam
Luas DAS 7.678,683 upaya menciptakan pendekatan pengelolaan
4. Cimanuk Tinggi 7,066 1,40% DAS secara terpadu, diperlukan
Luas DAS 504,949
perencanaan secara terpadu, menyeluruh,
5. Cipager Tinggi 0,889 0,03%
Luas DAS 2.540,871
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
6. Cisanggarung Tinggi 8.864,803 11,60% dengan mempertimbangkan DAS sebagai
Luas DAS 76.398,954 suatu unit pengelolaan.
7. Gerenjeng Tinggi 190,430 6,90%
Luas DAS 2.758,901
Pengelolaan DAS terpadu mengandung
8. Jatiroke Tinggi 44,840 1,61% pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-
Luas DAS 2.789,521 aspek yang menyangkut kinerja DAS dapat
9. Kabuyutan Tinggi 0,005 0,01% dikelola dengan optimal sehingga terjadi
Luas DAS 96,333
sinergi positif yang akan meningkatkan
10. Kalibangka Tinggi 640,907 9,87%
Luas DAS 6.494,296
kinerja DAS dalam menghasilkan output,
11. Karanganyar Tinggi 169,662 7,20% sementara itu karakteristik yang saling
Luas DAS 2.356,469 bertentangan yang dapat melemahkan
Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2019 kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak
Apabila dianalisis secara spasial merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.
sebagaimana disajikan dalam Peta Sebaran Pendekatan menyeluruh pengelolaan
Gerakan Tanah Tinggi Daerah Aliran Sungai DAS secara terpadu menuntut suatu
pada Gambar 5.3, wilayah yang termasuk manajemen terbuka yang menjamin
dalam gerakan tanah tinggi secara keberlangsungan proses koordinasi antara
keseluruhan banyak berlokasi di sekitar igir lembaga terkait. Pendekatan terpadu juga
yang membatasi DAS Cisanggarung, memandang pentingnya peranan partisipasi
khususnya di wilayah bagian selatan masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai
Kabupaten Kuningan yang membagi wilayah dari perencanaan, perumusan kebijakan,
dalam DAS Cisanggarung dan DAS Cijolang. pelaksanaan dan pemungutan manfaat.
Lahan dengan kerentanan gerakan tanah Awalnya perencanaan pengelolaan DAS
tinggi juga banyak terdapat di kawasan lebih banyak dengan pendekatan pada
Gunungapi Ciremai yang terbagi atas 5 faktor fisik dan bersifat sektoral.
DAS, yaitu DAS Jatiroke, DAS Gerenjeng, Pengelolaan DAS bersifat multisektor,
DAS Karanganyar, DAS Kalibangka, dan sehingga dalam perencanaannya harus
DAS Cisanggarung, yang dipengaruhi oleh melibatkan para pihak terkait. Berdasarkan
kondisi topografi gunung yang memiliki Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
kemiringan lereng relatif curam. Kerentanan 2012 tentang Pengelolaan DAS, penyusunan
gerakan tanah tinggi juga terakumulasi di dan penetapan rencana pengelolaan DAS
DAS Kalibangka yang termasuk dalam dalam kabupaten/kota menjadi
Kecamatan Ciawigebang dan Kalimanggis. kewenangan bupati atau walikota, sedang
Untuk lebih jelasnya terkait sebaran untuk DAS dalam provinsi dan atau lintas
DAS dengan tipologi kerentanan gerakan kabupaten/kota menjadi kewenangan
tanah tinggi dapat disajikan pada Gambar gubernur (Pasal 22 dan 35). Rencana
5.3 berikut ini. pengelolaan DAS tersebut ditetapkan untuk
jangka waktu 15 tahun serta dievaluasi dan
ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun Pasal
36).
Permasalahan yang muncul di DAS
pada wilayah administrasi Kabupaten
Kuningan adalah selama ini perencanaan
pengelolaan DAS belum terintegratif (dapat
dikatakan belum ada), masih lemahnya
kelembagaan, implementasi yang belum
optimal, masih rendahnya pengendalian
monitoring dan evaluasi, belum adanya
upaya pemberdayaan masyarakat dan
belum adanya pembiayaan pengelolaan
DAS.
Gambar 5.3 Peta Sebaran Kerentanan Gerakan Tanah Berikut ini disajikan Tabel 5.4 tentang
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Kuningan beberapa permasalahan berikut upaya
pemecahan, keluaran dan asumsi yang
digunakan dalam pengelolaan DAS
Kabupaten Kuningan.
7

