Anda di halaman 1dari 21

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM,

PENEGAKAN HUKUM DAN PERTANGGUNG


JAWABAN HUKUM DALAM HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA

DISUSUN OLEH :

Nashya Gina Aliya 218400062


Imam Wahyudi 218400064
Amanda Natasya 218400068
 

UNIVERSITAS MEDAN AREA


FAKULTAS HUKUM
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA

sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami

juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang telah membantu dalam

penyelesaian makalah yang berjudul “Upaya Perlindungan Hukum, Penegakan

Hukum Dan Pertanggung Jawaban Hukum Dalam Hukum Administrasi Negara"

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, serta khususnya para mahasiswa untuk ke

depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar

menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman , saya yakin dalam

pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu

kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini

Medan,23 November
2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, Perlindungan hukum diwujudkan dalam kehadiran berbagai undang-undang dan

peraturan. Bentuk perlindungan atau kategorinya beragam, contoh perlindungan hukum, antara

lain perlindungan hukum perdata, perlindungan hukum konsumen, perlindungan anak, dan lain

sebagainya.

Secara tersirat, perlindungan hukum di Indonesia secara perdata tergambar dalam KUH Perdata.

Dalam KUH Perdata, diatur perlindungan untuk korban atau pihak yang mengalami kerugian,

yakni berupa ganti rugi. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1365 KUH Perdata

yang menyebutkan bahwa orang yang melanggar hukum dan membawa kerugian wajib

mengganti kerugian yang timbul karenanya. Selanjutnya, perlindungan konsumen diatur dalam

UU Perlindungan Konsumen. Arti perlindungan konsumen sebagaimana termaktub di Pasal 1

Angka 1 UU Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Dalam undang-undang ini diterangkan pula sejumlah hak dari konsumen dan kepastian

hukumnya. Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen menerangkan bahwa seorang konsumen berhak

atas delapan hak sebagai berikut.

1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

4.Adami Chazawi, op cit., Halaman 22

5.Aloysius Suratin, Kajian Undang-Undang Pangan dalam Perspektif Ha katas Pangan dalam Perspektif Hak atas Pangan,
(Online: Http//www.ilecosoindonesia.wordpress.com)

6. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau

jasa;

4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; dan

8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

Persoalan yang berkaitan dengan perlindungan anak diatur dalam UU Perlindungan Anak dan

perubahannya. Pasal 1 Angka 2 UU Perlindungan Anakjo. UU 35/2014 menyatakan bahwa

perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya

agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan hukum dan diskriminasi.Tujuannya

pentingnya perlindungan dan penegakan hukum tidak lain untuk memastikan subjek hukum

memperoleh setiap haknya. Kemudian, apabila ada pelanggaran akan hak-hak tersebut, adanya

perlindungan hukum dapat memberikan perlindungan penuh pada subjek hukum yang menjadi

korban.Upaya perlindungan hukum telah dilakukan dengan perumusan sejumlah undang-undang

dan kebijakan. Akan tetapi, sejauh ini perlindungan yang diberikan belum optimal. Hal ini

berkaitan dengan upaya penegakan hukumnya.

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-

norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan

4.Adami Chazawi, op cit., Halaman 22

5.Aloysius Suratin, Kajian Undang-Undang Pangan dalam Perspektif Ha katas Pangan dalam Perspektif Hak atas Pangan,
(Online: Http//www.ilecosoindonesia.wordpress.com)

6. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau darui sudut subyeknya,

penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai

upaya penegakan hukum itu melibatkan semua subyek hukum dalam setiap hubungan hukum.

Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia

menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subyeknya itu,

penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk

menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu

diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi

hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti

luas, penegakan hukum itu mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi

aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tatapi dalam arti sempit,

penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Karena itu, penerjemahan perkataan “Law enforcement” ke dalam bahasa indonesia dalam

menggunakan perkataan “Penegakan Hukum” dalam arti luas dapat pula digunakan istilah

“Penegakan Peraturan” dalam arti sempit. Pembedaan antara formalita aturan hukum yang

tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa

inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah “the rule of law” atau dalam istilah “ the rule of

law and not of a man” versus istilah “ the rule by law” yang berarti “the rule of man by law”

Dalam istilah “ the rule of law” terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam

artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya.

