Anda di halaman 1dari 11

Pendewasaan (Handlichting) dalam KUHP Perdata

Tugas Mata Kuliah Hukum Perdata


Dosen : Nur Oloan,S.H,Mkn

Disusun Oleh :
Gandi Rahmat Jumora (2203120213)

Prodi Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
2023
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayahnya.tak lupa sholawat serta salam terlimpah urahkan
kepada junjungan Nabi besar Nabi Muhammad SAW kepada
keluarganya,sahabatnya serta kita selaku umatnya yang taat kepada
ajarannya sampai akhir zaman, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu untuk memenuhi salah satu tugas
Hukum Perdata.

Makalah ini berisikan tentang Badan Hukum sebagai Subyek


Hukum dalam KUHPerdata, saya berharap makalah ini dapat
bermanfat bagi para pembaca pada umumnya dan Rekan – rekan
lainnya.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga saya
dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam hal-hal yang sangat penting, adakalanya dirasa perlu untuk
mempersamakan seorang anak yang masih di bawah umur dengan
seorang yang sudah dewasa, agar anak tersebut dapat bertindak
sendiri didalam pengurusan kepentingan kepentingannya. untuk
memenuhi keperluah tersebut, diadakan peraturan tentang
handlichting ialah suatu pernyataan tentang seorang yang belum
mencapai usia dewasa sepenuhnya atau hanya untuk beberapa hal saja
dipersamakan dengan seorang yang sudah dewasa.
Permohonan untuk persamakan sepenuhnya dengan seorang yang
sudah dewasa, dapat diajukan oleh seorang anak yang sudah berumur
20 tahun kepada presiden, dengan melampirkan surat kelahiran atau
lain-lain bukti yang enyatakan, ia telah mencapai umur tersebut.
Presiden akan memberikan keputusannya setelah mendapat nasihat
dari MA yang untuk itu iakan mendengar orang-orang tua anak
tersebut dan lain anggota keluarga yang dianggap perlu. Begitu juga
dalam hal si pemohon berada dibawah perwalian, wali dan wali
pengawas akn didengar juga.

B.Rumusan Masalah

berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat di kemukakan rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Apa Bedanya Kedewasaan dengan Pendewasaan?


2. Pendawasaan menurut konsep Huku adat dan Konsep
Menurut UU RI Yang Sekarang.
3.
BAB II
1. Kedewasaan dengan Pendewasaan