Tabel 5.4
Permasalahan Pengelolaan DAS Kabupaten Kuningan

Permasalahan Upaya Pemecahan Keluaran Asumsi

Perencanaan Menyusun blue print rencana Dokumen rencana • Partisipasi aktif tataran horizontal
pengelolaan pengelolaan DAS terpadu yang pengelolaan DAS secara dan vertikal dari stakeholders;
DAS yang bekelanjutan dari hulu ke hilir terpadu • Forum DAS dapat mengambil
belum sesuai dengan tipologi dan peran penting;
terintegratif karakteristik wilayah untuk 10
• Mempertimbangkan DAS sebagai
tahun ke depan secara
satu kesatuan pengelolaan, dan
partisipatif dari para pemangku
memandang hubungan hulu-hilir,
kepentingan
lintas sektor.
Masih Memasukkan pengelolaan DAS Dokumen RPJPD dan • Mainframe & platform pengertian
lemahnya dalam program pembangunan RPJMD yang pengelolaan DAS yang sama dari
kelembagaan nasional jangka panjang dan substansinya telah pemangku kepentingan;
pengelolaan menengah (RPJP & RPJM) mengandung program • Untuk mencapai tujuan
DAS pengelolaan pengelolaan DAS yang baik
diutuhkan investasi dan hasil
jangka panjang
Implementasi Menaati azas dimana Seluruh kegiatan di Sarana prasarana memadai dan
pengelolaan pelaksanaan harus sesuai dalam DAS dilaksanakan sumberdaya manusia yang
DAS yang dengan rencana yang telah oleh masing-masing kompeten
belum optimal ditetapkan, memanfaatkan Perangkat Daerah sesuai
teknologi pengelolaan DAS tepat dgn tugas fungsi dan
guna dan kearifan lokal dokumen rencana
Menjaga dan mempertahankan Kawasan lindung tetap Upaya konservasi dan rehabilitasi
kawasan perlindungan setempat terjaga/tidak terganggu lebih diutamakan pada hulu DAS
sempadan sungai
Pemanfaatan kawasan budidaya Kawasan budidaya tetap Upaya konservasi dan rehabilitasi
dengan menerapkan tindakan produktif secara lebih diutamakan pada hulu DAS
konservasi tanah dan air serta keberlanjutan sehingga dilaksanakan secara berkelanjutan
rehabilitasi lahan kritis secara menunjang ekonomi dan partisipatif.
proporsional sesuai dengan masyarakat dan
(agro) teknologi yang diterima kelestarian lingkungan
masyarakat periode tahunan DAS
dan jangka menengah
Fasilitasi konsultasi dan Terjadi kolaborasi antar Instansi/lembaga dan pihak-pihak
koordinasi antar instansi instansi dan kegiatan terkait/pemangku kepentingan mau
pemerintah dan pemangku pengelolaan DAS yang bekerjasama dan membangun
kepentingan pengelolaan DAS sinergis komitmen untuk melaksanakan
pengelolaan DAS secara terpadu.
Rendahnya Pemanfaatan lahan sesuai Laporan pengendalian Upaya lebih diutamakan pada
pengendalian, dengan dan evaluasi pelaksanaan kawasan lindung
monitoring, dan fungsinya/peruntukannya. pengelolaan lahan secara
evaluasi periodik
pengelolaan
DAS
Pemanfaatan teknologi SIG dan Laporan evaluasi Sarana prasarana dan SDM
IT untuk monitoring dan pelaksanaan pengelolaan memadai, laporan evaluasi menjadi
evaluasipenggunaan lahan, tata DAS, tata air secara masukan bagi perencanaan
air dan data lainnya dalam DAS periodik dengan pengelolaan DAS
memanfaatkan IT dan
GIS
Belum adanya Meningkatkan partisipasi Masyarakat luas dengan Masyarakat luas paham arti
pemberdayaan masyarakat luas dengan kesadarannya sendiri ikut pentingnya DAS baik untuk fungsi
masyarakat membangun dialog dan aktif menjaga kelestarian ekonomi, ekologi maupun sosial
kesepakatan dengan instansi budaya
pemerintah DAS

Menyelenggarakan penyuluhan, Meningkatnya Masyarakat luas paham arti


pendampingan, dan pelatihan pengetahuan pentingnya DAS baik untuk fungsi
kepada masyarakat dalam dan keterampilan ekonomi, ekologi maupun sosial
pemanfaatan dan pelestarian masyarakat dalam budaya
sumberdaya alam DAS pemanfaatan dan
pelestarian DAS
Belum adanya Menyusun dan mengusulkan Ketersediaan dana secara Kebutuhan biaya untuk pengelolaan
pembiayaan secara aktif anggaran berkesinambungan DAS semakin besar dapat dipenuhi
Pengelolaan pengelolaan DAS dari berbagai sumber pembiayaan.
DAS
8

6. Perencanaan Pengelolaan DAS kualitas air dan transport sedimen serta


Suatu DAS dapat dimanfaatkan bagi bahan-bahan terlarut di dalamnya.
berbagai kepentingan pembangunan Perencanaan pengelolaan DAS pada
misalnya untuk areal pertanian, dasarnya ditujukan untuk terwujudnya
perkebunan, perikanan, permukiman, kondisi yang optimal dari sumberdaya
pembangunan PLTA, pemanfaatan hasil vegetasi, tanah dan air sehingga mampu
hutan kayu dan lain-lain. Semua kegiatan memberi manfaat secara maksimal dan
tersebut akhirnya adalah untuk memenuhi berkesinambungan bagi kesejahteraan
kepentingan manusia khususnya manusia. Selain itu pengelolaan DAS
peningkatan kesejahteraan. dipahami sebagai suatu proses formulasi
Perkembangan pembangunan di bidang dan implementasi kegiatan atau program
permukiman, pertanian, perkebunan, yang bersifat manipulasi sumberdaya alam
industri, eksploitasi SDA berupa dan manusia yang terdapat di DAS untuk
penambangan, dan eksploitasi hutan memperoleh manfaat produksi dan jasa
menyebabkan penurunan kondisi hidrologis tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan
suatu DAS yang menyebabkan kemampuan sumberdaya air dan tanah, yang dalam hal
DAS untuk berfungsi sebagai penyimpan air ini termasuk identifikasi keterkaitan antara
pada musim hujan dan kemudian tataguna lahan, tanah dan air, dan
dipergunakan melepas air pada musim keterkaitan antara daerah hulu dan hilir
kemarau. Ketika air hujan turun pada suatu DAS [Asdak, 1999].
musim penghujan air akan langsung Pola pengelolaan Sumber Daya Air
mengalir menjadi aliran permukaan yang (DAS) merupakan kerangka dasar dalam
seringkali menyebabkan banjir dan merencanakan, melaksanakan, memantau,
sebaliknya pada musim kemarau aliran air dan mengevaluasi kegiatan konservasi DAS,
menjadi sangat kecil bahkan pada beberapa pendayagunaan DAS, dan pengendalian
kasus sungai tidak terdapat aliran air. daya rusak air wilayah sungai dengan
Berdasarkan hal tersebut diperlukan prinsip keterpaduan antara air permukaan
suatu upaya untuk mengelola DAS secara dan air tanah, yang merupakan
baik dengan mensinergikan kegiatan- keterpaduan dalam pengelolaan yang
kegiatan pembangunan yang ada di dalam diselenggarakan dengan memperhatikan
DAS sangat diperlukan bukan hanya untuk wewenang dan tanggung jawab instansi
kepentingan menjaga kemapuan produksi masing-masing sesuai dengan tugas pokok
atau ekonomi semata, tetapi juga untuk dan fungsinya.
menghindarkan dari bencana alam yang Perencanaan DAS tidak dapat
dapat merugikan seperti banjir, gerakan dilakukan melalui pendekatan sektoral saja,
tanah, kekeringan dan lain-lain. melainkan perlu adanya keterkaitan antar
Kebijakan pengelolaan DAS secara sektor yang mewakili masing-masing sub
terpadu merupakan hal yang sangat penting DAS, dari sub-DAS hulu hingga ke hilir
dalam rangka mengurangi dan menghadapi yang menjadi fokusperhatian dengan
permasalahan sumberdaya air baik dari segi berpegang pada prinsip ‘one river one
kualitas dan kuantitasnya. Kebijakan ini management’. Keterkaitan antar sektor
oleh karenanya merupakan bagian meliputi perencanaan APBN, perencanaan
terintegrasi dari kebijakan lingkungan yang sektor/program/proyek hingga pada tingkat
didasarkan pada data akademis maupun koordinasi semua instansi atau lembaga
teknis, beragamnya kondisi lingkungan terkait dalam pengelolaan DAS. Sungai
pada beberapa daerah dan perkembangan sebagai bagian dari wilayah DAS
ekonomi dan sosial sebagai sebagai suatu merupakan sumberdaya yang mengalir
keseluruhan dimana perkembangan daerah. (flowing resources), dimana pemanfaatan di
Dengan beragamnya kondisi, maka beragam daerah hulu akan mengurangi manfaat di
dan spesifik juga solusinya. Keberagaman hilirnya.
ini harus diperhitungkan dalam Melihat kompleksitas permasalahan
perencanaan dan pengambilan keputusan DAS dipandang perlu untuk mengeluarkan
untuk memastikan bahwa perlindungan aturan main dalam Pengelolaan DAS
dan penggunaan DAS secara berkelanjutan termasuk para pemangku kepentingan yang
ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja terlibat (Tabel 6.1) serta Rencana
(framework). Implementasi Program dan Tahapan (Tabel
Perencanaan pengelolaan DAS 6.2) berikut.
merupakan suatu bentuk perencanaan dan
pengembangan wilayah yang menempatkan
DAS sebagai suatu unit perencanan dan
pengelolaan, dengan daerah bagian hulu
dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik
melalui daur hidrologi. Oleh karena itu
perubahan penggunaan lahan di daerah
hulu akan memberikan dampak di daerah
hilir dalam bentuk fluktuasi debit air,
9

