DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas nikmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah denga judul “Sejarah Perkembangan Hukum Adat
di Indonesia”. Tidak lupa, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjugan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi tutunan bagi kita dalam menjalani
kehidupan dunia hingga akhirat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan di sana-sini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapakan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menjadi kontribusi kecil kami dalam membahas dan mengenang sejarah perkembangan
hukum adat di Indonesia.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Sejarah Perkembangan Hukum Adat di Indonesia........................................................................2
B. Bukti-Bukti Adanya Hukum Adat di Indonesia............................................................................8
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Hukum Adat di Indonesia...........................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................12
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum adat, jika kita mendengar kata itu yang terlintas di fikiran kita mungkin adalah
corak kedaerahan yang begitu kental didalamnya. Karena sifatnya yang tidak tertulis,
majemuk antara lingkungan masyarakat satu dengan lainnya, maka sangat perlu dikaji
bagaimana perkembangan hukum adat di Indonesia. Pemahaman ini akan diketahui apakah
hukum adat masih hidup, apakah sudah berubah, dan ke arah mana perubahan itu.
Hukum adat di Indonesia adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada
perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang serta meliputi peraturan-peraturan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar tidak tertulis,
senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai akibat hukum (sanksi).
Tetapi tidak semua adat adalah hukum. Menurut Ter Haar untuk melihat apakah
sesuatu adat istiadat itu sudah merupakan hukum adat, maka kita wajib melihat sikap
penguasa masyarakat hukum yang bersangkutan terhadap si pelanggar peraturan adat istiadat
yang bersangkutan. Hukum adat adalah sesuatu hukum yang hidup karena ia menjelmakan
perasaan hukum rakyat yang nyata
Peraturan hukum adat yang terus berkembang inilah membuat hukum adat selalu
mengalami perubahan. Tiap peraturan hukum adat adalah timbul, oleh karena itu sifat hukum
adat yang tidak statis atau dengan kata lain fleksibel, maka didalam peraturan hukum adat
perlu disepakati sesuatu penetapan agar menjadi hukum positif. Dan tidak terlepas pula dari
sejarah perkembangan hukum adat di Indonesia yang merupakan bagian awal terbentuknya
hukum adat yang ada di Indonesia ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Hukum Adat di Indonesia
Agama Hindu hanya mempunyai pengaruh di pulau Jawa, Sumatera dan Bali, sedangkan
di daerah lain mendapat pengaruh dari zaman “Malaio polynesia”, yaitu : Suatu zaman
dimana nenek moyang kita masih memegang adat istiadat asli yang dipengaruhi oleh alam
yang serba kesaktian. Pada zaman Hindu tumbuh beberapa kerajaan yang dipengaruhi oleh
hukum agama Hindu serta hukum agama Budha yang dibawa oleh para pedagang (khususnya
dari Cina).1 Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain
a. Sriwijaya – Raja Syailendra (abad 7 s/d 9). Pusat pemerintahan : hukum agama
Budha, Pedalaman : hukum adat Malaio Polynesia;
Setelah runtuhnya kerajaan Mataram, Jawa dipimpin oleh “Airlangga” yang membagi
wilayah kerajaan atas :
Kerajaan Jonggala
Kerajaan Kediri (Panjalu)
Secara zaman ini di mana kerajaan-kerajaan yang ada dipengaruhi oleh agama Hindu
dan sebagian kecil agama Budha. Hal ini terlihat adanya pembagian-pembagian kasta
dalam bidang pemerintahan dan peradilan. Zaman ini berakhir dengan wafatnya
Mahapatih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk dengan raja terakhir Kertabumi
(1478). Sejak saat itu kekuasaan di Jawa diambil alih oleh Kerajaan Demak. Sebab-
sebab runtuhnya kerajaan Majapahit :
Sejarah hukum adat pada zaman Islam terjadi pada masa kerajaan2:
a. Aceh (Kerajaan Pasai dan Perlak) Pengaruh hukum Islam cukup kuat terhadap hukum
adat, terlihat dari setiap tempat pemukiman dipimpin oleh seorang cendekiawan
agama yang bertindak sebagai imam dan bergelar “Teuku/Tengku”.
