Anda di halaman 1dari 13

Ringkasan Eksekutif

Bagi pemerintah, segala upaya menciptakan pemerataan pembangunan


disadari masih belum maksimal dan merata di beberapa kawasan di Kota
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Guna mengatasi persoalan
tersebut, Pemerintah Kota Kupang, dituntut untuk melakukan
pembangunan daerahnya secara cerdas dengan memperhatikan setiap
potensi di daerahnya dengan tanpa mengabaikan rancangan pembangunan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi NTT
agar tercapai sinergitas pencapaian tujuan.
Dalam perspektif itu, sumberdaya alam memiliki nilai dan arti ekonomi
yang sangat signifikan, bahkan suatu potensi sumberdaya alam di setiap
wilayah sering menjadi tulang punggung dalam proses mewujudkan
eksistensi kelangsungan serta keberlanjutan kehidupan bermasyarakat,
dan pembangunan daerah.
Mengingat keberadaan dan potensi sumberdaya alam di Kota Kupang
dinilai cukup besar, maka pembangunan perekonomian daerah yang
merupakan aktivitas utama dalam pembangunan daerah cenderung
menjadikan sumberdaya alam sebagai modal utama pembangunan, namun
ironisnya dalam kebijakan maupun prosesnya masih belum measukkan
aspek upaya untuk mencegah terjadinya eksploitasi dan atau eksplorasi
yang bersifat merusak dan atau memberikan penyusutan atau penipisan
bagi keberadaan sumberdaya alam tersebut (khususnya sumberdaya air,
lahan dan pesisir dan lautan).
Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di Kota
Kupang, harus dilakukan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan
timbulnya kerusakan dan atau keseusutan yang terjadi, terlebih lagi
apabila diketahui bahwa dalam proses pembangunan daerah selain harus
memperhatikan ―aspek pertumbuhann, sehingga terhadap kedua aspek
tersebut perlu diperhatikan secara seimbang.
Proses pembangunan daerah selama ini banyak dilakukan secara
konvensional, dimana aktivitas pembangunan banyak bertumpu pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang

1 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


memperhatikan aspek kelangsungan ekosistem maupun daya dukung
lingkungan dari sumber daya alam yang bersangkutan. Akibat dari hal
tersebut, tidak heran bila dalam aktivitas pembangunan sering
menghasilkan kerusakan sistem sosial, disamping itu juga tidak jarang
terjadi turunnya daya tampung wilayah yang menjadikan laju
pembangunan daerah menjadi terhambat. Hal ini terjadi sehubungan
dengan hancurnya atau susutnya sumberdaya yang dibutuhkan, oleh
karena itu maka pembangunan secara konvensional juga harus dihentikan
dan diubah dengan proses pembangunan yang berprinsip berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.

2 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Pendahuluan

Kebijakan pada dasarnya merupakan konstruksi pikiran yang dirancang


berdasarkan konseptualisasi dan spesifikasi keadaan bermasalah baik yang
telah terjadi maupun yang diprediksi terjadi di masa mendatang.
Perumusan masalah merupakan aspek yang paling penting dalam analisis
kebijakan, tetapi hal yang satu ini ternyata paling sulit dilakukan karena
seringkali kompleks dan memerlukan dukungan data dan informasi yang
akurat.
Permasalahan sumberdaya alam di Kota Kupang memang sangat luas
cakupannya. Tidak hanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan air,
lahan dan pesisir dan lautan sumber-sumber air serta daya yang
terkandung di dalamnya, tetapi mencakup semua unsur yang berkaitan
dengan unsur yang berpengaruh terhadap kondisi sumber daya alam dan
unsur yang dipengaruhinya.
Air merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai
ekonomi akan berbeda di setiap lokasi karena ketersediaannya. Pada
kondisi jumlah yang membutuhkan semakin meningkat maka potensi
terjadinya konflik sangat besar sehingga perlu berhati-hati dalam
memanfaatkannya serta perlu praktik pengelolaan yang baik.
Pengelolaan sumber daya air merupakan suatu proses yang mendorong
keterpaduan antara pembangunan dan pengelolaan air, tanah, dan sumber
daya lainnya, dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial
ekonomi dan memperhatikan
keberlanjutan ekosistem.
Disamping itu, pengelolaan sumber
daya air merupakan suatu metode
untuk merumuskan pola dan
encana pengelolaan sumberdaya
air, dan bukan merupakan tujuan
akhir.

