Anda di halaman 1dari 6

1.5.1.

Asas Asas Hukum


Ada beberapa asas hukum terkait dengan pembuktian dalam perkara perdata dalam hakim
mencari dan menentukan kebenaran formal, diantara adalah :
1. Asas actori in cumbit probatio, berarti siapa yang menggugat dialah yang wajib
membuktikan. Asas ini diatur dalam Pasal 163 HIR, Pasal 283 RBg dan Pasal 1865
KUHPerdata
2. Asas secundum allegat ludicare, berarti hakim tutwuri terhadap peristiwa-peristiwa yang
diajukan para pihak. Disini menandakan bahwa hakim bersifat pasif, praktek asas ini dalam
hal pembagian beban pembuktian
3. Asas judex ne procedat ex officio, artinya dimana tidak ada penggugat disini tidak ada hakim.
Asas ini menandakan bahwa hakim perdata bersifat menunggu gugatan dari para pihak.
4. Asas unus testis nullus testis, secara harfiah berarti seorang saksi bukanlah saksi. Tegasnya
untuk membuktikan suatu peristiwa hukum baik dalam konteks pidana maupun perdata
dibutuhkan minimal dua orang saksi.
5. Asas persona standi injudico, asas ini juga dikenal dengan istilah asas locus standi atau legal
standing yang berarti orang yang berwenang dan cakap hukum berperkara di pengadilan
6. Asas plaintift, diartikan sebagai pihak yang mengajukan perkara perdata karena menderita
kerugian. Pihak tersebut mendapat beban pembuktian terkait dengan kerugian yang
dideritanya yaitu bahwa ketika seorang menggugat karena menderita kerugian dialah yang
dibebani kewajiban untuk membuktikan. Dalam konteks hukum perdata gugatan ganti
kerugian ini biasanya didasarkan pada Pasal 1365 KUHPerdata
7. Asas directed verdict, berarti putusan dalam persidangan yang dijatuhkan hakim karena
ketidakmampuan salah satu pihak untuk menyodorkan bukti-bukti yang cukup untuk
mendukung posisinya.
8. Asas unlawful legal evidence, secara harfiah berarti perolehan bukti yang tidak sah. Dengan
konsekuensi adalah bila bukti diperoleh dengan jalan tidak sah, hal tersebut akan
menggugurkan perkara.
9. Asas audi et alteram partum, berarti dalam mengadili hakim harus mendengar kedua belah
pihak. Hal ini dimaksud agar ada keseimbangan antara penggugat dengan tergugat.
10. Asas probatio plena, artinya alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang paling kuat
adalah bukti tulisan atau alat bukti tertulis, salah satunya seperti akta autentik, alat bukti
seperti ini diakui sebagai alat bukti memiliki kekuatan penuh dan sempurna (probatio plena)1
Mencermati semua asas diatas adalah terkait langsung dengan substansi pembuktian
dalam proses perkara perdata oleh hakim untuk menentukan pihak yang dimenangkan /
dikabulkan gugatannya.
1.5.2. Konsep Kepastian Hukum
Kepastian hukum merupakan komponen terpenting dalam negara hukum. Menurut
Radbruch hukum memiliki tujuan yang berorientasi pada hal-hal berikut:
1. Keadilan;
2. Kemanfaatan;
3. Kepastian hukum;2
1 Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori Hukum Pembuktian, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 42-48
2 O. Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Griya Media, Salatiga, hal. 33.

Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang
bersifat umum yang memberi penjelasan kepada individu tentang perbuatan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan. Kedua, adanya keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan kekuasaan
pemerintah.
1.5.3. Doktrin / Pendapat Ahli Tentang Pertanggung Jawaban
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum yaitu
liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir
semua karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin
meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian,
ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undangundang.
Dilain sisi responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban,
dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.
1.5.4. Konsep Alat Bukti, Barang Bukti dan Pembuktian
Dalam suatu proses perkara hukum, sangat diperlukan adanya suatu alat bukti dan proses
pembuktian terhadap adanya suatu kasus hukum baik secara perdata maupun pidana. Proses
Pembuktian diperlukan apabila terjadinya satu gugatan dari pihak terhadap satu kasus dimana
perlu adanya tindak lanjut sehingga memerlukan suatu pembuktian terhadap gugatan tersebut
dimana kewenangan seorang hakim untuk menyelidiki ada atau tidak hubungan hukung yang
menjadi dasar gugatan, hal ini yang menentukan diterima atau ditolaknya suatu gugatan.
Secara umum Teori Pembuktian adalah proses membuktikan dan meyakinkan hakim tentang
kebenaran dalil yang dikemukakan oleh para pihak dalam suatu persengkataan di muka
persidangan. Selain itu Pembuktian juga dapat diartikan suatu usaha atau upaya yang
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak-pihak berperkara
dipersidangan pengadilan berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan didalam peraturan
perundang-undangan.
1.5.5. Konsep Akta Otentik
Konseptual atau berasal dari kata dasarnya konsep berarti satu tahapan terpenting dari
teori. Konsep dasar dalam melakukan suatu penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan
observasi, antara abstrak dan kenyataan. Dengan demikian landasan konseptual dapat diartikan
pula sebagai sarana umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai penelitian
(observasi) masalah yang akan diteliti. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu
diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan
empiris. Dari pengertian tersebut ada beberapa hal yang penting yang tersirat yaitu ketentuan
dalam permulaan pasal tersebut, bahwa Notaris adalah pejabat umum (openbaar ambtenaar),
dikatakan demikian karena erat hubungannya dengan wewenangnya atau kewajibannya yang
utama ialah membuat akta-akta otentik.
Akta otentik merupakan suatu bukti yang mengikat, dalam arti bahwa apa yang ditulis dalam
akta tersebut harus dipercaya oleh Hakim, yaitu harus dianggap sebagai benar, selama
ketidakbenarannya tidak dibuktikan. Dan ia memberikan suatu bukti yang sempurna, dalam arti
bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu penambahan pembuktian. la merupakan alat bukti yang
mengikat dan sempurna. Kekuatan pembuktian akta otentik, demikian juga akta Notaris, adalah

akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan bahwa ada aktaakta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh undang-undang
kepada pejabat-pejabat atau orang-orang tertentu. Dalam pemberian tugas ini terletak
kepercayaan kepada para pejabat tersebut dan pemberian kekuatan pembuktian kepada akta-akta
yang dibuat mereka. Dengan adanya otentitas akta tersebut akan secara otomatis memberikan
perlindungan kepada Notaris, pihak yang bersangkutan, dan termasuk juga pihak-pihak yang
membutuhkan jasanya.
1.5.6. Konsep Notaris Sebagai Pejabat Umum
Istilah pejabat dapat diartikan sebagai pemegang jabatan orang lain untuk sementara,
sedangkan pejabat sebagai pegawai pemerintah yang memegang jabatan (unsur pimpinan) atau
orang yang memegang suatu jabatan.3 Suatu jabatan sebagai personifikasi hak dan kewajiban
dapat berjalan oleh subyek manusia atau subyek hukum yang dapat menjalankan hak dan
kewajiban dengan didukung oleh jabatan ialah pejabat.4 Jabatan dilaksanakan melalui perantara
pejabatnya, jabatan merupakan lingkungan pekerjaan tetap sebagai subyek hukum (persoon),
yakni pendukung hak dan kewajiban (suatu personifikasi). Sebagai subyek hukum maka jabatan
itu dapat menjamin kesinambungan hak dan kewajiban.
1.5.7. Teori Kewenangan
Kewenangan memiliki arti : hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk
melakukan sesuatu. Kewenangan yang di dalamnya terkandung hak dan kewajiban, menurut P.
Nicolai adalah sebagai berikut:
Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen (handelingen die op
rechtsgevolgen onstaan of teniet gaan). Een recht houdt in de (rechtens gegeven) vrijheid
om een bepaalde feitelijke handeling te verrichen ofna te laten, of die (rechtens gegeven)
aanspraak of het verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert een
verplichting om een bepaalde handeling te verrichten ofna te laten.
Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu tindakan-tindakan yang
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan
lenyapnya akibat hukum). Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan
kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.5
Wewenang tidak sama dengan kekuasaan, kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum. wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.
Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku, R.J.H.M. Huisman sebagaimana dikutip dan Ridwan H.R menyatakan pendapat berikut
ini :
Een bestuurorgaan kan zich geen bevoegdheid toergenen. Slecht de wet kan
bevoegdheden verlenen. De wetgever kan en bevoegdheid niet alleen attribueren aan en
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
392.

