Anda di halaman 1dari 27

ANALISA YURIDIS

Majelis Hakim yang kami muliakan;

Sdr. Penasihat Hukum Terdakwa yang kami hormati.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, maka sampailah kami kepada

analisa yuridis untuk membuktikan apakah fakta-fakta hukum yang diperoleh melalui

alat bukti dan barang bukti sebagaimana diuraikan tersebut di atas (dapat dipergunakan

sebagai dasar pembuktian) telah memenuhi ataukah tidak terhadap unsur- unsur pasal

daripada tindak pidana yang didakwakan.

Bahwa karena dakwaan disusun dalam bentuk Kumulatif, maka sesuai dengan tertib

hukum acara pidana atau process orde yang berlaku, Penuntut Umum aka

membuktikan kedua dakwaan dimana Penuntut Umum terlebih dahulu membuktikan

dakwaan kesatu dan dakwaan kedua yang apabila salah satu tindak pidana tidak dapat

dibuktikan maka dakwaan akan batal demi hukum.

DAKWAAN

KESATU

Pasal 84 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak jo.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Bahwa rumusan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, adalah sebagai berikut:

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ

dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)’

Bahwa mengacu pada rumusan ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, maka terdapat unsur-

unsur yang harus dibuktikan yaitu:

1. Setiap orang

2. Secara melawan hukum

3. melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain

4. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

5. Unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 tentang penyertaan, yaitu orang yang melakukan

peristiwa pidana, orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta

melakukan perbuatan itu.

Selanjutnya untuk membuktikan perbuatan pidana yang didakwakan tersebut di

atas, maka Penuntut Umum akan menganalisa secara yuridis dengan membahas fakta-
fakta hukum yang telah terbukti dilakukan Terdakwa ke dalam unsur-unsur pasal

sebagaimana dimaksud.

Ad.1. Unsur Setiap Orang

Bahwa kata “setiap orang” adalah sepadan dengan kata “barang siapa”

atau “hij” yang biasa tercantum dalam suatu perumusan delik. Kata “setiap

orang” atau “barang siapa” tersebut adalah suatu istilah yang bukan merupakan

unsur tindak pidana, melainkan unsur pasal yang menunjuk kepada siapa saja

secara perorangan atau suatu badan subjek hukum sebagai pendukung hak dan

kewajiban yang melakukan atau didakwa melakukan suatu perbuatan yang

dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bahwa subjek pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

85 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

dapat terdiri atas “orang perseorangan” atau “ korporasi”.

Bahwa “setiap orang” sebagaiman disebutkan dalam ketentuan umum

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak Pasal 1butir

16 adalah “orang perseorangan atau korporasi”.

Dari pengertian kata “setiap orang” sebagaimana diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa setiap orang adalah setiap subjek hukum yang cakap dan

mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum. Dengan kata

lain bahwa setiap orang sebagai unsur pasal bersifat umum dan tidak

disyaratkan adanya sifat tertentu yang harus dimiliki (persoonlijk bestanddel) dari

seorang pelaku, karena itu ia dapat meliputi siapa saja baik itu orang

perseorangan ataupun korporasi, sehingga ketika pelakunya merupakan subjek


hukum pendukung hak dan kewajiban dan apabila melakukan tindak pidana

maka ia dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya menurut hukum

pidana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perseorangan adalah yang

berkaitan dengan orang secara pribadi sedangkan korporasi adalah badan

usaha yang sah; badan hukum; perusahaan atau badan usaha yang sangat

besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan sebagai satu

perusahaan besar.

Kata setiap orang menunjukan kepada siapa orangnya harus

bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan atau siapa orang

yang harus dijadikan Terdakwa. Kata setiap orang identik dengan terminologi

kata barang siapa atau hij dengan pengertian sebagai siapa saja yang harus

dijadikan Terdakwa/dadar atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung

hak dan kewajiban) yang dapat diminta pertanggung jawaban dalam segala

tindakannya sehingga secara historis kronologis manusia sebagai subjek hukum

telah dengan sendirinya ada kemampuan bertanggung jawab kecuali secara

tegas undang-undang menentukan lain. Oleh karena itu kemampuan

bertanggung jawab (toeerekeningsvaaanbaarheid) tidak perlu dibuktikan lagi

karena setiap subjek hukum melekat erat dengan kemampuan bertanggung

jawab sebagaimana ditegaskan dalam Memorie van Toelichting (MvT) Buku

Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Buku II, Edisi Revisi tahun

2005, hal 209 dan Putusan MA No. 1398 K/pid/1994 tanggal 30 Juni 1995.
Berdasarkan pengertian “setiap orang” tersebut di atas apabila dikaitkan dengan

fakta yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis, sebagai berikut:

1. Di depan persidangan Penuntut Umum telah menghadirkan Terdakwa

MASAIL GUS SALEH, S.Ked Alias SAIL dalam keadaan sehat jasmani

maupun rohani dan Terdakwa mengakui identitasnya sebagaimana yang ada

dalam dakwaan.

