Anda di halaman 1dari 36

Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Al-Risalah p-ISSN: 1412-436X


Forum Kajian Hukum dan Sosial Kemasyarakatan e-ISSN: 2540-9522
Vol. 17, No. 2, Desember 2017 (hlm. 163-182)

SEJARAH SOSIAL PERKEMBANGAN HUKUM GADAI DAN


RAHN (GADAI SYARIAH) DI INDONESIA

SOCIAL HISTORY OF PAWN LAW AND ISLAMIC PAWN IN


INDONESIA

Iskandar
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Jl. Raya
Petaling KM 13 Petaling Kec. Mendo Barat Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
iskandarmhum@gmail.com

Addiarrahman
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi Jl. Arif Rahman Hakim, No. 1, Telanaipura, Jambi
addiarrahman@gmail.com

Abstract: This article aims to explain the social history of the development of pawn law and Islamic pawn law
in Indonesia. Pawn is part of the long-standing economic activity. There is three form of law in which regulating
of pawn, namely: positive law, adat law, and Islamic law. The third type of the rules had always been
thriv- ing through social dynamic and influencing the development of pawn activity as an alternative to a
financial instrument that usefultosociety.

Keywords: Pawn, Islamic Pawn, Social History

Abstrak: Artikel ini bertujuan menjelaskan sejarah sosial perkembangan hukum gadai dan gadai syariah
di Indonesia. Gadai merupakan bagian dari aktifitas ekonomi yang telah berlangsung lama. Terdapat tiga corak
hukum yang mengatur praktik gadai, yaitu: hukum positif, hukum adat dan hukum Islam. Ketiga jenis hukum
tersebut terus berkembang mengikuti dinamika sosial masyarakat, sehingga ikut mempengaruhi perkembangan
praktik gadai sebagai instrument keuangan alternatif yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kata Kunci: Gadai, Gadai Syariah, Sejarah Sosial

Pendahuluan
adat; 2) fase pengaruh agama Islam; 3) fase
Pembentukan hukum di Indonesia setidaknya kolonial; 4) fase Indonesia merdeka.1 Dari
dipengaruhi oleh tiga jenis hukum, yaitu: hu-
kum Islam, hukum adat dan hukum Eropa. 1 Sunarjati Hartono, “Pembinaan Hukum Nasional
Pengaruh ketiga hukum ini berlangsung da- pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap II da-
lam empat fase, yaitu: 1) fase sistem hukum lam Konteks Hukum Islam,” Mimbar Hukum,
No. 8, Tahun IV, 1993, hal., 4-5

Al-Risalah Vol. 17, No. 2, Desember 2017 1


Iskandar dan

fase-fase tersebut, pada fase keempat terlihat adat berbeda dengan gadai tanah (grond ver-
jelas bahwa hukum di Indonesia dipengaruhi ponding) sebagaimana dikenal dalam hukum
oleh hukum Islam, hukum adat, dan hukum perdata (BW). Jual gadai merupakan tran-
eropa. Adapun pada fase sebelumnya, ketiga saksi yang berdiri sendiri dan intinya adalah
jenis hukum ini bergerak secara linear perjanjian tanah, yakni seorang pemilik
dengan arus politik yang dimainkan oleh tanah, karena memerlukan uang
penguasa. menggadaikan ta- nahnya. Sedangkan gadai
Berdasarkan tiga jenis hukum tersebut, tanah bersifat ac- cessoir (mengikut,
sesungguhnya gadai di Indonesia diatur oleh menyertai) atau termasuk dalam perjanjian
hukum adat, hukum Islam, dan hukum Eropa utang-piutang yang timbul dari hukum
(KUH Perdata).2 Dalam tradisi hukum adat di perikatan (verbintennissen recht). Perjanjian
Indonesia, istilah gadai disebut dengan sebu- gadai tanah itu timbul dari hu- kum
tan yang berbeda-beda seperti: pagang gadai kebendaan (zakelijk recht). Gadai tanah
(Minangkabau), adol sende (Jawa), ngajual tunduk pada perjanjian utang-piutang yang
akad atau gade (Sunda), dan sebagainya. Ga- pokok. Hal ini berarti bahwa jika utang lunas,
dai menurut hukum adat adalah perjanjian maka gadai tanahnya menjadi tidak ada.
yang menyebabkan tanah seseorang diser- Seba- liknya, jika gadai tanah tidak ada,
ahkan untuk menerima sejumlah uang tunai belum tentu berarti utang-piutang tidak ada.5
denga permufakatan bahwa yang menyerah- Berdasarkan penjelasan di atas, ada di-
kan tanah itu akan berhak mengambil tanah- namika sosial yang membentuk hukum
nya kembali dengan cara membayar gadai. Artikel ini bertujuan mengelaborasi
sejumlah uang yang sama dengan jumlah aspek sejarah sosial perumusan hukum gadai
utang. Selama utang tersebut belum lunas, dan gadai syariah di Indonesia. Penulis
maka tanah tetap berada dalam penguasaan memi- lih pendekatan historis untuk
yang meminjamkan uang (pemegang gadai) mengungkap tahapan pembentukan hukum
dan selama itu pula hasil tanah seluruhnya gadai dan gadai syariah di Indonesia; mulai
menjadi hak pemegang gadai, yang dengan dari asal-muasal sampai dengan saat ini.
demikian merupakan bun- ga dari utang itu.3
Dapat dipahami, gadai menurut hukum
Asal Mula Praktik Gadai
adat mengandung arti jual gadai. Jual gadai
adalah penyerahan tanah untuk dikuasai Praktik gadai yang paling tua dalam sejarah
orang lain dengan menerima pembayaran peradaban manusia berasal dari Cina. Te-
tunai, na- mun penjual (pemilik tanah atau patnya pada masa Dinasti Han (207 SM s.d.
penggadai) tetap berhak untuk menebus 200 SM) dan terus berkembang sampai za-
kembali tanah tersebut dari pemegang man Dinasti Ming sekitar tahun 1368-1644
gadai.4 Adapun pen- etapan waktu menebus M. Pada masa itu, hampir di setiap sudut kota
diserahkan kepada penggadai. Namun, jual dan desa di Cina terdapat fasilitas gadai
gadai dalam hukum untuk memenuhi kebutuhan keungan
masyarakat. Ia merupakan aktifitas yang
2 Ifan Noor Adham, Perbandingan Hukum Gadai
tidak hanya dilaku- kan pada siang hari, tapi
di Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2009) juga di malam hari.6
3 Abdul Aziz Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum
Islam, Jilid 2., (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 4 Ibid.
1996), hal., 385
2 Vol. 17, No. 2, Desember Al-
Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di
5 Ibid.
6 Trakarn Thakranontachai, Orient’s Oldest
Finan- cial Institutions: The Pawn
Shop, didownload

Al-Risalah Vol. 17, No. 2, Desember 2017 3


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Lien-Sheng Yang lebih jauh memba- awal sejarah Cina, agama memiliki peran
has praktik gadai di Cina. Menurutnya ada sentral dalam kehidupan masyarakat. Jamaat
empat institusi keuangan yang tumbuh dan yang mengunjungi kuil ikut memberikan
berkembang dalam sejarah Cina Kuno yang kon- tribusi guna memperbaiki kuil dan
berasal dari tradisi dan ajaran Budha. These kebutuhan lainnya. Pendapatan yang
four are pawnshop, the mutual financing as- dihasilkan dari ber- bagai produk dan hasil
sociation, the auction sale, and the sale of bumi yang dimiliki kuil digunakan untuk
lot- tery tickets.7Berhubungan dengan membeli makanan dan pakaian bagi para
pegadaian, Yang menegaskan bahwa institusi biarawan serta guna me- layani para jamaah
pegadaian dimiliki dan dibuka oleh para atau masyarakat di sekitar. Namun, kelebihan
biarawan dari kuil-kuil Budha. Praktik ini hasil yang diperoleh tidak boleh digunakan
berkembang pesat sekitar abad ke-5 M atau untuk keuntungan pribadi para biarawan.
pada masa dinasti T’ang (618-907 M). Untuk mengelola surplus yang diperoleh,
Oleh sebab itu, sebagaimana awal Budha mendirikan lembaga yang disebut
perkembangan pegadaian di Italia, layanan inexhaustible treasury.9
gadai yang dibuka oleh para biarawan Budha Praktik gadai atau kredit tanpa bunga
tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutu- (free-interest loan) sebagaimana ditemukan
han kaum miskin dan bukan dengan maksud pada dinasti T’ang tersebut, secara perlahan
mengejar keuntungan. Artinya, dalam prak- berhenti dilakukan. Sebagai gantinya, mu-
tiknya tidaklah menggunakan bunga (inter- lailah diterapkan pengambilan keuntungan
est) yang pada dasarnya bertentangan dengan berupa bunga, sehingga memicu pertumbu-
ajaran Budha. Lebih dari itu, sebagaimana han pegadaian yang didirikan oleh individu
ditegaskan oleh Skully, dalam manuskrip- yang bukan termasuk biarawan. Yang men-
manuskrip Cina, pada sarjana Cina tidak catat pada masa dinasti Ming (1368-1644
men- emukan istilah interest dalam berbagai M), “one or more pawnshop would be found
bentuk transaksi bisnis pada masa tersebut. in every city and town and in many villages
Pinjaman dilunasi pada waktunya atau and reached up to 25,000 pawnshop by early
dibayar dengan menggunakan gandum atau 1800s”.10
beras.8 Praktik pegadaian dengan menerapkan
Keterlibatan para biarawan dan kuil bunga terus berlanjut hingga dinasti Ch’ing
menunjukkan bagaimana sesungguhnya pada (1644-1912). Pada masa ini, pegadaian tum-
buh secara pesat namun juga menjadi awal
dari http://www.library.au.edu/ABAC-Journal/ ke- munduruan. Hal ini disebabkan karena
v2-n2-1.pdf, diakses 20 April 2015, hal., 1 berdi- rinya “People’s Bank of China” pada
7 Lien-Sheng Yang, “Budhis Monasteries and awal 1950-an yang memberikan pinjaman
Four
kepada
Money Raising Institution in Chinese History,
Harvard Journal of Asiatic Studies, 13 (1/2), ALDWICH WIPRO on 17thNovember,
1950, hal., 174-175 2005, Kuala Lumpur, Malay- sia.
8 M.T. Skully, Islamic Pawnbroking: The Malay-
sian Experience. Paper presented at the 3rd In-
ternational Islamic Banking and Finance
Confer- ence 2005, organized by the Monash
University Malaysia, RHB Bank and

