Anda di halaman 1dari 7

KASUS POSISI BABAK PENYISIHAN KOMPETISI

PERADILAN SEMU PIDANA TINGKAT NASIONAL PIALA


TJOKORDA RAKA DHERANA VII FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA

Pulau Dewata merupakan salah satu tujuan destinasi wisata dunia yang
sangat terkenal dengan wisata budaya dan alamnya. Setiap tahunnya, peningkatan
kunjungan wisatawan yang datang ke Bali cukup tinggi, baik dari wisatawan
domestik maupun mancanegara. Kemajuan di sektor pariwisata tersebut membuat
Bali sebagai salah satu provinsi penyumbang devisa negara terbesar di Indonesia,
bahkan di tahun 2010 devisa yang diterima oleh negara mencapai
Rp850.000.000.000,00 (delapan ratus lima puluh miliar rupiah). Begitu majunya
sektor pariwisata di Bali, membuat masyarakat lokal mengandalkan bidang
pariwisata sebagai salah satu mata pencahariannya. Hal tersebut pun dimanfaatkan
oleh Priska Yustitaloka selaku penerus Moon Stone Group, yaitu perusahaan yang
bergerak di bidang industri pariwisata khususnya bisnis perhotelan dan resort yang
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Nomor 11. Perusahaan ini telah beroperasi
sejak tahun 2002 dan saat ini menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
yang terletak di Jalan Teuku Umar No.1, Dauh Puri Klod, Denpasar Barat.

Pada tahun 2008 Priska Yustitaloka yang merupakan ahli waris dari
Dananda Harjuna menjadi pemegang saham pengendali Moon Stone Grup,
sebagaimana tertera dalam Akta Testamen yang ditandatangani di hadapan notaris
dengan dua orang saksi yang salah satunya merupakan sekretaris pribadi dari
Dananda Harjuna, yakni Ahmadinejad. Dalam akta tersebut dinyatakan bahwa
Priska Yustitaloka harus meneruskan Moon Stone Group serta memanfaatkan
seluruh sumber daya alam yang terdapat di Pulau Batumejinong. Pulau
Batumejinong merupakan pulau pribadi yang terletak di antara Nusa Lembongan
dan Nusa Penida, pulau tersebut dibeli oleh Dananda Harjuna pada tahun 2007 dan
telah memiliki sertifikat hak milik yang dikeluarkan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Sebelum diwariskan kepada
Priska Yustitaloka, sebagian besar tanah dari pulau tersebut digunakan untuk
budidaya teh arab yang sudah terkenal sejak tahun 2005. Namun ketika
kepemilikannya jatuh ke tangan Priska Yustitaloka, pulau seluas 200 hektar itu
dimanfaatkan untuk membangun sebuah resort berbintang 4 seluas 88 hektar yang
11,3% nya digunakan untuk budidaya teh arab. Resort tersebut diresmikan pada
tahun 2010 dengan nama Mejinong Hotels and Resort. Pengelolaan dari Mejinong
Hotels and Resort diberikan kepada adik dari Priska Yustitaloka bernama Duti
Yunita yang akan bertindak selaku General Manager. Setelah resort mulai
beroperasi,