2. Selama proses persidangan Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL

dapat mengikuti dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan serta

memberikan keterangan tanpa paksaan, dan dari hasil persidangan terbukti

bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL adalah orang yang

cakap bertindak dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya

secara hukum.

3. Terdakwa adalah Staff Pengasuh di Yayasan Innayah Peduli Kasih yang

diangkat berdasarkan Surat Keputusan Ketua Yayasan Innayah Peduli Kasih

Nomor 063.001/Y-IPK/XI/2019 tentang Pengangkatan Terdakwa MASAIL

GUS SALEH Alias SAIL menjadi pegawai tetap dengan posisi sebagai Staff

Pengasuh.

Dengan memperhatikan pengertian setiap orang tersebut dihubungkan

dengan fakta yuridis yang terungkap di persidangan maka dapat disimpulkan

bahwa unsur “setiap orang” yang dimaksud dalam dakwaan kesatu tersebut

adalah Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL sebagai “orang

perseorangan.”
Menurut doktrin-doktrin yang saat ini masih dipegang di dalam praktik

peradilan Indonesia, untuk dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang atau

terhadap suatu obyek hukum atas suatu tindak pidana yang didakwakan

kepadanya, maka harus dipenuhi syarat yaitu adanya perbuatan pidana

(Strafbaarheid van het feit-criminal act) dan adanya pertanggungjawaban pidana

(strafbaarheid van den persoon-criminal responsibility) atau pertanggungjawaban

terhadap orangnya. Artinya bahwa pada diri subyek hukum tersebut harus

dibuktikan adanya perbuatan pidana yang pernah dilakukan, serta terbukti tidak

ada alasan-alasan pembenar pada perbuatan itu, dan pada saat melakukan

perbuatan ia memiliki kesalahan, serta tidak ada alasan-alasan pemaaf pada diri

Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL.

Bahwa berdasarkan analisis yuridis tersebut diatas maka kami

berkeyakinan bahwa unsur “setiap orang” telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum.

Ad.2. Secara melawan hukum

Konsep sifat melawan hukum dalam hukum pidana dikenal dengan istilah

dalam bahasa Belandanya yaitu “wederechtelijk”. sifat melawan hukum berarti

bertentangan dengan hukum atau tidak sesuai dengan larangan atau  keharusan

hukum atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum.

Pompe berpandangan ‘wederrechtelijk’ itu berarti ‘in strijd met het recht’

atau bertentangan dengan hukum yang mempunyai pengertian lebih luas


daripada sekedar ‘in strijd met de wet’, atau bertentangan dengan undang-

undang. Van Bemmelen mengartikan melawan hukum tidak ada bedanya

dengan arti melawan hukum di bidang hukum perdata. Yang dimaksud oleh Van

Bemmelen di sini adalah pengertian yang diberikan oleh Arrest tanggal 31

Januari 1919 dalam perkara Lindenbaum vs. Cohen, di mana Hoge Raad

berpendapat bahwa perbuatan melawan hukum harus diartikan sebagai berbuat

atau tidak berbuat yang bertentangan dengan atau melanggar:

a. Hak Subjektif orang lain;

b. Kewajiban hukum pelaku;

c. Kaidah Kesusilaan;

d. Kepatuhan dalam masyarakat.

Berdasarkan penjelasan unsur “melawan hukum” diatas, apabila dikaitkan

dengan fakta-fakta yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis

sebagai berikut:

1. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL merupakan seorang

Staff Pengasuh di Yayasan Innayah Peduli Kasih yang diangkat berdasarkan

Surat Keputusan Ketua Yayasan Innayah Peduli Kasih Nomor 063.001/Y-

IPK/XI/2019 tentang Pengangkatan Terdakwa Masail Gus Saleh sebagai

Staff Pengasuh, yang mana berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan

penjagaan terhadap anak-anak di Yayasan Innayah Peduli Kasih. Sehingga

perbuatan Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL yang menyebabkan

hilangnya nyawa dari keempat anak Yayasan Innayah Peduli Kasih dengan

melakukan pembedahan untuk mengambil organ ginjal pada masing-masing


tubuh keempat anak Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut bertentangan

dengan kewajiban dan tugasnya sebagaimana tercantum dalam Surat

Keputusan Ketua Yayasan Innayah Peduli Kasih Nomor

063.001/Y-IPK/XI/2019 tentang Pengangkatan Terdakwa Masail Gus Saleh

sebagai Staff Pengasuh.

2. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH, Alias SAIL tidak memiliki

kewenangan sebagai seorang ahli atau dokter bedah sehingga Terdakwa

MASAIL GUS SALEH, S.Ked Alias SAIL tidak seharusnya melakukan

transplantasi karena tidak ada hak yang melekat pada dirinya untuk

melakukan operasi transplantasi tersebut karena sesuai dengan hukum

positif yang berlaku di Indonesia bahwa hanya mereka yang memiliki

kewenangan yang dapat melakukan operasi transplantasi organ dan/atau

jaringan tubuh manusia

3. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL dalam melakukan

operasi transplantasi organ terhadap korbannya yang merupakan anak-anak

Yayasan Innayah Peduli Kasih dengan bantuan empat orang mahasiswa

Kedokteran Universitas Halu Oleo yang dalam hal ini belum menyelesaikan

studinya sehingga secara formal untuk bisa mendapatkan kewenangan atau

izin melakukan pembedahan. Sehingga dalam hal ini perbuatan Terdakwa

MASAIL GUS SALEH Alias SAIL yang mengajak keempat mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo yaitu saksi Kiki Pradana, saksi

Ayu Hardianti, saksi Ilman Dwi Agnes dan saksi Santi Puspita Sari untuk

membantunya melakukan pembedahan ekstrasi organ berupa ginjal terhadap


keempat anak Yayasan Innayah Peduli kasih tidak lah di benarkan

sebagaiman peraturan yang berlaku.

Bahwa berdasarkan analisis yuridis tersebut diatas maka kami

berkeyakinan bahwa unsur “secara melawan hukum” telah terbukti secara sah

dan meyakinkan menurut hukum.

Ad. 3. Melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh untuk pihak lain

“Transplantasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu To Transplant, yang

berarti To Move From One Place to Another, artinya berpindah dari satu tempat

ke tempat lain.” Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata transplantasi

mempunyai arti jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dan atau

pencangkokan.

Di dalam PP No. 18 Tahun 1981 yang dimuat dalam LN 1981 No. 23 Tentang

Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau

Jaringan Organ Tubuh Manusia, dirumuskan pengertian sebagai berikut:

“Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat dan

atau jaringan organ tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh

orang lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat atau jaringan

organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.”

Organ mempunyai arti yaitu alat yang mempunyai tugas tertentu didalam

tubuh manusia. Bagian organ yang dimaksud disini antara lain jantung, ginjal,

paru-paru, kornea mata, hati, pankreas, usus dan katup jantung.


Jaringan Tubuh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah susunan

sel-sel khusus yang sama pada tubuh dan bersatu dl menjalankan fungsi biologis

tertentu.

Jaringan Tubuh menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Pasal 1

butir ( d ) adalah “kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)

yang sama dan tertentu”.

Dapat disimpulkan bahwa transplantasi merupakan proses tindakan

perpindahan salah satu dan atau beberapa organ tubuh dan atau jaringan tubuh

dari satu tempat ke tempat lain atau dari seseorang ke seseorang lainnya

dengan ketentuan berlaku akibat dari ketidakfungsian organ atau jaringan tubuh

itu sendiri. Sehingga, melalui tindakan transplantasi tersebut fungsi organ tubuh

yang baru dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Berdasarkan penjelasan unsur “melakukan transplantasi organ dan/atau

jaringan tubuh untuk pihak lain” diatas, apabila dikaitkan dengan fakta-fakta yang

terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis sebagai berikut:

1. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH, Alias SAIL menghubungi empat

orang mahasiswa Fakultas Kedokteran yaitu saksi Kiki Pradana, saksi Ayu

Hardianti, saksi Ilman Dwi Agnes dan saksi Santi Puspita Sari untuk

membantunya melakukan pembedahan untuk mengekstrasi ginjal dari empat

orang anak Yayasan Innayah Peduli Kasih.

2. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH, Alias SAIL melakukan operasi

pembedahan terhadap anak Yayasan Innayah Peduli Kasih yaitu Maulin

Reso, Sufyan Alifka dan Rian Muliawansyah untuk mengambil ginjal dari
masing-masing tubuh anak Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut untuk

diberikan kepada saksi Garda Aulia, dengan berbekal pengetahuan yang ia

dapatkan dari ayahnya, saksi Ahmad Syarif Mawaqif yang merupakan

seorang Dokter Bedah di Rumah Sakit di RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH, Alias SAIL memimpin jalannya

proses pembedahan untuk mengambil organ ginjal pada masing-masing anak

Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut dengan peralatan seadanya

4. Bahwa setelah melakukan operasi pengambilan ginjal, tubuh masing-masing

dari anak Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut, Terdakwa MASAIL GUS

SALEH, Alias SAIL memerintahkan agar tubuh anak-anak tersebut di

letakkan di sebuah bak berisi es.