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan
9 Azila Abdul Razak, Economic and Relegious
Significance of the Islamic and Conventional
Pawnbroking in Malaysia: Behavioural and Per-
ception Analysis, Durham Theses: Durham Uni-
versity. Available at Durham E-Theses Online:
http://etheses.dur.ac.uk/1377/, hal., 31
10 Lien-Sheng Yang, Money and Credit in China: a
Short History, (Cambridge: Harvard University
Press, 1952), hal., 6

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

para pekerja dan petani dengan tingkat suku beda setelah kerajaan monarki Thailand pada
bunga yang rendah. Keberadaan pegadaian periode Rattanakosin yang dipimpin oleh
setelah itu dilarang dan dianggap sebagai King Rama V pada tahun 1895. King Rama
sim- bol eksploitasi ekonomi.11 Pegadaian V membuat beberapa revisi terhadap aturan
mulai berdiri kembali setelah Cina masuk era pegadaian. Satu di antaranya adalah peneta-
refor- masi pada tahun 1970-an, yaitu dengan pan nilai bunga maksismum sebesar 5% dan
berdi- rinya Huamao Pawnshop pada tahun oleh pegadaian diberlakukan untuk seluruh
1987 dan merupakan pegadaian pertama di produknya.15
Cina setelah adanya palarangan pada tahun Hubungan diplomatik antara Cina dan
1956.12 Malaka menjadi awal masuknya lembaga pe-
Perkembangan gadai di Cina berpen- gadaian di Malaysia sekitar abad ke-15. Raja-
garuh terhadap keberadaan institusi gadai di raja kecil di berbagai daerah setelah
negara lain, bahkan ke Indonesia setelah ter- meneguh- kan kekuasaannya, memperoleh
jadi interaksi antara Indonesia-Cina. Di Thai- bantuan keuangan dari berbagai pihak,
land, praktik gadai mulai diperkenalkan sejak termasuk dari orang-orang Cina. Institusi
awal periode Ayuthya, yaitu sejak pedagang keuangan yang didirikannya adalah
Cina masuk ke negara ini. Laiknya di Cina, “Farming” yang melayani berbagai aktifitas
aktifitas gadai di Thailand menerima berba- ekonomi, termasuk perju- dian, candu,
gai bentuk barang gadai yang dapat dijadikan minuman keras, dan termasuk pegadaian.
jaminan, seperti emas, perak, perhiasan, bah- Kata ‘farming’ diambil dari ke- biasaan
kan binatang ternak seperti kerbau, gajah, petani lokal (farmer) yang menyewa
dan kuda.13 Kerajaan Ayuthya dikenal sebidang tanah, dan membayar sewa tersebut
memiliki sistem hukum yang bagus. Hal ini dari hasil pertaniannya. Kegiatan semacam
ditunjukkan dengan regulasi yang dibuat ini agaknya juga ditemukan di Indonesia dan
untuk mengawasi aktifitas gadai daerah Filipina.16 Namun, karena sifatnya yang sarat
kekuasaannya, khusus- nya yang dilakukan dengan pejudian, candu, dan minuman keras,
pada malam hari. Seba- gaimana ditulis oleh membuat masyarakat lokal tidak terlalu ter-
Trakarn, aturan dalam pelaksanaan gadai tarik. Terlebih, masyarakat lokal di berbagai
tersebut adalah 1) aktifitas gadai hanya bisa daerah memiliki tradisi ‘gadai’ yang telah
dilakukan pada siang hari; menjadi bagian dari adat kebiasaan mereka.
2) antara penggadai dan penerima gadai Pembahasan selanjutnya, melihat bagaimana
harus saling kenal satu sama lain.14 Agaknya, gadai terlembaga dalam adat di berbagai
pera- turan ini dibuat untuk melindungi daer- ah di Indonesia.
masyarakat dari praktik gadai illegal yang
dapat menje- bak rakyatnya terlilit hutang.
Gadai dalam Bingkai Adat
Kondisi ini ber-
Praktik gadai di Nusantara tidak dapat dipas-
11 T.S. Whelan, The Pawnshop in China. Ann Ar- tikan kapan pertama kali mulai dilakukan.
bor: Centre for Chinese Studies,University of Beberapa catatan yang terdapat pada prasasti-
Michigan, 1979), hal., 1
prasasti memberikan informasi, namun tentu
12 Y. Yong, “Economy and Social Function of Lat-
ter-Day Pawnbroking Southern of Changjiang
River”. Journal of Jiangxi University of Finance
and Economics, 1(55) 2008, 60-65.

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan
13 Trakarn Thakranothacai, Orient’s Oldest Finan- 15 Ibid., hal., 2
cial…, hal., 1 16 Azila Abdul Razak, Economic and Relegious
14 Ibid. Significance…, hal., 39

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

tidak bisa ditarik kesimpulan bahwa pada gari di Minangkabau, kuria di Tapanuli,
saat itu telah ada lembaga pegadaian. Selain wanua di Sulawesi Selatan, adalah kesatuan-
pras- asti-prasasti jayapatra, ada beberapa kesatuan kemasyarakatan yang mempunyai
prasasti dari zaman wangsa Sailendra dan keleng- kapan-kelengkapan untuk sanggup
berdiri sendiri, yaitu mempunyai kesatuan
Isana yang menyebutkan tentang pelunasan hukum, kesatuan penguasa, dan kesatuan
utang, seba- gaimana terdapat dalam prasasti lingkungan hidup berdasarkan hak bersama
Kurungan ta- hun 807 Saka (29 April 885 atas tanah dan air bagi semua anggotanya…
M) dan prasasati Bentuk hukum kekeluargaannya (patrilineal,
matrilineal, bilat- eral) mempengaruhi sistem
Wurutunggal tahun 833 Saka (8 Maret 912
pemerintahannya terutama berlandaskan atas
M) dan yang menyebutkan penebusan gadai pertanian, peter- nakan, perikanan, dan
tanah, seperti prasasti Pangguluman B tahun pemungutan hasil hutan dan hasil air,
825 Saka (13 September 903 M), dan pras- ditambah sedikit dengan perbu- ruan binatang
asti Harahara yang berangka tahun 888 Saka liar, pertambangan dan kerajinan tangan.
Semua anggotanya sama dalam hak dan
(12 Agustus 966 M). Pengabadian pelunasan
kewajibannya. Penghidupan mereka ber- ciri:
utang atau surat gadai tanah ini dalam bentuk komunal, di mana gotong royong, tolong
prasasti dihubungkan dengan penetapan menolong, serasa dan selalu mempunyai per-
sima, walaupun sesungguhnya bisa dilakukan anan yang besar.18
den- gan menrobek surat utang di depan para Persoalannya kemudian adalah apakah
sak- si.17 Pratik-praktik gadai tersebut murni berasal
Keberadaan prasasti-prasasti yang mem- dari kebiasaan masyarakat Indonesia, atau
berikan informasi tentang adanya praktik ga- justeru terbentuk karena adanya pengaruh
dai tersebut, menunjukkan adanya cikal bakal dari luar. Dapat diduga, dengan adanya
gadai yang tumbuh dari kebiasaan interaksi dengan dunia luar, seperti Cina,
masyarakat. Praktik-praktik ini di kemudian India, Arab, dan kemudian belakangan oleh
hari menjadi ajeg sebagai bagian dari bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris,
aktifitas ekonomi di komunitas masyarakat Belanda), berba- gai pengaruh tersebut
adat, khususnya da- lam rangka memenuhi merupakan keniscayaan dan faktor alamiah.
kebutuhan keuangan sehari-hari maupun Baik bersifat akulturasi, asimilasi, maupun
untuk kepentingan usaha. Praktik-praktik dialog dan konflik budaya.19 Sebagaimana
demikian dipegang teguh dan secara telah disinggung sebelumnya, pola praktik
bersama-sama terus dilakukan oleh ko- gadai di Indonesia mirip dengan yang
munitas tersebut, sehingga ia menjadi hukum dilakukan pertamakali di Cina, seka- lipun
yang hidup dan mengikat bagi mereka. Hal pelakunya bukanlah para biarawan atau
ini disebabkan karena masyarakat adat terse- biksu.
but memiliki sistem sosial, pola kekerabatan,
nilai-nilai, tradisi-tradisi, bahkan paradigma, Za- man Kuno, (Jakarta: Balai Pustaka,
cita-cita dan tujuan hidupnya sehari-hari. 2008), hal., 270

