Oleh:
Eduard Awang Maha Putra
(D1A018082)
DOSEN PENGAMPU:
Dr.Muh.Risnain,SH.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nyalah dapat menyelesaikan Makalah HI (Hukum Internasional) tentang
Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional ini tepat pada waktunya. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Dr. Muh. Risnain,SH.,MH, selaku
dosen Hukum Internasional.
Dalam penulisan makalah ini saya mengalami banyak hambatan. Namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu sudah
sepantasnya saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung.
Makalah ini mungkin saja masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
makalah yang saya susun ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
2
DAFTAR ISI
COVER:..............................................................................................................1
Kata Pengantar:.................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A.Latar Belakang.................................................................................................4
B.Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................8
A. Pengertian Hukum Internasional....................................................................8
B. Pengertian Hukum Nasional...........................................................................9
C. Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional................................10
1. Aliran Dualisme..................................................................................10
2. Aliran Monisme..................................................................................11
D. Implementasi Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional……13
1. Indonesia............................................................................................13
2. Inggris................................................................................................14
BAB IV PENUTUP........................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Rekomendasi.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan hubungan hukum internasional dengan hukum nasional merupakan
persoalan yang menarik untuk dibahas. Hukum internasional merupakan peraturan yang
mengatur persoalan lintas negara. Hukum internasiaonal pada mulanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antar negara, namun dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum
internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan, pada batas
tertentu, perusahaan multinasional dan individu. Tidak dapat dielakkan bahwa hukum
internasional mempengaruhi hukum nasional. Hal ini dikarenakan tak terlepas dari suatu
negara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat internasional.
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang
terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri
sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum
koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat.
Hukum nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda .
Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi
hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan
warisan. selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan penerusan
dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah
nusantara.
Hukum nasional dan hukum internasional saling berhubungan. Misalnya, dalam
pembentukan suatu hukum internasional pasti dipengaruhi oleh hukum nasional, dan tingkat
kekuatan negara tersebut juga akan mempengaruhi bagaimana arah kebijakan hukum
internasional yang akan dibentuk. Hal ini menunjukan pentingnya hukum nasional masing-
masing negara dalam menentukan arah kebijakan hukum nasional. Dengan begitu hukum
internasional terpengaruh dengan hukum nasional.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hukum internasional ?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum nasional ?
3. Bagaimana hubungan hukum internasional dan hukum nasional?
4. Bagaimana implementasi hubungan hukum internasional dan hukum nasional?
C. Tujuan
1. Tujuan
-Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengertian hukum Internasional dan
hukum nasional.
- Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan hukum intenasional dan
hukum nasional.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Terhadap suatu negara kemudian timbul pertanyaan apakah hukum internasional dan
hukum negara merupakan satu kesatuan hukum atau terpisah satu sama lain? Mana yang
harus diutamakan bila antara keduanya mengandung konflik?
Monisme primat HI berpendapat bahwa apabila terjadi suatu konflik dalam tatanan
sistem hukum antara hukum internasional dan hukum negara maka hukum internasional
6
haruslah lebih diutamakan dan diberlakukan dari pada hukum negara. Sedangkan monisme
primat HN memiliki pandangan yang terbalik yaitu apabila terdapat suatu konflik dalam
tatanan sistem hukum maka hukum negara terlebih dahulu yang harus diutamakan dan
diberlakukan. Hal ini berdasarkan pendapat bahwa hukum internasional berasal dari hukum
negara. Contohnya adalah hukum kebiasaan yang tumbuh dari praktik negara-negara.Karena
hukum internasional berasal atau bersumber dari hukum negara maka hukum negara
kedudukannya lebih tinggi dari hukum internasional.
Teori kedua dikemukakan oleh aliran dualisme yang mengemukakan bahwa hukum
internasional dan hukum negara adalah dua sistem hukum yang sangat berbeda satu dengan
yang lain.