Karena itu, digunakan istilah “ the rule of just law”. Dalam istilah “the rule of law and not of

man”, dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara

4.Adami Chazawi, op cit., Halaman 22

5.Aloysius Suratin, Kajian Undang-Undang Pangan dalam Perspektif Ha katas Pangan dalam Perspektif Hak atas Pangan,
(Online: Http//www.ilecosoindonesia.wordpress.com)

6. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah “the rule by

law” yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar

sebagai alat kekuasaan belaka.

Dalam melakukan berbagai tindakan (termasuk tindakan hukum) pemerintah harus bersandar

pada asas legalitas. Tindakan hukum mengandung makna penggunaan kewenangan dan di

dalamnya tersirat adanya kewajiban pertanggungjawaban. Tanggung jawab negara terhadap

warga negara atau pihak ketiga dianut oleh hampir semua negara.Dalam perspektif hukum

publik, tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dan dipergunakan dalam

beberapa instrumen hukum dan kebijakan seperti peraturan perundang-undangan, peraturan

kebijakan, dan keputusan. 

Di samping itu, pemerintah juga sering menggunakan instrumen hukum keperdataan seperti

perjanjian dalam  menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Setiap penggunaan wewenang dan

penerapan instrumen hukum oleh pejabat pemerintahaan ini pasti akan menimbulkan akibat

hukum, karena memang dimaksudkan untuk menciptakan hubungan hukum dan akibat hukum.

Telah jelas bahwa setiap penggunaan kewenangan itu di dalamnya terkandung

pertanggungjawaban, namun demikian harus pula dikemukakan tentang cara-cara memperoleh

dan menjalankan kewenangan. Di samping penentuan kewajiban tanggung jawab itu didasarkan

pada cara-cara memperoleh kewenangan, juga harus ada kejelasan tentang siapa yang dimaksud

oleh pejabat dan kapan atau pada saat bagaimana seseorang itu disebut dan dikategorikan

sebagai pejabat.Yang dimaksud dengan pejabat adalah seorang yang bertindak sebagai wakil dari

jabatan, yang melakukan perbuatan untuk dan atas nama jabatan. Sehingga, tampak bahwa

tindakan hukum yang dijalankan oleh pejabat dalam rangka menjalankan kewenangan  jabatan

atau melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama jabatan, maka tindakannya itu

dikategorikan sebagai tindakan hukum jabatan.


4.Adami Chazawi, op cit., Halaman 22

5.Aloysius Suratin, Kajian Undang-Undang Pangan dalam Perspektif Ha katas Pangan dalam Perspektif Hak atas Pangan,
(Online: Http//www.ilecosoindonesia.wordpress.com)

6. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perlindungan Hukum, Perlindungan Hukum Bidang Perdata, dan Perlindungan


Hukum bidang publik?
2. Bagaimana Penegakan Hukum , Penegakan hukum dalam hukum administrasi negara, dan
macam macam saksi dalam hukum administrasi negara?
3 . Bagaimana pertanggung jawaban pemerintah, Pengertian pertanggung jawaban, aspek
teoritis pertanggung jawaban hukum pemerintah, pertanggung jawaban pemerintah dalam
hukum administrasi

1.3 Tujuan Penelitiann

1. Untuk mengetahui apa itu Perlindungan Hukum, Perlindungan Hukum Bidang Perdata,
dan Perlindungan Hukum bidang publik

2. Untuk dapat mengetahui dan memahami Penegakan Hukum , Penegakan hukum dalam
hukum administrasi negara, dan macam macam saksi dalam hukum administrasi negara

3. Untuk dapat memahami pertanggung jawaban pemerintah, Pengertian pertanggung


jawaban, aspek teoritis pertanggung jawaban hukum pemerintah, pertanggung jawaban
pemerintah dalam hukum administrasi