Hazairin menyebutkan bahwa:


Masyarakat-masyarakat hukum adat seperti
desa di Jawa, marga di Sumatera Selatan, na-

17 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho


Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia II:

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan
18 Hazairin, Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Tinta-
mas, 1970), hal., 44
19 Pola yang sedikit berbeda manakala Islam masuk ke
Indonesia. Tipologi hubungan Islam dan bu- daya
lokal menurut Abdul Munir Mulkhan ter- bentuk
melalui empat pola, yaitu: 1) Islamisasi;
2) Pribumisasi; 3) Negosiasi; 4) Konflik dan
koeksistensi. Lebih lanjut baca: Abdul Munir
Mulkhan, Neo-Sufisme dan Pudarnya Funda-
mentalisme di Pedesaan, (Yogyakarta: UII Press,
2000), hal., 36-37

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Sejarah mencatat interaksi pertama Nu- keuangan di Indonesia, termasuk juga mem-
santara dengan dunia luar sudah terjadi pengaruhi penyebaran agama Hindu-Budha.
semen- jak zaman pra sejarah, karena Pada titik ini, cukup beralasan mengatakan
keahlian nenek moyang yang terkenal bahwa praktik gadai telah dikenal di
sebagai pelaut handal. Sekalipun para ahli Indonesia sejak sebelum abad ke-9 M
sejarah sulit menuntukan secara pasti, namun merujuk kembali keberadaan prasasti
hubungan dagang antara Indonesia dan India Pangguluman B tahun 825 Saka (13
sudah terjadi lebih awal sebelum dengan September 903 M), dan prasasti Harahara
bangsa Cina. Posisi Indone- sia di kawasan yang berangka tahun 888 Saka (12 Agustus
Asia Tenggara sangat sentral karena sejak 966 M).
awal masehi telah berfungsi se- bagai jalur Selain merujuk pada bukti prasasti, se-
lintas perdagangan bagi kawasan sekitarnya, bagai contoh dapat ditambah di sini adalah
Asia Timur dan Asia Selatan. Bah- kan dengan melihat sistem gadai yang tumbuh
melalui jalur perdagangan ini, kawasan Asia dan menjadi adat kebiasaan di berbagai daer-
Tenggara telah memasuk era “globalisa- si” ah. Misalnya di Minangkabau. Sebagaima-
di abad ke-5. Hal ini tampak pada aktifitas na diketahui, sebelum Islam menyebarkan
perniagaan di beberapa bandar di Asia Teng- pengaruhnya di sana, di Minangkabau telah
gara, seperti Lamuri di Aceh, Perlak di Aceh berdiri kerajaan Hindu di bawah kekuasaan
Timur, Kedah di Malaysia, Martavan dan Aditiawarman. Praktik pagang gadai yang
Pegu di Myanmar, Ayuthia di Thailand, Pan- dikenal masyarakat mirip dengan ditemukan
durangga di Vietnam, dan lain di Ayuthia dan Malaysia, sekalipun tidak ber-
sebagainya. Keberadaan kerajaan Sriwijaya
20
sifat institusi ekonomi. Pola gadai semacam
yang terkenal sebagai pusat perdagangan ini terus dipraktekkan dalam kehidupan se-
pada zamannya memperkuat bahwa interaksi hari-hari, bahkan hingga saat ini. Kebolehan
dagang telah terbentuk, sehingga besar melaksanakan pagang gadai haruslah atas
kemungkinan juga mempengaruhi izin mamak dan memenuhi untus situasional,
keberadaan dan perkemban- gan institusi- yaitu: ada keluarga yang meninggal dunia
institusi ekonomi di Indonesia.21 Sebagaimana (mayiek tabujua di tangah rumah, renovasi
diketahui, sekalipun Cina men- jadi tempat rumah gadang (rumah gadang katirisan),
awal tumbuhnya praktik gadai, namun menikahkan anak gadis (gadih gadang alun
keberadaan mutual fund di Cina tidak balaki), menegakkan penghulu adat (mam-
terlepas dari pengaruh India.22 Hal ini bangkik batang tarandam).23
mem- perkuat pengaruh ekonomi India dan Pada satu bentuk, pagang gadai dinilai
Cina ter- hadap perkembangan ekonomi dan bertentangan dengan hukum Islam karena si
transaksi penerima barang gadai (biasanya dalam
bentuk sawah) dapat memanfaatkannya
20 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban hingga terjadi pelunasan. Akan tetapi, juga
Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia,
terdapat praktik bagi hasil antara pemegang
(Jakarta: Logos, 2001), hal., 35
21 Mengenai bagaimana kondisi geografis terhadap barang gadai den- gan pihak penggadai,
pola ekonomi dapat dibaca dalam; Gusti Asnan, sehingga dinilai lebih menguntungkan kedua-
Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, (Yogya- belah pihak. Agaknya,
karta: Ombak, 2007), lihat juga: M.C. Ricklefs,
a
History of Modern Indonesia Since c. 1200, third
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
edition, (New York: Palgrave, 2001), hal. 3 23 A.A.Navis, Alam Terkembang Menjadi Guru
22 Lien-Sheng Yang, “Budhis Monasteries…, hal., Adat Dan Kebudayaan Minangkabau, (Jakarta:
180 Grafitifers, 1984) , hlm. 101

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

hal inilah yang menyebabkan praktik gadai hal., 385


demikian masih dilakukan di Minangkabau
hingga hari ini. Terlebih, pagang gadai atas
tanah dari harta pusako tinggi, melihat syarat
yang berlaku tidak sekedar berkaitan dengan
“harta” dalam pengertian ekonomi, tetapi
juga berhubungan erat dengan identitas
kultural masyarakat Minangkabau.24 Itulah
sebabnya van Vollenhoven menyatakan bahwa
“orang Indone- sia dan tanahnya
menimbulkan segala macam fantasi yang
tidak-tidak,” demikian dikutip oleh J.S.
Furnivall.25
Pada dasarnya, yang menjadi objek ga-
dai dalam hukum adat adalah tanah. Hal ini
bisa jadi disebabkan karena tanah merupakan
benda berharga yang dimiliki rakyat pada
waktu itu. Terlebih, praktik gadai seringkali
dihubungkan dengan “kemiskinan” sehingga
sangat wajar bila hal itu terjadi. Selain di Mi-
nangkabau, tradisi gadai tanah juga ditemu-
kan di berbagai daerah lain. Di Jawa disebut
dengan adol sande, sedangkan di Sunda dis-
ebut dengan ngajual akad atau sande.
Namun substansinya adalah bahwa ia
merupakan per- janjian yang menyebabkan
tanah seseorang diserahkan untuk menerima
sejumlah uang tunai, dengan permufakatan
bahwa yang me- nyerahkan tanah itu akan
berhak mengambil tanahnya kembali dengan
cara membayar se- jumlah uang sama dengan
jumlah hutang.26
Persoalannya kemudian adalah ba-

24 Franz von Benda-Beckmann mencatat tanah di


Minangkabau tidak sekedar persoalan harta. Ia
adalah identitas kultural sekaligus simbol sosio-
politik. Baca bab empat buku: Franz von Benda-
Beckmann, Properti dan Kesinambungan
Sosial, terj. (Jakarta: Grasindo, 2000)
25 J.S. Furnivall, Hindia Belanda: Studi tentang
Ekonomi Majemuk, terj. (Jakarta: Freedom Insti-
tute, 2009), hal. 5
26 Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi Hukum
Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
gaimanakah pengaruh Islam terhadap
perkembangan praktik gadai di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sekalipun Islam te- lah
masuk ke Indonesia sejak awal hijriyah, namun
pengaruhnya secara nyata baru tam- pak pada
abad ke-12. Menurut Azra, hal ini disebabkan
karena 1) Islam dibawa langsung dari Arabia; 2)
Islam diperkenalkan oleh para guru dan penyiar
professional, yakni mereka yang memang
khusus bermaksud menyebar- kan Islam; 3)
yang mula-mula masuk Islam adalah para
penguasa; 4) kebanyakan penye- bar
professional ini datang ke nusantara pada abad
ke-12 dan ke-13. Oleh sebab itu, sulit
mempercayai bahwa para pedagang muslim
berfungsi sebagai penyebar Islam, walaupun
harus diakui bahwa mereka telah memperke-
nalkan Islam.27 Berdasarkan argumen ini, Azra
meyakini bahwa ajaran Islam secara massif
tersebar di Nusantara melalui para sufi. Dapat
disimpulkan, para pedagang muslim memang
mengenalkan Islam lebih awal, namun mer- eka
tidak memiliki pengaruh yang lebih jauh
terhadap proses Islamisasi.
Berpijak dari teori yang dikemukakan Azra,
dapat dipahami juga bahwa proses Is- lamisasi
di Nusantara lebih bercorak transfor- matif,
yaitu memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam
adat dan kebiasaan yang ada. Berkaitan dengan
hal ini, M. Dawam Rahardjo menge- mukakan:
”...Kesadaran akan hak milik mulai melemah
ketika Islam masuk ke pedalaman pedesaan dan
menyebar di kalangan masyarakat petani yang
hidup dalam sistem feodal, di mana tanah dan
sumber daya alam lainnya adalah milik raja.
Kesadaran itu menjadi semakin mele- mah
dengan masuknya sistem Tanam Paksa, di mana
pemerintah kolonial menguasai sumber daya
alam melalui penguasaan sumber daya

27 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah


dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII,
(Bandung: Mizan, 1998), hal., 30-33

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

manusianya, yakni tenaga kerja petani. Dalam


of justice.32 Kepastian hukum
sistem ekonomi dan sistem politik ini Islam
mengalami penyesuaian. Dengan penyesuaian mengantarkan pada aktifitas ekonomi yang
itu, kemurnian Islam memang berkurang, te- teratur dan ter- tata, sedangkan kepastian
tapi Islam berkembang menjadi agama rakyat moral dan keadilan mewujudkan
(folks-religion). Inilah yang menimbulkan apa pembangunan ekonomi yang dapat
yang oleh Gellner disebut sebagai ”Low
mewujudkan masyarakat yang se- jahtera,
Islam” atau Islam Rendah yang lebih
emosional, mis- tik dan kolektif”28 adil dan makmur. Dengan kata lain, belum
terwujudnya pemerataan kesejahteraan dan
Gerakan pemurnian, barulah terjadi
kemakmuran dalam pembangunan meru-
seki- tar akhir abad ke-18 dan awal abad ke-
pakan indikasi bahwa sistem hukum yang
19 karena adanya pengaruh pemikiran
menopangnya belum tegas dalam penegakan
Muham- mad bin Abdul Wahab (wahabi) dan
rule of moral atau rule of justice, sekalipun
gerakan modernisasi Muhammad Abduh dan
mengedepankan rule of law.
Rasyid Ridha.29 Pada tahap ini, proses
Sebelum pengaruh politik hukum Hin-
islamisasi lebih bercorak konflik dan
dia-Belanda terhadap perkembangan perkem-
koeksistensi, meminjam istilah Abdul
bangan gadai, terlebih dahulu dipaparkan
Munir Mulkhan. 30
Sedangkan pada saat
bagaimana strategi atau politik Beladan men-
yang sama, proses kolonialisasi ten- gah
jinakkan Islam. Pada awalnya, Belanda tidak
berlansung. Kolonialisasi dapat dikatakan
mengenal banyak Islam sebagai agama dan
sebagai awal “kapitalisme barat” masuk ke
pengaruhnya terhadap kehidupan
Indonesia. Di sisi lain, politik pemerintah ko-
masyarakat. Mereka beranggapan bahwa
lonial menjadi penghambat proses
melalui agenda kristenisasi, pengaruh Islam
Islamisasi, di samping juga semangat Islam
31
dengan sendi- rinya bisa dilenyapkan dan
juga mem- pengaruhi semangat perjuangan
dengan itu, masyarakat bisa dengan mudah
kemerde- kaan. Pada titik ini, perkembangan
dikendalikan. Keengganan mencampuri
praktik gadai menjadi semakin kompleks
masalah Islam, se- sungguhnya tercermin
karena telah berkelindan dengan proses
dalam undang-undang Hindia Belanda,
kapitalisasi uang. Pembahasan lebih lanjut
khususnya pada ayat 119 RR
dipaparkan pada sub bab berikut ini.
32 Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pemban-
Gadai pada Masa Kolonial gunan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2014), hal.,
30-31. Kata “rule of law” dapat dipakai dalam
Pembangunan ekonomi haruslah ditopang arti formil (in the formal sense) dan dalam arti
oleh sistem hukum yang tidak sekedar men- materiil (ideological sense). Dalam arti formil
gandalkan rule of law, tetapi juga lebih me- ini maka the rule of law adalah “orgenised pub-
naruh perhatian pada rule of moral atau rule lic power” atau kekuasaan umum yang
terorgani- sir, sedangkan dalam arti materil, the
rule of law adalah berbicara tentang just law
28 M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi (hukum yang mengandung keadilan). Adapun
Sosial-Ekonomi, (Jakarta: LSAF, 1999), hal. 55 rule of moral adalah penegakkan hukum yang
29 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di tidak hanya memperhatikan kepastian hukum,
Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1995) melainkan berlandaskan pada nilai-nilai moral.
30 Abdul Munir Mulkhan, Neo-Sufisme dan Pu- Lebih lan- jut baca: Sunarjati, Hartono.
darnya…, hal., 37 Apakah The Rule of Law Itu? (Bandung:
31 Lihat: Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Be- Alumni, 1976); Jimly As- shiddiqie, Teori Hans
landa, (Jakarta: LP3ES, 1985) Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Sekretariat
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI, 2006), hal. 13.

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

yang menyatakan bahwa “setiap warga nega- tik untuk membendung berbagai bentuk kebi-
ra bebas menganut pendapat agamanya, tidak jakan pemerintah Hindia-Belanda yang tidak
kehilangan perlindungan masyarakat dan memihak kepada rakyat, sebaliknya semakin
ang- gotanya atas pelanggaran peraturan menjebak rakyat pada jurang kemiskinan dan
umum hu- kum agama.” Atas dasar ini, pada kebodohan.
tahun 1865 pemerintah Belanda tidak sudi Sejarah mencatat bagaimana aturan hu-
memberikan bantuan bagi pembangunan kum Hindia Belanda telah berdampak pada
masjid, kecuali jika ada alasan istimewa.33 krisis keadilan dalam pembangunan di
Di samping itu, ada anggapan bahwa Indone- sia. Pada 20 Maret 1602, pemerintah
ajaran Islam mirip dengan tradisi kekristenan Belanda mendirikan kongsi dagang
yang mengenal institusi kependetaan. Vereeniging Oast Indiche Compagnie
Asumsi ini melahirkan kebijakan (VOC). Tujuan pokoknya adalah
pengawasan penuh terhadap para ulama. menghindari persaingan antar peda- gang
Kebijakan demikian dibantah oleh Christian Belanda, menyayingi pedagang-peda- gang
Snouck Hurgronje se- bagai penasehat untuk lain, memperkuat posisi untuk memon- opoli
urusan Hindia-Belan- da, khususnya dalam perdagangan rempah-rempah, sehingga bisa
membendung pergera- kan Islam. Hurgronje membantu Belanda di bidang keuangan.
dalam hal ini membuat tiga klasifikasi, yaitu Serikat ini boleh dikatakan sebagai tonggak
Islam sebagai ajaran iba- dah, Islam sebagai awal jatuhnya nusantara secara ekonomi dan
kekuatan sosial, dan Islam sebagai inspirasi politik ke tangan imperialism kolonialisme.35
pergerakan politik. Terhadap dua yang Efek dari monopoli ini, jelas Wertheim, ada-
pertama, pemerintah memberikan ruang lah petani sama sekali tidak bisa bergantung
kebebasan, dan pada kasus tertentu, seperti pada konsumsi rumah tangga, melainkan har-
haji, ikut meregulasi dengan alasan agar us mencari tambahan pendapatan. Untuk itu,
tercipta ketertibaban umum. Akan tetapi mereka harus terlibat dalam situasi pasar
Islam sebagai inspirasi pergerakan politik yang fluktiatif di mana Belanda
harus diwaspadai, sehingga sedapat mungkin memonopolinya.36 Dalam kondisi demikian,
dikendalikan.34 desakan kebutuhan terhadap biaya hidup
Berdasarkan kebijakan politik tersebut, mendorong berbagai bentuk aktifitas
dapat dipahami bagaimana Belanda mem- keuangan pinjam-meminjam, gadai, kredit
persempit ruang gerak dakwah Islam hanya dengan bunga tinggi, dan lain se- bagainya.
pada wilayah ibadah dan sedikit pada per- Pegadaian berdiri pada 20 Agustus 1746
soalan sosial kemasyarakatan. Sekulerisasi di Batavia yang pada awalnya bernaman
seperti ini, tentunya menghambat proses Isla- Bank van Leening, yaitu ketika Gubernur
misasi, namun belakangan menjadi pemantik Jenderal Van Imhoff masih berkuasa,
munculnya organisasi-organisasi Islam, sep- terutama mela- lui lembaga VOC. Kemudian,
erti NU dan Muhammadiyah. Perhatian umat pada masa Ing- gris berkuasa (1811-1816),
terhadap Islam tidak lagi hanya sebatas ritual Bank van Leening
ibadah, melainkan mulai timbul kesadaran
untuk melakukan pergerakan sosial dan poli-
35 Hasyim Wahid, Telikungan Kapitalisme Global
dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia, (Yogya-
33 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda…,
karta: LKiS, 1999), hal., 3
hal.,10
36 W.F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam
34 Ibid., hal.., 11
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
Transisi, terj. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999),
hal., 27