5. Bahwa tujuan Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL melakukan

pembedahan tersebut adalah untuk mengambil organ ginjal milikt anak

Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut untuk dijual kepada saksi Garda Aulia

sesuai dengan yang telah disepakati oleh keduanya sebelumnya.

Bahwa berdasarkan analisis yuridis tersebut diatas maka kami

berkeyakinan bahwa unsur “melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan

tubuh untuk pihak lain” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut

hukum.

Ad. 4 Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

Bahwa berdasrkan rumusan unsur “dengan maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain” di atas, apabila dikaitkan dengan
fakta-fakta yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis sebagai

berikut:

1. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL melakukan transplantasi

organ atau operasi pembedahan terhadap masing-masing anak Yayasan

Innayah Peduli Kasih yaitu Maulin Reso, Sufyan Alifka dan Rian

Muliawansyah dengan tujuan untuk mengambil organ ginjal milik keempat

anak Yayasan Innayah Peduli Kasih tersebut

2. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL mengambil organ ginjal

milik keempat anak Yayasan Innayah Peduli Kasih untuk dijual kepada saksi

Garda Aulia yang seorang pedagang di pasar gelap.

3. Bahwa dalam hal pembedahan tersebut, Terdakwa MASAIL GUS SALEH

dibantu oleh saksi Kiki Pradana, saksi Ayu Hardianti, saksi Ilman Dwi Agnes

dan saksi Santi Puspita Sari yang merupakan seorang mahasiswa semester 7

di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

4. Bahwa terhadap pengambilan organ tersebut, Terdakwa MASAIL GUS

SALEH memberikan uang kepada saksi Kiki Pradana, saksi Ayu Hardianti,

saksi Ilman Dwi Agnes dan saksi Santi Puspita Sari sebesar Rp.

250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dari total Rp.

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang dibayarkan oleh saksi Garda Aulia

kepada Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL sebagai pembayaran

dari keempat ginjal milik anak Yayasan Innayah Peduli Kasih yang telah

dibedah oleh Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL dengan bantuan

dari keempat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo tersebut


5. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL hanya memberikan

pembayaran kepada keempat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Haluo Oleo sebesar 5% dari total hasil penjualan keempat ginjal milik anak-

anak Yayasan Innayah Peduli Kasih yang ia bedah sebelumnya dengan

bantuan keempat mahasiswa kedokteran Fakultaas Kedokteran Universitas

Halu Oleo tersebut

6. Bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL mendapat keuntungan

paling besar dari hasil tindak pidana tersebut dengan memperoleh 95% hasil

penjualan

Bahwa berdasarkan analisis yuridis tersebut diatas maka kami

berkeyakinan bahwa unsur “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Ad. 5 Mereka Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan dan Yang Turut Serta

Melakukan

Bahwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP mengatur mengenai pidana sebagai

pelaku tindak pidana yaitu mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan,

dan yang turut serta melakukan perbuatan, dalam surat Dakwaan

dikonstruksikan dengan kalimat “Bersama-sama”, bahwa pengertian turut serta

dalam rumusan ini adalah mereka yang bersama-sama melakukan perbuatan

pidana.

Bahwa suatu tindak pidana dilakukan secara bersama-sama harus dapat

dibuktikan bahwa niat atau kehendak untuk mewujudkan suatu tindak pidana dan

akibat hukumnya harus dilakukan dengan sengaja. Suatu kesengajaan tentunya


berhubungan dengan sikap bathin seseorang yang didakwa melakukan suatu

tindak pidana, dan Majelis Hakim menyadari tidaklah mudah untuk menentukan

sikap bathin seseorang atau membuktikan adanya unsur kesengajaan dalam

perbuatan seseorang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana, atau

ringkasnya adalah hal yang sulit untuk menentukan apakah kesengajaan itu

benar-benar ada pada diri sipelaku, lebihlebih bagaimanakah keadaan bathinnya

pada waktu orang tersebut melakukan tindak pidana, oleh karena itulah sikap

bathinnya tersebut, harus disimpulkan dari keadaan lahir yang tampak dari luar,

dengan cara Majelis Hakim harus mengobjektifkan adanya unsur kesengajaan

tersebut, dengan berpedoman pada teori ilmu pengetahuan hukum, untuk

sampai pada suatu kesimpulan apakah perbuatan Terdakwa merupakan suatu

sebab ataukah akibat dari suatu peristiwa pidana yang mesti dialaminya.

Bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa yang mengatakan bahwa ia

bersama-sama dengan saksi Kiki Pradana, saksi Ayu Hardianti, saksi Ilman Dwi

Agnes dan saksi Santi Puspita Sari telah bekerja sama untuk melakukan operasi

pembedahan untuk mengektrasi organ ginjal milik saksi Maulin Reso, saksi

Sufyan Alifka dan saksi Rian Muliawansyah.

Oleh karena itulah untuk menentukan peran masing-masing terhadap

unsur secara bersama-sama melakukan perbuatan ini dipertimbangkan dengan

cara menilai keseluruhan alat-alat bukti yang diajukan dalam perkara ini dalam

hubungannya dengan dakwaan terhadap diri Terdakwa, karena untuk

menentukan apakah perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur perbuatan


secara bersama-sama, maka perbuatan Terdakwa tersebut harus memenuhi

beberapa persyaratan, yaitu :

a. Beberapa perbuatan tersebut timbul dari niat yang sama;

b. Perbuatan-perbuatan tersebut harus sama dan sejenis;

c. Para pelaku secara aktif melakukan suatu kerja sama untuk mewujudkan

adanya tindak pidana tersebut.

Bahwa oleh karena pokok masalahnya adalah adanya perbuatan yang secara

melawan hukum melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak

untuk pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang

lain yang dilakukan oleh Terdakwa bersama saksi Kiki Pradana, saksi Ayu

Hardianti, saksi Ilman Dwi Agnes dan saksi Santi Puspita Sari.

Bahwa peran Terdakwa dalam melakukan perbuatan ini adalah Terdakwa

yang mempunyai niat dan kehendak dan memiliki inisiatif untuk

memerintahkan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak

lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut, unsur “mereka yang

melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan”

(Delik Penyertaan) telah terpenuhi.


DAN

KEDUA

Terdakwa dalam dakwaan kedua didakwa melanggar Pasal 192 jo. Pasal 54 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Bahwa rumusan Pasal 192 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

adalah sebagai berikut:

“Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh

dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

Bahwa rumusan Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, adalah sebagai berikut:

“Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.”

Bahwa mengacu pada rumusan ketentuan Pasal dalam Dakwaan Kedua diatas, maka

terdapat unsur-unsur yang harus dibuktikan, yaitu:

1. Setiap Orang;

2. Dengan sengaja;

3. Memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun


4. Unsur Pasal 55 ayat (1) ke-1 tentang penyertaan, yaitu orang yang melakukan

peristiwa pidana, orang yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut serta

melakukan perbuatan itu.

Selanjutnya untuk membuktikan perbuatan pidana yang didakwakan tersebut di

atas, maka Penuntut Umum akan menganalisa secara yuridis dengan membahas

faktafakta hukum yang telah terbukti dilakukan Terdakwa ke dalam unsur-unsur pasal

sebagaimana dimaksud.

Ad. 1 Unsur setiap orang

Bahwa kata “setiap orang” adalah sepadan dengan kata “barang siapa”

atau “hij” yang biasa tercantum dalam suatu perumusan delik. Kata “setiap

orang” atau “barang siapa” tersebut adalah suatu istilah yang bukan merupakan

unsur tindak pidana, melainkan unsur pasal yang menunjuk kepada siapa saja

secara perorangan atau suatu badan subjek hukum sebagai pendukung hak dan

kewajiban yang melakukan atau didakwa melakukan suatu perbuatan yang

dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bahwa subjek pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

192 jo. Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan adalah orang perseorangan dan korporasi.

Dari pengertian kata “setiap orang” sebagaimana diuraikan di atas dapat

disimpulkan bahwa setiap orang adalah setiap subjek hukum yang cakap

bertindak dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum.


Dengan kata lain bahwa setiap orang sebagai unsur pasal bersifat umum

dan tidak disyaratkan adanya sifat tertentu yang harus dimiliki (persoonlijk

bestanddel) dari seorang pelaku, karena itu ia dapat meliputi siapa saja baik itu

orang perseorangan ataupun korporasi, sehingga pelakunya merupakan subjek

hukum pendukung hak dan kewajiban dan apabila melakukan tindak pidana

maka ia dapat dimintai pertanggungjawaban atasperbuatannya menurut hukum

pidana.

