Latar Belakang
Kasus yang akan dibahas tentang perebutan pulau
dengan negara tetangga yaitu Malaysia yang masih
berada satu kawasan dengan Indonesia.
Konflik Sipadan dan Ligitan adalah persengketaan
Indonesia dan Malaysia atas pemilikan terhadap kedua
pulau yang berada di Selat Makassar yaitu pulau Sipadan
(luas: 50.000 meter) dengan koordinat: 4652,86LU
11837 43,52BT dan pulau Ligitan (luas: 18.000 meter)
dengan koordinat: 49LU 11853BT. Sikap Indonesia
semula ingin membawa masalah ini melalui Dewan Tinggi
ASEAN namun akhirnya sepakat untuk menyelesaikan
sengketa ini melalui jalur hukum Mahkamah Internasional.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana diplomasi yang dilakukan IndonesiaMalaysia dalam penyelesaian kasus Sipadan-Ligitan?
2. Apa penyebab indonesia kalah dalam kasus
tersebut?
3. Bagaimanakah sikap yang seharusnya diambil
Indonesia untuk kedepannya dalam mengatasi kasus
yang serupa?
4. Siapakah yang berhak memiliki hak atas kedaulatan
terhadap pulau Sipadan dan Ligitan?
Kronologis kasus
1969 Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan muncul pertama
kali pada perundingan mengenai batas landas kontinen
antara RI dan Malaysia di Kuala Lumpur (9-12
September 1969). Hasil Kesepakatan: kedua pihak agar
menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan
yang menyangkut kedua pulau itu sampai penyelesaian
sengketa.
2002
Keputusan Mahkamah
Internasional
Tiga butir Pokok-pokok Putusan Mahkamah
Internasional dari sengketa pulau sipadan ligitan
,yaitu :
Penyelesaian sengketa
internasional dengan cara hukum
1. Secara Damai
a. Jalur Politik
- Negosiasi
- Jasa Baik (Good Offices)
- Mediasi
- Pencari Fakta (fact finding/Inquiry)
- Konsiliasi (Conciliation)
- Penyelesaian Melalui PBB
- Penyelesaian Melalui Organisasi
Regional
b. Jalur Hukum
- Jalur Arbitrase
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase menurut hukum
Internasional adalah prosedur untuk penyelesaian
sengketa antara negara-negara dengan penghargaan
yang mengikat berdasarkan hukum. Sebagaimana
halnya penyelesaian sengketa secara damai yang lain,
prinsip sukarela juga mendasari penyelesaian sengketa
melalui lembaga ini.
- Pengadilan Internasional
Pengadilan Internasional antara lain Internatinal Court of
Justice (ICJ), Permanent Court of International of Justice
(PCIJ), Internatinal Tribunal for the Law of the Sea,
berbagai Ad Hoc Tribunal, juga Internatinal Criminal
Court (ICC). Namun ICJ sering dianggap sebagai cara
utama penyelesaian sengketa hukum antar negara.
2. Jalur Kekerasan
-Retorsi
- Reprisal
-Blokade Damai (pacific Blocade)
- Embargo
-Perang
Kesimpulan
Penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia
dalam menentukan kedaulatan di Pulau Sipadan dan Ligitan merupakan
suatu cara penyelesaian sengketa secara damai,dimana Indonesia dan
Malaysia memilih Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan
sengketa ini, dasar hukum di dalam penyelesaian sengketa ini adalah
pasal 2 ayat 3 dan pasal 33 Piagam PBB. Sengketa Pulau Sipadan dan
Ligitan disebabkan karena adanya ketidakjelasan garis perbatasan yang
dibuat oleh Belanda dan Inggris yang merupakan negara pendahulu dari
Indonesia dan Malaysia di perairan timur Pulau Borneo, sehingga pada
saat Indonesia dan Malaysia berunding untuk menentukan garis
perbatasan kedua negara di Pulau Borneo, masalah ini muncul karena
kedua pihak saling mengklaimkedaulatan atas Pulau Sipadan dan Ligitan.
Berbagai pertemuan bilateral dilakukan oleh kedua negara dalam upaya
melakukan pemecahan atas sengketa ini namun sengketa ini tidak dapat
diselesaikan, sehingga kedua negara sepakat untuk menyerahkan
penyelesaian sengketa ini kepada Mahkamah Internasional. Berbagai
macam argumentasi dan bukti yuridis dikemukakan kedua pihak dalam
persidangan di Mahkamah Internasional, dan pada akhirnya Mahkamah
Internasional memutuskan bahwa kedaulatan atas Pulau Sipadan dan
Ligitan merupakan milik Malaysia atas dasar prinsip okupasi, dimana
Malaysia dan Inggris sebagai negara pendahulu lebih banyak
melaksanakan efektivitas di Pulau Sipadan dan Ligitan.
Saran
Sebagai negara kepulauan yang berwawasan nusantara, maka
Indonesia harus menjaga keutuhan wilayahnya. Pulau-pulau terluar
biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak
berpenduduk dan jauh dari perhatian Pemerintah.
Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis,
karena berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan.
Pulau-pulau ini seharusnya mendapatkan perhatian dan
pengawasan serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang
dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia, khususnya pulau
yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara negara yang
tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia.
Dari 92 pulau terluar yang dimiliki Indonesia terdapat 12 pulau
yang harus mendapat perhatian khusus, Pulau-pulau tersebut
adalah Pulau Rondo, Berhala, Nipa, Sekatung, Marore, Miangas,
Fani, Fanildo, Dana, Batek, Marampit dan Pulau Bras.
Jangan takut bersikap tegas, kalau memang harus perang, rakyat
Indonesia pasti mendukung demi keutuhan NKRI. Karena NKRI
adalah harga mati.
TERIMA KASIH