4.Adami Chazawi, op cit., Halaman 22

5.Aloysius Suratin, Kajian Undang-Undang Pangan dalam Perspektif Ha katas Pangan dalam Perspektif Hak atas Pangan,
(Online: Http//www.ilecosoindonesia.wordpress.com)

6. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum dapat diartikan dari gabungan dua definisi, yakni “perlindungan” dan
“hukum”. KBBI mengartikan perlindungan sebagai hal atau perbuatan yang melindungi. Lalu,
hukum dapat diartikan sebagai peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.

Merujuk definisi tersebut, perlindungan hukum dapat diartikan dengan upaya melindungi yang
dilakukan pemerintah atau penguasa dengan sejumlah peraturan yang ada. Singkatnya,
perlindungan hukum adalah fungsi dari hukum itu sendiri; memberikan perlindungan.

a. Perlindungan hukum bidang perdata

perlindungan hukum di Indonesia secara perdata tergambar dalam KUH Perdata. Dalam KUH
Perdata, diatur perlindungan untuk korban atau pihak yang mengalami kerugian, yakni berupa
ganti rugi. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang
menyebutkan bahwa orang yang melanggar hukum dan membawa kerugian wajib mengganti
kerugian yang timbul karenanya. 

Selanjutnya, perlindungan konsumen diatur dalam UU Perlindungan Konsumen. Arti


perlindungan konsumen sebagaimana termaktub di Pasal 1 Angka 1 UU Perlindungan
Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.

b. Perlindungan hukum bidang publik

Tindakan hukum pemerintah merupakan tindakan yang berdasarkan sifatnya menimbulkan


akibat hukum. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum bagi warga Negara terhadap
tindakan hukum pemerintah. Dalam rangka perlindungan hukum, keberadaan asas hukum
umum pemerintah yang layak ini memiliki peranan penting dan memberikan kewenangan
kepada administrasi Negara untuk membuat peraturan perundangan.

Ada 2 macam perlindungan hukum bagi rakyatAlasan warga Negara mendapat perlindungan
yaitu perlindungan hukum preventive dan represif. hukum dari tindakan pemerintah yaitu
pertama dalam berbagai hal warga Negara dan badan hukum perdata tergantung pada keputusan
pemerintah. Kedua, hubungan antara pemerintah dengan warga Negara tidak berjalan dalam
posisi sejajar. Ketika berbagai perselisihan warga Negara dengan pemerintah itu berkenaaan
dengan keputusan dan ketetapan, sebagai instrument pemerintah yang bersifat sepihak dalam
melakukan intervensi terhadap kehidupan warga negara.
2.2 Penegakan hukum

Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan

kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses

perwujudan ide-ide. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya

norma- norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu lintas atau hubungan-

hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Penegakan hukum merupakan

usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep hukum yang diharapakan rakyat menjadi

kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.

a. Penegakan Hukum dalam administrasi negara

Penegakan hukum administrasi Negara yaitu suatu upaya yang dilakukan untuk menjadikan kewajiban

dari aparatur Negara untuk mengatur hubungan Negara dengan masyarakat yang mempunyai tujuan

bersama. Dalam penegakan hukum administrasi Negara ada faktor yang mempengaruhi terjadinya

penegakan hukum seperti instansi aparatur Negara yang berperan sebagai sarana dan prasarana

pendukung mekanisme kerja kelembagaan.

Dalam pembahasan pada Penegakan hukum administrasi Negara jugga terdapat kebijakan yang di

dalamnya terdapat sanksi apabila suatu kebijakan itu di langgar atau di ingkari. Sanksi tersebut akan

berhasil jika hukum yang ditetapkan tegas. Karena sanksi merupakan bagian penutup yang penting

dalam hukum, hal ini merupakan suatu bentuk pemaksaan dari administrasi Negara (pemerintah)

terhadap warga Negara dalam hal adanya perintah-perintah, kewajiban-kewajiban, atau larangan-

larangan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang diketahui oleh administrasi Negara

(pemerintah).

