Anda di halaman 1dari 24

M.

K:
HUKUM
ADAT
LANJUTAN
Materi Yang Diperoleh:
• SUBJEK HUKUM
• KEDEWASAAN
*Mengapa dipelajari tentang
Pendewasaan
*Istilah Kedewasaan
*Berbagai sistem hukum yang
mengatur tentang kedewasaan
*Sulitnya merumuskan secara tegas
ukuran-ukuran seseorang itu dinyata
kan dewasa.
• Manusia sebagai Subjek Hukum, berarti setiap
manusia adalah sebagai pendukung hak dan
kewajiban. Jadi menurut Hukum Adat, setiap manusia
baik pria maupun wanita mempunyai kedudukan
yang sama sebagai subjek hukum . Namun
kenyataannya di beberapa daerah terdapat
pengecualian perlakuan kepada pria maupun wanita.
Sebagai contoh:
a. Di Jawa Tengah (sekitar tahun 1934-1938), yang
berhak menjadi kepala desa / lurah hanya laki-laki.
b. Di Minang Kabau, pada dasarnya perempuan tidak
mempunyai hak untuk menjadi penghulu Andiko atau
Mamak Kepala Waris.
• Badan Hukum (rechts person)sebagai subjek
Hukum menurut hukum adat antara lain:
Desa,suku, nagari, wakaf, yayasan ,
perkumpulan-perkumpulan yang mempunyai
organisasi yang dinyatakan dengan tegas dan
rapi (subak di Bali) dll.
A. MENGAPA DIPELAJARI ?
Masalah Kedewasaan merupakan topik yang cukup
menarik untuk dibicarakan saat ini ,selain karena
kedewasaan itu terkait secara langsung dengan issu
kecakapan dan ketidak cakapan seseorang untuk
melakukan perbuatan hukum secara mandiri juga
karena adanya anggapan bahwa hingga saat ini belum
ada satu aturan hukumpun yang mengatur secara tegas
berapa batas usia minimal seseorang dinyatakan
dewasa.
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya merumuskan
secara tegas ukuran-ukuran seseorang itu dinyatakan
dewasa al:
1. Karena adanya bermacam-macam sistem hukum di
Indonesia yang berlaku pada bermacam-macam
golongan dalam masyarakat dimana satu sama lain
berbeda-beda dalam menentukan batas minimal
seseorang itu dinyatakan dewasa. Diantaranya Hukum
Adat, Hukum Islam,KUH.Perdata,Yurisprudensi MARI
dan Peraturan Per UUan Nasional lainnya.
2. Pengertian Kedewasaan itu sendiri dalam
kenyataannya selalu dikaitkan dengan jenis perbuatan
hukum yang akan dilakukan oleh seseorang . Misalnya:
a) Dewasa dalam arti batas usia minimal untuk
diperbolehkan melangsungkan perkawinan dengan
izin orang tua.
b) Dewasa dalam arti batas usia minimal
diperbolehkan melangsungkan perkawinan tanpa
diperlukan izin dari orang tua.
c) Dewasa dalam arti batas usia minimal untuk
berhak mendapatkan kartu tanda penduduk.
d) Dewasa dalam arti batas usia minimal diizinkan
untuk menjadi peserta pemilihan Umum (PEMILU)
e) Dewasa dalam arti batas usia minimal seseorang
tidak lagi menjadi tanggungan orang tua.
f) Dewasa dalam arti batas usia minimal seseorang itu
dapat melakukan tindakan Hukum dalam UU
Ketenaga Kerjaan.
g) Dewasa dalam arti batas usia minimal seseorang itu
dapat melakukan tindakan hukum secara mandiri dll
Hal tersebut diatas telah
menimbulkan penafsiran yang
berbeda –beda dan ketidak
pastian hukum dalam masyarakat
,termasuk dikalangan Notaris dan
PPAT selaku Pejabat Umum.
B.ISTILAH
Terdapat beberapa istilah yang dipergunakan untuk
menyebutkan “dewasa”
Dalam pergaulan hidup sehari-hari istilah dewasa sering
digunakan sebagai kelanjutan dari masa anak-anak.
Artinya seseorang yang telah meninggalkan masa kanak-
kanak akan memasuki masa dewasa.
1. Djojodiguno menyebutnya dengan istilah:” Orang sudah
mandiri”(volwassenen)
2. Terhaar menyebutnya dengan :“ Kecakapan untuk
berbuat” ( handelingsbekwaam)
3. Iman Sudiyat menyebutnya : “sudah lengkap statusnya”
4. Bahasa Jawa menyebutnya : mentas.mencar,misah,dewe-
dewe
5. Minderjarig bagi orang yang belum dewasa,
meerderjarig bagi orang-orang dewasa.
6. Dalam Hukum Islam disebut dengan aqil baligh
7. Dalam Pasal 47 UU No 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan bagi orang yang belum cakap bertindak
dalam hukum disebut “ada dibawah kekuasaan orang
tua”
PENGERTIAN PENDEWASAAN

