Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL JURNAL REVIEW

“Keanekaragaman Hayati”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biologi

Dosen Pengampu :

Mislah Sahila Harahap, M. Pd

Disusun oleh :

Rhama Desvitha Sari (0305192041)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA-5

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
menganugerahkan nikmat, taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan Critical Jurnal Review ini tepat waktu. Shalawat dan salam juga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat beliaulah kita dapat
membedakan antara yang hak dan yang batil.

Critical Jurnal Review ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang diberikan oleh Ibu Mislah Sahila Harahap, M. Pd selaku dosen Biologi. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mislah Sahila Harahap, M. Pd karena telah
mempercayakan saya untuk mengerjakan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Critical Jurnal Review ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Critical Jurnal Review ini.

Rantauprapat, 03 Juli 2021

Rhama Desvitha Sari


A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Coastal Resources Conservation in Indonesia: Issues,
Policies, and Future Directions
Penulis : Victor PH Nikijuluw
Tahun Terbit : 2019
Nama Jurnal : Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography
Education
ISSN : 2580-4030
Volume Jurnal : Vol. 1 No. 1
Jumlah Halaman : 15-23

B. Ringkasan Jurnal
Blessed with vast coastal region, Indonesia has developed its economy by
better utilizing the available resources therein. The coastal region, consisting of
about 81,000 km shoreline and more than 17,000 small islands, has provided huge
contribution to the national economy and served as the solid basis for various
human activities. Naturally, coastal region and its resources have certain carrying
capacity and limit in number. Hence, they should be utilized as economic goods in
proper manners by which parts of the resources can be taken out without
jeopardizing the capacity of the resources to reproduce and renew.
This article shortly explains the current condition of Indonesian coastal
resources, the factors or variables determining and affecting their threat and
existence, and the government policies addressed to manage the resources.
The coastal region is so dynamic, seemingly unstable, and predisposed to
changes due to unavoidable and unstoppable economic development, raising human
population, and global climate change. Even without any conservation program and
human intervention, implying that the coastal regions and resources are not used
and exploited at all, it does not mean that the coastal ecosystems will not be
hampered and isolated from the external changes. Therefore, coastal conservation
program should be continuously developed by adapting the changes. The future
coastal conservation program should be designed by taking into account their
strategic functions as food source, critical habitat for plenty known and many still
unknown species, space for human and economic activities, next generation’s needs
of coastal region, the continuously between land and marine uses, and the
geographical connectivity of the region with other ecosystems. Considering all
these variables, future coastal conservation policies and programs should be
formulated and implemented by earnestly taking into account the following aspects:
1. Low environmental risk principle must be applied when economic development
would radically and substantially change the structures and functions of the
coastal region. The development indeed cannot be halted but can be wisely
managed in such a way that the functions and structures of the coastal ecosystem
will not change. The existing and available cutting-edge technologies can be
exerted to use and simultaneously to maintain ecosystems’ functions and
structures. Damaging practices such as coastal reclamations is not a smart
solution in order to have more space and gain more land for so-called
development purposes. Additional space for urban development can be created
by not altering contour and structure of the coastal region.
2. Costs of externalities that are forcefully paid by those who are not directly using
coastal resources should be redirected to be incurred by the resource users. The
government should have an initiative to fairly and justly estimate value of
coastal region and use the estimate information to factor the costs on the
resource users. Distribution and redistribution of benefits resulted from coastal
utilization is next to importance that should be under government policy.
3. While individual MPA program has shown positive results and impacts, by non-
subsidiarity and ecological connectivity principles, not all conservation issues
can be resolved by the existence of an individual MPA. Many species,
particularly high migratory species and mega fauna, are journeying across
MPAs. Hence, set of MPAs should be concurrently managed with a network
approach. By considering all other uses and functions of coastal ecosystems,
larger-scale coastal conservation region could be developed with seascape
approach.
4. Coastal regions are strongly influenced by human activities in hinterland or
upland. A poor management of upland area will detrimentally affect coastal
region. Siltation, erosion, pollution, and chemical runoff into coastal areas are
the impacts of upland poor management practices. As a consequence, coastal
and upland regions should also be managed altogether in an integrated system.
This integrated upland-coastal region management that is widely known as the
ridges-to-reefs approach should be introduced and implemented in Indonesia.
Diberkati dengan wilayah pesisir yang luas, Indonesia telah
mengembangkan ekonominya dengan lebih memanfaatkan yang tersedia sumber
daya di dalamnya. Wilayah pesisir, yang terdiri dari sekitar 81.000 km garis pantai
dan lebih dari 17.000 garis pantai kecil kepulauan, telah memberikan kontribusi
yang besar bagi perekonomian nasional dan menjadi dasar yang kokoh bagi
berbagai aktivitas orang. Secara alami, wilayah pesisir dan sumber dayanya
memiliki daya dukung dan batas jumlah tertentu. Oleh karena itu, mereka harus
dimanfaatkan sebagai barang ekonomi dengan cara yang tepat dimana bagian dari
sumber daya dapat digunakan diambil tanpa membahayakan kapasitas sumber daya
untuk mereproduksi dan memperbaharui.
Artikel ini singkat menjelaskan kondisi sumberdaya pesisir Indonesia saat
ini, faktor-faktor atau variabel-variabel yang menentukan dan mempengaruhi
ancaman dan keberadaan mereka, dan kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk
mengelola sumber daya. Beberapa contoh prakarsa dan praktik konservasi yang
berpotensi untuk diperkuat dan diubah adalah dibahas.
Wilayah pesisir begitu dinamis, tampak tidak stabil, dan cenderung
mengalami perubahan akibat pembangunan ekonomi yang tak terhindarkan dan tak
terbendung, peningkatan populasi manusia, dan perubahan iklim global. Bahkan
tanpa program konservasi dan campur tangan manusia, menyiratkan bahwa wilayah
pesisir dan sumber daya tidak dimanfaatkan dan dieksploitasi sama sekali, bukan
berarti ekosistem pesisir tidak akan terhambat dan terisolasi dari perubahan
eksternal. Oleh karena itu, program konservasi pantai harus terus dilakukan
dikembangkan dengan mengadaptasi perubahan. Program konservasi pantai di
masa depan harus dirancang dengan mengambil: mempertimbangkan fungsi
strategis mereka sebagai sumber makanan, habitat penting bagi banyak yang
diketahui dan banyak yang masih belum diketahui spesies, ruang bagi aktivitas
manusia dan ekonomi, kebutuhan generasi penerus wilayah pesisir, yang terus-
menerusantara penggunaan darat dan laut, dan konektivitas geografis kawasan
dengan ekosistem lainnya. Mempertimbangkan semua variabel ini, kebijakan dan
program konservasi pantai di masa depan harus dirumuskan dan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Prinsip risiko lingkungan yang rendah harus diterapkan ketika pembangunan
ekonomi akan secara radikal dan secara substansial mengubah struktur dan
fungsi wilayah pesisir. Pembangunan memang tidak bisa dapat dihentikan tetapi
dapat dikelola secara bijaksana sedemikian rupa sehingga fungsi dan struktur
pesisir dapat ekosistem tidak akan berubah. Teknologi mutakhir yang ada dan
tersedia dapat digunakan untuk digunakan sekaligus menjaga fungsi dan
struktur ekosistem. Praktek merusak seperti reklamasi pantai bukanlah solusi
cerdas untuk memiliki lebih banyak ruang dan mendapatkan lebih banyak lahan
untuk apa yang disebut tujuan pembangunan. Ruang tambahan untuk
pengembangan kota dapat diciptakan dengan tidak mengubah kontur dan
struktur wilayah pesisir.
2. Biaya eksternalitas yang harus dibayar secara paksa oleh mereka yang tidak
secara langsung menggunakan sumber daya pesisir dialihkan untuk ditanggung
oleh pengguna sumber daya. Pemerintah harus memiliki inisiatif untuk adil dan
memperkirakan secara adil nilai wilayah pesisir dan menggunakan informasi
perkiraan untuk memperhitungkan biaya sumber daya pengguna. Distribusi dan
redistribusi manfaat yang dihasilkan dari pemanfaatan pesisir sangat penting
yang seharusnya menjadi kebijakan pemerintah.
3. Sementara program KKL individual telah menunjukkan hasil dan dampak
positif, secara non-subsidiaritas dan prinsip konektivitas ekologis, tidak semua
masalah konservasi dapat diselesaikan dengan adanya KKL individu. Banyak
spesies, terutama spesies bermigrasi tinggi dan fauna besar, sedang melakukan
perjalanan lintas KKL. Oleh karena itu, rangkaian KKL harus dikelola secara
bersamaan dengan pendekatan jaringan. Oleh mempertimbangkan semua
penggunaan dan fungsi lain dari ekosistem pesisir, kawasan konservasi pesisir
skala besar dapat dikembangkan dengan pendekatan bentang laut.
4. Wilayah pesisir sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia di daerah pedalaman
atau dataran tinggi. Manajemen yang buruk dataran tinggi akan berdampak
buruk bagi wilayah pesisir. Pendangkalan, erosi, polusi, dan limpasan kimia ke
wilayah pesisir adalah dampak dari praktik pengelolaan dataran tinggi yang
buruk. Akibatnya, pesisir dan daerah dataran tinggi juga harus dikelola secara
bersama-sama dalam suatu sistem yang terintegrasi. Dataran tinggi-pesisir
terpadu ini pengelolaan kawasan yang dikenal luas sebagai pendekatan ridges-
to-reefs harus diperkenalkan dan dilaksanakan di Indonesia.