Dalam lingkup hukum administrasi Negara pemerintah dapat memakasa apabila terjadi suatu

pelanggaran , ini sebuah bentuk dari sangsi administratif yaitu suatu perangkat hukum yang bersifat

pembebanan kewajiban, sangsi administrasi yang dapat dikenakan terhadap pelanggar perizinan dapat

berupa paksaan pemerintah, penarikan kembali keputusan yang menguntungkan, penegakan uang
paksa oleh pemerintah pengenaan denda administratif.

b. Macam macam saksi dalam hukum administrasi negara

1. Paksaan Pemerintah (Bestuursdwang)

Berdasarkan Undang-Undang Hukum Administrasi Belanda, paksaan pemerintah merupakan tindakan

nyata yang dilaksanakan oleh pemerintah atau atas nama pemerintah guna mengosongkan,

memindahkan, menghalangi, memperbaiki keadaan yang telah dilakukan atau sedang dilakukan, yang

bertentangan dengan kewajiban yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan ke

keadaan semula. Dalam hal ini organ pemerintah memiliki kewenangan untuk merealisasikan dengan

nyata berkaitan dengan ketaatan warganya, jika perlu dengan paksaan terhadap pelanggaran

peraturan perundang-undangan atau kewajiban tertentu. Paksaan pemerintahan ini dilihat dari bentuk

eksekusi nyata, yaitu dilaksanakan secara langsung tanpa perantaraan hakim dan biaya yang berkaitan

dengan pelaksanaan paksaan dapat dikenakan langsung kepada pelanggar.Dalam hal ini, pemerintah

memiliki kebebasan untuk memilih apakah menggunakan paksaan pemerintah atau tidak. Salah satu

ketentuan hukum dalam pelaksanaan paksaan pemerintah wajib didahului oleh surat peringatan

tertulis, yang dituangkan dalam bentuk KTUN. Surat peringatan tertulis itu harus berisi hal-hal:

1. Peringatan harus definitif, artinya keputusan itu harus ditujukkan bagi organ pemerintahan yang

sudah harus pasti.

2. Di sebutkan organ yang berwenang untuk melakukan paksaan pemerintah. 

3. Peringatan harus ditunjukkan kepada orang yang tepat.

4. Ketentuan yang dilanggar harus dicantumkan secara jelas.

5. Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas.

6. Terdapat penentuan jangka waktu.


7. Pemberian beban jelas dan seimbang.

8. Pemberian beban tanpa syarat.

9. Beban mengandung pemberian alasannya.

10.  Peringatan memuat berita tentang pembebanan biaya.

2. Penarikan Kembali KTUN yang Menguntungkan

Penarikan kembali KTUN yang menguntungkan, berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam

keputusan organ pemerintahan. Sanksi ini merupakan sanksi yang berlaku ke belakang, yaitu sanksi

yang pada situasi sebelum keputusan itu dibuat.Penarikan kembali KTUN yang menguntungkan

dilakukan dengan cara mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau

menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan terdahulu. Sebab-sebab pencabutan KTUN sebagai sanksi,

yaitu sebagai berikut:

1. Pihak yang berkepentingan tidak menaati pembatasan-pembatasan, ketentuan peraturan

perundang-undangan atau syarat yang berkaitan dalam perizinan, subsidi, atau pembayaran.

2. Pihak yang berkepentingan memberikan data yang tidak lengkap atau salah pada saat mengajukan

permohonan untuk mendapatkan izin, subsidi, atau pembayaran.

Dalam penarikan suatu keputusan yang telah dibuat harus memperhatikan asas-asas berikut:

1. Suatu keputusan yang bermanfaat bagi yang dikenainya, dan putusan tersebut juga terdapat

beberapa syarat tertentu, diantaranya yaitu dapat ditarik kembali ketika pada waktu yang ditetapkan

tersebut tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Suatu keputusan yang bermanfaat untuk pihak yang dikenainya tidak dapat ditarik kembali setelah

jangka tertentu sudah lewat, apabila melakukan penarikan kembali setelah jangka waktu yang

ditetapkan sudah lewat, maka suatu keadaan yang layak di bawah kekuasaan keputusan-keputusan

yang bermanfaat itu menjadi tidak layak.