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

dibubarkan dan di bawah kekuasaan Raffles, bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP
dibuat aturan bahwa pegadaian boleh didi- bagi orang-orang Bumiputera.40
rikan oleh perorangan, terutama keturunan
Persoalan yang patut dipertanyakan ada-
Cina, dengan ketentuan mendapatkan liecen-
lah mengapa VOC menerapkan kebijakan
tie stelsel.37 Akan tetapi, lisensi ini disalahgu-
mo- nopoli, padahal sebelumnya membawa
nakan untuk melegalkan praktik rentenir
misi pasar bebas (laissez fair) atau let people
yang tentu memperburuk citra kolonial
do as they choose? Hal ini tidak terlepas dari
Inggris pada waktu itu. Oleh sebab itu,
keingi- nan Belanda menguasai pasar di Asia
Inggris mengganti liecentie stelsel dengan
Teng- gara, khususnya Indonesia, yang
pacth stelsel bahwa pegadaian boleh
sebelumnya dikuasai oleh pedagang Arab.
didirikan oleh masyarakat yang mampu
Sekalipun berto- lak belakang dengan cara
membayar pajak paling tinggi.38 Sedikit
pandang masyarakat Eropa yang liberal,
ditambahkan, Cina selalu mendapat- kan
namun resep monopoli ini cukup ampuh
posisi prestisius dalam rangka memonop- oli
menancapkan dominasi VOC di Indonesia.
pasar. Hal ini tidak terlepas dari hubungan
Bagaimana praktik monopoli dan dampaknya
dagang langsung antara VOC dan Cina sejak
terhadap perkembangan pegada- ian dapat
tahun 1729. Tidak hanya dalam perdagangan
ditelusuri sebagai berikut: Sekitar tahun
teh, tetapi Cina juga bisa ikut memonopoli
1800-an, stelsel monopoli dari kompeni
pasar beras, tembakau, dan lain sebagainya.39
Belanda memicu semakin luasnya perdagan-
Ketika Belanda kembali merebut kekua- gan galap. Kondisi ini mempermudah praktik
saan dari tangan Inggris, pacth stelsel tetap monopoli, sebagaimana dilakukan
berjalan dan praktik lintah darat atau rentenir masyarakat Tionghoa yang menyewakan
terus berlangsung. Untuk itu, Belanda pasar untuk pen- jualan garam, arak dan gula.
menge- luarkan Staatblad Nomor 131 pada Bahkan, perda- gangan beras di Cirebon dan
12 Maret 1901 yang menyatakan bahwa di pantai Timur Laut berada dalam kuasa
usaha gadai dimonopoli oleh pemerintah orang-orang Tiong- hoa.41 Di sisi lain,
dengan didiri- kannya Rumah Gadai pekerjaan-pekerjaan rakyat jelata hanya
Pemerintah (Hindia Belanda) di Sukabumi, diberikan upah berupa garam, kopi atau
Jawa Barat. Pelaksan- aan gadai berdasarkan barang-barang lain.
staatblad tersebut men- egaskan bahwa:
Pada umumnya, hal tersebut disebabkan
Sejak saat itu di bagian Sukabumi kepada pengaruh sistem feudal mewajibkan penyera-
siapa pun tidak akan diperkenankan untuk
han, baik berupa hasil pertanian maupun
dengan memberi gadai atau dalam bentuk jual
beli dengan hak membeli kembali, men- jadi pekerja. Namun, lama-kelamaan,
meminjamkan uang, tidak melebihi 100 pola ini macet karena pemerintah, dalam hal
Golden, dengan hu- kuman, tergantung kepada ini bu- pati, baru mendapatkan pembayaran
kebangsaan para pe- langgar yang diancam defen- itif pada akhir tahun, sedangkan
dalam pasal 337 KHUP
rakyat tentu tidak mau bekerja tanpa diberi
37 Pieter Creutzberg dan J.T.M van Laanen, persekot. Ke- mudian, muncullah pejabat-
Sejarah
pejabat yang dis-
Statistik Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1987), hal., 353 39 Yong Liu, The Dutch East India Company’s Tea Trade
38 Fiki Puspitasari, Seluk-Beluk Pegadaian, (Yog- with China 1757-1781, (Leiden: Brill, 2007), hal., 2-3
yakarta: KTSP, 2011), hal., 7

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan
40 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga
Keuangan,
(Jakarta: LFEUI, 2001), hal., 501
41 Burger, Sedjarah Ekonomis Sosiologis
Indonesia, Djilid Pertama, terj. Prajudi
Atmosudirdjo, (Dja- karta: Penerbit
Negara Pradnjaparamita, 1962), hal., 110

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

ebut “Kuasa Usaha” (Gecommitteerde) yang Sejarah Statistik …, hal., 349


memberikan kredit kepada bupati-bupati. Da-
lam proses selanjutnya, kredit ini tidak hanya
diberikan sebagai persekot aktifitas
pertanian, tetapi juga untuk kepentingan
prabadi, seh- ingga semakin besar dan lama-
kalamaan tidak mampu dibayar. Orang Cina
turut mengambil peran dalam pemberian
kredit dalam bentuk sewa-gadai. Akan tetapi,
jumlah kredit untuk rakyat lebih kecil,
dibandingkan untuk para pejabat
pemerintah. Hal ini disebabkan kar- ena
42

tingginya suku bunga kredit dan juga dis-


ebabkan oleh: 1) mendesaknya keperluan, 2)
kecenderungan terlalu menyepelekan kebu-
tuhan masa depan dan hal-hal terkait dengan
masa depan tersebut, dan 3) dalam penger-
tian umum masyarakat kurang memahami
masalah-masalah moneter.43
Dari ketiga aspek tersebut, agaknya ting-
ginya suku bunga menjadi penyebab utama
rakyat kecil mendapatkan fasilitas gadai atau
pun kredit lainnya. Terkait hal ini, patut dite-
lusuri mengapa praktik gadai pada saat itu,
yang pada umumnya didominasi oleh Cina,
menerapkan suku bunga yang tinggi.
Meskip- un di daerah pedalaman suku bunga
terbilang rendah karena nilai resiko yang
rendah, bia- ya operasional yang kecil kerena
tidak perlu mengawasi atau menyeleksi calon
nasabah. Akan tetapi, pada kenyataannya
banyak ter- jadi penyimpangan yang
dilakukan penyedia jasa gadai. Hal ini terjadi
karena penaksiran yang keliru, kegiatan
spekulasi, dan doron- gan mengambil
keuntungan yang berlebihan. Berdasarkan
hasil penelitiannya pada tahun 1850-an
terhadap sistem pandhuizen, De Waal
berkesimpulan bahwa tingginya suku bunga
tersebut disebabkan karena merupa- kan
peluang besar bagi pawnbroker meraup

42 Ibid., hal., 112


43 Pieter Creutzberg dan J.T.M van Laanen,
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
keuntungan. Penetapan suku bunga sering- kali
melebih batas yang ditetapkan pemerin- tah
Hindia Belanda. Kegagalan melakukan
liberalisasi pegadaian yang berujung praktik
monopoli oleh kelompok Cina, menjadi ala- san
lain mengapa pemerintah Hindia Belanda
memonopoli lembaga pegadaian.44 Praktik
monopoli ini, berbeda dengan pola pegadaian di
beberapa negara lain, sebagaimana tampak pada
tabel berikut ini:45

Tabel 1. Tipe Pegadaian di Beberapa Negara

Country Type Lisensed Owner


China Private and Cooperative
Hong Kong Private
Indonesia Government Monopoly
Japan Private
Malaysia Private
Philippines Private
Singapore Private
Taiwan Private and Some Government
Thailand Government and Private
Sumber: Michal T. Skully, Lending Collateral
Problems and the Pawnbroker Solution: The
Development of the Pawnshop Industry in East
Asia. 1992

Alasan logis lain mengapa VOC melaku-


kan monopoli terhadap aktifitas ekonomi dan
keuangan, khususnya dalam pemberian kredit
dan gadai adalah agar menjaga wibawa Be-
landa di mata rakyat. Dapat dibayangkan, jika
praktik gadai dengan suku bunga tinggi atau
krediti melalu rentenir dibiarkan berkembang
luas, maka akan timbul kesan bahwa Belanda
membiarkan rakyat pribumi menderita dan
dieksploitasi. Akan tetapi, setelah VOC bubar,
Belanda merumuskan kebijakan baru, yaitu
44 Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks, an Eco-
nomic History of Indonesia 1800-2012, (New York:
Routledge, 2012), hal., 66-68
45 Michal T. Skully, Lending Collateral Problems and
the Pawnbroker Solution: TheDevelopment of the
Pawnshop Industry in East Asia.1992, un-
published. Available at:<URL: http://library.wur.
nl/way/catalogue/documents/FLR21.pdf>