Meski demikian hingga saat ini Indonesia belum pernah secara tegas menyatakan
aliran mana yang digunakan, hanya saja apabila menelaah apa yang telah diamanahkan oleh
konstitusi Indonesia mengatur suatu kaidah hukum internasional dalam undang-undang
nomor 24 Tahun 2000 mengenai perjanjian internasional yang mewajibkan suatu kaidah
hukum internasional apabila ingin menjadi suatu kaidah hukum nasional maka harus melalui
tahap ratifikasi.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Suatu konsep hukum Internasional adalah berlaku apabila telah diterima sebagai suatu
ketentuan yang mengatur oleh masyarakat Internasional itu sendiri. Hal ini dapat berupa
suatu kebiasaan Internasional yang telah lama ada, maupun berdasarkan atas suatu landasan
hukum yang dilakukan oleh dua atau lebih negara sebagai salah satu subjek hukum
internasional yang telah diakui keberadaannya.
Salah satu defenisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh sarjana mengenai hukum
Internasional adalah defenisi yang dibuat oleh Charles Cheny Hyde.:
“Hukum Internasional dapat didefenisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturanperaturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan
oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan
lainnya, serta mencakup:
8
Berdasarkan pada definisi - definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh gambaran umum
tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di dalamnya terkandung
unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar subyek atau pelaku, serta hal-hal
atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya, serta prinsip-prinsip dan kaidah atau
peraturan-peraturan hukumnya.
Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi
satu-satunya subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku
umum di kalangan para sarjana sebelumnya.
Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-
prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, dan
oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan
lainnya.
Hukum nasional Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum
Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa Kontinental, khususnya dari Belanda karena negara Indonesia
merupakan negara bekas jajahan Belanda, pada masa itu Indonesia dikenal dengan sebutan
Hindia Belanda (Nederlands Indie). Hukum Agama juga memiliki konstribusi yang besar
terhadap pembentukan hukum Nasional Indonesia oleh karena mayoritas penduduk Indonesia
adalah beragama Islam, hal ini dapat dilihat pada bidang hukum perkawinan, kekeluargaan
serta warisan.
Pada sisi lain, Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, hal ini dikarenakan masih
kuatnya pengaruh hukum Adat setempat terhadap masyarakat adatnya, yang merupakan
penerusan dari aturan aturan dan budaya-budaya yang sejak dulu telah diakui dan ditaati oleh
masyarakat setempat, hal ini masih banyak berlaku di wilayah Indonesia.
Sistem hukum nasional adalah sistem hukum yang berlaku di seluruh Indonesia yang
meliptuti semua unsur hukum (seperti isi, struktur, budaya, sarana, peraturan perundang-
undangan, dan semua unsur-unsurnya) yang antara satu dengan yang lain saling bergantung
dan yang bersumber dari pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945.
9
C. Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Hukum internasional dengan hukum nasional sebenarnya saling berkaitan satu sama
lainnya, ada yang berpandangan hubungan antara kedua sistem hukum sangat berkaitan dan
ada yang berpandangan bahwa kedua sistem hukum ini berbeda secara keseluruhan.
1. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa hukum nasional dan hukum internasional adalah dua
sistem hukum yang berbeda. Triepel ,salah seorang pemuka aliran ini , mengemukakan dua
perbedaan mendasar dari kedua sistem hukum tersebut, yaitu:
a. subyek hukum nasional adalah individu, sedangkan subyek hukum internasional adalah
negara;
b. sumber dari hukum nasional adalah kehendak negara masing-masing, sedangkan hukum
internasional adalah kehendak bersama negara – negara;
c. prinsip dasar yang melandasi hukum nasional adalah prinsip dasar/norma dasar dari
konstitusi negara, sedangkan hukum internasional dilandasi oleh prinsip “perjanjian adalah
mengikat” (“pacta sunt servanda”).
Aliran dualisme juga didukung oleh kebanyakan para hakim dari pengadilan nasional.
Sumber formal dari hukum internasional mayoritas adalah perjanjian dan kebiasaan
internasional. Sedangkan hukum nasional pada umumnya adalah hukum yang dibuat di
pengadilan (“judge made law”) dan peraturan yang dibuat oleh badan legislatif nasional.
10
Banyak keberatan yang diajukan terhadap teori ini. Dalam kenyataannya, hukum
internasional tidak hanya mengikat negara - negara tetapi juga dapat mengikat individu dan
subyek lain selain negara. Dalil adanya sumber yang berbeda pun tidaklah begitu begitu kuat
karena jelas bahwa berlakunya hukum internasional tidak hanya atas kehendak bersama
masyarakat negara, tetapi lebih jauh dari itu karena adanya kehendak masyarakat negara
untuk menjalin hubungan dan bekerjasama. Sedangkan dalil mengenai prinsip dasar dari
hukum internasional adalah “pacta sunt servanda” tidak dapat dibenarkan, karena itu
hanyalah sebagian kecil dari prinsip-prinsip dasar hukum internasional yang begitu luas
,seperti prinsip-prinsip umum hukum internasional, keputusan para hakim dan prinsip-prinsip
dasar lainnya .
Akibat yang penting dari teori ini adalah bahwa kaidah-kaidah dari perangkat hukum
yang satu tidak mungkin bersumber atau berdasarkan perangkat hukum yang lain, dengan
kata lain tidak akan ada persoalan "hierarki" antara kedua perangkat hukum itu. Dengan
demikian ketentuan hukum internasional memerlukan transformasi menjadi hukum nasional
sebelum dapat berlaku dalam lingkungan hukum nasional. Hal ini tidak dapat diterima secara
memuaskan, karena dalam praktiknya seringkali hukum nasional harus memperhatikan
hukum internasional atau sebaliknya.
Teori transformasi ini juga dijawab oleh teori Pelimpahan Wewenang. Menurut teori
ini terdapat pelimpahan wewenang dari hukum internasional kepada hukum nasional (dalam
hal ini konstitusi negara) untuk menentukan ketentuan-ketentuan hukum internasional mana
yang akan diberlakukan dan prosedur-prosedur apa yang harus ditempuh untuk
memasukkannya ke dalam sistem hukum nasional. Jadi tidak perlu ada suatu tindakan
transformasi khusus atau pembuatan hukum nasional khusus dalam rangka pemberlakuan
hukum internasional.
2. Aliran Monisme
Penganut aliran ini berpendapat bahwa hukum nasional dan hukum internasional
adalah merupakan bagian dari satu kesatuan ilmu hukum . Semua hukum adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari aturan-aturan yang mengikat, apakah itu terhadap negara ,individu
ataupun subjek lain selain negara . Oleh karena itu baik hukum nasional maupun hukum
internasional adalah bagian dari satu ilmu hukum yang mengatur kehidupan manusia.
Akibat dari pandangan ini adalah dimungkinkannya suatu hubungan "hierarki" antara
kedua sistem hukum tersebut. Hal ini menyebabkan timbulnya dua pendapat yang berbeda
11
mengenai manakah sistem hukum yang utama di antara keduanya jika terjadi suatu
pertentangan atau konflik. Faham-faham tersebut adalah :
Faham ini menganggap bahwa hukum nasional lebih utama kedudukannya daripada
hukum nasional dan pada hakekatnya hukum nasional adalah sumber dari hukum
internasional. Alasan yang dikemukakan adalah:
1) . tidak ada satu organisasi dunia yang berada diatas negara-negara dan mengatur
kehidupan negara – negara tersebut.
2) dasar dari hukum internasional terletak pada wewenang konstitusionil negara-negara
(kewenangan negara untuk membuat perjanjian)
Teori ini mempunyai banyak kelemahan, hukum internasional seolah-olah hanya berupa
hukum tertulis, sehingga didasari oleh wewenang konstitusionil negara, pada hukum
internasional juga terdiri dari hukum kebiasaan yang tidak tertulis.
Pada dasarnya faham ini sejalan dengan aliran dualisme yaitu merupakan penyangkalan
dari adanya hukum internasional, mengingat berlaku atau tidaknya hukum internasional
tergantung kepada hukum nasional. Apabila hukum nasional tidak menginginkan keberlakuan
internasional maka hukum tersebut tidak dapat berlaku.
Faham ini beranggapan bahwa hukum nasional itu bersumber pada hukum
internasional yang pada dasarnya mempunyai hirarkis yang lebih tinggi, maka supremasi
hukum harus dibagikan kepada lebih dari seratus negara-negara di dunia dengan sistem yang
masing-masing berbeda.
Hukum internasional pada dasarnya lebih unggul daripada hukum nasional. Hal ini
didasarkan pada dua fakta strategis, yaitu:
Jika hukum internasional tergantung kepada konstitusi negara maka apabila konstitusi
itu diganti maka hukum internasional tersebut tidak dapat berlaku lagi. Sejak
konferensi London tahun 1831 telah diakui bahwa keberadaan hukum internasional
12
tidak tergantung kepada perubahan atau penghapusan konstitusi ataupun revolusi pada
suatu negara. Konferensi tersebut secara tegas menetapkan ketentuan dasar bahwa :
“perjanjian tidak akan kehilangan kekuatannya meskipun ada perubahan
konstitusi dalam negeri”
Telah diakui bahwa suatu negara baru yang memenuhi masyarakat internasional akan
terikat oleh hukum internasional yang berlaku, tanpa ada persetujuan terlebih dahulu.
Apabila persetujuan itu dinyatakan maka hanya merupakan pernyataan dari
kedudukan hukum yang sudah ada. Di samping itu terdapat kewajiban setiap negara
untuk menserasikan hukum nasional nya, termasuk konstitusinya, dengan hukum
internasional.
Faham monisme dengan primat hukum internasional ini memiliki beberapa kelemahan
diantaranya yakni hukum internasional lebih dulu dari hukum nasional (bertentangan dengan
hukum sejarah hukum nasional ada sebelum adanya hukum internasional, hukum nasional
bukan turunan dari hukum Internasional sedangkan realitasnya demikian.
Hukum nasional memang mempunyai kedaulatan penuh, akan tetapi hal ini semata-mata
mencerminkan bahwa suatu negara akan mempunyai kewenangan dengan hukum
internasional sebagai pembatasnya.
Pembahasan kali ini akan dipaparkan wujud nyata adanya hubungan antara Hukum
Internasional dengan Hukum Nasional yang terdapat di negara Indonesia dan negara Inggris.
1.Indonesia
13
Negara Indonesia dalam proses pembuatan Hukum Nasional senantiasa
memperhatikan Hukum Internasional yang sudah ada, baik yang
bersumber pada hukum kebiasaan internasional maupun yang bersumber pada perjanjianinter
nasional. Misalnya,Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mengadopsi ketentuan ZEE dalam Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the
Law of the Sea) pada tahun1982. Konvensi Hukum Laut tersebut mendefinisikan hak dan
tanggung jawabnegara dalam penggunaan lautan di dunia serta menetapkan pedoman
untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan SDA laut.
2.Inggris
14
b. Sesekali kaidah hukum internasional ditetapkan oleh pengadilan tertinggidi Inggris, maka
pengadilan lainnya terikat oleh keputusan pengadilantersebut. Meskipun dikemudian hari ada
kemungkinan munculnya kaidah kebiasaan internasional yang berbeda. Berbeda dengan
berlakunya perjanjian internasional ke dalam Hukum Nasional di Inggris menurut doktrin
inkorporasi adalah:
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari paparan atau penjelasan diatas mengenai hubungan hukum internasional dan hukum
nasional, dapat diambil kesimpulan bahwa :
2. Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-
prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, dan
oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan
lainnya.
3. Paham dualisme yang menyatakan bahwa hukum internasional dengan hukum nasional
merupakan dua sistem hukum yang berbeda secara keseluruhannya. Hakekat hukum
internasional berbeda dengan hukum nasional. Hukum Internasional dan Hukum Nasional
merupakan dua sistem hukum yang benar-benar terpisah,tidak saling mempunyai hubungan
superioritas atau subordinasi.
4. Paham monisme berpendapat hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan
satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari
hukum nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum
nasional kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum nasional
tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional.
16
5. Implementasi hubungan hukum internasional dan hukum internasional yakni Negara
Indonesia dalam proses pembuatan Hukum Nasional senantiasa memperhatikan Hukum
Internasional yang sudah ada,baik yang bersumber pada hukum kebiasaan internasional
maupun yang bersumber pada perjanjian internasional sedangkan di Inggris hukum
internasional merupakan bagian dari hukum negara Inggris. Jadi, dapat dikatakan bahwa
Hukum Internasional secara otomatis berlaku sebagai Hukum Nasional.
B. REKOMENDASI
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Ariadno Kamil Melda. 2008. Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum
Nasional. Jurnal Hukum Internasional. 5(3) :508-512.
18
19