Priska Yustitaloka melakukan pertemuan dengan Ahmadinejad, dalam


pertemuan tersebut Ahmadinejad menyarankan untuk memanfaatkan tanaman teh
arab sebagai minuman khas dari Mejinong Hotels and Resort. Pada akhir tahun
2010 Priska Yustitaloka bersama dengan Duti Yunita melakukan kerja sama dengan
Ali Al Uraidy selaku Direktur Utama D&A Corporation, perusahaan asal Arab
Saudi yang bergerak di bidang pariwisata termasuk melakukan pendidikan tenaga
kepariwisataan yang mahir di bidangnya masing-masing seperti pengolahan teh
arab. Tujuan dari kerja sama tersebut adalah pihak Moon Stone Group ingin
mempekerjakan tenaga ahli dari D&A Corporation sebagai mixologist di Mejinong
Hotels and Resort selama 10 tahun. Racikan minuman yang akan diproduksi, dibuat
dengan memadukan bahan utama minuman tradisional loloh cemcem dengan
perasan daun tanaman teh arab sehingga menjadi sebuah produk minuman khas
baru bernama Loloh Jinong yang mampu memberikan efek menenangkan.
Berdasarkan laporan dari Ariel Mahadewi selaku Sales Manager, setiap tahunnya
kedatangan wisatawan mancanegara semakin meningkat khususnya dari wilayah
Timur Tengah. Selain untuk melihat keindahan alam di Bali, tamu-tamu yang
menginap di Mejinong Hotels and Resort juga sangat menyukai hidangan yang
disajikan, terutama Loloh Jinong sehingga menjadikannya sebagai salah satu daya
tarik wisata di resort tersebut. Melihat potensi wisata Mejinong Hotels and Resort
yang semakin besar, Priska Yustitaloka berinisiatif untuk melakukan kerja sama
dengan agen-agen travel di bidang Cruise Tourism salah satunya adalah Flying
Dutchmen Cruise Line (FDCL), yang merupakan anak perusahaan dari D&A
Corporation.

pada tahun 2017 pemerintah mengeluarkan larangan terhadap penanaman


teh arab di seluruh Indonesia karena mengandung zat Chatinone yang merupakan
Narkotika Golongan I. Setelah terbitnya aturan tersebut, maka lahan tanaman teh
arab di Pulau Batumejinong terpaksa harus dimusnahkan secara keseluruhan. Duti
Yunita melaporkan kepada Moon Stone Group bahwa kondisi tersebut memberikan
dampak yang besar terhadap pendapatan Mejinong Hotels and Resort, hilangnya
teh arab sebagai bahan dasar berpengaruh besar pada cita rasa Loloh Jinong. Pada
Februari tahun 2017, Priska Yustitaloka mengadakan pertemuan dengan Duti
Yunita, Made Suiyobi selaku Direktur Pemasaran Moon Stone Group, dan Albertus
Hutagalung selaku Legal Officer Moon Stone Group untuk membahas
permasalahan pelarangan penanaman teh arab. Dalam pertemuan, Made Suiyobi
mengatakan bahwa sangat disayangkan jika minuman Loloh Jinong berhenti
diproduksi karena merupakan salah satu daya tarik resort, sedangkan Albertus
Hutagalung mengatakan bahwa sangat riskan untuk mempertahankan minuman
Loloh Jinong dikarenakan bahan utamanya telah dilarang oleh pemerintah
Indonesia.