C. Kelebihan Jurnal
Jurnal yang berjudul Coastal Resources Conservation in Indonesia: Issues,
Policies, and Future Directions (Konservasi Sumber Daya Pesisir di Indonesia: Isu,
Kebijakan, dan Arah Masa Depan) sudah memaparkan penjelasan secara jelas dan
lengkap, tersusun sistematis dan bahasanya cukup mudah dipahami. Terdapat objek
penilitian yaitu ekosistem laut yang berada di dalam negeri, serta terdapat kebijakan
dan program konservasi pantai di masa depan harus dirumuskan dan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh dengan memperhatikan aspek-aspek

D. Kekurangan Jurnal
Jurnal yang berjudul Coastal Resources Conservation in Indonesia: Issues,
Policies, and Future Directions (Konservasi Sumber Daya Pesisir di Indonesia: Isu,
Kebijakan, dan Arah Masa Depan) terdapat kekurangan seperti tidak terdapat
gambar atau tabel yang mendukung penjelasan materi dan tidak terdapat metode
penilitian.

E. Saran dan Kritik


Jurnal ini dapat dijadikan referensi – refensi bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian atau pendidik dalam mengajar, semoga kekurangan–
kekurangan pada jurnal dapat direvisi dengan baik lagi bagi penelitian selanjutnya
sehingga lebih jelas dan lengkap. Untuk kedepannya, semoga jurnal yang
dikeluarkan dapat menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai