Anda di halaman 1dari 13

I.

ANALISA YURIDIS
Majelis Hakim yang terhormat
Tim penasihat Hukum yang terhormat
Bahwa setalah kami menguraikan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan baik berupa keterangan saksi, keterangan ahli, Surat,
Petunjuk, keterangan Terdakwa dan barang bukti kemudian setelah kami
menganalisa fakta-fakta hukum tersebut, maka secara yuridis perbuatan
Terdakwa telah nampak dengan jelas menyalahgunakan kewenangan
yang ada pada dirinya, selanjutnya sekarang kami akan melangkah pada
uraian berikutnya yaitu memberikan analisa hukum dengan memasukkan
fakta hukum dalam unsur-unsur (bestamedeal) dari pasal- pasal tindak
pidana yang didakwakan kepada terdakwa.
Bahwa oleh karena Surat dakwaan merupakan dasar pemeriksaan
dipersidangan, maka kami Penuntut Umum menyampaikan atau
mengingatkam kembali bahwa dalam surat dakwaan Nomor Reg.
Perkara : PDM-.................
Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam persidangan, maka
sampailah pada pembuktian mengenai unsur-unsur tindak pidana yang
didakwakan yaitu :

KESATU :
PRIMAIR
Pasal 114 ayat (2) Jo pasal 130 Undang-undang Republik Indonesia
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
SUBSIDAIR :
Pasal 113 ayat (2) Jo pasal 130 Undang-undang Republik Indonesia
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, ATAU
KEDUA :
Pasal 129 butir (b) Undang-undang Republik Indonesia No 35 tahun
2009 Tentang Narkotika.
Oleh karna dakwaan kami dalam bentuk Kombinasi Alternative
Subsidair Tunggal maka kami akan membuktikan dakwaan Kesatu primair
terlebih dahulu, bahwa dakwaan Kesatu primair yaitu :
Pasal 114 ayat (2) Jo pasal 130 Undang-undang Republik Indonesia
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dengan unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Setiap Orang
2. Tanpa Hak atau Melawan Hukum
3. Menjual Narkotika Golongan I Bukan Tanaman Beratnya 5
(Lima) Gram
Bahwa adapun uraian terkait dengan pembuktian unsur-unsur diatas
adalah sebagai berikut:
1. Unsur “setiap orang”

- Bahwa setiap orang adalah siapa saja subjek hukum yang mampu
melakukan perbuatan hukum dan kepadanya dapat
dipertanggungjawabkan terhadap apa yang diperbuatnya.
- Bahwa setiap orang sebagaimana telah dijelaskan dalam
pembahasan terhadap Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007, setiap orang merupakan subjek atau pelaku tindak
pidana yang mencakup orang perseorangan dan korporasi
- Bahwa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa
pengertian badan hukum merupakan sebuah kumpulan orang yang
memiliki aktivitas dan bergerak di bidang usaha atau perdagangan
yang memiliki tujuan mencari keuntungan ekonomi.
- Bahwa yang dimaksud agar mampu mempertanggungjawabkan
atas perbuatan yang didakwaan yakni setiap orang subjek hukum
yang Cakap Hukum. Yang dimaksud dengan Cakap Hukum adalah
seseorang yang dianggap oleh hukum mampu untuk bertindak
sendiri dalam melaksanakan hak dan kewajibannya serta dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak digantungkan
pada kualitas atau kedudukan tertentu.
- Bahwa yang dimaksud dengan Cakap Hukum haruslah memenuhi
salah satu dari 3 unsur, yaitu Cukup Umur, tidak dalam keadaan
terganggu jiwanya atau tidak sehat akal pikirannya.
- Bahwa dalam Hukum Pidana Indonesia terdapat beberapa
pendapat mengenai apa yang dimaksud Cukup Umur Menurut
KUHPidana.Cukup Umur dimaksudkan kepada seseorang yang
belum mencapai umur 21 Tahun dan belum pernah kawin
sebelumnya Bahwa menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun Tahun 1997, dijelaskan bahwa anak adalah orang
yang telah mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18
Tahun. Sehingga menurut pasal ini, seseorang dianggap cukup
umur ketika telah mencapai usia 18 tahun karena diusia seperti itu
manusia sudah mampu bertanggungjawab.
- Dinamakan badan hukum itu sebenarnya adalah ciptaan hukum,
yaitu dengan menunjuk kepada adanya suatu badan yang diberi
status sebagai subjek hukum disamping subjek hukum berwujud
manusia alamiah
(natuurlijke person).
 Badan hukum dapat diperlakukan sebagai pelaku tindak
pidana apabila perbuatan yang terlarang untuk
dipertanggungjawabkan dibebankan atas badan hukum.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan/atau pencapaian tujuan dari badan hukum tersebut.
 Badan hukum baaru dapat diberlakukan sebagai pelaku
tindak pidana apabila badan tersebut berwenang untuk
melakukannya, terlepas telah terjadi atau tidak terjadinya
tindakan. Dalam hal tersebut tindakan yang dilakukan
atau terjadi dalam operasi usaha pada umumnya dan
diterima atau biasanya diterima secara demikian oleh
badan hukum.
- Menurut Molengraaff (dalam Jimly A, 2006) Badan hukum pada
hakikatnya adalah hak dan kewajiban dari para anggotanya secara
bersama-sama, dan di dalamnya terdapat harta kekayaan bersama
yang tidak dapat dibagi-bagi. Setiap anggota adalah pemilik harta
kekayaan yang terorganisasikan dalam badan hukum.
- Menurut E. Utrecht (dalam Neni S, 2009) Adalah badan yang
menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak
yang tidak berjiwa atau bukan manusia. 
- Menurut Sri Soedewi Masjchoen (dalam Salim HS, 2008) adalah
kumpulan orang-orang yang bersama-sama bertujuan untuk
mendirikan suatu badan, yaitu berwujud himpunan dan harta
kekayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu dan dikenal
dengan yayasan.

Pemenuhan unsur ini adalah dengan adanya :

- Bahwa Badan Hukum sebagai subjek hukum yang melakukan


tindak pidana dalam perkara ini adalah Tersangka Perusahaam
Moon Stone Group yang bergerak dibidang industri pariwisata
khususnya bisnis perhotelan resort, di mana dalam pemeriksaan
Penanggung jawab korporasi telah membenarkan identitasnya. Hal
ini sesuai dengan yang diuraikan dalam berita acara pemeriksaan
tersangka yang tertuang bahwa tersangka Perusahaan Moon
Stone Group yang beralamat di jalan Teuku Umar No.1, Dauh Puri
Klod, Denpasar Barat.
Bahwa dalam perkara ini, korporasi atau badan hukum yang diajukan
dan disangkakan telah melakukan tindak pidana penyalahgunaan
Narkotika Golongan 1 adalah tersangka Moon Stone Group yang
diwakili oleh PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA selaku direktur
utama.