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

politik hukum pembagian penduduk menjadi dapat ditegakkan. Pada tahun 1816 seluruh
Bumiputra, Timur Asing, dan Eropa, yang wilayah Jawa dan Madura telah memiliki pe-
menjadi alat bagi penjajah Belanda menerap- gadaian, kecuali Kasultanan Yogyakarta dan
kan Agrariche Wetgeving tahun 1870 di Kasultanan Surakarta, di mana sistem penye-
mana cultuurstelsel berjalan dengan baik. waan yang menjadi hak prerogative
Hasilnya, bangsa Eropa (dalam hal ini kelompok bangsawan tetap berlaku.
Belanda) den- gan mudah mendapatkan Monopoli pegada- ian tidak dikembangkan
keuntungan dengan menjadikan Bumiputera ke pulau lain sampai tahun 1921. Yang
sebagai penghasil bahan mentah, sedangkan menarik adalah kredit yang diperoleh dari
orang Timur Asing menjadi broker atau pegadaian belum tentu meru- pakan tumpuan
perantara yang menjual hasil pribumi kepada terakhir dalam perjaungan melawan
bangsa Eropa.46 Cina da- lam hal ini kembali kemiskinan, sebagaimana dilaku- kan di
menjadi bagian penting mengingat selalu Eropa. Rakyat yang memiliki barang
diposisikan sebagai pemain utama dalam sewaktu-waktu dapat mengkonversi barang
aktifitas ekonomi di pasar mau- pun pada menjadi uang, atau sebaliknya uang dapat di-
sektor keuangan. tukar menjadi barang (tebusan). Dengan cara
Perkembangan massif sistem kredit yang demikian, tipe tabungan tradisional dapat di-
dijalankan para Kuasa Usaha dan bangsa hubungkan dengan sistem pinjaman modern,
Cina, mendorong pemerintah Hindia-Belanda yang selanjutnya melicinkan masa transisi
mem- buat Volkskredietwezen (Sistem Kredit dari ekonomi barter ke ekonomi uang.48 Seba-
Pemer- intah) pada tahun 1904 dengan gai tambahan, hal ini juga tidak terlepas dari
mendirikan Volkbanken (bank rakyat). Hal pengaru volksbanken yang memberikan
ini berkaitan erat dengan politik etis yang kredit dengan suku bunga lunak kepada para
disampaikan oleh Ratu Wilhelmina pada petani. Dari dua institusi ini, penyebaran
tahun 1901.47 Pendi- rian volkbanken ini uang mela- lui kredit atau pinjaman cukup
juga berkaitan dengan melemahnya lembaga tinggi, seba- gaimana tampak dalam Tabel 2.
pegadaian dalam men- gatasi praktik pinjam- Data dalam Tabel 2 tidak banyak
meminjam yang mer- ugikan rakyat kecil.
mengandung indikasi jumlah rata-rata,
Pada tahun yang sama, tepatnya pada tanggal
karena sumber data tidak mengungkap
1 April 1901, Belanda mendirikan Pegadaian
lamanya pinjaman. Akan tetapi, pertumbuhan
Negeri pertama.
kredit melalui berbagai institusi sangat
Di bawah arahan De Wolff van Wester-
rode, pengawasan aktifitas gadai dilakukan signifikan sekitar tahun 1920 s.d 1930.
langsung oleh pemerintah. Pada mulanya, Penurunan terjadi mulai tahun 1933 sebagai
dilakukan upaya khusus untuk menumpas se- akibat depresi ekonomi yang membuat panik
gala macam praktik pinjam-meminjam yang dunia internasional. Sebagaimana diketahui,
tidak diinginkan. Yaitu, suku bunga tinggi, depresi ekonomi pada saat itu disebut-sebut
le- lang yang diatur, barang gadaian yang sebagai yang terbesar, sehingga
tidak dirawat, dan lain sebagainya. Dengan mengakibatkan tingginya angka
cara ini, akhirnya mosi percaya dari pengangguran di Eropa (termasuk Belanda)
masyarakat dan Amerika. Di samping itu, juga menjadi
46 Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pemban- latar lahirnya pemikiran
gunan Ekonomi..., hal., 24-26
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
47 Pieter Creutzberg dan J.T.M van Laanen, Sejarah
Statistik …, hal., 349-351 48 Ibid…, hal., 354

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Tabel 2. Pemberian Kredit Melalu Sistem Kredit Pemerintah (Termasuk Pegadaian Pemerintah)
di Hindia Belanda, 1910-1940. Jumlah yang dipinjamkan dalam Jutaan Gulden Hindia Belanda

Tahun Volksbanken Bank Desa Lumbung Desa Pegadaian Jumlah


1905 0,82 - - 2,96 -
1910 7,38 - - 23,49 -
1915 21,68 7,67 - 75,90 -
1920 39,46 8,78 31,41 136,52 216,07
1923 43,24 21,71 17,95 150,52 233,42
1925 52,38 33,77 19,60 166,25 272,00
1928 68,30 45,99 19,49 181,46 315,24
1930 72,44 44,39 20,20 194,14 331,17
1933 17,45 17,45 8,32 78,12 121,38
1935 17,40 14,79 8,25 67,52 107,96
1938 26,66 20,71 9,17 85,31 141,79
1940 28,80 23,43 9,16 88,19 149,58
Sumber :Pieter Creutzberg dan J.T.M van Laanen, Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia, hal.352

ekonomi John Maynard Keynes.49 Kondisi berbagai tarif, dan lain sebagainya. Sedikit
ini membuat lembaga-lembaga keuangan gambaran pengaruh kebijakan Belanda pada
kesulitan memenuhi permintaan kredit, jika masa malaise terhadap upah penduduk
hanya mengandalkan simpanan masyarakat adalah sebagaimana tampak pada tabel
yang juga menurun. Sekalipun ada tambahan berikut ini:51
dana dari luar, namun jumlahnya semakin
lama, terus menurun. Tabel 3. Upah Buruh Pada Masa Depresi (dalam
Gulden)
Selama depresi ekonomi, Belanda dan
Hindia Belanda masih mempertahankan stan- Sebelum
Pembayaran Tahun 1935
dar emas dan tidak mendevaluasi guldennya.50 Krisis
Upah mandor per bulan 18 7,50
Akibat politik moneter ini sangat luas dan se- Kuli di kebun (per hari) 40-45 sen 10-14 sen
makin menyeret perekonomian masyarakat Kuli harian di pabrik 25-35 sen 10 sen
In- donesia ke dalam penderitaan selama (per hari)
Sumber:Sumitro Djojohadikusumo, Kredit
beberap atahun. Konsekuensinya adalah
Rakyat di Masa Depresi, Jakarta: LP3ES,
bahwa pada umumnya, harga-harga
1989
komoditas menjadi turun, terrmasuk produksi
kolonial, sedang- kan biaya produksi Tingkat upah yang rendah, meningkat-
termasuk upah, turunnya melambat sekali. nya harga kebutuhan pokok, sedangkan biaya
Untuk mengatasi hal ini, Belanda melakukan produksi semakin tinggi, maka wajar terjadi
politik deflasi, sehingga berdampak pada penurunan pada sektor keuangan. Lambatnya
penurunan gaji dan upah, mengadakan perputaran uang tidak terlepas dari situasi
pajak-pajak baru, menurunkan moneter yang memperlemah kondisi
ekonomi karena politik deflasi yang
49 Dudley Dillard, The Economics of John digunakan Hindia- Belanda. Sekalipun ada
Maynard Keynes, (Tokyo: Kinokuniya sedikit peningkatan pada 1938-1940,
Bookstore, 1948) khususnya pada lembaga gadai, barangkali
50 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho disebabkan desakan un- tuk memenuhi
Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V: Za-
kebutuhan pokok sehari-hari atau konsumtif.
Sebaliknya, kecil kemungki-
man Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Be-
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
landa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hal., 252- 51 Sumitro Djojohadikusumo, Kredit Rakyat di
253 Masa Depresi, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal., 34

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

nan hal itu dimanfaatkan untuk kepentingan

produktif. 52 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuan- gan…


Tahap selanjutnya, melalui staatblad hal., 502-504

1930 No. 266 Rumah Gadai mendapat status


Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara,
dalam arti UU Perusahaan Hindia Belanda
(Lembaga Hindi Belanda 1927 No. 419).
Selama kekua- saan Jepang, tidak banyak
perubahan yang ter- jadi, baik dari sisi
kebijakan maupun struktur organisasi
Jawatan Pegadaian atau dalam ba- hasa
Jepang disebut Sitji Eigeikyuku. Kala itu,
pimpinan jawatan dipegang oleh Ohno San
yang berkebangsaan Jepang dengan
wakilnya,
M. Saubari, seorang warga pribumi. Kantor
Jawatan Pegadaian kemudian sempat berpin-
dah keluar Jakarta, yakni ke Karang Anyar,
Kebumen, Jawa Tengah. Perpindahan
tersebut dilakukan pada masa awal
pemerintahan Re- publik Indonesia karena
situasi perang yang kian memanas. Setelah
itu, pada era Agresi Militer Belanda kedua,
Kantor Jawatan Pega- daian kembali
mengalami perpindahan, yakni ke Magelang,
Jawa Tengah.52
Aktifitas gadai selama pergolakan ke-
merdekaan tidak ada peningkatan, bahkan
dapat dikatakan tidak berkembang. Hal ini
dapat dipahami mengingat konsentrasi pada
perang; Jepang disibukkan dengan konfron-
tasi sekutu dan kondisi negaranya yang
dibom oleh Amerika. Sedangkan, Indonesia
berjuang memproklamirkan kemerdekaan
dan mem- pertahankannya setelah terjadi
Agresi Militer Belanda yang hendak kembali
menjajah dan menguasai Indonesia. Kondisi
seperti ini, ber- pengaruh terhadap
perkembangan pegadaian pada awal
kemerdekaan, yang secara umum mengikuti
strategi dan pola kebijakan pem- bangunan
pada awal Indonesia merdeka.