• Handlichting (Pasal330 BW)


• Pendewasaan atau Perlunakan adalah : suatu upaya
hk yang digunakan untuk meniadakan keadaan
minderjarigheid, baik untuk seluruhnya maupun
untuk hal2 tetentu.
• Dpl, pendewasaan adalah suatu daya upaya hukum
untuk menempatkan seseorang yang belum dewasa (
minderjarigheid menjadi sama dengan yang telah
dewasa (meerderjarigheid) baik untuk tindakan
tertentu maupun untuk semua tindakan
• Kedewasaan selalu dihubungkan dengan kematangan mental,
kepribadian, pola pikir dan prilaku sosial, namun dilain pihak
kedewasaan juga erat hubnungannya dengan pertumbuhan phisik
dan usia. Kedewasaan juga kadang dikaitkan dengan kondisi sexual
seseorang walaupun kemampuan reproduksi seseorang tidak selalu
ditentukan oleh faktor usia.
• Kedewasaan merupakan perpaduan yang seimbang antara jiwa, raga
dan intelektual. Ukuran kedewaan memang sangat relatif tergantung
dari perspektif mana kita melihatnya. Kedewasaan menurut
pandangan sosilogi belum tentu sama dengan pandangan hukum
,pandangan adat, pandangan agama..
• Dari beberapa ukuran yang umum, digunakan antara lain
adalah keseimbangan mental dan kemapanan sosial sebagai
indikator sedangkan hukum pada umumnya , mengukur
kedewasaan dengan patokan usia dan tindakan perkawinan.