Bahwa oleh karena kata “setiap orang” ini melekat unsur tindak pidana

yang didakwakan, maka unsur ini akan terpenuhi dan terbukti jika semua unsur

tindak pidana dalam delik tersebut juga terpenuhi dan terbukti, sehingga

pelakunya dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana. Menurut doktrin-

doktrin yang saat ini masih dipegang di dalam praktik peradilan Indonesia, untuk

dapat menjatuhkan pidana kepada seseorang atau terhadap suatu subyek

hukum atas suatu tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka harus

dipenuhi syarat yaitu: adanya perbuatan pidana (Strafbaarheid van het feit-

criminal act) dan adanya pertanggungjawaban pidana (strafbaarheid van den

persoon-criminal responsibility) atau pertanggungjawaban terhadap orangnya.

Artinya bahwa pada diri subyek hukum tersebut harus dibuktikan adanya

perbuatan pidana yang pernah dilakukan, serta terbukti tidak ada alasan-alasan

pembenar pada perbuatan itu, dan pada saat melakukan perbuatan ia memiliki

kesalahan, serta tidakada alasan-alasan pemaaf pada diri terdakwa.

Bahwa kami Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan orang-

perseorangan sebagai Terdakwa dalam perkara ini atas nama MASAIL GUS
SALEH Alias SAIL dengan identitas yang lengkap dan jelas tertera dalam Surat

Dakwaan, dan Terdakwa tidak membantah identitas tersebut yang dibacakan

pada awal persidangan.

Untuk membuktikan apakah pada diri Terdakwa dapat dipenuhi adanya

dua syarat tersebut pada saat melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana

didakwakan kepadanya, maka kami akan menguraikan pembuktian unsur-unsur

selanjutnya.

Berdasarkan pengertian “setiap orang” tersebut di atas apabila dikaitkan

dengan fakta yang terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis, sebagai

berikut:

1. Di depan persidangan Penuntut Umum telah menghadirkan Terdakwa

MASAIL GUS SALEH, S.Ked Alias SAIL dalam keadaan sehat jasmani

maupun rohani dan Terdakwa mengakui identitasnya sebagaimana yang ada

dalam dakwaan.

2. Selama proses persidangan Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL

dapat mengikuti dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan serta

memberikan keterangan tanpa paksaan, dan dari hasil persidangan terbukti

bahwa Terdakwa MASAIL GUS SALEH Alias SAIL adalah orang yang

cakap bertindak dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya

secara hukum.

3. Terdakwa adalah Staff Pengasuh di Yayasan Innayah Peduli Kasih yang

diangkat berdasarkan Surat Keputusan Ketua Yayasan Innayah Peduli Kasih

Nomor 063.001/Y-IPK/XI/2019 tentang Pengangkatan Terdakwa MASAIL


GUS SALEH Alias SAIL menjadi pegawai tetap dengan posisi sebagai Staff

Pengasuh.

Bahwa fakta hukum tersebut, apabila dihubungkan dengan Penjelasan

yang kami jelaskan di atas maka terbukti secara sah menurut hukum Terdakwa

telah memenuhi kualifikasi subyek hukum sebagai setiap orang yaitu sebagai

Staff Pengasuh di Yayasan Innayah Peduli Kasih

Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, kami Penuntut Umum

berpendapat cukup beralasan secara hukum bahwa Terdakwa adalah orang-

perseorangan yang mampu melakukan dan bertanggungjawab atas

perbuatannya dan dengan demikian unsur “setiap orang” telah terpenuhi

menurut hukum.

Ad. 2 Dengan Sengaja

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak memberi definisi

mengenai arti kesengajaan, definisi kesengajaan dapat diambil dari Memorie

Van Toelichting (MvT) yang menyatakan kesengajaan (opzet) sebagai

mengetahui dan menghendaki (wellen en witten) atau dengan kata lain orang

yang melakukan perbuatan sengaja menghendaki perbuatan itu dan menyadari

apa yang dilakukan itu. Kesengajaan didalam wacana ilmu pengetahuan hukum

pidana (doktrin) dikenal adanya teori tentang kesengajaan, yaitu Teori

“Kehendak” (wilstheorie) Menurut teori ini, seseorang yang dianggap “sengaja”

melakukan suatu perbuatan (pidana) apabila orang itu “menghendaki”


dilakukannya perbuatan itu. Dengan demikian seseorang dikatakan telah dengan

“sengaja” melakukan suatu perbuatan (pidana) apabila dalam diri orang itu ada

“kehendak” untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-

undang.

Dalam Teori yang dianut oleh Sevenbergen terdapat Sifat kesengajaan

yang berwarna (gekleund) yang mengatakan Kesengajaan senantiasa ada

hubungannya dengan dolus molus, yang berarti sengaja untuk berbuat jahat

(boos opzet), sehingga dalam kesengajaan harus adanya kesadaran mengenai

sifat melawan hukumnya perbuatan. Sifat kesengajaan yang berwarna

menjelaskan bahwaharus ada hubungan antara keadaan batin si pelaku dengan

melawan hukumperbuatannya, dimana untuk adanya kesengajaan, si pelaku

perlu menyadari bahwa perbuatannya itu dilarang.

