Anda di halaman 1dari 1

A.

Cakap Melakukan Perbuatan Hukum

Kecakapan atau cakap = sanggup melakukan sesuatu , mampu atau dapat mempunyai kemampuan dan
kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Faktor-faktor yang mempengarui kecapakan :

 Psikologis
 Fisiologis
 Lingkungan

Kecakapan seseorang bertindak di dalam hukum atau untuk melakukan perbuatan hukum
ditentukan dari telah atau belum seseorang tersebut dikatakan dewasa menurut hukum. Kedewasaan
seseorang merupakan tolak ukur dalam menentukan apakah seseorang tersebut dapat atau belum
dapat dikatakan cakap bertindak untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Kedewasaan seseorang
menunjuk pada suatu keadaan sudah atau belum dewasanya seseorang menurut hukum untuk
dapat bertindak di dalam hukum yang ditentukan dengan batasan umur. Sehingga kedewasaan di
dalam hukum menjadi syarat agar seseorang dapat dan boleh dinyatakan sebagai cakap bertindak dalam
melakukan segala perbuatan hukum.

Hukum perdata di Indonesia sebagai akibat dari warisan zaman kolonial dikaitkan dengan golongan
penduduk sehingga berlaku bermacam macam patokan umur dewasa bagi masing-masing golongan
penduduk. Menurut pasal 2 KUH Perdata manusia menjadi pendukung hak dan kewajiban dalam hukum
sejak ia lahir sampai ia meninggal. Tetapi Undang-undang menentukan tidak semua orang sebagai
pendukung hukum (recht) adalah cakap.

Khusus terkait dengan ketidakcakapan anak yang belum dewasa dalam melakukan perbuatan hukum,
maka dalam hukum perdata telah ditentukan pihak-pihak yang dapat dikatakan sebagai “anak yang telah
dewasa dalam melakukan perbuatan hukum” yaitu diatur dalam Pasal 330 KUHPerdata yang
menyebutkan orang yang belum dewasa menurut hukum adalah mereka yang belum mencapai umur
genap 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya. Dari uraian pasal tersebut disimpulkan bahwa anak yang
dewasa adalah:

1. Sudah genap berumur 21 tahun,

2. Sudah kawin, meskipun belum genap 21 tahun,

3. Tidak berada di bawah pengampuan.

Adapun Undang-Undang No. I Tahun 1974 Tentang Perkawinan Disebutkan dalam pasal 47 ayat (1),
anak yang dimaksud dalam Undang-Undang Perkawinan adalah yang belum mencapai usia 18 tahun
atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka
tidak dicabut kekuasaannya.
Maka dari bunyi ketentuan pasal 47 ayat (1) di atas, dapat di pahami bahwa seseorang yang usianya
belum sampai pada 18 tahun di anggap belum cakap hukum dan tentunya belum bisa di bebani suatu
tanggung jawab hukum. Namun menjadi ketentuan lain apabila seseorang yang telah melangsungkan
perkawinan meskipun secara usia belum sampai pada 18 tahun, maka akan dianggap telah dewasa atau
cakap hukum.

Berdasarkan ketentuan tersebut, dan dari maksud dikaitkannya kedewasaan dengan kecakapan bertindak
dalam hukum, dapat disimpulkan, bahwa menurut KUH Perdata, paling tidak menurut anggapan KUH
Perdata, orang-orang yang disebutkan di atas yaitu orang-orang yang telah berusia 21 tahun atau lebih
sepanjang orang tersebut tidak bercacat fisik maupun mental dan mereka-mereka yang sudah menikah
sebelum mencapai umur tersebut, adalah orang-orang yang sudah bisa menyadari akibat hukum dari
perbuatannya dan karenanya cakap untuk bertindak dalam hukum.

Anda mungkin juga menyukai