Tabel 6.1
Peranan dan Tanggungjawab Pemangku Kepentingan
Kelompok Pemangku Kepentingan Peranan dan Tanggungjawab

Perangkat Daerah (PD)


a. Mengkoordinasikan alokasi anggaran untuk
program Pengelolaan DAS
b. Lembaga implementasi kegiatan yang berwenang
Bappeda Kabupaten Kuningan untuk pekerjaan lapangan berdasarkan
kapasitas teknisnya;
c. Unit implementasi kegiatan di semua lokasi
termasuk instansi untuk pengelolaan DAS.
Mensinergikan program/kegiatan dan anggaran
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
untuk lokasi DAS yang berkaitan dengan isu-isu
Kuningan
lingkungan.
1. BPDAS Cimanuk Citanduy a. Mensinergikan program/kegiatan dan anggaran
2. BBWS Cimanuk Cisanggarung untuk lokasi DAS;
3. BBWS Citanduy b. Fokus utama pada pengembangan bangunan
4. Dinas Permukiman dan Perumahan konservasi air, pengendalian dan pemanfaatan
Provinsi Jawa Barat banjir dan sedimen.
5. Dinas Perumahan Permukiman dan
Pertanahan Kabupaten Kuningan
1. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura a. Mensinergikan program dan anggaran untuk
Provinsi Jawa Barat lokasi DAS dengan Bappeda Provinsi/Kabupaten;
2. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat b. Fokus utama pada pengembangan program
3. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air pertanian dan agroforestry, seperti penanaman
Provinsi Jawa Barat kembali, konservasi lahan dan air;
4. Dinas PUPR Kabupaten Kuningan c. Mendukung kegiatan pengelolaan DAS untuk
penyediaan kuantitas air secara berkelanjutan.
a. Dukungan terhadap pemasaran hasil-hasil
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
pertanian dan hutan (kayu dari hutan
Provinsi Jawa Barat
kemasyarakatan/hutan non negara);
2. Dinas Perdagangan dan Perindustrian
b. Memutakhirkan tingkat harga pasar kepada
Kabupaten Kuningan
petani.
1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dukungan terhadap implementasi kegiatan di
Provinsi Jawa Barat lokasi-lokasi yang mempunyai potensi untuk
2. Dinas Dinas Pemuda, Olah Raga dan mengembangkan ekowisata.
Pariwisata Kabupaten Kuningan
Sektor Swasta
1. Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Memberikan dukungan menurut kapasitas yang
Barat-Banten dimiliki melalui proses-proses pemberdayaan
2. Perum Perhutani KPH Kuningan masyarakat di potensi lokasi DAS.
Memberikan dukungan terhadap kegiatan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
perencanaan kebutuhan air baku untuk
Tirta Kamuning
dipergunakan bagi masyarakat.
Masyarakat Ilmiah
Keahlian dan pengalaman staf pengajar (dosen dan
peneliti) untuk mendukung dalam pengembangan
Perguruan Tinggi
dan implementasi kegiatan serta memutakhirkan
data dan informasi ilmiah.
LSM (NGOs)