b. Minangkabau dan Batak Hukum adat pada dasarnya besar tetap bertahan dalam
kehidupan sehari-hari, sedang hukum Islam berperan dalam kehidupan keagamaan,
dalam hal ini terlihat dalam bidang perkawinan. Pepatah adat : Hukum adat bersendi
alur dan patut, hukum agama/syara bersendi kitab Allah. Di Batak yang terdiri dari
berbagai suku :
Toba
Karo
Dairi
Simalungun
Angkola
2
Henry Arianto S.H., M.H., Nin Yasmine Lisasih S.H., M.H., Sejarah Hukum Adat.hal 2.
3
Masing-masing suku tetap pada hukum adat, karena menghormati Sisingamangaraja,
tetapi berkat Ompu Nommensen, agam Kristen juga ikut berpengaruh (jalan damai).
Secara umum, agama Islam dan Kristen di Batak hanya dalam hal kerohanian saja,
tetapi tetap dalam struktur kemasyarakatan hukum adat tetap dipakai. Kedudukan
pejabat agama hanya sebagai penyerta saja dalam pemerintahan desa, mengurus dan
menyelenggarakan acara agama, misalnya : perkawinan, perceraian dan sebagainya.
Perkembangan terhadap hukum adatnya yakni pada masa “Ratu Senuhun Seding”,
hukum adat dibukukan dalam bahasa Arab Melayu – UU Simbur Cahaya. Di
dalamnya memuat istilah-istilah yang berasal dari hukum Islam, seperti : Khatib Bilal.
Berdasarkan Tambo Minang : Datuk Perpatih Nan Sabatang dari Minangkabau pernah
mengusahakan tambang emas di daerha Rejang Lebong (Bengkulu). Masuknya para
mubaligh yang berasal dari Minangkabau membawa pula pengaruh terhadap hukum
adat dengan gari matrilineal – daerah Semendo. (jadi menempatkan kedudukan wanita
sebagai penguasa harta kekayaan dari kerabatnya). Di daerah Semendo dengan
dianutnya garis keturunan matrilineal, telah membawa pengaruh terhadap sistem
kewarisan yang dipakai, yaitu : Sitem kewaisan mayorat (Mayorat Erprecht), dimana
anak wanita tertua sebagai “tunggu tubang” atas harta kerabat yang tidak terbagi.
Sedangkan anak lelaki tertua disebut “payung jurai” yang bertugas harta pengurusan
harta tersebut. Di samping itu juga berlaku adat “kawin Semendo”, dimana suami
setelah kawin menetap di pihak istri.
d. Lampung. Masuknya Islam disini pada masa “Ratu Pugung” dimana puterinya yang
bernama “Sinar Alam” melangsungkan perkawinan dengan “Syarif Hidayat
Fatahillah/sunan Gunung Jati”, setelah jatuhnya Sunda Kelapa ke tangan Islam.
Susunan kekerabatan yang dianut adalah garis keturunan laki-laki (patrilineal). Di
mana laki-laki tertua (disebut “pun” – yang dihargai) – Kewarisan Mayorat. Ia berhak
dan berkewajiban melanjutkan orang tua.
e. Jawa ,dijawa itu sendiri masuknya Islam telah terbagi ke daerah Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat,yakni antaranya:
4
Jawa Barat – kerajaan Pajajaran didirikan “Ratu purana” Pelabuhan laut : -
Banten - Kalapa (Sunda Kelapa) Tahun 1552 Fatahillah memimpin Armada
Demak dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa – Jayakarta.