3. Adanya suatu keputusan yang tidak benar, yaitu dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak layak.

Keadaan ini tidak boleh dihilangkan apabila menarik kembali keputusan yang bersangkutan kepada

pihak yang dikenainya itu mendapatkan kerugian yang lebih besar daripada kerugian yang diderita oleh

negara karena keadaan yang tidak layak tersebut.

4. Menarik kembali atau mengubah suatu keputusan harus diadakan dengan cara  (formalitas) yang

sama sebagaimana yang ditentukan bagi pembuat ketetapan itu (asas contrarius actus).

5. Suatu keputusan yang dibuat karena yang berkepentingan melakukan penipuan, hal ini dapat

ditiadakan ab ovo (dari permulaan tidak ada).

6. Suatu keputusan yang isinya belum diberitahukan kepada yang bersangkutan, jadi suatu keputusan

yang belum menjadi perbuatan yang sungguh-sungguh dalam pergaulan hukum, dapat ditiadakan ab

ovo.

3. Pengenaan Uang Paksa (Dwangsom)

Pengenaan uang paksa dalam Hukum Administrasi Negara ini dikenakan pada pihak yang tidak

mematuhi atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pengenaan uang paksa

ini merupakan alternatif dari tindakan paksaan pemerintah. Pengenaan uang paksa dikatakan sebagai

alternatif untuk tindakan nyata, yang berarti sebagai sanksi “subsidiary” dan dianggap sebagai sanksi

reparatoir. Persoalan hukum yang dihadapi dalam pengenaan dwangsom sama dengan pelaksanaan

paksaan nyata. Pengenaan uang paksa ini lebih banyak diterapkan ketika pelaksanaan bestuursdwang

sulit dilakukan.

4. Pengenaan Denda Administratif

Mengutip pendapat P. de Haan dan kawan-kawan bahwa pengenaan denda administratif itu tidak lebih

dari sekadar reaksi terhadap pelanggaran norma yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti,

terutama denda administrasi yang terdapat dalam hukum pajak.Pengenaan denda administratif ini
diberikan tanpa perantaraan hakim, artinya pemerintah dapat menerapkan secara arbitrer, tetapi

harus tetap memperhatikan asas-asas Hukum Administrasi Negara baik secara tertulis maupun tidak

tertulis. Berkenaan dengan denda administratif ini, di dalam Algemene Bepalingen Van Administratief

Recht, disimpulkan bahwa denda administrasi hanya dapat diterapkan  atas dasar kekuatan wewenang

yang diatur Undang-Undang dalam arti formal.


2.3 Pertanggung jawaban pemerintah

a. Pengertian Pertanggung jawaban

Pertanggungjawaban, tanggung gugat atau akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat

dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen

dan lembaga yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering digunakan

secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility),

kemampuan memberikan jawaban (answerability), yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan

yang mempunyai ketidakbebasan (liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan

harapan dapat menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau pemerintahan, hal ini

sebenarnya telah menjadi pusat-pusat diskusi yang terkait dengan tingkat problembilitas di sektor

publik, perusahaan nirlaba, yayasan dan perusahaan-perusahaan.

b. Aspek teoritis pertanggung jawaban hukum pemerintah

1. Ajaran tentang pemisahan (lembaga) kekuasaan negara

Ajaran ini menghendaki agar setiap lembaga negara berdiri sendiri dengan kekuasaannya dan

peranannya sendiri-sendiri sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan konstitusi. Dalam hal ini,

masing-masing lembaga kekuasaan negara harus saling menghormati dan tidak boleh saling

mempengaruhi atau intervensi.Namun dalam konsep negara hukum, setiap subjek hukumnya harus

sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku dalam segala tindakannya atau perbuatannya.  Sehingga,

ketika lembaga yudisial menyelesaikan masalah pelanggaran hukum yang dibuat oleh pemerintah

(lembaga eksekutif), maka tidak dapat disebut sedang melakukan intervensi pada kegiatan

pemerintahan.

