Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang
bersifat umum yang memberi penjelasan kepada individu tentang perbuatan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan. Kedua, adanya keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan kekuasaan
pemerintah.
1.5.3. Doktrin / Pendapat Ahli Tentang Pertanggung Jawaban
Ada dua istilah yang menunjuk pada pertanggungjawaban dalam kamus hukum yaitu
liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir
semua karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau yang mungkin
meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian,
ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undangundang.
Dilain sisi responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban,
dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.
1.5.4. Konsep Alat Bukti, Barang Bukti dan Pembuktian
Dalam suatu proses perkara hukum, sangat diperlukan adanya suatu alat bukti dan proses
pembuktian terhadap adanya suatu kasus hukum baik secara perdata maupun pidana. Proses
Pembuktian diperlukan apabila terjadinya satu gugatan dari pihak terhadap satu kasus dimana
perlu adanya tindak lanjut sehingga memerlukan suatu pembuktian terhadap gugatan tersebut
dimana kewenangan seorang hakim untuk menyelidiki ada atau tidak hubungan hukung yang
menjadi dasar gugatan, hal ini yang menentukan diterima atau ditolaknya suatu gugatan.
Secara umum Teori Pembuktian adalah proses membuktikan dan meyakinkan hakim tentang
kebenaran dalil yang dikemukakan oleh para pihak dalam suatu persengkataan di muka
persidangan. Selain itu Pembuktian juga dapat diartikan suatu usaha atau upaya yang
meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan oleh pihak-pihak berperkara
dipersidangan pengadilan berdasarkan alat-alat bukti yang telah ditentukan didalam peraturan
perundang-undangan.
1.5.5. Konsep Akta Otentik
Konseptual atau berasal dari kata dasarnya konsep berarti satu tahapan terpenting dari
teori. Konsep dasar dalam melakukan suatu penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan
observasi, antara abstrak dan kenyataan. Dengan demikian landasan konseptual dapat diartikan
pula sebagai sarana umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai penelitian
(observasi) masalah yang akan diteliti. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu
diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan
empiris. Dari pengertian tersebut ada beberapa hal yang penting yang tersirat yaitu ketentuan
dalam permulaan pasal tersebut, bahwa Notaris adalah pejabat umum (openbaar ambtenaar),
dikatakan demikian karena erat hubungannya dengan wewenangnya atau kewajibannya yang
utama ialah membuat akta-akta otentik.
Akta otentik merupakan suatu bukti yang mengikat, dalam arti bahwa apa yang ditulis dalam
akta tersebut harus dipercaya oleh Hakim, yaitu harus dianggap sebagai benar, selama
ketidakbenarannya tidak dibuktikan. Dan ia memberikan suatu bukti yang sempurna, dalam arti
bahwa ia sudah tidak memerlukan suatu penambahan pembuktian. la merupakan alat bukti yang
mengikat dan sempurna. Kekuatan pembuktian akta otentik, demikian juga akta Notaris, adalah
akibat langsung yang merupakan keharusan dari ketentuan perundang-undangan bahwa ada aktaakta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang dibebankan oleh undang-undang
kepada pejabat-pejabat atau orang-orang tertentu. Dalam pemberian tugas ini terletak
kepercayaan kepada para pejabat tersebut dan pemberian kekuatan pembuktian kepada akta-akta
yang dibuat mereka. Dengan adanya otentitas akta tersebut akan secara otomatis memberikan
perlindungan kepada Notaris, pihak yang bersangkutan, dan termasuk juga pihak-pihak yang
membutuhkan jasanya.
1.5.6. Konsep Notaris Sebagai Pejabat Umum
Istilah pejabat dapat diartikan sebagai pemegang jabatan orang lain untuk sementara,
sedangkan pejabat sebagai pegawai pemerintah yang memegang jabatan (unsur pimpinan) atau
orang yang memegang suatu jabatan.3 Suatu jabatan sebagai personifikasi hak dan kewajiban
dapat berjalan oleh subyek manusia atau subyek hukum yang dapat menjalankan hak dan
kewajiban dengan didukung oleh jabatan ialah pejabat.4 Jabatan dilaksanakan melalui perantara
pejabatnya, jabatan merupakan lingkungan pekerjaan tetap sebagai subyek hukum (persoon),
yakni pendukung hak dan kewajiban (suatu personifikasi). Sebagai subyek hukum maka jabatan
itu dapat menjamin kesinambungan hak dan kewajiban.
1.5.7. Teori Kewenangan
Kewenangan memiliki arti : hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk
melakukan sesuatu. Kewenangan yang di dalamnya terkandung hak dan kewajiban, menurut P.
Nicolai adalah sebagai berikut:
Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingen (handelingen die op
rechtsgevolgen onstaan of teniet gaan). Een recht houdt in de (rechtens gegeven) vrijheid
om een bepaalde feitelijke handeling te verrichen ofna te laten, of die (rechtens gegeven)
aanspraak of het verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert een
verplichting om een bepaalde handeling te verrichten ofna te laten.
Kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu (yaitu tindakan-tindakan yang
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan
lenyapnya akibat hukum). Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan
kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.5
Wewenang tidak sama dengan kekuasaan, kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk
berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum. wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.
Dalam negara hukum, wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku, R.J.H.M. Huisman sebagaimana dikutip dan Ridwan H.R menyatakan pendapat berikut
ini :
Een bestuurorgaan kan zich geen bevoegdheid toergenen. Slecht de wet kan
bevoegdheden verlenen. De wetgever kan en bevoegdheid niet alleen attribueren aan en
3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
392.
4 Habib Adjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia-Tabir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris, PT. Rafika Aditama, Bandung (selanjutnya disebut Habib Adjie I), hlm. 12.
5 Ridwan H.R, 2006, Hukum Administrasi Negara Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 102.
Persamaan antara kedua sistem atau teori tersebut adalah sama-sama berdasar atas
keyakinan Hakim, artinya terdakwa tidak mungkin dipidana tanpa adanya keyakinan Hakim
bahwa ia bersalah, sedangkan perbedaannya bahwa yang disebut pertama adalah berpangkal
tolak pada keyakinan Hakim, tetapi keyakinan itu harus didasarkan kepada suatu kesimpulan
(conclusie) yang logis, yang tidak didasarkan kepada undang-undang tetapi ketentuan-ketentuan
menurut pengetahuan Hakim sendiri, menurut pilihannya sendiri tentang pelaksanaan
pembuktian mana yang dipergunakan. Sedangkan yang kedua berpangkal tolak pada aturanaturan pembuktian yang ditetapkan secara limitatif oleh Undang-undang, tetapi hal itu harus
diikuti dengan keyakinan Hakim
1. Definisi Dalil:
Dalil bisa disebut pendapat yang dikemukakan dan dipertahankan sebagai suatu kebenaran atau
keterangan yg dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran
2. DefinisiTeori :
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya
hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena.
Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk
mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan
selanjutnya.
3. Definisi asas :
Dasar atau hukum dasar pengertian asas adalah prinsip dasar yang menjadi acuan berpikir
seseorang yang mengambil keputusan keputusan penting di dalam hidupnya
4. Konsep :
Konseptual atau berasal dari kata dasarnya konsep berarti satu tahapan terpenting dari teori.
Konsep dasar dalam melakukan suatu penelitian adalah untuk menghubungkan teori dan
observasi, antara abstrak dan kenyataan. Dengan demikian landasan konseptual dapat diartikan
pula sebagai sarana umum pokok penelitian yang akan dibahas sebelum memulai penelitian
(observasi) masalah yang akan diteliti.
5. Doktin/pendapat ahli :