4 Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia-Tabir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, PT. Rafika Aditama, Bandung (selanjutnya disebut Habib Adjie I), hlm. 12.

5 Ridwan H.R, 2006, Hukum Administrasi Negara Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 102.

bestuurorgaan, maar ook aan ambtienaren (bijvoorbeeld belastinginspecteursm


ibspecteur voor hes milieu enz) of aan speciale collage (bijvoorbeeld de kiesraad de
pachskame), of zelfs aan privaatrechtelijke rechtspersonen .
Organ pemerintah tidak dapat menganggap bahwa telah memiliki sendiri wewenang
pemerintahan. Kewenangan hanya diberikan oleh Undang-Undang. Pembuat UndangUndang dapat memberikan wewenang pemerintah tidak hanya kepada organ
pemerintahan, tetapi juga terhadap para pegawai (misalnya inspektur pajak, inspektur
lingkungan dan sebagainya) atau terhadap badan khusus (seperti dewan pemilihan umum,
pengadilan khusus untuk perkara sewa tanah), atau bahkan terhadap badan hukum
private.6
Kewenangan diperoleh oleh seseorang melalui 2 (dua) cara yaitu dengan atribusi atau
dengan pelimpahan wewenang.
1.5.8. Teori Pertanggung Jawaban Hukum
Pertanggung jawaban dapat diistilahkan ke dalam dua bentuk menurut kamus hukum,
yakni liability (the state of being liable) dan responsibility (the state or fact being responsible).
Liability merupakan istilah hukum yang luas (a broad legal term), yang di dalamnya antara lain
mengandung makna bahwa "it has been reffered to as of the most comprehensive significance,
including almost every character of hazard or responsibility, absolute, contingen, or likely. It has
been defined to mean : all character of debt and obligations". (Liability) menunjukkan kepada
makna yang paling komprehensif, meliputi hampir setiap karakter resiko atau tanggung jawab,
yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin. Liability didefinisikan untuk menunjuk semua
karakter hak dan kewajiban).7 Disamping itu, liability juga merupakan "condition of being
actually or potentially subject to an obligation, condition of being responsible for a possible or
actual loss, pinalty, evil, exspense, or burden; condition which crate a duty to perform an act
immediately or in the future.8 (Kondisi tunduk kepada kewajiban secara aktual atau potensial;
kondisi bertanggung jawab terhadap hal-hal yang aktual atau mungkin seperti kerugian,
ancaman, kejahatan, biaya, atau beban; kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan
Undang-Undang dengan segera atau pada masa yang akan datang).
Responsibility berarti, "the state of being answerable for an obligation and include
judgement, skill, ability and capability" (Hal dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban,
dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan)9 Responsibility juga berarti,
"The obligation to answer for an act done, and a repair or otherwise make restitution for any
injury it may have caused" (Kewajiban bertanggung jawab atas Undang-Undang yang
dilaksanakan, dan memperbaiki atau sebaliknya memberikan ganti rugi atas kerusakan apa pun
yang telah ditimbulkannya).
6 R.J.H.M Huisman, 1995, Algemen Bestuursrecht, Een Inleiding, Amsterdam : Kobra, tt, hlm. 4.
7 Ridwan H.R. 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 335-337.
8 Ibid, hlm. 335
9 Ibid, hlm. 338

Dalam pengertian dan penggunaan praktis, istilah liability menunjukkan pada


pertanggung jawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek
hukum. Pasal 1365 KUH Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan
hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu :
a. Adanya perbuatan;
b. Adanya unsur kesalahan;
c. Adanya kerugian yang diderita;
d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian
1.5.9. Teori Pembuktian
Dalam proses mencari dan menemukan kebenaran hukum dilakukanlah tahapan
pembuktian di persidangan. Dalam perkara perdata yang berusaha dicari adalah kebenaran
formal melalui alat alat bukti yang diajukan para pihak. Secara teori dalam peradilan dikenal
adanya 4 (empat) teori pembuktian, yang masing-masing teori tersebut dipakai dasar acuan
hakim dalam memutus sesuai bidang hukum yang disengketakan. Adapun teori pembuktian
tersebut terurai seperti berikut :
1. Pembuktian yang melulu didasarkan pada alat alat pembuktian yang disebut dengan undang
undang, yang disebut dengan sistem atau teori pembuktian berdasar undang-undang secara
positif, artinya, jika telah terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut
oleh undang-undang maka keyakinan Hakim tidak diperlukan lagi. Positif artinya hanya
didasarkan pada undang-undang saja atau disebut juga dengan teori pembuktian formal.
2. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim melulu. Sistem atau teori
pembuktian ini adalah bertolak belakang atau berlawanan dengan sistem atau teori
pembuktian menurut undang-undang secara positif karena teori pembuktian ini hanya
berdasarkan pada keyakinan Hakim saja sehingga teori ini disebut juga istilah confiction
intime, Sistem ini memberi kebebasan terlalu besar kepada Hakim sehingga sulit diawasi,
disamping itu baik terdakwa maupun penasehat hukumnya sulit untuk melakukan pembelaan.
Dalam hal ini Hakim dapat memidana terdakwa hanya berdasarkan atas keyakinannya saja
bahwa terdakwa telah melakukan apa yang telah didakwakan kepadanya.
3. Sistem/ teori pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim atas alasan yang logis. Sistem ini
disebut juga dengan sistem atau teori pembuktian yang berdasar atas keyakinan Hakim
sampai batas tertentu. Menurut teori ini Hakim dapat memutuskan seseorang bersalah atau
tidak berdasar keyakinannya dan keyakinan itu didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian
disertai dengan suatu kesimpulan (conclusie) yang berdasarkan kepada peraturan-peraturan
pembuktian tertentu. Jadi putusan Hakim dijatuhkan dengan suatu inovasi sistem atau teori
pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena Hakim bebas untuk menyebut alasanalasan keyakinannya.
4. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif sistem atau teori pembuktian ini
adalah merupakan perpecahan dari teori pembuktian berdasarkan keyakinan Hakim sampai
batas tertentu atau teori pembuktian jalan tengah yaitu:
a) Teori pembuktian berdasar keyakinan Hakim atas alasan yang logis (Convection
Raesonee).
b) Teori pembuktian berdasar Undang-undang secara negatif (Negatief Wettelijk
Bewijs Theory)10

10 Jur Andi Hamzah I, Op Cit, hlm. 254

Persamaan antara kedua sistem atau teori tersebut adalah sama-sama berdasar atas
keyakinan Hakim, artinya terdakwa tidak mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan Hakim
bahwa ia bersalah, sedangkan perbedaannya bahwa yang disebut pertama adalah berpangkal
tolak pada keyakinan Hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu kesimpulan
(conclusie) yang logis, yang tidak didasarkan kepada undang-undang tetapi ketentuan-ketentuan
menurut pengetahuan Hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan
pembuktian mana yang dipergunakan. Sedangkan yang kedua berpangkal tolak pada aturanaturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh Undang-undang, tetapi hal itu harus
diikuti dengan keyakinan Hakim
1. Definisi Dalil:
Dalil bisa disebut pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran atau
keterangan yg dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran
2. DefinisiTeori :
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk
mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan
selanjutnya.
3. Definisi asas :
Dasar atau hukum dasar pengertian asas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir
seseorang yang mengambil keputusan keputusan penting di dalam hidupnya
4. Konsep :
Konseptual atau berasal dari kata dasarnya konsep berarti satu tahapan terpenting dari teori.
Konsep dasar dalam melakukan suatu penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan
observasi, antara abstrak dan kenyataan. Dengan demikian landasan konseptual dapat diartikan
pula sebagai sarana umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai penelitian
(observasi) masalah yang akan diteliti.
5. Doktin/pendapat ahli :

Anda mungkin juga menyukai