- Bahwa Tersangka Moon Stone Group merupakan Perusahaan


yang direktur utamanya adalah PRISKA YUSTITALOKA alias
PRISKA yang dapat diminta pertanggung jawaban.
- Bahwa tersangka Korporasi yang dipertanggung jawabkan oleh
PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA yang merupakan subjek
hukum atau pelaku Tindak pidana, yang sehat akal pikirannya serta
mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya, Penanggung
jawab Korporasi PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA cukup umur
dalam hal umur sudah lebih dari 18 tahun dibuktikan dengan KTP
Penanggung jawab berusia 42 Tahun, Penanggung jawab tidak
dibawah pengampuan karena pada saat pemeriksaan tidak dalam
keadaan dungu, gila atau mata gelap serta tidak dalam keadaan
terganggu jiwanya atau hilang akal sehatnya.
- Bahwa Penanggung jawab Korporasi memenuhi cakap hukum
yaitu, Penanggung Jawab PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA
cukup umur dalam hal sudah lebih dari 18 tahun dengan dibuktikan
melalui KTP Penanggung jawab PRISKA YUSTITALOKA alias
PRISKA yang berusia 42 tahun
- Berdasarkan fakta yang terungkap dipemeriksaan secara obyektif
selama pemeriksaan, bahwa Penanggung Jawab Korporasi adalah
orang yang cakap, dewasa mampu berbuat dan menanggung
jawabkan perbuatannya secara sehat fisik dan psikisnya dan
Penanggung Jawab PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA dapat
menjawab secara lancer atas pertanyaan yang diajukan oleh
penyidik kepada Penanggung jawab PRISKA YUSTITALOKA alias
PRISKA sehingga sesuai pertimbangan bahwa Penanggung Jawab
PRISKA YUSTITALOKA alias PRISKA adalah subyek hukum.
- Bahwa setiap orang yakni selaku badan hukum yang mengimpor,
atau kapal yang tidak mendapat persetujuan terlebih dahulu;
Dengan demikian unsur unsur “setiap orang” telah terbukti
secara sah menurut hukum.

2. Unsur “yang tanpa hak atau melawan hukum”

- Bahwa yang dimaksud dengan “tanpa hak atau melawan hukum”


adalah bahwa pelaku tindak pidana melakukan perbuatannya tidak
memiliki izin yang sah untuk melakukan perbuatan tersebut dan
perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum objektif yang
merupakan perbuatan melawan hukum.

- Bahwa yang dimaksud dengan melawan hukum dapat


digolongkan ke dalam dua jenis, yakni melawan hukum formil
(formele wederrechttelijkheid) maupun sifat melawan hukum
yang materiil (materiele wederretelijkheld)

 Menurut Simons, melawan hukum formil adalah untuk


dapat Dipidaria perbuatan harus mencocoki rumusan delik
yang tersebut dalam perundang-undangan. Jika sudah
demikian, biasanya tidak perlu Lagi untuk menyelidiki
apakah perbuatan melawan hukum atau tidak.

 Sedangkan menurut Vost, melawan hukum materil adalah


bukan saja perbuatan yang bertentangan dengan
perundang-undangan, tetapi juga perbuatan yang dipandang
dari pergaulan masyarakat tidak patut.

- Bahwa van Bemmel menguraikan tanpa hak atau melawan hukum


adalah bertentangan dengan ketelitian yang pantas dalam
pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau barang
bertentangan dengan kewajiban yang ditentukan oleh undang-
undang, tanpa hak atau wewenang sendiri bertentangan dengan
hak orang lain, dan bertentangan dengan hukum objektif.
- Bahwa tanpa hak yaitu setiap perbuatan yag melanggar hukum
tertulis (perbuatan perundang-undangan) dan/atau asas-asas
hukum umum dari hukum tertulis.
- Yang dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum dalam
kaitannya dengan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah
tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang., yaitu
Mentri kesehatan atas rekomendasi dari badan Pengawas Obat
dan makanan atau pejabat lain yang berwenang berdasarkan
undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.
- Terhadap unsur “tanpa hak” mengandung arti bahwa perbuatan
tersebut adalah tidak sesuai menurut hukum, sedangkan perbuatan
“melawan hukum” (Wederechttelijk) adalah telah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan hukum. Tanpa hak artinya
Tersangka bukanlah pihak yang berhak menggunakan / memiliki
Narkotika Golongan 1 menurut undang-undang.
- Bahwa berdasarkan pasal 7 undang-undang No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika dijelaskan bahwa Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karenanya
penguasaannya harus dengan izin yang berwenang dalam hal ini
dari menteri Kesehatan R.I. Pasal 36 UURI No.35 tahun 2009
tentang Narkotika menentukan bahwa Narkotika dalam bentuk obat
jadi hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar dari
menteri. Demikian dengan pasal 8 tersebut menyatakan Narkotika
golongan 1 dilarang untuk digunakan kepentingan pelayanan
kesehatan.
- Bahwa dalam UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
menentukan bahwa setiap kegiatan peredaran Narkotika wajib
dilengkapi dengan dokumen yang sah
- Bahwa dalam Pasal 41 UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
menentukan bahwa Narkotika Golongan 1 hanya dapat dilakukan
oleh pedagang besar farmasi kepada Ilmu Pengetahuan tertentu
untuk kepentingan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
- Terhadap unsur “tanpa hak” mengandung arti bahwa perbuatan
tersebut adalah tidak sesuai menurut hukum, Sedangkan
perbuatan “melawan hukum” (wederechttelijk) adalah telah
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum. Tanpa hak
artinya tersangka bukanlah pihak yang berhak
menggunakan/memiliki Narkotika Golongan 1 menurut undang-
undang.
Dengan demikian unsur “yang tanpa melawan hukum” telah
terbukti secara sah menurut hukum.