Terdapat 2 (dua) teori dalam ilmu pengetahuan hukum pidana tentang

kesengajaan yang berisi menghendaki dan mengetahui yaitu :

1) Teori kehendak (wilstheorie)

Teori kehendak diajarkan oleh Von Hippel (Jerman) dengan

karangannya tentang “Die Grenze von Vorzatz und Fahrlassigkeit” 1903

menerangkan bahwa sengaja adalah kehendak untuk membuat suatu

perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan akibat dari perbuatan itu.

2) Teori pengetahuan/membayangkan (voorstellingtheorie)

Teori pengetahuan/dapat membayangkan/persangkaan yang di

ajarkan oleh Frank (Jerman) dengan karangannya tentang “vorstelung un

wille in der moderner dolushlehre” 1907, menerangkan bahwa tidaklah


mungkin sesuatu akibat atau hal ikhwal yang menyertai itu tidak

dapatmembayangkan/menyangka terhadap akibat atau hal ikhwal yang

menyertai.

Oleh karena itu teori pengetahuan, pelaku tindak pidana tidak harus

menghendaki akibat perbuatannya melainkan hanya dapat

membayangkan/menyangka pelaku “menghendaki dan mengetahui”.

Bahwa bentuk kesengajaan ada tiga, yang pertama kesengajaan sebagai

maksud untuk mencapai suatu tujuan, kedua kesengajaan dengan sadar

kepastian dan yang ketiga kesengajaan dengan sadar kemungkinan.

Bahwa berkaitan dengan unsur “dengan sengaja” dengan memperhatikan

penjelasan diatas, untuk membuktikan unsur pasal ini, kami sampaikan fakta

hukum yang terungkap dalam persidangan bahwa berdasarkan keterangan saksi

Garda Aulia bahwa Terdakwa yang lebih dulu menghubunginya untuk

menawarkan penjualan 4 buah ginjal yang disamarkan dengan kode “Lobster

Hidup” yang lazim digunakan ketika bertransaksi di pasar gelap. Sehingga dalam

hal ini Terdakwa mengetahui dan menghendaki terjadinya transaksi jual beli

organ ginjal milik saksi Maulin Reso, saksi Sufyan Alifka, saksi Ade Rumbajan

dan saksi Rian Muliawansyah tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, maka kami Penuntut

Umum berpendapat unsur “Dengan sengaja” telah terpenuhi dan terbukti secara

sah dan menyakinkan menurut hukum.

Ad. 3 Unsur Memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun
Fandy Tjiptono mendefinisikan menjual sebagai salah satu kegiatan dari

pemasaran dalam upaya menyampaikan produk ke pasar dan penjual dituntut

untuk mempengaruhi calon pembeli agar konsumen bersedia membeli produk

yang ditawarkan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

mengartikan menjual sebagai kegiatan ekonimi yang tindakannya dilakukan

dengan memberikan sesuatu kepada orang lain untuk memperoleh uang

pembayaran atau menerima uang.

Konsep mengenai memperjualbelikan organ tubuh manusia atau

jaringan manusia menurut unsur-unsur yang terkandung dalam UU Kesehatan

yaitu adanya suatu perbuatan yang melanggar hukum dengan cara

mengambil dan/atau memberikan secara sengaja organ tubuh manusia atau

jaringan manusia yang dilakukan atas kehendak sendiri ataupun karena adanya

paksaan untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Organ mempunyai arti yaitu alat yang mempunyai tugas tertentu didalam

tubuh manusia. Bagian organ yang dimaksud disini antara lain jantung, ginjal,

paru-paru, kornea mata, hati, pankreas, usus dan katup jantung.

Jaringan Tubuh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah susunan

sel-sel khusus yang sama pd tubuh dan bersatu dl menjalankan fungsi biologis

tertentu.

Jaringan Tubuh menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1981 Pasal 1

butir ( d ) adalah “kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi)

yang sama dan tertentu”.


Berdasarkan pengertian “memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh

dengan dalih apapun” tersebut di atas apabila dikaitkan dengan fakta yang

terungkap di persidangan diperoleh fakta yuridis, sebagai berikut:.

1. Bahwa Terdakwa yang lebih dulu menghubunginya untuk menawarkan

penjualan 4 buah ginjal yang disamarkan dengan kode “Lobster Hidup” yang

lazim digunakan ketika bertransaksi di pasar gelap.