Pada bulan Maret tahun 2017 Priska Yustitaloka dan Duti Yunita
melakukan pertemuan di Arab Saudi dengan Ali Al Uraidy untuk membahas
permasalahan mengenai teh arab. Priska Yustitaloka menyatakan bahwa pihaknya
harus menghentikan kontrak kerja terhadap para mixologist dikarenakan teh arab
sudah dilarang di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Ali Al Uraidy menyatakan
dalam hal pemberhentian kontrak maka pihak Moon Stone Group harus membayar
ganti rugi yang cukup besar kepada D&A Corporation. Selain itu, ia juga
menawarkan pilihan untuk tetap menjalin kerja sama dengan menjanjikan bantuan
dalam penggantian bahan utama teh arab dengan serbuk daun zaitun yaman yang
memiliki cita rasa sama dengan teh arab. Ali Al Uraidy juga mengatakan bahwa ia
akan mengurus proses produksi dan pengiriman daun zaitun yaman hingga sampai
di Indonesia. Pada April 2017, Priska Yustitaloka segera melakukan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) bersama jajaran direksi Moon Stone
Group yaitu Gede Dimas Widhi Kusuma selaku Wakil Direktur Utama, Komang
Anggie Utami selaku Direktur Operasional, Ni Wayan Ari Anggreni selaku
Direktur Keuangan, dan Ida Ayu Kade Diah selaku Direktur Personalia serta Duti
Yunita selaku General Manager Mejinong Hotels and Resort. Dalam RUPSLB,
Priska Yustitaloka menyatakan bahwa bahan utama Loloh Jinong yang sebelumnya
berasal dari teh arab akan diganti dengan bahan dasar yang diperoleh dari Arab
Saudi berupa serbuk daun zaitun yaman yang memiliki cita rasa sama dengan teh
arab. Atas penjelasan yang diberikan, peserta RUPSLB menyepakati usulan yang
diajukan oleh Priska Yustitaloka. Selanjutnya, Priska Yustitaloka dan Ali Al Uraidy
pun menandatangani perjanjian kerja sama mengenai penggunaan serbuk daun
zaitun yaman. Dalam kontrak, dinyatakan bahwa proses pengiriman serbuk daun
zaitun yaman akan dilakukan melalui jalur laut dan selanjutnya didistribusikan ke
Pulau Batumejinong menggunakan Kapal Segara Kencana. Pada tahun 2018
kontrak tersebut mulai dilaksanakan, Kapal Pesiar Dream Angel yang mengangkut
wisatawan sekitar 400 orang mulai berlayar dari Arab Saudi menuju Indonesia.
Perjalanan kapal tersebut berlangsung selama 25 hari dan akan kembali ke
Indonesia setiap 8 bulan sekali. Dalam perjalanan, awak kapal khusus yang ditunjuk
langsung oleh Ali Al Uraidy mulai memproduksi serbuk daun zaitun yaman.
Memasuki hari ke-25, Kapal Pesiar Dream Angel tiba di Pelabuhan Benoa. Ketut
Satrya Wardana selaku petugas di Pelabuhan Benoa, sempat dimintai bantuan oleh
Duti Yunita untuk mengangkut serbuk-serbuk daun zaitun yaman menuju resort.
Pada saat proses pemeriksaan Kapal Pesiar Dream Angel, Ketut Satrya Wardana
mengarahkan para buruh angkat barang untuk mengangkut seluruh box yang
berisikan serbuk daun zaitun yaman ke Kapal Segara Kencana agar dibawa ke
Mejinong Hotels and Resort.

Setelah serbuk daun zaitun yaman masuk ke dapur Mejinong Hotels and
Resort, Tjokorda Dewi selaku Executive Chef segera mengolahnya menjadi larutan
untuk dicampur ke dalam Loloh Jinong. Setelah proses pembuatan selesai, Loloh
Jinong disuguhkan ke para wisatawan oleh mixologist di Bar Mejinong Hotels and
Resort. Setelah launching, ternyata khasiat Loloh Jinong versi terbaru lebih kuat
dibandingkan versi sebelumnya, yang menyebabkan penjualan Loloh Jinong
meningkat drastis. Memasuki tahun 2019 Priska Yustitaloka melakukan investasi
melalui pembelian saham sebesar 16% dari sebuah perusahaan di negara Hongkong
bernama Mojiza Property Holding Ltd. yang bergerak di bidang furniture. Semakin
berkembangnya Mejinong Hotels and Resort memberikan trickle down effect
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, salah satunya bagi masyarakat
Desa Sakti, Nusa Penida. Perbekel Desa Sakti yaitu Gusti Ayu Trisna Claudia
bekerja sama dengan pihak Mejinong Hotels and Resort untuk mempekerjakan
warganya. Menindaklanjuti hal tersebut, Mejinong Hotels and Resort mulai
mempekerjakan warga Desa Sakti untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan kecil seperti
pramusaji, cleaning service, kitchen steward, dan lain-lain. Salah satu warga Desa
Sakti yaitu Ayu Leli Wedandi berkesempatan bekerja di Mejinong Hotels and
Resort sebagai Kitchen Steward. Memasuki tahun 2020, Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) mewabah ke Indonesia sehingga Kementerian
Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengeluarkan larangan
pelayaran melalui Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 13 Tahun 2020
tentang Pembatasan Penumpang di Kapal, Angkutan Logistik, dan Pelayanan
Pelabuhan Selama Masa Darurat Penanggulangan Bencana Corona Virus Disease
2019 (COVID-19). Hal tersebut membuat kapal-kapal asing tidak dapat bersandar
di seluruh pelabuhan Indonesia yang menyebabkan kunjungan wisatawan semakin
menurun, akibatnya stok dapur Mejinong Hotels and Resort yang menumpuk
terancam untuk dibuang. Melihat kondisi tersebut, Ayu Leli Wedandi yang bertugas
sebagai Kitchen Steward berinisiatif membawa pulang sisa minuman Loloh Jinong
untuk diberikan kepada neneknya yaitu Luh Surini yang tengah sakit dan adiknya
yaitu Ayu Lala Wedani. Saat pertama kali Luh Surini mengonsumsi Loloh Jinong,
Luh Surini menjadi lebih tenang sehingga Ayu Leli Wedandi memberikan Loloh
Jinong secara terus-menerus. Begitu pula adiknya Ayu Lala Wedani yang
merasakan efek stimulan dari minuman tersebutsehingga ia berinisiatif untuk
memberikan Loloh Jinong kepada teman-temannya. Akibatnya, teman-teman Ayu
Lala Wedani pun merasa ketagihan dan ingin terus mengonsumsi Loloh Jinong. Di
tengah kondisi tersebut, sejak 2 minggu mengonsumsi Loloh Jinong, penyakit
bawaan Luh Surini justru semakin memburuk hingga akhirnya Luh Surini
meninggal dunia. Dokter Made Dwitya yang memeriksa kondisi Luh Surini
menyarankan untuk melakukan autopsi terhadap mayat Luh Surini, dikarenakan
kematiannya yang mendadak dengan tanda-tanda yang mencurigakan. Berita
tersebut mulai tersebar di kalangan