2. Pergeseran konsep dari kedaulatan negara menjadi kedaulatan hukum

Dalam doktrin kedaulatan negara mengandaikan bahwa negara itu lebih dari hukum, dan semua

kegiatan negara tidak dapat dicapai oleh hukum. Implikasi lain, hukum merupakan buatan negara atau 
apabila merujuk pada John Austin, yang menyebutkan:“law is a command of the lawgiver,” sehingga

tidak logis apabila buatan negara itu menghakimi pembuatnya. Dari segi hukum, negara atau

pemerintah sebagai subyek hukum, merupakan badan hukum yang memiliki kedudukan istimewa

dibandingkan dengan badan hukum lainnya. Namun negara tidak dibebaskan dari tanggung jawab

dalam segala tindakannya. Secara umum, diakui bahwa tidak ada subjek hukum dalam bentuk apapun

yang dapat menghindari akibat dari perbuatan hukumnya.

3. Perluasan makna hukum tertulis dan tidak tertulis

Hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) merupakan produk dari suatu lembaga pemerintah

(legislatif) yang dianggap sakral dan memerlukan ketaatan dan kepatuhan dari semua

pihak. Kenyataannya, rumusan ini hanyalah rumusan kepentingan sekelompok orang, tidak

mencerminkan keadilan dan persamaan. Di luar hukum tertulis terdapat nilai-nilai kebenaran, keadilan,

kepatuhan, dan nilai-nilai etika lainnya yang dipegang dan menjadi pedoman oleh anggota masyarakat,

yang tergolong atau disebut sebagai hukum yang tidak tertulis.Dalam perkembangannya, dapat

diterima bahwa hukum tidak tertulis dapat berlaku bagi siapa saja yang melanggar hukum, termasuk

pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah juga harus bertindak hati-hati dan mengikuti aturan

tersebut. 

4. Perluasan peranan dan aktivitas negara/pemerintah dari konsepsi nachwachtersstaat  ke

welvaarsstaat

Sebagai subyek hukum, pemerintah dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat menimbulkan

akibat-akibat hukum baik bersifat positif maupun akibat bersifat negatif. Akibat hukum yang negatif ini

memiliki relevansi dengan pertanggungjawaban karena dapat memunculkan tuntutan dari pihak yang

terkena akibat hukum yang negatif. Tuntutan dapat dilakukan ketika pemerintah dalam melaksanakan

kegiatannya tidak berdasarkan hukum atau melakukan pelanggaran hukum, dan perbuatan tersebut

dilakukan untuk kepentingan umum. Dengan mengadopsi konsep negara kesejahteraan (welfare state),

pemerintah memiliki kewajiban untuk melayani kepentingan umum dan mewujudkan kesejahteraan
umum, di mana pemerintah ikut campur dalam  banyak kehidupan warga negaranya.

c. Pertanggung jawaban pemerintah dalam hukum administrasi negara

Dalam melakukan berbagai tindakan (termasuk tindakan hukum) pemerintah harus bersandar pada

asas legalitas. Tindakan hukum mengandung makna penggunaan kewenangan dan di dalamnya tersirat

adanya kewajiban pertanggungjawaban. Tanggung jawab negara terhadap warga negara atau pihak

ketiga dianut oleh hampir semua negara.Dalam perspektif hukum publik, tindakan hukum

pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dan dipergunakan dalam beberapa instrumen hukum dan

kebijakan seperti peraturan perundang-undangan, peraturan kebijakan, dan keputusan. 