2. Bahwa Terdakwa menyepakati harga penjualan 4 (empat) buah ginjal

tersebut adalah sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan

Terdakwa juga yang meminta untuk diberikan Down Payment (DP) sebesar

Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

3. Bahwa untuk mendapatkan pembayaran Down Payment (DP) sebesar Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang dimaksudkan tersebut,

Terdakwa menyerahkan mobil jenis Honda tipe HRV warna Putih dengan

Nomor Polisi DT 1469 MX milik ayahnya yaitu saksi Ahmad Syarif Mawaqif

untuk menjadi jaminan pembelian di Kolam Retensi Boulevard, Lepo-Lepo,

Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

4. Bahwa Terdakwa melakukan transaksi jual beli organ ginjal tersebut karena

Terdakwa membutuhkan uang dalam jumlah besar untuk memenuhi

keinginannya dan kebutuhannya sendiri.

Bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, maka kami Penuntut

Umum berpendapat unsur “memperjual belikan organ atau jaringan tubuh

dengan dalih apapun” telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan menyakinkan

menurut hukum.
Ad. 4 Mereka Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan dan Yang Turut Serta

Melakukan

Bahwa Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP mengatur mengenai pidana sebagai

pelaku tindak pidana yaitu mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan,

dan yang turut serta melakukan perbuatan, dalam surat Dakwaan

dikonstruksikan dengan kalimat “Bersama-sama”, bahwa pengertian turut serta

dalam rumusan ini adalah mereka yang bersama-sama melakukan perbuatan

pidana.

Bahwa suatu tindak pidana dilakukan secara bersama-sama harus dapat

dibuktikan bahwa niat atau kehendak untuk mewujudkan suatu tindak pidana dan

akibat hukumnya harus dilakukan dengan sengaja. Suatu kesengajaan tentunya

berhubungan dengan sikap bathin seseorang yang didakwa melakukan suatu

tindak pidana, dan Majelis Hakim menyadari tidaklah mudah untuk menentukan

sikap bathin seseorang atau membuktikan adanya unsur kesengajaan dalam

perbuatan seseorang yang didakwa melakukan suatu tindak pidana, atau

ringkasnya adalah hal yang sulit untuk menentukan apakah kesengajaan itu

benar-benar ada pada diri sipelaku, lebihlebih bagaimanakah keadaan bathinnya

pada waktu orang tersebut melakukan tindak pidana, oleh karena itulah sikap

bathinnya tersebut, harus disimpulkan dari keadaan lahir yang tampak dari luar,

dengan cara Majelis Hakim harus mengobjektifkan adanya unsur kesengajaan

tersebut, dengan berpedoman pada teori ilmu pengetahuan hukum, untuk


sampai pada suatu kesimpulan apakah perbuatan Terdakwa merupakan suatu

sebab ataukah akibat dari suatu peristiwa pidana yang mesti dialaminya.

Bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa yang mengatakan bahwa ia

bersama-sama dengan saksi Kiki Pradana, saksi Ayu Hardianti, saksi Ilman Dwi

Agnes dan saksi Santi Puspita Sari telah bekerja sama untuk melakukan operasi

pembedahan untuk mengektrasi organ ginjal milik saksi Maulin Reso, saksi

Sufyan Alifka, saksi Ade Rumbajan dan saksi Rian Muliawansyah.

Oleh karena itulah untuk menentukan peran masing-masing terhadap

unsur secara bersama-sama melakukan perbuatan ini dipertimbangkan dengan

cara menilai keseluruhan alat-alat bukti yang diajukan dalam perkara ini dalam

hubungannya dengan dakwaan terhadap diri Terdakwa, karena untuk

menentukan apakah perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur perbuatan

secara bersama-sama, maka perbuatan Terdakwa tersebut harus memenuhi

beberapa persyaratan, yaitu :

a. Beberapa perbuatan tersebut timbul dari niat yang sama;

b. Perbuatan-perbuatan tersebut harus sama dan sejenis;

c. Para pelaku secara aktif melakukan suatu kerja sama untuk mewujudkan

adanya tindak pidana tersebut.

Bahwa oleh karena pokok masalahnya adalah adanya perbuatan yang

secara melawan hukum melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh

anak untuk pihak lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau

orang lain yang dilakukan oleh Terdakwa bersama saksi Kiki Pradana, saksi Ayu

Hardianti, saksi Ilman Dwi Agnes dan saksi Santi Puspita Sari.
Bahwa peran Terdakwa dalam melakukan perbuatan ini adalah Terdakwa

yang mempunyai niat dan kehendak dan memiliki inisiatif untuk memerintahkan

transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh anak untuk pihak lain dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut, unsur “mereka yang

melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan” (Delik

Penyertaan) telah terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai