MAKALAH
Disusun Oleh :
Kelompok 11
DAFTAR ISI................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................... 6
BAB II .......................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 7
KESIMPULAN ......................................................................................................... 30
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam
arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai
negara hukum, namun seperti yang disebutkan Paulus E. Lotulung, masing-
masing negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana
mewujudkan perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa jauh
perlindungan hukum itu diberikan. Perlindungan hukum yang dimaksudkan ini
lebih ditekankan pada perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau
perbuatan hukum pemerintah berdasarkan hukum positif di Indonesia.
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur
hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Selain itu hukum berfungsi
sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum. Pelaksanaan hukum dapat
berlangsung secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran
hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak
menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar
hak-hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus
mendapatkan perlindungan hukum.
Di Indonesia perlindungan hukum bagi rakyat akibat tindakan hukum
pemerintah ada beberapa kemungkinan, tergantung dari instrumen hukum yang
digunakan pemerintah. Instrumen hukum pemerintah yang lazim digunakan
adalah peraturan perundang-undangan dan keputusan.
Menurut ten Berge, instrumen penegakan hukum administrasi negara
meliputi pengawasan dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah
preventif untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi
merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu perlindungan hukum dalam HAN
2. Jelaskan apa itu penegakan hukum dalam HAN
3. Bagaimana penegakan hukm dalam HAN itu berjalan
C. Tujuan
Secara umum diharapkan baik untuk penyusun maupun pembaca dapat
lebih memahami perihal perlindungan, penegakan, dan pertanggungjawaban
dalam Hukum Administrasi Negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum
Subjek hukum selaku pemikul hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dapat
melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan kemampuan atau
kewenangan yang dimilikinya. Dalam pergaulan di tengah masyarakat, banyak
terjadi hubungan hukum yang muncul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan
hukum dari subjek hukum itu, yakni interaksi antarsubjek hukum yang
memiliki relevansi hukum atau mempunyai akibat-akibat hukum. agar
hubungan hukum antarsubjek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang,
dan adil atau dalam arti lain setiap objek hukum mendapatkan apa yang menjadi
haknya dan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya, maka hukum
tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan hukum tersebut.
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur
hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum. Selain itu hukum berfungsi
sebagai instrumen perlindungan bagi subjek hukum. Pelaksanaan hukum dapat
berlangsung secara normal, damai tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran
hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu tidak
menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena melanggar
hak-hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-haknya harus
mendapatkan perlindungan hukum.
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan
warga negara adalah Hukum Administrasi Negara atau hukum perdata,
tergantung dari sifat dan kedudukan pemerintah dalam melakukan tindakan
hukum tersebut.
Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum dalam kapasitasnya
sebagai wakil dari badan hukum, maka tindakan tersebut diatur dan tunduk
pada ketentuan hukum keperdataan, sedangkan ketika pemerintah bertindak
sebagai pejabat, maka tindakan itu diatur dan tunduk pada Hukum Administrasi
Negara. Tindakan hukum pemerintah dapat menjadi peluang munculnya
perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang melanggar hak-hak warga
negara. Oleh karena itu, hukum harus memberikan perlindungan hukum bagi
warga negara.
Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam
arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang mengedepankan diri sebagai
negara hukum, namun seperti yang disebutkan Paulus E. Lotulung, masing-
masing negara mempunyai cara dan mekanismenya sendiri tentang bagaimana
mewujudkan perlindungan hukum tersebut, dan juga sampai seberapa jauh
perlindungan hukum itu diberikan. Perlindungan hukum yang dimaksudkan ini
lebih ditekankan pada perlindungan hukum terhadap sikap tindak atau
perbuatan hukum pemerintah berdasarkan hukum positif di Indonesia.
Secara umum ada tiga macam perbuatan pemerintahan yaitu perbutan
pemerintahan dalam bidang pembuatan peraturan perundang-undangan
(regeling), perbuatan pemerintahan dalam penerbitan keputusan (beschikking),
dan perbuatan pemerintahan dalam bidang keperdataan (materiele daad). Dua
bidang yang pertama terjadi dalam bidang publik oleh karenanya tunduk pada
hukum publik, sedangkan bidang yang terakhir khusus dalam bidang
keperdataan, maka tunduk berdasarkan ketentuan hukum perdata. Muchsan
mengatakan bahwa perbuatan melawan hukum oleh pemerintah yang berbentuk
melanggar hak subjektif orang lain tidak hanya terbatas pada perbuatan yang
bersifat privaatrechtelijk saja, tetapi juga perbuatan yang bersifat
publiekrechtelijk. Penguasa dapat dianggap melakukan perbuatan melawan
hukum karena melanggar hak subjektif orang lain, apabila:
1. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan
hukum perdata serta melanggar ketentuan dalam hukum tersebut.
2. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hukum publik
serta melanggar ketentuan kaidah hukum tersebut.
Dalam Pasal 145 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terdapat
ketentuan sebagai berikut:
1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat TUN diberi wewenang oleh atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan
secara administratif sengketa tata usaha Negara tertentu, maka sengketa
tata usaha Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya
administratif yang tersedia.
2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha Negara sebagaimana dimaksud ayat (1) jika seluruh
upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.
Upaya administratif ini ada dua macam, yaitu banding administratif dan
prosedur keberatan. Banding administratif yaitu penyelesaian sengketa tata
usaha Negara dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang
mengeluarkan keputusan yang disengketakan. Sedangkan prosedur keberatan
adalah penyelesaian sengketa tata usaha Negara dilakukan oleh instansi yang
mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.
B. Penengakan Hukum
Penegakan hukum secara konkret adalah berlakunya hukum positif
dalam praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati. Menurut Satjipto Raharjo,
penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan ide-ide atau konsep-konsep
(keadilan, kebenaran dan kemanfaatan) yang abstrak menjadi kenyataan. Oleh
karena hakikat penegakan hukum itu adalah mewujudkan nilai-nilai atau
kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran, maka penegakan hukum
bukan hanya menjadi tugas dari pada penegak hukum yang sudah dikenal
secara konvensional. Akan tetapi menjadi tugas setiap orang. Dalam kaitannya
dengan hukum publik, J.B. ten Merge mengatakan bahwa pihak pemerintahlah
yang paling bertanggung jawab melakukan penegakan hukum.
Proses penegakan hukum tentu melibatkan banyak hal dan
keberhasilannya ditentukan oleh hal-hal tersebut. Faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum yang dikemukan oleh Soerjono Sukanto, adalah:
1. Faktor hukumnya sendiri;
2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum;
3. Faktor sarana atau fasiltas yang mendukung penegakan hukum
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
ditetapkan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
C. Pertanggungjawaban Pemerintah
1. Pengertian Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang
berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Dalam kamus
hukum ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban yaitu
liability (the state of being liable) dan responbility (the state of fact
being responsible). Liability menunjuk pada makna yang paling
komprehensif, meliputi hampir setiap karakter risiko dan tanggung
jawab, yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin. Liability
didefinisikan untuk menunjuk semua karakter hak dan kewajiban.
Sementara responsibility berarti hal dapat dipertanggungjawabkan atas
suatu kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan
kecakapan. Pertanggungjawaban menurut undang-undang yaitu
kewajiban mengganti kerugian yang timbul karena perbuatan
melanggar hukum.
2. Aspek Teoritik Pertanggungjawaban Hukum Pemerintah
a. Pergeseran konsep dari kedaulatan negara menjadi kedaulatan hukum
Ajaran kedaulatan negara mengasumsikan bahwa negara itu berada di
atas hukum dan semua aktivitas negara tidak dapat dijangkau hukum. Implikasi
lebih lanjut, hukum adalah buatan negara atau dengan merujuk pada John
Austin yang menyebutkan law is a command of the lawgiver, karena itu tidak
logis buatan itu menghakimi pembuatnya.
Dalam perspektif ilmu hukum, negara atau pemerintah telah diakui
sebagai subyek hukum. Negara atau pemerintah adalah subyek hukum yang
memiliki kedudukan istimewa dibandingkan subyek hukum lain, akan tetapi
negara tidak bebas dari tanggung jawab hukum dalam semua tindakannya.
Secara universal telah diakui bahwa setiap subyek hukum apapun bentuknya
tidak dapat melepasakan diri konsekuensi tindakan hukumnya.
BAB III
KESIMPULAN
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan warga
negara adalah Hukum Administrasi Negara atau hukum perdata, tergantung dari sifat
dan kedudukan pemerintah dalam melakukan tindakan hukum tersebut. Ketika
pemerintah melakukan tindakan hukum dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan
hukum, maka tindakan tersebut diatur dan tunduk pada ketentuan hukum keperdataan,
sedangkan ketika pemerintah bertindak sebagai pejabat, maka tindakan itu diatur dan
tunduk pada Hukum Administrasi Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Mertokusumo,S. (2018). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Muchsan. (2018). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Basah, S. (2006). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Gafindo Persada.
Raharjo, S. (1983). Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosioogis. Bandung:
Sinar Baru.
Hadjon, P. (2008) Pengantar Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
HR,Ridwan. (2011). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Prins,W.F, & Kosim,R., A. (2011). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.