3 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Pola merupakan perencanaan strategis yang melibatkan identifikasi
kebutuhan dari para pemangku kepentingan dalam satu wilayah sungai,
sehingga kerangka dasar yang telah disusun dapat disepakati oleh para
pemangku kepentingan terkait.
Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi
segala kebutuhan hidup. Lahan yang sesuai dengan kemampuannya
merupakan lahan yang potensial. Namun apabila peruntukan lahan
tersebut tidak sesuai dengan kemampuannya maka akan menyebabkan
lahan tersebut berubah menjadi lahan kritis.
Pengelolaan lahan yang dilakukan
dengan sangat hati – hati dan sesuai
dengan kemampuan lahannya akan
dalam menghasilkan produk yang
berkualitas dan tidak mengganggu
produktivitas lahan. Di samping itu,
pengelolaan lahan berfungsi untuk
menjaga supaya lahan tetap sesuai dengan kemampuannya agar tidak
mengurangi tata guna dan daya guna lahan tersebut. Manusia cenderung
memanfaatkan sumberdaya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan
pengolahan dan keterbatasan sumberdaya itu, sehingga sangat
dikhawatirkan dalam waktu dekat akan terjadi kerusakan lahan sebagai
akibat dari adanya tekanan penduduk atas lahan yang melebihi tingkat
kemampuannya. Secara umum, lahan kritis mengindikasikan adanya
penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari adanya bermacam -
macam pemanfaatan sumberdaya lahan yang tidak bijaksana dan tidak
sesuai dengan aturan yang ada. Lahan yang sedemikian rupa tersebut pasti
tidak dapat berfungsi maksimal sesuai dengan apa yang menjadi
peruntukan lahan tersebut sebagai media tatanan air maupun sebagai
media produksi tanaman.
Wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan
ekosistem darat dan ekosistem laut yang terletak antara batas sempadan
kearah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut sejauh pengaruh
aktivitas dari daratan. Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun

4 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


terancam keberlanjutannya. Dengan potensi yang unik dan bernilai
ekonomi tadi maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi
pula, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar
wilayah ini dapat dikelola secara berkelanjutan.

Pengelolaan wilayah pesisir Kota


Kupang, perlu dimulai dengan
merencanakan zonasi kawasan
pesisir Kota Kupang, menetapkan
arahan pemanfaatan sumberdaya
di wilayah pesisir yang harus
diserasikan, diselaraskan dan
diseimbangkan dengan RTRD/W,
memantapkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat
dalam mengembangkan dan memelihara ekosistem pesisir, dan
meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung pada pemanfaatan bakau
dan terumbu karang; merupakan upaya untuk meningkatkan value di
kawasan lindung agar bisa bermanfaat.
Dari berbagai penjelasan singkat sumberdaya alam air, lahan dan pesisir
dan lautan, maka perlu analisis dilaksanakan dengan cara mengidentikasi
hubungan sebab akibat yang mempertemukan gejala gejala yang
mempengaruhi keadaan SDA serta beberapa aspek yang berhubungan
dengan keadaan SDA termasuk berbagai tantangannya yang dapat
diintervensi menjadi peluang melalui penerapan kebijakan publik.
Rumusan kebijakan nasional ini dibuat berdasarkan pendekatan yang
bersifat antisipatif terhadap permasalahan SDA yang terjadi hingga saat ini
dan yang mungkin akan muncul di waktu yang akan datang yang ditempuh
melalui penerapan kebijakan yang pada intinya bertujuan menurunkan
atau menekan risiko kerugian yang timbul akibat keadaan bermasalah
dengan cara mengelola tingkat kerentanan kawasan terhadap lima jenis
bahaya, yaitu:
(1) kelangkaan air baik dari segi kuantitas maupun kualitas;

5 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


(2) banjir;
(3) erosi dan sedimentasi;
(4) tanah longsor; dan
(5) intrusi air laut.