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan
Gadai setelah Kemerdekaan sebagai upaya untuk
Pada dasarnya, sistem perekonomian 53 Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia,
pada pe- riode 1945-1952 masih (Jakarta: LP3ES, 1988), hal., 7-8
merupakan ekonomi dualistik; antara 54 M. Dawam Rahardjo, Pembangunan Pascamod-
Indonesia dan warisan kolo- nial ernis Esai-esai Ekonomi Politik, (Yogyakarta:
Insist Press, 2012), hal., 22
namun didominasi oleh ekonomi 55 Ibid.
penja- jah, yaitu ekonomi yang
bertumpu pada sektor perkebunan yang
berpusat di Jawa dan Su- matera.53
Kabinet pertama setelah pengakuan
kemerdekaan dipimpin oleh Perdana
Menteri (Moh. Hatta) lebih banyak
mengkonsentrasi- kan programnya
untuk mengubah ekonomi Belanda
menjadi ekonomi Indonesia. Karak- ter
ekonomi pada periode ini dapat juga
dise- but sebagai ekonomi perang yang
menyerupai ekonomi depresi.54 Oleh
sebab itu, agenda na- sionalisasi
menjadi langkah utama mengubah
corak “liberalisasi” yang merupakan
warisan pemerintah Hindia-Belanda.
Tujuannya agar Indonesia memiliki
kedaulatan secara ekono- mi, sehingga
bisa menata aspek lain dengan baik ke
depannya.
Sebagaimana dijelaskan oleh
Dahlan Siamat, setelah Indonesia
merdeka, status pe- gadaian diubaha
menjadi Perusahaan Negara Pegadaian,
berdasarkan UU No. 19 Prp. 1960 jo.
PP RI No. 178 1961 tanggal 3 Mei
1961 tentang pendirian PN Pegadaian.
Status badan hukum pegadaian ini,
kembali diubah menja- di Perusahaan
Jawatan (Perjan) melalui PP RI No. 7
tahun 1969 tanggal 11 Maret 1969 jo.
UU No. 9 tahun 1969 tanggal 1
Agustus 1969 yang menjelaskan
bentuk-bentuk badan usaha negara
dalam Perjan, Perusahaan Umum (Pe-
rum), dan Perusahaan Perseroan
(Perseroan).55 Perubahan bentuk badan
hukum pega- daian dapat dipahami
Vol. 17, No. 2, Desember Al-
Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Figure 1. Sejarah Pegadaian

Sumber: http://www.pegadaian.co.id/info-dari-masa-ke-masa.php

meningkatkan produktifitas dan efisiensinya. peraturan perundang-undangan yang ber-


Hal ini disebabkan oleh latar historis bahwa laku;
keberadaan pegadaian dimaksudkan untuk: b. Menghindarkan masyarakat dari gadai
1) mencegah ijon, rentenir, dan pinjaman gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak
tidak wajar lainnya; 2) meningkatkan wajar lainnya.57
kesejahteraan rakyat kecil; 3) mendukung Semakin kuatnya status hukum lembaga
program pemer- intah di bidang ekonomi dan pegadaian dan dengan semakinberkembang-
pembangunan nasional.56 Oleh sebab itu, nya lembaga keuangan syari’ah, maka Perum
badan hukum pega- daian kembali dipekuat Pegadaian membuka unit usaha syari’ah
dengan diubah men- jadi Perusahaan Umum beru- pa Pegadaian Syari’ah. Pada awalnya,
(Perum) berdasarkan PP No. 10 tahun 1990 model gadai syari’ah ini dilaksanakan
tanggal 10 April 1990 yang kemudian diubah melalui ker- jasama antara Bank Muamalat
dengan PP No. 103 ta- hun 2000 tentang Indonesia den- gan Perum Pegadaian,
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Pada sehingga melahirkan Unit Layanan Gadai
pasal 6 dan 7 PP No. 103 tahun 2000 tersebut Syari’ah pada Mei 2002. Sebelumnya, jasa
disebutkan bahwa “sifat usaha dari layanan gadai syari’ah juga dibukan oleh
perusahaan adalah menyediakan Bank Syari’ah Mandiri den- gan produk
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk Gadai Emas BSM pada tanggal 1
keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan November 2001. Adapun landasan hukum
perusahan. (Pasal 6)” Adapun maksud dan tu- operasional gadai syari’ah ini mengacu pada
juannya adalah (Pasal 7): Fatwa DSN No. 25 tahun 2002 tentang rahn,
a. Turut meningkatkan kesejahteraan dan Fatwa DSN No. 26 tahun 2002 tentang
masyarakat terutama golongan menengah gadai emas.58
ke bawah melalui penyediaan dana atas Pada 13 Desember 2011 Pemerintah
dasar hukum gadai, dan jasa di bidang mengeluarkan PP nomor 51 tahun 2011 yang
keuangan lainnya berdasarkan ketentuan
57 Pasal 6 dan 7 PP No. 103 tahun 2000 tentang
Perusahaan Umum Pegadaian
56 http://www.pegadaian.co.id/info-dari-masa-ke-
58 Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syari’ah, (Jakarta:
masa.php, diakses: 5 Juli 2014
Sinar Grafika, 2008), hal., 16-17
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan

Diagram 1. Neraca Tahun 2008-2012

menandakan perubahan status badan hu- masih tetap berada dalam atap PT.
kum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero Pegadaian. Itu artinya bahwa layanan gadai
(Persero).59 Berdasarkan Akta Pendirian syari’ah han- ya menjadi bagian dari produk
Pe- rusahaan Perseroan (Persero) PT yang disedia- kan PT. Pegadaian dalam
Pegadaian atau disingkat PT Pegadaian rangka menjawab kebutuhan masyarakat
(Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yang terhadap sistem keuan- gan syari’ah,
dibuat di hada- pan Notaris Nanda Fauziwan, khususnya di lembaga pegada- ian. Posisi ini
SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta, dan berpengaruh terhadap statistik perkembangan
kemudian disah- kan berdasarkan Keputusan gadai syari’ah yang disalurkan PT.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Pegadaian.
Republik Indonesia Nomor AHU- Dari laporan Otoritas Jasa Keuangan,
17525.AH.01.01 tahun 2012 pada tahun 2012, PT. Pegadaian (Persero)
tanggal 4 April 2012 tentang Pengesahan Ba- mencatat peningkatan asset sebesar 29%
dan Hukum Perseroan, telah disahkan Badan pada periode 2008-2012, namun laba yang
Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT diperoleh sedikit menurun, yaitu 2,1% bila
Pegadaian (Persero). Terjadi perubahan Ang- dibandingkan raihan tahun-tahun sebelum-
garan Dasar dengan Akta No. 05 tanggal 15 nya, rata-rata pertumbuhan laba bersih adalah
agustus 2012, yang dibuat dihadapan Notaris 24,5% per tahun. Adapun proporsi jenis
Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang usaha Pegadaian didominasi oleh pegadaian
berkedudu- kan di Jakarta Selatan dan kon- vensional 86,7%.61 Sedangkan,
diterima pemberita- huannya oleh Menteri Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2013,
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik pertumbuhan aset PT Pegadaian (Persero)
Indonesia berdasarkan Su- rat AHU- sebesar 14,2% pada tahun 2013 lebih tinggi
AH.01.10-32516 tahun 2012 tanggal 06 dibandingkan tahun 2012 sebesar 11,8%
September 2012.60 (Grafik 2). Ekuitas mengalami pertumbuhan
Sekalipun telah ditetapkan sebagai Pe- yang cukup tinggi sebesar 92,8%. Kenaikan
rusahaan Perseroan, layanan gadai syari’ah ekuitas yang cukup

59 PT. Pegadaian, “Penggerak Masa Depan Bang- daian, 2013), hal., 54-57
sa,” Laporan Tahunan 2013, (Jakarta: PT. Pega- 60 Ibid.

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di
61 Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia, Statistik 2012 dan Direktori
2013Lembaga Jasa Keuangan Lainnya,
(Jakarta: OJK, 2013), hal., 14

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan

Diagram 2. Neraca Tahun 2011-2013

Diagram 3. Laba PT. Pegadaian (Persero)

tinggi tersebut disebabkan adanya revaluasi pada tahun yang sama. Tren pendapatan
aset sebesar 72%. Sebaliknya, liabilitas men- terse- but juga diikuti oleh trend beban usaha
galami penurunan sebesar 3,5%.62 yang tumbuh sebesar 34,3%.63
Laba bersih PT Pegadaian (Persero) ta- Total pembiayaan yang disalurkan, baik
hun 2012 mencapai Rp1,4 triliun, turun 2,1% melalui usaha gadai maupun usaha lain,
dibandingkan tahun sebelumnya. Ratarata cend- erung mengalami peningkatan dalam
pertumbuhan laba bersih, yaitu 24,5% per lima tahun terakhir. Penyaluran pembiayaan
tahun. Pertumbuhan laba tersebut mengikuti tert- inggi terjadi pada tahun 2012 dimana
pertumbuhan pendapatan usaha yang tum- Pega- daian telah menyalurkan total
buh rata-rata 20,5% per tahun. PT Pegadaian pembiayaan sebesar Rp26,51 triliun.
(Persero) mencatat pendapatan usaha sebesar Pertumbuhan pembi- ayaan tertinggi terjadi
Rp5,8 triliun selama tahun 2012. Tren penda- pada tahun 2009, naik lebih dari 49% secara
patan tersebut juga diikuti oleh tren beban total. Di tahun 2012, total pembiayaan
usa- hayang tumbuh sebesar 20,2% per meningkat tipis sekitar 11% dibanding tahun
tahun. Se- dangkan, laba bersih PT 2011, sedangkan usaha lain turun lebih dari
Pegadaian (Persero) tahun 2013 mencapai 40%. Adapun, pembiayaan yang disalurkan
Rp1,9 triliun, naik 32% dibandingkan tahun PT Pegadaian, baik mela- lui usaha gadai
sebelumnya (Grafik 3). Pertumbuhan laba konvensional maupun usaha lain, mengalami
tersebut mengikuti pertum- buhan penurunan dalam tahun 2013 (Grafik 4).
pendapatan usaha yang tumbuh 34,8% Sebaliknya, untuk usaha gadai syariah
mengalami kenaikan. Secara keselu- ruhan,
62 Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia, penyaluran pembiayaan selama tahun
Statistik 2013 dan Direktori 2014 Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya, (Jakarta: OJK, 2013), hal.
Vol. 17, No. 2, Desember Al-
Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di
10-11 63 Ibid.