Dukungan untuk implementasi kegiatan desa-desa
LSM (NGOs) setempat
DAS.
10

Tabel 6.2
Rencana Implementasi Program dan Tahapan

Tahapan kegiatan
Tujuan Program Pelaksana
5 Tahun ke 1 5 Tahun ke 2 5 Tahun ke 3

Keterpaduan Kemitraan Lingkungan Hidup Tiap wilayah mulai Tiap wilayah telah memiliki agenda Keterpaduan pengelolaan BPDAS, Dinas
pengelolaan DAS berkoordinasi dalam rencana kerja dan pelaksanaan DAS di tiap wilayah Lingkungan Hidup
pengelolaan DAS program kolaboratif Provinsi dan Kabupaten
serta semua pihak yang
terkait
Terehabilitasinya Perlindungan dan Konservasi Rehabilitasi lahan kritis Rehabilitasi lahan mencakup 60 Minimal 80 persen wilayah BPDAS, Dinas
lahan kritis Sumberdaya Alam mencakup 30 persen wilayah persen wilayah DAS lahan telah direhabilitasi Kehutanan Provinsi,
DAS Dinas Lingkungan
Hidup Provinsi dan
Kabupaten serta semua
pihak yang terkait
Pengembangan Perlindungan dan Konservasi Minimal 30 persen kawasan Minimal 60 persen kawasan hutan Minimal 80 persen Dinas Kehutanan
kawasan hutan Sumberdaya Alam hutan di DAS telah di DAS direhabilitasi kawasan hutan di DAS Provinsi, Dinas
direhabilitasi direhabilitasi Lingkungan Hidup
Provinsi dan Kabupaten
Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata
Kabupaten Kuningan
serta semua pihak yang
terkait
Peningkatan akses Kemitraan Lingkungan Hidup 30-40 persen lahan kritis dan 75 persen lahan kritis dan potensi Lebih dari 90 persen lahan Dinas Lingkungan
masyarakat dalam potensi kritis oleh masyarkat kritis diusahakan oleh masyarakat kritis dan potensi kritis Hidup Provinsi dan
pemanfaatan lahan untuk berbagai usaha untuk berbagai usaha tanaman oleh masyarkat untuk Kabupaten serta semua
kritis dan potensi tanaman kehutanan dan kehutanan dan produktif ekonomis berbagai usaha tanaman pihak yang terkait
kritis untuk produksi produktif ekonomis kehutanan dan produktif
tanaman dan ternak ekonomis
Pengelolaan DAS Pengelolaan Lingkungan Tiap wilayah mulai Tiap wilayah telah memiliki agenda Keterpaduan pengelolaan Dinas Lingkungan
Terpadu di tiap Hidup berkoordinasi dalam rencana kerja dan pelaksanaan DAS di tiap wilayah Hidup Provinsi dan
wilayah pengelolaan DAS program kolaboratif Kabupaten serta semua
pihak yang terkait
Percepatan Program Peningkatan 40 persen kawasan hutan 80 persen kawasan hutan rakyat Seluruh kawasan hutan Dinas Kehutanan
pemantapan kawasan Efektivitas Pengelolaan SDA sudah memiliki kejelasan tata sudah memiliki kejelasan tata rakyat sudah memiliki Provinsi, Dinas
hutan rakyat secara dan LH batas yang bebas konflik batas yang bebas konflik kejelasan tata batas yang Lingkungan Hidup
partisipatif bebas konflik Provinsi dan Kabupaten
serta semua pihak yang
terkait
11