Di samping itu, pemerintah juga sering menggunakan instrumen hukum keperdataan seperti perjanjian

dalam  menjalankan tugas-tugas pemerintahan. Setiap penggunaan wewenang dan penerapan

instrumen hukum oleh pejabat pemerintahaan ini pasti akan menimbulkan akibat hukum, karena

memang dimaksudkan untuk menciptakan hubungan hukum dan akibat hukum. Telah jelas bahwa

setiap penggunaan kewenangan itu di dalamnya terkandung pertanggungjawaban, namun demikian

harus pula dikemukakan tentang cara-cara memperoleh dan menjalankan kewenangan. Di samping

penentuan kewajiban tanggung jawab itu didasarkan pada cara-cara memperoleh kewenangan, juga

harus ada kejelasan tentang siapa yang dimaksud oleh pejabat dan kapan atau pada saat bagaimana

seseorang itu disebut dan dikategorikan sebagai pejabat. Yang dimaksud dengan pejabat adalah

seorang yang bertindak sebagai wakil dari jabatan, yang melakukan perbuatan untuk dan atas nama

jabatan. Sehingga, tampak bahwa tindakan hukum yang dijalankan oleh pejabat dalam rangka

menjalankan kewenangan  jabatan atau melakukan tindakan hukum untuk dan atas nama jabatan,

maka tindakannya itu dikategorikan sebagai tindakan hukum jabatan.

Mengenai pertanggungjawaban pejabat ada dua teori yang dikemukakan oleh Kranenburg dan Vegting,
yaitu;

1. Fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga itu

dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. 

2. Fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga itu

dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesinpulan

Dalam kasus pidana Perlindungan Konsumen, maka yang dimaksud dengan Perlindungan

Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Namun, sejauh ini Undang-undang Perlindungan konsumen

tersebut belum sepenuhnya ditegakkan. Konsumen sebagai objek Undang-undang Perlindungan

Konsumen masih saja sering dirugikan oleh para produsen nakal. Masih banyak saja

pelanggaran Undang-undang Perlindungan konsumen yang terjadi di Indonesia.

Selain memberikan sanksi secara perdata dengan pemberian ganti rugi, pelanggaran Hak-hak

konsumen tertentu dapat juga dikenakan pidana penjara kepada para pelaku usaha yang

melanggarnya ( Pidana Perlindungan Konsumen ).

Berikut ini beberapa Perkara dan atau Kasus Pidana Perlindungan Konsumen yang dapat LHS

& PARTNERS tangani, yaitu antara ain :

+ Penjualan Barang Cacat+ Penjualan yg tidak sesuai dengan Iklanya+ Iklan yang menipu &

menjebak+ Pengalihan Tanggungjawab Peelaku Usaha+ Dan lain-lain

Bagi Anda yang sedang mengalami permsalahan / kasus hukum tersebut diatas dan memerlukan

bantuan / jasa hukum lawyer atau pengacara dari kantor kami, silahkan menghubungi kami.
Perkara Hukum Pidana Khusus lainnya

Narkotika, Kasus Pidana UU Ite, Tindak Pidana Haki, Pidana Kependudukan,

Kewarganegaraan & Imigrasi, Korupsi & Grafikasi, Pidana Pornografi, Malpraktik Dokter &

Rs, Tindak Pidana Perbankan, Tindak Pidana Lingkungan, Tindak Pidana Kehutanan, Pidana

perikanan & kelautan, dan lain sebagainya.

Konsumen adalah setiap orang yang pemakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak unuk diperdagangkan. Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara

langsung maupun secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang

tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai

dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan.

Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak dan

kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum

terhadap kepentingan konsum


DAFTAR PUSTAKA

DennyLumbanTobing,TaufikSiregar,2012. "PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA


TERHADAP KONSUMEN BIDANG PANGAN"

https://blog.justika.com/?cohort=catwoman

Andi Hamzah. 2014. Asas-Asas Hukum Pidana.

https://kantorhukum-lhs.com/perkara/pidana-perlindungan-konsumen/

https://pusatasuransi.com/uu-perlindungan-konsumen/

https://disperindag.sumbarprov.go.id/details/news/9218

https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/409

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, sinargrafik, Jakarta,


2008, h. 27.

Anda mungkin juga menyukai