Pengertian
Hukum Perdata
Cakap dalam hukum perdata yaitu kecakapan/kemampuan seseorang untuk
melakukan perbuatan hukum, dan mampu untuk mempertanggungjawabkan akibat
hukumnya. Serta kecapakan dalam hukum perdata juga merupakan Tindakan
hukum. Tindakan hukum yang dimaksud merupakan tindakan manusia yang
bertindak sebagai subjek hukum. Karena manusia menurut hukum mempunyai hak
dan kewajiban, sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Maka dari itu
perlu adanya pengaturan yang mengatur tentang kecakapan dan kewenangan dalam
bertindak. Seperti yang diatur dalam Pasal 1329 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata, yang mengatakan bahwa pada dasarnya setiap orang adalah cakap untuk
membuat perjanjian, kecuali undang-undang menyatakan dia tidak cakap.
Sedangkan orang tidak cakap yaitu orang-orang yang belum dewasa, dan mereka
yang dibawah pengampuan, hal ini diatur dalam Pasal 1330 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata. Kriteria Cakap menurut hukum perdata juga yaitu orang yang
telah dewasa (telah berusia 21 tahun). Hal ini diatur dalam Pasal 330 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa seseorang telah dewasa
apabila sudah genap berumur 21 tahun.
Undang-undang Perkawinan
Dalam undang-undang perkwinan cakap diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan atas undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 yang berbunyi Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.
Orang yang dimaksud dalam kecapakapan dalam bertindak sebagai subjek hukum,
yaitu segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban sehingga
memiliki kewenangan untuk bertindak. Berlakunya manusia sebagai pembawa hak
(subjek hukum) mulai dari saat ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal
dunia. Seorang bayi yang masih dalam kandungan ibunya dapat dianggap telah
dilahirkan bilamana kepentingan si anak menghendakinya, misalnya untuk menjadi
ahli waris. Apabila si anak meninggal sewaktu dilahirkan maka ia dianggap tidak
pernah ada berdasarkan Pasal 2 KUH Perdata. Namun menurut hukum, setiap
orang dianggap cakap bertindak sebagai subjek hukum, kecuali oleh undang-
undang dinyatakan tidak cakap berdasarkan Pasal 1329 KUH Perdata.
Orang yang cakap adalah orang yang telah dewasa (telah berusia 21 tahun) dan
berakal sehat, sedangkan orang yang tidak cakap adalah orang yang belum dewasa
dan orang yang ditaruh di bawah pengampuan, yang terjadi karena gangguan jiwa,
pemabuk atau pemboros. Kecakapan seseorang bertindak di dalam hukum atau
untuk melakukan perbuatan hukum ditentukan dari telah atau belum seseorang
tersebut dikatakan dewasa menurut hukum. Kedewasaan seseorang merupakan
tolak ukur dalam menentukan apakah seseorang tersebut dapat atau belum
dapat dikatakan cakap bertindak untuk melakukan suatu perbuatan hukum.
Kedewasaan seseorang menunjuk pada suatu keadaan sudah atau belum
dewasanya seseorang menurut hukum untuk dapat bertindak di dalam hukum
yang ditentukan dengan batasan umur. Sehingga kedewasaan di dalam hukum
menjadi syarat agar seseorang dapat dan boleh dinyatakan sebagai cakap bertindak
dalam melakukan segala perbuatan hukum.
Hukum perdata di Indonesia berlaku bermacam macam patokan umur dewasa bagi
masing-masing golongan penduduk. Undang-undang menentukan tidak semua
orang sebagai pendukung hukum (recht) adalah cakap (bekwaan) adalah kriteria
umum yang di hubungkan dengan keaadaan diri seseorang, sedangkan berwenang
(bevoegd) merupakan kriteria khusus yang di hubungkan dengan suatu perbuatan
atau tindakan tertentu. Seseorang yang cakap belum tentu berwenang tetapi yang
berwenang sudah pasti cakap.
Undang-undang menentukan bahwa untuk dapat bertindak dalam hukum,
seseorang harus telah cakap dan berwenang. Seseorang dapat di katakan telah
cakap dan berwenang, harus memenuhi syarat-syarat yang di tentukan oleh
Undang-undang yaitu telah dewasa, sehat pikiranya (tidak di bawah pengampuan)
serta tidak bersuami bagi wanita.
Kecakapan bertindak merupakan kewenangan umum untuk melakukan
tindakan hukum. Setelah manusia dinyatakan mempunyai kewenangan hukum
maka selanjutnya kepada mereka diberikan kewenangan untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya oleh karenanya diberikan kecakapan bertindak. Terkait
dengan hak terdapat kewenangan untuk menerima, sedangkan terkait dengan
kewajiban terdapat kewenangan untuk bertindak (disebut juga kewenangan
bertindak). Kewenangan hukum dimiliki oleh semua manusia sebagai subyek
hukum, sedangkan kewenangan bertindak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
misalnya faktor usia, status (menikah atau belum), status sebagai ahli waris, dan
lain-lain.
Menurut Pasal 330 KUH Perdata seseorang telah dewasa apabila telah berumur 21
tahun, dan telah kawin sebelum mencapai umur tersebut. Kecakapan berbuat dam
kewenangan bertindak menurut hukum ini adalah di benarkan dalam ketentuan
Undang-undang itu sendiri, yaitu