f. Bali Pengaruh Islam sangat kecil, masyarakat masih tetap mempertahankan adat
istiadat dari agama Hindu. Menurut I Gusti Ketut Sutha, SH bahwa hubungan antara
adat/hukum adat dengan agama (khususnya agama Hindu) di Bali merupakan
pengecualian. Hal ini diperkuat oleh penegasan Pemda Bali yang menyatakan :
Bahwa pengertian adat di Bali dengan desa dan krama adatnya adalah berbeda dengan
pengertian adat secara umum. Artinya : pelaksanaan agama dengan segala aspeknya
terwujud dalam Panca Yodnya yang merupakan wadah konkrit dan tatwa (Filsafah)
dan susila (etika) agama, karena seluruh kehidupan masyarakat Bali terjali erat
berdasarkan atas keagamaan. Contoh : dalam hal pembagian warisan erat
hubungannya dengan pengabenan atau upacara pembakaran mayat yang hakekatnya
adalah pengaruh agama Hindu, juga ada bagian tertentu dari jumlah warisan yang
diperuntukkan untuk tujuan keagamaan.
h. Sulawesi .Dimulai berdirinya kerajaan “Goa” oleh Datuk Ri Bandang. Pengaruh Islam
hanya sebagai pengisi rohani, tidak merubah/mendesak adat masyarakat3.
Hukum adat (adatrecht) dipergunakan untuk pertama kalinya secara ilmiyah pada
tahun 1893 untuk menamakan hukum yang berlaku bagi golongan pribumi (warga negara
Indonesia asli) yang tidak berasal dari perundang-undangna Pemerintah Hindia Belanda.
Penanaman kekuasaan asing secara teratur dan sistematis, dimulai dengan didirikannya
kongsi Dagang Hindia Timur atau Verenigde Oost Indische Compangnie (VOC) pada tahun
1602 oleh kongi-kongsi dagang Belanda atas anjuran John van Oldenbarneveld, agar mampu
menghadapi persaingan dengan kongsi dagang lainnya. Tanggal 20 Maret 1602 VOC
mendapat hak oktroi yang antara lain meliputi pemberian kekuasaan untuk membuat benteng
pertahanan, mengadakan perjanjian dengan raja-raja di Indonesia, mengangkat pegawai
penuntut keadilan dan sebagainya4.
Oleh karena itu VOC ini mempunyai dua fungsi, pertama sebagai pedagang dan
kedua sebagai lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang untuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Pada aman VOC hukum yang berlaku di pusat pemerintahan dengan di
luar itu tidak sama :
3
Henry Arianto S.H., M.H., Nin Yasmine Lisasih S.H., M.H., Sejarah Hukum Adat.hal 4.
4
Henry Arianto S.H., M.H., Nin Yasmine Lisasih S.H., M.H., Sejarah Hukum Adat. hal 5.
5
Di Batavia (Jakarta) sebagai pusat pemerintahan, untuk semua orang dari
golongan bangsa apapun berlakulah “Hukum Kompeni”, yaitu hukum
Belanda. Jadi bagi mereka semuanya berlaku satu macam hukum (unifikasi)
baik dalam lapangan hukum tatanegara, perdata maupun pidana.
Di luar dareah Pusat Pemerintahan, dibiarkan berlaku hukum aslinya, yaitu
hukum adat. Demikian pula pada pengadilan-pengadilan golongan asli tetap
dipergunakan hukum adat.
Usaha penerbitan itu menghasilkan 4 kodifikasi dan pencatatan hukum bagi orang
Indonesia asli, yaitu :
c. Masa Antara Tahun 1816 – 1848 Tahun 1816 – 1848 merupakan masa penting
dalam hukum adat, karena merupakan pulihnya kembali pemerintah Kolonial
Belanda di Indonesia, yang merupakan permulaan politik hukum dari
Pemerintah Belanda yang dengan kesadarannya ditujukan kepada bangsa
Indonesia. Dalam reglement tahun 1819 ditentukan bahwa hukum adat pidana
akan dinyatakan berlaku bagi golongan Bumiputera. Mengenai hukum materiil
yang diterapkan oleh Pengadilanpengadilan berlaku asas : hukum dari pihak
tergugat. Ini berarti bahwa jika dalam sengketa antara orang Bumiputera
dengan orang Eropa yang menjadi tergugatnya adalah orang Bumiputera,
maka yang akan mengadili adalah Landraad yang akan memperlakukan
hukum adat.
d. Masa Antara Tahun 1848 – 1928 Tahun 1848 dapat dianggap sebagai masa
permulaan dari politik Pemerintah Belanda terhadap hukum adat.