• Ketentuan tentang batas kedewasaan menurut UU


Penentuan batas usia kedewasaan dalam beberapa UU
memang terkesan semerawut karena antara yang satu dengan
dengan yang lain sama sekali tidak mengandung korelasi,
padahal jika ditarik benang merah pada setiap tujuan
penentuan batas usia kedewasaan, maka pada akhirnya akan
menunjuk pada pengertian tanggung jawab,yaitu untuk
menjamin bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
benar-benar dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan
oleh karenanya dapat dituntut dihadapan hukum jika
perbuatannya itu merugikan pihak lainn
• Beberapa ketentuan UU tentang Batas Usia
Kedewasaan
1. Kitab UU Hukum Perdata (KUH Perdata Pasal 330
BW)
ayat 1 Belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap 21 Tahun dan tidak lebih
dahulu telah kawin.
ayat 2 apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum
umur genap 21 tahun, maka mereka tidak kembali
lagi dalam kedudukan belum dewasa.
2. UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok
Perkawinan
Pasal 50 ayat (1) : anak yang belum mencapai 18
tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan, berada dibawah kekuasaan orang
tua/wali
Pasal 6 ayat (2): batas kedewasaan melangsungkan
perkawinan menyebutkan” untuk melangsungkan
perkawinan seseorang yang belum mencapai umur
21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua”.
Pasal 7 ayat (1): Perkawinan hanya diizinkan jika pihak
pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
wanita mecapai umur 16 tahun
3. Kitab UU HUKUM Acara Pidana (KUHAP)
a. Pasal 171 : yang boleh diperiksa untuk memberikan
keterangan sumpah adalah
* anak yang umurnya belum cukup 15 tahun dan
belum pernah kawin
* orang sakit ingatan atau sakit jiwa yang kadang-
kadang ingatnnya pulih kembali
b. Pasal 153 (5): Hakim ketua sidang dapat
menentukan bahwa anak yng belum mencapai usia
17 tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang
4. Kitab UU Hukum Pidana (KUHP)
Pasal 45 menyebutkan, dalam hal penuntutan
pidana terhadap ornag yang belum dewasa karean
melalukakan suatu perbuatan sebelum umur 16
tahun hakim dapat menentukan :
- memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan
kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya
tanpa pidana apapun atau diserahkan kepada
pemerintah tanpa pidana apapun.
5. UU Tentang Peradilan Anak) UU No 3 TAHUN 1997
JO (UU No 11 tahun 2012)
Anak adalah: org yang dalam perkara anak nakal telah
mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur
18 tahun dan belum pernah kawin.
Pasal 4 ayat (2) ” dalam hal anak melakukan tindak
pidana pada batas umur sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan diajukan kesidang pengadilan
setelah anak ybs melampoi batas umur tersebut,
tetapi belum mencapai umur 21 tahun tetap diajukan
kesidang anak.”
6. UU No 23 Tahun 2002 jo UU No 35/ 2014
Pasal (1) angka (1) menyebutkan “ bahwa anak
adalah seorang yang belum berusia 18 tahun
termasuk anak yang dalam kandungan

7. UU No 23 Tahun 2006 Tentang Kependudukan


Pasal 63(1), penduduk WNI dan orang Asing yang
memiliki izin tinggal tetap yang telah berumur 17
tahun atau telah kawin atau pernah kawin wajib
memiliki KTP
8.UU No 22/ 2009 Tentang Kelalulintasan dan
Angkutan Jalan
Pasal 81 ayat (2)
menyebutkan: syarat usia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan paling rendah sbb:
a. Usia 17 tahun utk SIM A,C,D
b. Usia 20 tahun untuk SIM B
c. Usia 21 tahun untuk SIM B2
9. UU No 12 tetang PEMILU JO No 7 tahun 2017
Pasal 13 : WNI yang pada hari pemungutan suara
berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin.
10.UU No 30 tahun 2004 jo UU No 2 tahun 2014
Pasal 39 ayat (1): penghadap harus memenuhi syarat
sbb:
* paling sedikit berumur 18 tahun atau telah menikah
* cakap dalam melakukan perbuatan hukum
11. Insruksi Presiden No 1 tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam
Pasal 98 ayat (1), menyebutkan bahwa batas usia
anak yang mampu berdiri sendiri adalah 21 tahun
sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun
mental atau belum pernah melangsungkan
perkawinan.

Anak: anak negara, anak pidana, anak sipil yaitu anak


yang atas permintaan orang tua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan utk dididik di
lapas aqtau paling lam sampai umur 18 tahun
Studi Kasus
PERKAWINAN DIBAWAH UMUR yang dilakukan SYEKH
PUJI akhir tahun 2008 yang lalu, pernikahan seorang
pendiri pondok pesantren di Jawa Tengah menikahi
seorang wanita yang masih belia berusia 12 tahun
bernama Lutfianna Ulfa.
Pertanyaan: Berikan pendapat sdr atas kasus tersebut
diatas dikaitkan dengan beberapa sistem hukum yang
sdh dipelajari

Anda mungkin juga menyukai