6 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Metodologi

Perumusan tata kelola kebijakan sumberdaya air, lahan dan pesisir dan
lautan dikota kupang di laksanakan meliputi 6 (enam) wilayah kecamatan
sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya alam yang terdiri dari
Kecamatan Maulafa dan Kecamatan Alam dengan topik Tata Kelola
Sumberdaya Lahan; Kecamatan Oebobo dan Kecamatan Kota Raja, dengan
tema Tata Kelola Sumberdaya Air; kemudian Kecamatan Kelapa Lima dan
Kecamatan Kota Lama, tentang Tata Kelola Sumberdaya pesisir dan lautan.
Proses pembahasan sumberdaya air, lahan dan pesisir dan lautan
dimaksud dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) yang
diikuti oleh peserta yang berasal dari unsur masyarakat, LSM maupun
pemerintah Kota Kupang dan Provinsi NTT serta instansi vertikal.
Narasumber dalam FGD berasal dari unsur akademisi, LSM dan Instansi
Pemerintah.
Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran literatur di beberapa
lembaga pemerintah atau penelitian meliputi data BPS Kota Kupang dalam
angka. Data primer diperoleh melalui FGD, wawancara mendalam dengan
para informan yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya alam serta observasi terhadap berbagai obyek pengamatan
lapangan. Data dianalisis menggunakan metode metode analisis kualitatif
deskriptif (Emzir 2010).

7 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Deskripsi Masalah

Patut disadari bahwa masing-masing wilayah mempunyai potensi dan


kemampuan pembangunan yang tidak selamanya harus sama, demikian
pula masalah-masalah pembangunan yang sangat mendesak dihadapi oleh
masing-masing wilayah berbeda sifat dan macamnya antara wilayah yang
satu dengan wilayah yang lain. Oleh karena usaha-usaha pembangunan
dalam tiap-tiap wilayah harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan
potensi dan kondisi masing-masing wilayah.
Dalam hubungan dengan tema pembangunan dan karakteristik Kota
Kupang sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang pengelolaanya
diatur secara spesifik, harus disadari bahwa menyamaratakan model
pengembangan pembangunan Kota Kupang dengan wilayah lainnya yang
ada di Nusa Tenggara Timur maupun Indonesia hanya akan menjadikan
Kota Kupang berkembang ala kadarnya.
Berbagai program dan kegiatan yang bersifat given dari pusat hanya
akan menghilangkan kesempatan bagi Pemerintah Kota Kupang untuk
menemu kenali potensinya untuk berkembang sebagaimana yang
seharusnya sebagai beranda negara. Perlu dipahami bahwa, salah satu
faktor faktor penyebab lambatnya pertumbuhan wilayah: Belum ditemu-
kenalinya secara mendalam dan menyeluruh mengenai potensi sosial-
ekonomi masyarakat di daerah perkotaan, yang pada dasarnya merupakan
faktor pendukung ketahanan masyarakat Kota Kupang.
Berdasarkan pengamatan sistemik terhadap realita yang terjadi,
dapatlah disimpulkan beberapa permasalahan generic sumberdaya alam
Kota Kupang sebagai berikut:
a. Dampak pertambahan jumlah penduduk,
b. Alih fungsi lahan,
c. Kondisi lahan pertanian dan kawasan hutan di setiap DAS,
d. Ketersediaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air,
e. Peningkatan eksploitasi air tanah,
f. Sengketa penggunaan air,

8 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


g. Keterbatasan peran masyarakat & dunia usaha,
h. Tumpah tindih fungsi lembaga pengelola, dan
i. Keterbatasan data dan informasi sumber daya air,
j. Menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain
yang merusak Ekosistem terumbu karang,
k. Menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove
yang tidak sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan lautan,
l. Pembuangan sampah di pesisir.
Oleh karena itu, guna mendukung pengembangan wilayah Kota
Kupang masih perlu dilakukan penelitian mendalam untuk menemu-kenali
faktor-faktor penyebab lambatnya pertumbuhan daerah dalam berbagai
aspek kewilayahan. Beberapa aspek penting yang perlu dikaji lebih lanjut
diantaranya:
(1) Karakteristik potensi wilayah (terutama potensi fisik wilayah);
(2) Kondisi sosial-ekonomi serta sosial-budaya penduduk setempat;
(3) Jenis, ketersediaan, dan daya layan dari berbagai macam prasarana
dan sarana pelayanan penduduk; serta
(4) Kebijaksanaan pembangunan daerah dan perumusan strategi
pengembangan yang tepat secara umum dan lokalita.
Strategi pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat dapat
diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan sumber daya alam disuatu
tempat dimana masyarakat lokal ditempat tersebut terlibat secara aktif
dalam proses pengelolaan sumber daya alam yang terkandung didalamnya.
Di Indonesia pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat sebenarnya
telah ditetapkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar
pelaksanaan penguasaan Negara atas sumber daya alam khususnya
sumber daya alam diarahkan kepada tercapainya manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kemakmuran rakyat banyak, dan juga harus mampu
mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan
masyarakat.