Peraturan adat istiadat kita ini, pada hakikatnya sudah terdapat pada zaman kuno,
zaman pra-Hindu. Adat istiadat yang hidup dalam masyarakat Pra Hindu tersebut menurut
para ahli hukum adat adalah merupakan adat-adat Melayu Polinesia. Kemudian datang kultur
Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen yang masing-masing mempengaruhi kultur asli
tersebut yang sejak lama menguasai tata kehidupan masyarakat Indonesia sebagai suatu
hukum adat, sehingga hukum adat yang kini hidup pada rakyat itu adalah hasil akulturasi
antara peraturan-peraturan adat-istiadat zaman pra-Hindu dengan peraturan-peraturan hidup
yang dibawa oleh kultur Hindu, kultur Islam dan kultur Kristen5.
Hukum adat menjadi masalah politik hukum pada saat pemerintah Hindia Belanda
akan memberlakukan hukum eropa atau huku yang berlaku di Belanda menjadi hukum positif
di Hindia Belanda (Indonesia) melalui asas konkordansi. Mengenai hukum adat timbulah
masalah bagi pemerintah colonial, sampai dimana hukum ini dapat digunakan bagi tujuan-
tujuan Belanda serta kepentingan-kepentingan ekonominy, kepentingan atau kehendak
bangsa Indonesia tidak masuk perhitungan pemerintah colonial. Apabila diikuti secara
kronologis usaha-usaha baik pemerintah Belanda di negerinya sendiri maupun pemerintah
colonial yang ada di Indonesia ini, maka secara ringkasnys undang-undang yang bertujuan
menetapkan nasib ataupun kedudukan hukum adat seterusnya didalam system perundang-
undangan di Indonesia, adalah sebagai berikut 6:
5
Dr.H.Erwin Owan hermansyah Soetoto,S.H,M.H,Zulkifli Ismail,S.H.M.H,Melanie Pita Lestari S.S,M.H,Buku Ajar
Hukum Adat,(Malang: Madza Media,2021),hal 13.
6
Dr.H.Erwin Owan hermansyah Soetoto,S.H,M.H,Zulkifli Ismail,S.H.M.H,Melanie Pita Lestari S.S,M.H,Buku Ajar
Hukum Adat,hal 18.
7
1. Mr. Wichers, Presiden Mahkamah Agung, ditugaskan untuk menyelidiki
apakah hukum adat privat itu tidak dapat diganti dengan hukum kodifikasi Barat.
Rencana kodifikasi Wichers gagal
2. Sekitar tahun 1870, Van der Putte, Menteri Jajahan Belanda, mengusulkan
penggunaan hukum tanah Eropa bagi penduduk desa di Indonesia untuk kepentingan
agraris pengusaha Belanda. Usaha inipun gagal.
3. Pada tahun 1900, Cremer, Menteri Jajahan, menghendaki diadakan kodifikasi local
untuk sebagian hukum adat dengan mendahulukan daerah-daerah yang penduduknya
telah memeluk agama Kristen. Usaha ini belum terlaksana.
4. Kabinet Kuyper pada tahun 1904 mengusulkan suatu rencana undangundang untuk
menggantikan hukum adat dengan hukum Eropa. Pemerintah Belanda menghendaki
supaya seluruh penduduk asli tunduk pada unifikasi hukum secara Barat. Usaha ini
gagal
6. Pada tahun 1923 Mr. Cowan, Direktur Departemen Justitie di Jakarta membuat
rencana baru KUH Perdata dalam tahun 1920, yang diumumkan Pemerintah Belanda
sebagai rencana unifikasi dalam tahun 1923. Usaha ini gagal karena kritikan Van
Vollenhoven.
Hukum Adat di Indonesia dImulai dari zaman Hindia Belanda pada waktu dulu
hingga sekarang ini. Hukum Adat itu tidak hanya terwujud dalam dilahirkannya suatu Ilmu
Hukum Adat , tetapi juga terjelma dalam dijalankannya suatu Politik Hukum Adat, yaitu
kebijaksanaan, sikap terhadap dan terutama adalah perundang-undangan (wetgeving) yang
berhubungan dengan Hukum Adat tersebut.