Al- Vol. 17, No. 2, Desember


Iskandar dan

Diagram 4. Tren Pembiayaan Tahun 2011-2013

2013 sebesar Rp26,5 triliun, atau turun kum, yaitu: hukum Eropa, hukum adat dan
0,16% dibanding tahun 2012. Usaha gadai hu- kum Islam. Dinamika antar ketiganya
konven- sional memiliki porsi terbesar berko- relasi positif terhadap praktik gadai
dibandingkan dua jenis usaha lainnya, yaitu dan gadai syariah di Indonesia yang sering
sebesar 86,1% dari total pembiayaan.64 dimanfaatkan sebagai instrument keuangan
Berdasarkan data statistik perkemban- alternatif.
gan, sebagaimana telah dipaparkan, terlihat
jelas bahwa terjadi peningkatan usaha gadai
Daftar Pustaka
syari’ah yang disediakan PT. Pegadaian.
Tan- pa mengenyampingkan faktor lainnya, Books:
hal ini menunjukkan bahwa perangkat
hukum terh- adap lembaga tersebut, A.A.Navis, Alam Terkembang Menjadi Guru
berpengaruh terhadap laju pertumbuhannya. Adat Dan Kebudayaan Minangkabau,
Pada titik ini, pema- haman terhadap aspek Jakarta: Grafitifers, 1984
hukum gadai tersebut menjadi penting, Abdul Azis Dahlan, et.al., Ensiklopedi
sehingga masyarakat dapat menikmati jasa Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van
layanan gadai secara maksi- mal, dan Hoeve, 1996
tentunya memenuhi ketentuan hu- kum yang Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pem-
berlaku. Pembahasan berikutnya, terfokus bangunan Ekonomi, Jakarta: Kencana,
pada aspek hukum gadai konven- sional. 2014
Abdul Munir Mulkhan, Neo-Sufisme dan Pu-
darnya Fundamentalisme di Pedesaan,
Kesimpulan
(Yogyakarta: UII Press, 2000
Pada mulanya, aktifitas gadai berkaitan erat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur
dengan aktifitas keagamaan yang berkaitan Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
dengan pemenuhan kebutan ekonomi. Ia XVII dan XVIII, Bandung: Mizan, 1998
terus berkembang dan kondisi dan struktur Burger, Sedjarah Ekonomis Sosiologis Indo-
sosial masyarakat mempengaruhi hukum nesia, Djilid Pertama, terj. Prajudi At-
yang men- gatur pelaksanaan gadai. Di mosudirdjo, Djakarta: Penerbit Negara
Indonesia, hukum gadai syariah dipengaruhi Pradnjaparamita, 1962
oleh tiga corak hu- Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuan-
64 Ibid. gan, Jakarta: LFEUI, 2001

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indo- New York: Palgrave, 2001
nesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1995
Dudley Dillard, The Economics of John May-
nard Keynes, (Tokyo: Kinokuniya
Book- store, 1948
Fiki Puspitasari, Seluk-Beluk Pegadaian, Yo-
gyakarta: KTSP, 2011
Franz von Benda-Beckmann, Properti dan
Kesinambungan Sosial, terj. Jakarta:
Grasindo, 2000
Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat
Su- matera, Yogyakarta: Ombak, 2007
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Perada-
ban Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, Jakarta: Logos, 2001
Hasyim Wahid, Telikungan Kapitalisme
Glob- al dalam Sejarah Kebangsaan
Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 1999
Hazairin, Demokrasi Pancasila, Jakarta: Tin-
tamas, 1970
Ifan Noor Adham, Perbandingan Hukum Ga-
dai di Indonesia, Jakarta: Tatanusa,
2009
J.S. Furnivall, Hindia Belanda: Studi tentang
Ekonomi Majemuk, terj. Jakarta: Free-
dom Institute, 2009
Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks, an
Economic History of Indonesia 1800-
2012, New York: Routledge, 2012
JimlyAsshiddiqie,Teori Hans Kelsen
Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat
Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI, 2006
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda,
Jakarta: LP3ES, 1985
M. Dawam Rahardjo, Islam dan
Transformasi Sosial-Ekonomi, Jakarta:
LSAF, 1999
M. Dawam Rahardjo, Pembangunan Pas-
camodernis Esai-esai Ekonomi Politik,
Yogyakarta: Insist Press, 2012
M.C. Ricklefs, a History of Modern
Indonesia Since c. 1200, third edition,
Al- Vol. 17, No. 2, Desember
Iskandar dan
Lien-Sheng Yang, Money and Credit in Chi- na:
a Short History, Cambridge: Harvard
University Press, 1952
Sunarjati Hartono, “Pembinaan Hukum Na-
sional pada Pembangunan Jangka Pan- jang
Tahap II dalam Konteks Hukum Is- lam,”
Mimbar Hukum, No. 8, Tahun IV, 1993
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indone- sia
II: Zaman Kuno, Jakarta: Balai Pus- taka,
2008
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugro- ho
Notosusanto, Sejarah Nasional Indo- nesia
V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa
Hindia Belanda, Jakarta: Balai Pustaka,
2008
Mubyarto, Sistem dan Moral Ekonomi Indo-
nesia, Jakarta: LP3ES, 1988
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia,
Statistik 2012 dan Direktori 2013Lem-
baga Jasa Keuangan Lainnya, Jakarta:
OJK, 2013
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia,
Statistik 2013 dan Direktori 2014 Lem-
baga Jasa Keuangan Lainnya, Jakarta:
OJK, 2013
Pieter Creutzberg dan J.T.M van Laanen, Se-
jarah Statistik Ekonomi Indonesia, Jakar-
ta: Yayasan Obor Indonesia, 1987
PT. Pegadaian, “Penggerak Masa Depan
Bangsa,” Laporan Tahunan 2013, Jakar- ta:
PT. Pegadaian, 2013
Sumitro Djojohadikusumo, Kredit Rakyat di
Masa Depresi, Jakarta: LP3ES, 1989 Sunarjati,
Hartono. Apakah The Rule of Law
Itu?Bandung: Alumni, 1976
T.S. Whelan, The Pawnshop in China. Ann
Arbor: Centre for Chinese Studies, Uni-
versity of Michigan, 1979
W.F. Wertheim, Masyarakat Indonesia dalam
Transisi, terj. Yogyakarta: Tiara Wacana,

Vol. 17, No. 2, Desember Al-


Sejarah Sosial Perkembangan Hukum Gadai dan Rahn (Gadai Syariah) di

1999 Malaysia.
Yong Liu, The Dutch East India Company’s
Tea Trade with China 1757-1781, (Le-
Thesis
iden: Brill, 2007
Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syari’ah, (Ja- Azila Abdul Razak, Economic and Relegious
karta: Sinar Grafika, 2008), hal., 16-17 Significance of the Islamic and Conven-
tional Pawnbroking in Malaysia: Behav-
ioural and Perception Analysis, Durham
Journals:
Theses: Durham University. Available at
Lien-Sheng Yang, “Budhis Monasteries and Durham E-Theses Online: http://etheses.
Four Money Raising Institution in Chi- dur.ac.uk/1377/http://www.pegadaian.
nese History, Harvard Journal of Asiatic co.id/info-dari-masa-ke-masa.php, di-
Studies, 13 (1/2), 1950 akses: 5 Juli 2014
Y. Yong, “Economy and Social Function of Michal T. Skully,Lending Collateral
Latter-Day Pawnbroking Southern of Problems and the Pawnbroker Solution:
Changjiang River”. Journal of Jiangxi TheDe- velopment of the Pawnshop
University of Finance and Economics, Industry in East Asia.1992, unpublished.
1(55) 2008 Available at:<URL:
M.T. Skully, Islamic Pawnbroking: The Ma- \http://library.wur.nl/way/cata-
laysian Experience. Paper presented at logue/documents/FLR21.pdf>
the 3rd International Islamic Banking Trakarn Thakranontachai, Orient’s Oldest Fi-
and Finance Conference 2005, orga- nancial Institutions: The Pawn Shop, di-
nized by the Monash University Malay- download dari
sia, RHB Bank and ALDWICH WIPRO http://www.library.au.edu/ ABAC-
on 17th November, 2005, Kuala Lumpur, Journal/v2-n2-1.pdf, diakses 20
April 2015

Al- Vol. 17, No. 2, Desember

Anda mungkin juga menyukai