3. Unsur “Menjual Narkotika Golongan Dalam Bentuk Bukan


Tanaman Beratnya 5 (Lima) Gram”

- Bahwa yang dimaksud dengan Menjual menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia adalah memberikan sesuatu kepada orang lain
untuk memperoleh uang pembayaran atau menerima uang.
- Bahwa menurut J.S. Knox, Menjual yaitu suatu kemampuan atau
kecakapan untuk mempengaruhi orang orang agar mereka mau
membeli barang yang kita tawarkan dengan saling menguntungkan
walaupun sebelumnya tidak terpikirkan untuk membeli barang
tersebut tetapi pada akhirnya pembeli akan tertarik untuk
membelinya.

- Bahwa menurut Harry R. Tosdal, Menjual adalah suatu seni yang


dilakukan oleh penjual sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam suatu proses pertukaran ekonomi.

- Bahwa menurut Paui W. Ivey, Menjual adalah seni membujuk dan


meyakinkan orang-orang untuk membeli barang-barang yang
diharapkan akan memberi kepuasan, melalui cara-cara yang
memakan waktu dan usaha sekecil mungkin.

- Bahwa menurut Russel dan Beach, Menjual adalah suatu. seni


menyesuaikan diri yang dilakukan oleh penjual untuk meyakinkan
yang lain untuk membeli apa yang dia mau jual.

- Bahwa menurut Burton Bigelow, Menjual yaitu suatu proses


berganda yang dapat memenuhi kebutuhan dan untuk memenuhi
kebutuhan itu harus mengeluarkan uang dan hal itu akan
menimbulkan ketidakpuasan.

- berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika dijelaskan bahwa narktotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik intetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran,
hilangnya atau perubahan menghilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan rasa mengurangi hngga ketergantungan, yang
dibedakan dalam golongan golongan sebagaimana yang terlamir
dalam Undang-Undang Bahwa berdasarkan Pasal 7 Undang-
Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dijelaskan bahwa
Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan Pasal 8 Undang-Undang tersebut
menyatakan Narkotika Golongan I dilarang untuk digunakan
kepentingan pelayanan kesehatan.
- Bahwa yang dimaksud dengan Narkotika Golongan I berdasarkan
penjelasan Pasal 6 Ayat (1) Huruf a Undang Undang No. 22 Tahun
1997 jo Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika:
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
- Bahwa Menurut Soerdjono Dirjosisworo "Narkotika Golongan I
adalah Narkotika yang paling berbahaya dan daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu
pengetahuan".
- Bahwa yang dimaksud dengan Narkotika Golongan 11 bukan
tanaman adalah zat atau obat yang paling berbahaya dan daya
adiktif nya yang sangat tinggi, Biasanya berupa pil, tablet maupun
kapsul. Hanya diperuntukkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian.
- Bahwa Narkotika Golongan dalam bentuk bukan tanaman adalah
zat atau obat yang paling berbahaya dengan daya adiktifnya yang
sangat tinggi dan hanya diperuntukkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi misalnya heroin atau ekstasi.
- Bahwa kejahatan Narkotika termasuk menjual dan membeli
Narkotika jenis zat adalah kejahatan berat yang sedang diberantas
oleh seluruh dunia, terkecuali dengan beberapa negara yang
melegalkan Narkoba seperti Republik Ceko, Portugal, Peru, Italia,
dan Amerika. Meskipun lima negara besar melegalkan Narkoba
tersebut namun mayoritas negara melarang peredaran Narkoba
terkhusus negara Indonesia.
- Bahwa kejahatan Narkotika adalah kejahatan Extraordinary Crime
atau kejahatan kemanusiaan berat dan memiliki dampak yang luar
biasa terhadap generasi muda bahkan akan meruntuhkan tatanan
negara.
- Bahwa kejahatan Narkotika dianggap kejahatan luar biasa sesuai
dengan Putusan Mahkamah Konstitusi melalui dua Putusannya No.
2/PUU-V/2-007/ dan No. 3/PUU-V/2007 telah menyatakan bahwa
tindak pidana penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika
berdasarkan pada United Nation Convention single convention
Narcotic Drugs. 1961 dan United Nations Convention Against illicit
Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances, 1988
dimana keduanya telah diratifikasi dalam undang-undang No. 8
Tahun 1976 dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1997.
- Bahwa pelaku penyalahgunaan Narkotika memerlukan hukuman
yang kuat untuk memberantas penyalahgunaan Narkotika sebagai
kasus pidana pelanggaran berat, hal ini diselarsakan pakar hukum
pidana Bagir Manan bahwa hukuman berat bahkan hukuman mati
harus dijatuhkan bagi kejahatan luar biasa.
-
Dengan adanya keterangan di dalam Berita Acara Pemeriksaan
Tersangka maupun Saksi-saksi, maka pemenuhuan unsur Menjual
Narkotika Golongan I dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5
(lima) gram dalam pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika Dapat Terpenuhi
dan telah terbukti Secara Sah Menurut Hukum.
Dakwaan Subsidair yaitu :
Pasal 114 ayat (2) Jo pasal 130 Undang-undang Republik Indonesia
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dengan unsur-unsur sebagai
berikut:
Unsur “Memproduksi, Mengimpor, Mengekspor atau menyalurkan
Narkotika Golongan 1, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebih 5 (lima)
batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5
(lima) gram”.
1. Unsur “Mengimpor”

2. Unsur Narkotika Golongan 1 dalam bentuk bukan tanaman


Bahwa adapun uraian terkait dengan pembuktian unsur-unsur diatas
adalah sebagai berikut:

1. Unsur “Menginmpor”

- Bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mengimpor


berasal dari kata impor yang mengandung arti memasukkan barang
dagangan dan sebagainya dari luar Negeri.
- Bahwa berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 nomor urut 4 (empat)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
menjelaskan bahwa Impor adalah kegiatan memasukkan Narkotika
Prekursor Narkotika ke dalam Daerah Pabean Indonesia.
- Bahwa yang dimaksud dengan Impor menurut Undang-Undang
No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabean, Impor adalah kegiatan
memasukkan barang kedalam daerah pabean.
- Bahwa yang dimaksud dengan mengimpor adalah proses
perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke
dalam wilayah Pabean Indonesia dengan ketentuan yang berlaku.
- Bahwa impor yang telah di telaah menjadi kata importir adalah
orang atau lembaga perantara dagang yang mendatangkan barang
dari luar negeri untuk digunakan sebagai bahan produksi.