Bukti-bukti bahwa dulu sebelum bangsa Asing masuk ke Indonesia sudah ada hukum
adat adalah sebagai berikut:
a. Tahun 1000, pada zaman Hindu, Raja Dharmawangsa dari Jawa Timur dengan
kitabnya yang disebut Civacasana.
b. Tahun 1331-1364, Gajah Mada – Patih Majapahit, membuat kitab yang disebut Kitab
Gajah Mada.
c. Tahun 1413-1430, Kanaka Patih Majapahit, membuat kitab Adigama
d. Tahun 1350, di Bali ditemukan kitab hukum Kutaramanava. 7
7
Dr.H.Erwin Owan hermansyah Soetoto,S.H,M.H,Zulkifli Ismail,S.H.M.H,Melanie Pita Lestari S.S,M.H,Buku Ajar
Hukum Adat,hal 14.
8
Di samping kitab-kitab hukum kuno tersebut yang mengatur kehidupan di lingkungan
istana, ada juga kitab-kitab yang mengatur kehidupan masyarakat, yaitu:
Sebelum kedatangan Belanda, belum ada penelitian mengenai hukum adat, dan
semasa VOC karena ada kepentingan atas negara jajahannya, maka Heren 17 (pejabat di
Negeri Belanda yang mengurus negara-negara jajahan Belanda) mengeluarkan perintah
kepada Jenderal yang memimpin daerah jajahannya masing-masing untuk menerapkan
hukum Belanda di negara jajahan (Indonesia) tepatnya pada tanggal 1 Maret 1621 yang baru
dilaksanakan pada tahun 1625 yaitu pada pemerintahan De Carventer yang sebelumnya
mengadakan penelitian dulu dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan bahwa di Indonesia
masih ada hukum adat yang hidup. Oleh karena itu, Carventer memberikan tambahan bahwa
hukum itu disesuaikan sehingga perlu 4 kodifikasi hukum adat yaitu:8
a. Tahun 1750, untuk keperluan Lanrad (pengadilan) di Serang dengan kitab hukum
“Mogharrar” yang mengatur khusus pidana adat (menurut Van Vollenhoven
kitab tersebut berasal dari hukum adat).
b. Tahun 1759, Van Clost Wijk mengeluarkan kitab yaitu “Compedium”
(pegangan/ikhtisar) yang terkenal dengan Compedium van Clost Wijk mengenai
Undang-undang Bumi Putera di lingkungan keraton Bone dan Goa.
c. Compedium Freizer mengenai Peraturan Hukum Islam mengenai nikah, talak dan
warisan.
d. Hasselaer, beliau berhasil mengumpulkan buku-buku hukum untuk para hakim di
Cirebon yang terkenal dengan Papakem Cirebon.
8
Dr.H.Erwin Owan hermansyah Soetoto,S.H,M.H,Zulkifli Ismail,S.H.M.H,Melanie Pita Lestari S.S,M.H,Buku Ajar
Hukum Adat,hal 15.
9
Robert Padtbrugge (1679), ia seorang gubernur Ternate yang mengeluarkan
peraturan mengenai adat istiadat Minahasa;
Francois Valentijn (1666-1727) yang menerbitkan suatu ensiklopedia mengenai
kesulitan-kesulitan hukum bagi masyarakat.
Animisme yaitu percaya bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini bernyawa.
Animisme ada dua macam yaitu :
Fetisisme : Yaitu memuja jiwa-jiwa yang ada pada alam semesta, yang mempunyai
kemampuan jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia, seperti halilintar, taufan,
matahari, samudra, tanah, pohon besar, gua dan lain-lain.
Spiritisme : Yaitu memuja roh-roh leluhur dan roh-roh lainnya yang baik dan yang
jahat
2) Faktor Agama
Masuknya agama-agama di Indonesia cukup banyak memberikan pengaruh terhadap
perkembangan hukum adat misalnya 10:
a. Agama Hindu
9
Bewa Ragawino,S.H.,M.SI.Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Di Indonesia(Sumedang: Unpad,2020) hal 27.