9 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan

1. Perlu dilakukan review atas kebijakan pengelolaan sumberdaya air,


lahan, dan pesisir dan lautan Kota Kupang dari kebijakan yang selama
ini bersifat baseline kepada kebijakan yang out of the box tapi sesuai
dengan potensi yang dimilikinya dan realitas yang seharusnya.

2. Dalam mengarahkan pembangunan Kota Kupang, hendaknya setiap


pemangku kepentingan memperhatikan secara komperhensif terkait
berbagai regulasi kebijakan yang menaungi pengelolaan Kota Kupang
yang masuk ke dalam kualifikasi perkotaan yang sudah diatur secara
spesifik. Kekurang perhatian akan berbagai peraturan akan berdampak
pada prosesdan hasil pengambilan kebijakan ter-hadap sebatik.

3. Bahwa untuk menciptakan pembangunan yang terkorelasi, maka


diperlukan Upaya bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam hal:
(a) sinergi berbagai dokumen perencanaan pembangunan (RPJP dan
RPJPD, RPJM dan RPJMD, RKP dan RKPD);
(b) sinergi dalam penetapan target pembangunan;
(c) standarisasi indikator pembangunan yang digunakan oleh
kementerian/lembaga dan satuan perangkat kerja daerah; dan
(d) pengembangan database dan sis-tem informasi pembangunan yang
lengkap dan akurat.
4. Pelaporan yang intens dengan data yang selalu up-date terkait
perkembangan kondisi sumberdaya air, sumberdaya lahan dan
sumberdaya pesisir dan lautan secara berjenjang (dari unit Kelurahan,
kecamatan, dan OPD), akan sangat membantu Walikota Kupang dalam
mengarahkan kebijakan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya
alam. Berbagai catatan dan data perkembangan tersebut juga akan
lebih memudahkan pelaksanaan koordinasi ke tingkat nasional demi
terciptanya Kota Kupang sebagai daerah perkotaan yang representatif.

10 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


5. Perlu penyusunan neraca sumberdaya air, lahan, dan pesisir dan
lautan sebagas dasar penyusunan perencanaan pembangunan Kota
Kupang. Disamping itu, berbagai hasil penelitian tentang Kota Kupang,
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta agar lebih
mendapatkan atensi dan dapat diinventarisir dengan baik oleh
Pemerintah Kota Kupang.

6. Penguatan pengetahuan dan ketrampilan SDM Aparatur Pemerintah


Kota Kupang maupun masyarakat harus dilakukan secara lebih masif.
Akselerasi peningkatan pengetahuan aparatur harus lebih
mendapatkan prioritas. Aparatur yang inovatif, yang mampu bergerak
dengan segala pemikirannya dalam keterbatasan menjadi tuntutan
untuk daerah yang akan meneguhkan dirinya dalam akselerasi
kemajuannya.

7. Melakukan pembangunan dengan berdasar pada potensi yang dimiliki


oleh Kota Kupang merupakan cara cerdas Pemerintah Kota Kupang
untuk mengakselerasi pencapaian kesejahteraan dirinya, sekaligus
untuk menjadikan Kota Kupang mempunyai daya saing yang kuat dari
daerah lainnya.

8. Pemetaan potensi masyarakat untuk pengembangan sektor


sumberdaya air, lahan dan pesisirdan lautan agar lebih terpetakan
dengan baik untuk mendapatkan perhatian agar bisa dikembangkan
dengan baik sebagai wujud empowering.

9. Pengelolaan sumberdaya air, lahan dan pesisir dan lautan yang


berbasis masyarakat sesuai dengan kemampuan dan pontensi
sumberdaya alam yang tersedia.

10. Pemerintah Kota Kupang diharapkan untuk merencanakan


program/kegiatan yang lebih variatif terkait dengan kebijakan
pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, serta melakukan
percepatan untuk pembuatan regulasi yang secara khusus mengatur
mengenai sumberdaya alam.

11 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Demikian rumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam yang
meliputi air, lahan dan pesisir dan lautan Kota Kupang sebagai dasar
pengambilan keputusan yang berdayaguna dan berhasilguna.

12 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »


Daftar Pustaka

1. Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. PT


RajaGrafindo Persada. Jakarta.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU


SDA) yang telah mencakup prinsip-prinsip IWRM dan Peraturan
Presiden (Perpres No. 12 tahun 2008) tentang Dewan Sumber Daya Air
dan Kebijakan Nasional tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

13 « Policy Brief Tata Kelola Sumber Daya Alam »

Anda mungkin juga menyukai