masyarakat Desa Sakti yang membuat masyarakat menjadi khawatir,


termasuk teman-teman dari Ayu Lala Wedani yang juga mengonsumsi Loloh
Jinong secara terus menerus. Pada akhirnya mereka merasakan efek yang aneh
seperti gelisah, jantung berdebar kencang bahkan kejang-kejang. Hal tersebut
semakin membuat warga Desa Sakti menjadi resah hingga akhirnya kasus ini
menarik perhatian awak media. Aparat yang telah melakukan investigasi sejak
tahun 2020, mencurigai pergerakan dari sebuah Kapal Pesiar berbendera asing di
Pelabuhan Benoa. Berdasarkan laporan dari seorang informan, kapal asing tersebut
akan berlayar menuju Pelabuhan Benoa pada tahun 2022 untuk mengirimkan
barang. Memasuki dini hari, kapal berhasil diberhentikan oleh penyidik dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara menyeluruh. Dari pemeriksaan, ditemukan
banyak bahan mentah yang diduga sebagai prekursor narkotika serta beberapa box
yang berisi serbuk-serbuk dengan label daun zaitun. Setelah melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, ditemukan sebuah fakta bahwa serbuk daun zaitun yaman
yang diproduksi di atas Kapal Pesiar Dream Angel telah dicampurkan dengan
beberapa zat yang salah satunya Alpha-Propilaminopentiofenon yang merupakan
sintetis dari Chatinone namun belum diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Para awak kapal menyatakan bahwa produk tersebut merupakan objek kerja sama
antara Parent Company dengan Moon Stone Group. Atas temuan tersebut, penyidik
melakukan investigasi lebih lanjut dan menemukan fakta baru bahwa produksi zat
yang diduga narkotika ini ada hubungannya dengan minuman khas dari Mejinong
Hotels and Resort dan matinya seorang nenek asal Nusa Penida bernama Luh
Surini. Selanjutnya penyidik yang dibantu oleh PPATK melakukan pemeriksaan
terhadap kekayaan dari Mejinong Hotels and Resort serta perusahaan yang
terafiliasi dengannya, atas hal tersebut ditemukan adanya transaksi mencurigakan
yang dilakukan oleh Moon Stone Group ke rekening sebuah offshore company di
negara Hongkong yang dimiliki oleh Duti Yunita. Atastemuan PPATK, penyidik
bekerja sama dengan NCB-International Criminal Police Organization Indonesia
untuk melakukan koordinasi dengan International Criminal Police Organization
agar segera melakukan pencarian terhadap Duti Yunita yang diketahui tengah
berada di Singapura bersama dengan Priska Yustitaloka.

Anda mungkin juga menyukai