10
Bewa Ragawino,S.H.,M.SI.Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Di Indonesia. hal 28.
10
Pada abad ke 8 masuknya orang India ke Indonesia dengan membawa
agamanya, pengaruhnya dapat dilihat di Bali. Hukum-hukum Hindu berpengaruh
pada bidang pemerintahan Raja dan pembagian kasta-kasta.
b. Agama Islam
Pada abad ke 14 dan awal abad 15 oleh pedagang-pedagang dari Malaka, Iran.
Pengarush Agama Islam terlihat dalam hukum perkawinan yaitu dalam cara
melangsungkan dan memutuskan perkawinan dan juga dalam bidang wakaf. Pengaruh
hukum perkawinan Islam didalam hukum adat di beberapa daerah di Indonesia tidak
sama kuatnya misalnya daerah Jawa dan 29 Madura, Aceh pengaruh Agama Islam
sangat kuat, namun beberapa daerah tertentu walaupun sudah diadakan menurut
hukum perkawinan Islam, tetapi tetap dilakukan upacara-upacara perkawinan menurut
hukum adat, missal di Lampung, Tapanuli.
c. Agama Kristen
Agama Kristen dibawa oleh pedagang-pedagang Barat. Aturan-aturan hukum
Kristen di Indonesia cukup memberikan pengaruh pada hukum keluarga, hukum
perkawinan. Agama Kristen juga telah memberikan pengaruh besar dalam bidang
social khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan, dengan didirikannya
beberapa lembaga Pendidikan dan rumah-rumah sakit.
11
Bewa Ragawino,S.H.,M.SI.Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Di Indonesia hal 29
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ada banyak bukti yang menunjukkan adanya praktik hukum adat di Indonesia. Bukti-
bukti tersebut meliputi tradisi lisan, naskah kuno, artefak arkeologi, dan praktik kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia.Tradisi lisan seperti mitos, dongeng, dan cerita rakyat yang
beredar di masyarakat Indonesia selama berabad-abad menjadi bukti awal keberadaan hukum
adat di Indonesia.Selain itu, naskah kuno seperti Babad Tanah Jawi, Nagarakretagama, dan
Carita Parahyangan juga menjadi bukti keberadaan hukum adat di Indonesia. Artefak
arkeologi seperti prasasti dan bangunan-bangunan kuno juga menunjukkan adanya praktik
hukum adat di Indonesia. Contohnya adalah prasasti Sangguran yang ditemukan di Desa
Sangguran, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, yang menggambarkan tentang adat istiadat dan
kepercayaan masyarakat pada masa itu.Praktik kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia,
seperti penggunaan bahasa daerah, upacara adat, dan sistem adat dalam menyelesaikan
masalah juga menjadi bukti keberadaan hukum adat di Indonesia. Dari berbagai bukti yang
ada, dapat disimpulkan bahwa hukum adat di Indonesia telah ada sejak masa lampau dan
terus berkembang hingga saat ini. Meskipun tidak tertulis, praktik hukum adat di Indonesia
memiliki keunikan dan nilai-nilai yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya perlindungan dan pemajuan hukum adat
di Indonesia agar dapat terus hidup dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai dan tuntutan
zaman yang ada.
Soetoto, Erwin Owan Hermansyah, Zulkifli Ismail, dan Melanie Pita Lestari. 2021. Buku
Ajar Hukum Adat.
Malang: Madza media.
Yulia. 2016. Buku Ajar Hukum Adat.
Lhoksemawe: Unimal Press.
Sapto, Sigit. 2016. Pengantar Hukum Adat Indonesia.
Solo: Pustaka Iltizam
.Arianto, Henry dan Nin Yasmine Lisasih. 2020. Sejarah Hukum Adat. Diakses 11 maret
2023dari:https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F61964%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F1%2F3_5639_KUM204_092018_pdf.pdf
Bewa Ragawino,S.H.,M.SI. 2020 Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat Di Indonesia,
Sumedang https://pustaka.unpad.ac.id/archives/13314
13