KELOMPOK
OLEH:
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumberdaya alam memiliki nilai dan arti ekonomi yang sangat signifikan,
bahkan suatu potensi sumberdaya alam di setiap wilayah sering menjadi
tulang punggung dalam proses mewujudkan eksistensi kelangsungan serta
keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara
Mengingat keberadaan dan potensi sumberdaya alam di Indonesia
dinilai cukup besar, maka pembangunan perekonomian nasional yang
merupakan aktivitas utama dalam pembangunan nasional cenderung
menjadikan sumberdaya alam sebagai modal utama pembangunan, namun
ironisnya dalam kebijakan maupun prosesnya masih belum measukkan aspek
upaya untuk mencegah terjadinya eksploitasi dan atau eksplorasi yang
bersifat merusak dan atau memberikan penyusutan atau penipisan bagi
keberadaan sumberdaya alam tersebut (khususnya sumberdaya alam mineral
dan energi).
Oleh karena itu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam harus
dilakukan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan timbulnya
kerusakan dan atau keseusutan yang terjadi, terlebih lagi apabila diketahui
bahwa dalam proses Pembangunan Nasional selain harus memperhatikan
―aspek pertumbuhan‖, sehingga terhadap kedua aspek tersebut perlu
diperhatikan secara seimbang.
Proses pembangunan nasional selama ini banyak dilakukan secara
konvensional, dimana aktivitas pembangunan banyak bertumpu pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang kurang
memperhatikan aspek kelangsungan ekosistem maupun daya dukung
lingkungan dari sumber daya alam yang bersangkutan. Akibat dari hal
tersebut, tidak heran bila dalam aktivitas pembangunan sering menghasilkan
3
kerusakan sistem sosial, disamping itu juga tidak jarang terjadi turunnya daya
tampung wilayah yang menjadikan laju Pembangunan Daerah menjadi
terhambat. Hal ini terjadi sehubungan dengan hancurnya atau susutnya
sumberdaya yang dibutuhkan, oleh karena itu maka pembangunan secara
konvensional juga harus dibihentikan dan diubah dengan proses
pembangunan yang berprinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Dalam hal ini proses dan aktivitas pembangunan nasional harus selalu
memperhatikan keberadaan ekosistem, kondisi lingkungan hidup,
keterbatasan daya dukung sumberdaya alam, serta daya tampung wilayahnya,
di saping itu juga masyarakat konsumennya perlu dibudayakan untuk dapat
memberdayakan keaneka ragaman sumberdaya alam (natural resources
diversity) yang tersedia.
Dalam hal ini berbagai kebijakan nasional yang sering dinyatakan
sebagai modernisasi dan atau transformasi dalam tata kehidupan saat ini,
seperti ―otonomi daerah‖ hendaknya dapat dikonseptualkan secara strategis
dalam wawasan keberlanjutan. Mengantisipasi hal tersebut pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya alam dalam perspektif otonomi daerah juga harus
diarahkan agar ―aspek laju pengurasan‖ dapat dilakukan dengan
memperhatikan ―aspek laju regenerasinya‖, sedangkan terhadap
sumbersumber daya yang tak terbarukan (non renewable resources)
hendaknya dapat dikelola dengan memperhatikan prinsip ―diversifikasi‖, hal
itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kelangkaan (scarcity) sumberdaya
alam yang bersangkutan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara maritim/bahari
dan kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri lebih dari 17.500 pulau. Secara
fisik, lautnya menjadi faktor dominan dan berpotensi ekonomi yang sangat
besar. Diperkirakan 3/4 wilayah Indonesia (5,8 juta kilometer persegi) berupa
lautan dan seperempatnya (1,9 juta kilometer persegi) daratan.
4
1
Ungkapan keprihatinan, misalnya, mengemuka dalam bentuk pernyataan dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada acara penyerahan penghargaan pemenang lomba kelompok sektor
kelautan, yang menyatakan: “Sungguh aneh jika negara nusantara seperti negara kita ini, yang
mempunyai garis pantai begitu panjang, ternyata sumbangannya dari sektor perikanan dan
kelautan terhadap PDB nasional masih rendah, hanya 2,21 persen”, Harian Umum Kompas,
tanggal 1 Pebruari 2005. Terhadap pernyataan tersebut, Rokhmin Dahuri, mantan Menteri
Kelautan dan Perikanan dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Maritim, menyatakan
bahwa sesungguhnya kontribusi sektor kelautan dan perikanan bukan sebesar 2,21 persen akan
tetapi sebesar 9 persen dari PDB atau sekitar Rp. 150 triliun, Harian Umum Kompas, (Diakses 17
September 2022)
2
Dikutip dari isi pernyataan Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nusantara, Shidiq Moeslim, dalam
berita bertajuk “Presiden Perlu Pertegas Komitmen Pada Kelautan”, Harian Umum Kompas,
(Diakses 17 September 2022)
6
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
sudah
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ?
B. ?
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
7