2. Unsur Narkotika Golongan 1 dalam bentuk bukan tanaman

- Bahwa berdasarjan pasal 7 Undang-undang No.35 Tahun 2009


tentang Narkotika dijelaskan bahwa Narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan dan teknologi, sedangkan
pasal 8 Undang-Undang tersebut menyatakan Narkotika
Golongan l dilarang untuk digunakan kepentingan pelayanan
kesehatan.
- Bahwa yang dimaksud dengan Narkotika Golongan l berdasarkan
penjelasan pasal 6 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang No.22 Tahun
1997 jo Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika :
Narkotika Golongan l adalah Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
- Bahwa menurut Soerdjono Dirjosisworo “Narkotika Golongan l
adalah Narkotika yang paling berbahaya dan daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu
pengetahuan”.
- Bahwa yang dimaksud dengan Narkotika Golongan l bukan
tanaman adalah zat atau obat yang paling berbahaya dan daya
adiktif nya yang sangat tinggi, biasanya berupa pil, tablet maupun
kapsul. Hanya diperuntukkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian.
- Bahwa Narkotika Golongan l dalam bentuk bukan tanaman
adalah zat atau obat yang paling berbahaya dangan daya adiktifnya
yang sangat tinggi dan hanya diperuntukkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi misalanya heroin atau ekstasi.
- Bahwa menurut Soerdjono Dirjosisworo “Narkotika Golongan 1
adalah Narkotika yang paling berbahaya dan daya adiktifnya
sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu
pengetahuan.

Dengan demikian unsur “Mengimpor Narkotika Golongan l dalam


bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram” telah terbukti sah
menurut hukum.

Atau Dakwaan Kedua yaitu :


Pasal 114 ayat (2) Jo pasal 130 Undang-undang Republik Indonesia
No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dengan unsur-unsur sebagai
berikut:

Memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Prekursor


Narkotika untuk pembuatan Narkotika;

1. Mengimpor

2. Prekursor Narkotika

Bahwa adapun uraian terkait dengan pembuktian unsur-unsur diatas


adalah sebagai berikut:

1. Unsur “Mengimpor”

- Bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mengimpor


berasal dari kata impor yang mengandung arti memasukkan barang
dagangan dan sebagainya dari luar Negeri.
- Bahwa berdasarkan ketentuan umum Pasal 1 nomor urut 4 (empat)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
menjelaskan bahwa Impor adalah kegiatan memasukkan Narkotika
Prekursor Narkotika ke dalam Daerah Pabean Indonesia.
- Bahwa yang dimaksud dengan Impor menurut Undang-Undang
No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabean, Impor adalah kegiatan
memasukkan barang kedalam daerah pabean.
- Bahwa yang dimaksud dengan mengimpor adalah proses
perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke
dalam wilayah Pabean Indonesia dengan ketentuan yang berlaku.
- Bahwa impor yang telah di telaah menjadi kata importir adalah
orang atau lembaga perantara dagang yang mendatangkan barang
dari luar negeri untuk digunakan sebagai bahan produksi.
2. Unsur “Prekursor”

- Bahwa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prekursor adalah


senyawa yang mendahului senyawa lain dalam jalur metabolisme.

- Bahwa menurut pasal 1 Undang-undang Narkotika Prekursor


Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika yang dibedakan
dalam tabel sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini.

- Bahwa menurut peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia no


26 tahun 2014 Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau
bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan Narkotika
dan Psikotropika.

- Bahwa menurut peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia no


26 tahun 2014 Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula
atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi
atau produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang
mengandung efedrin, pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin,
ergotamine, ergometrin, atau potassium permanganat.

- Bahwa menurut peraturan mentri kesehatan Republik Indonesia no


26 tahun 2014 Prekursor Non Farmasi adalah zat atau bahan
pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan untuk keperluan
proses produksi industri non farmasi.

- Bahwa dalam ilmu kimia, prekursor adalah senyawa yang


berpartisipasi dalam reaksi kimia yang menghasilkan senyawa lain.
Dalam biokimia, istilah "prekursor" sering merujuk lebih khusus
pada senyawa kimia yang mendahului senyawa lain dalam suatu
jalur metabolisme, seperti prekursor protein.

Anda mungkin juga menyukai