Tahapan kegiatan
Tujuan Program Pelaksana
5 Tahun ke 1 5 Tahun ke 2 5 Tahun ke 3

Sinkronisasi Pengendalian Pemanfaatan 50 persen penetapan dan 75 persen penetapan dan 100 persen (semua) ruang Dinas BMTR Provinsi
penetapan dan Ruang pemanfaatan ruang sesuai pemanfaatan ruang sesuai dengan sudah ditetapkan dan dan Dinas PUPR
pemanfaatan ruang dengan peruntukan peruntukan pemanfaatannya sesuai Kabupaten Kuningan
dengan peruntukannya serta semua pihak yang
terkait
Tersusunnya Rencana Program Perencanan Tata Tidak adanya konflik Semua stakeholders berperan Meningkatnya kinerja Dinas BMTR Provinsi
Tata Ruang Kawasan Ruang dan Pemanfaatan kepentingan dan pelanggaran maksimal dalam pengelolaan ruang pengelolaan ruang DAS dan Dinas PUPR
DAS secara partisipatif Ruang tata ruang di DAS DAS Kabupaten Kuningan
serta semua pihak yang
terkait
Pembinaan dan Program Peningkatan Minimal 30 persen kelompok Minimal 60 persen kelompok Lebih dari 80 persen Dinas KUKM dan Dinas
Pemberdayaan Keberdayaan Usaha Ekonomi masyarakat terbina dan masyarakat terbina dan terberdaya kelompok masyarakat Perdagangan Provinsi,
kelompok masyarakat Masyarakat Perdesaan terberdaya terbina dan terberdaya Dinas KUKM
pada DAS Kabupaten Kuningan,
dan Dinas Perdagangan
dan Perindustrian
Kabupaten Kuningan
serta semua pihak yang
terkait
Pengembangan usaha Program Peningkatan Kualitas Minimal terbentuknya wadah Terbentuknya wadah usaha Terbentuknya wadah Dinas KUKM Provinsi
ekonomi alternatif Kelembagaan Koperasi dan usaha ekonomi alternatif ekonomi alternatif dalam bentuk koperasi di 80 persen desa- dan Dinas KUKM
kreatif non-pertanian Usaha Miro dalam bentuk koperasi di 30 koperasi di 60 persen desa-desa desa yang berada di DAS Kabupaten Kuningan
dan koperasi persen desa-desa yang berada yang berada di DAS serta semua pihak yang
di DAS terkait
Pengembangan sistem − Program Peningkatan Berkembangnya sistem Berkembangnya sistem agribisnis Berkembangnya sistem Dinas Tanaman Pangan
agribisnis tanaman Produksi Tanaman Pangan; agribisnis tanaman pangan, tanaman pangan, perkebunan, dan agribisnis tanaman pangan, dan Hortikultura
pangan, perkebunan, − Program Peningkatan perkebunan, dan peternakan peternakan 60 persen wilayah DAS perkebunan, dan Provinsi dan Dinas
peternakan Produksi Perkebunan; 30 persen wilayah DAS peternakan di 80 persen Pertanian Kabupaten
− Program Peningkatan wilayah DAS Kuningan serta semua
Produksi Peternakan. pihak yang terkait
Pengembangan dan Program Pemberdayaan Terbentuknya kelompok Terbentuknya kelompok Terbentuknya kelompok Dinas Sosial
pembinaan kelompok Perempuan dan perempuan dalam usaha perempuan dalam usaha ekonomi perempuan dalam usaha Pemberdayaan
perempuan dalam Pengarusutamaan Gender ekonomi produktif di 30 produktif di 60 persen desa-desa ekonomi produktif di 80 Perempuan dan
usaha ekonomi persen desa-desa yang berada yang berada di DAS persen desa-desa yang Pengarusutamaan
produktif di DAS berada di DAS Gender Kabupaten
Kuningan
12

7. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


a. Wilayah administratif Kabupaten
Kuningan terbagi menjadi 14 DAS Asdak, C. 1999. “DAS sebagai Satuan
dengan DAS Cisanggarung memiliki Monitoring dan Evaluasi Lingkungan: Air
luasan paling besar mencakup 63,98% sebagai Indikator Sentral”, Seminar
wilayah kabupaten (76.398 hektar), Sehari PERSAKI DAS sebagai Satuan
sedangkan luasan DAS terkecil yang Perencanaan Terpadu dalam Pengelolaan
adalah DAS Kenari yang hanya Sumber Daya Air, 21 Desember 1999.
mencakup 0,02% dari luas wilayah Jakarta.
kabupaten (sekitar 22 hektar); Effendi, Edie. 2019. Kajian Model Pengelolaan
b. Berdasarkan hasil analisis, persentasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu.
tingkat kerawanan banjir tinggi DAS Bappenas : Direktorat Kehutanan dan
terdapat pada DAS Kalijaga sebesar Konservasi Sumberdaya Air. Didownload
24,85% dari luas DAS, DAS dengan dihttps://www.bappenas.go.id/files/121
persentasi kekritisan lahan paling tinggi 3/5053/3289/17kajian model-
adalah DAS Cijolang (32,63%) dari luas pengelolaan-daerah-aliran-sungai-das
DAS yang bersangkutan, serta DAS terpadu__20081123002641__16.pdf pada
dengan persentasi paling tinggi tanggal 26 Januari 2019 Pukul 09.55
kerentanan gerakan tanah adalah DAS WIB.
Cijolang (42,3% dari luas DAS Cijolang);
Jeff Conant dan Pam Fadem. 2009. Panduan
dan
Masyarakat untuk Kesehatan
c. Perencanaan Pengelolaan DAS di Lingkungan, terjemahan. Yayasan
Kabupaten Kuningan dilaksanakan Tambuhak Sinta.
melalui optimalisasi hubungan timbal
balik antar sumberdaya alam terutama Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012
vegetasi, tanah dan air dengan tentang Pengelolaan Daerah Aliran
sumberdaya manusia di DAS dan segala Sungai.
aktivitasnya untuk mendapatkan Pusat Penaggulangan Krisis Departemen
manfaat ekonomi dan jasa lingkungan Kesehatan. 2006. Buku Banjir. Jakarta:
bagi kepentingan pembangunan dan Departemen Kesehatan RI.
kelestarian ekosistem. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004. Jakarta
: Sekretariat Negara.
8. Rekomendasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.
a. Perlu dibentuk kelembagaan (rule-in-use) Jakarta : Sekretariat Negara.
yang yang memiliki kebijakan untuk
pengelolaan DAS berupa Badan Pengelola
DAS (dapat berupa badan usaha atau
badan/instansi pemerintah);
b. Perlu adanya keterkaitan antar sektor
berupa penyusunan program/kegiatan
untuk pengelolaan DAS yang terpadu
yang bersumber dari pembiayaan APBN,
APBD I, APBD II maupun loan; dan
c. Penyusunan pola pengelolaan DAS perlu
melibatkan seluas-luasnya peran
masyarakat dan dunia usaha baik
koperasi, BUMN, BUMD maupun badan
usaha swasta.

Anda mungkin juga menyukai