istilah “Kedewasaan” menunjuk kepada keadaan sudah dewasa,


yang memenuhi syarat hukum. Sedngkan istilah “Pendewasaan “
menunjuk kepada keadaan belim dewasa yang oleh hukum dinyatakan
sebagai dewasa. Untuk mengetahui pengertian dewasa atau belum
dewasa perlu dibaca pasl 330KUHPdt,Stb.1924 – 556, Stb 1924 –
557, Stb 1931 – 54.
Menurut ketentuan pasal 33 KUHP belum dewasa adalah belum
berumur 21 tahun penuh dan belum pernah kawin. apabila mereka
yang kawin dewasa. Dalam statsblad yang berlaku bagi orang timur
asing seperti disebutkan di atas tadi, apabila didalam perundang –
undangan dijumpai istilah belum dewasa, maka itu berarti belum
berumur 21 tahun penuh itu bercerai, mereka tidak kembali lagi dalam
keaadaan kawin belum dewasa.
Dari ketentuan – ketentuan tersebut diatas ini dpat diketahui a
contrario orang dewasa yaitu otang yang sudah hampir beruur 21
tahun pernah, walaupun belum berumur 21 tahun penuh tetapi sudah
kawin.Demikian juga a contrario apabila dalam perundang –
undangan dijumpai istilah dewsa itu berarti sudah berumur 21 tahun
dan walaupun belum umur 21 tahun penuh tetapi sudah kawin.
Keadaan dewasa yang memenuhi syarat undang – undang ini
disebut kedewasaan. orang dewasa atau dalam kedewasaan cakap atau
mampu ( bekwaan,capable ) melakukan semua perbuatan hukum,
misalnya membuat perjanjian , melakukan perkawinan, membuat
surat wasiat. keakapan hukum ini berlaku penuh selama tidak ada
faktor – faktor yang mempengaruhi atau membatasinya, misalnya
keadaan sakit ingatan, keadaan dungu.
Dari kenyataan diatas tadi dapat diketahui bahwa B.W atau kuhp
erdata memakai kriteria umur untuk menenttukan kedewasaan atau
belum dewasa. tetapi ini pun tidak mutlak, karena kenyataannya
walaupun berumur 21 tahn penuh apabila sudah pernah kawin
dinyatakan juga sebagai dewasa. atau walaupun belum berumur 21
tahun penuh apabila kepentingannya menghendaki, ia dapat
dinyatakan dewasa untuk kawin, untuk membuat surat wasiat.
Dalam hal – hal yang sangat penting ada kalanya diperlakukan
bahwa kedudukan orang yang belum dewasa ii disamakan dengan
kedudukan orang dewasa. maksudnya supaya orang yang belum
dewsa tadi mempunyai kewenangan menguru kepentingannya sendiri
atau melakukan beberapa perbuatan hukum tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan demikian orang belum oleh hukum
dinyatakan dewasa. Pernyataan ini disebut “Pendewasaan”
Pendewasaan itu pula ada 2 macam, Yaitu pendewasaan penuh
dan pendewasaan untuk beberapa berbuatan hukum tertentu
(Terbatas). Kedua-duanya harus dipenuhi syarat yang ditetapkan oleh
undang-undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya ialah sudah
berumur 18 tahun penuh ( pasal 421 dan 426 KUHP)
Untuk pendewasaan penuh, prosedurnya ialah yang
bersangkutan mengajukan permohonan kepada presiden R.I dilampiri
dengan akta kelahiran atau surat ukti lainnya. Presiden setelah
mendengarkan pertimbangan Mahkamah Agung memberikan
keputusannya, Keputusan pernyataan dewasa ini disebut “venia
aetatis”. Akibat hukum adanya pernyataan dewasa penuh (venia
aitatis) ialah status hukum yag bersangkutan sama dengan status
hukum orang dewasa, tetapi apabila ingin melangsungkan
perkawinan, izin orang tua masih diperlukan (pasal 420 s/d 424
KUHP).
Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya ialah yang
bersngkutan mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri
yang berwenang dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti
lainnya. Pengadian Negeri setelah mendengar keterangan orang tua
atau wali yang bersangkutan memberikn ketetapan pernyataan dewasa
dalam perbuatan – perbuatan hukum tertentu saja sesuai dengan yang
dimohonkan.misalnya perbuatan mengurus dan menjalankan
perusahaab, membuat surat wasiat. Akibat hukum pernyataan dewasa
terbatas ialah status hukum yang bersangkutan sama dengan status
hukum orang dewasa untuk perbutan – perbutan hukum tertentu
( pasal 425 s/d 430 KUHP).
Mengenai pendewasaan, Prof.R.Subekti, S.H (1978)
menyatakan bahwa ketentuan mengenai hal ini sedikit sekali
dipergunakan dalam praktek. Dengan berlakunya undang – undang
perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang antara lain mengatur tentang usia
18 tahun menjadi usia kedewasaan, maka pendewasan in sudah
kehilangan artinya.
Menanggapi konsep dewasa dan belum dewasa menurut hukum
dewasa barat, Prof.M.M.Djojodiguno,S.H. menyatakan bahwa batas
umur 21 tahun untuk menentukan dewasa atau belum dewasa
merupakan suatu “fiksi”. Fiksi dapat diartikan sebagai tidak jelas dan
tidak tegas atau tidak konsekuen, ini tidak sesuai dengan hukum adat.

2.Pendewasaan Menurut Konsep Hukum Adat


Bagaimana pengertian belum dewasa dan dewasa menurut
konsep hukum adat? Hukum adat tidak mengenal batas umur untuk
menentukan belumdewasa atau sudah dewasa. Dalam hukum adat
tidak dikenal fiksi seperti dalam hukum perdata barat. Hukum adat
menentukan secara insidental saja apakah seorang itu, berhubung
umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap atau tidak
cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum
tertentu dalam hubungan huku tertentu pula. artinya apakah ia dapat
memperhitungkan dan memelihara kepentingannya sendiri dalam
perbuatan hukum yang dihadapinya itu.
Prof.M.M.Djojodiguno, S.H menyatakan bahwa batas antara
belum dewasa dan dewasa hanya dapat dilihat dari “belum cakap dan
cakap melakukan perbuatan huku”. Belum cakap artinya belup
mampu memperhitungkan dan memelihara kepentigannya sendiri.
Cakap artinya mampu memperhitungkan dan memelihara
kepentingannya sendiri.
selanjutnya beiau mengemukakan bahwa hukum adat tidak
mengenal perbedaan yang tajam antara orang yang sama sekali tidak
cakap melakukan perbuatan hukum apapun di satu pihak, dan orang
yang cakap meakukan perbuatan hukum apapun dilainpihak.peralihan
dari keadaan “tidak cakap sama sekali” kepada keadaan “cakap
penuh” itu berlangsung sedikit demi sedikit menurut keadaan. Dalam
hukum adat jawa bahwa seorang yang sudah mandiri dan berkeluarga
cakap penuh untuk melakukan segala perbuatan hukum. sebaliknya
tidak dapat dikatakan bahwa orang yang belum mandiri dan belum
berkeluarga itu tidak cakap melakukan hukum apapun juga.
Dalam undang – undang yang juga berlaku bagi orang indonesia
yang tunduk pada hukum adat, apabila dijumpai istilah “belum
dewasa”, ini berarti belum berumur 21 tahun dan belum pernah
kawin. Apabila perkawinan itu putus sebelum dicapai umur 21 tahun
penuh,orang itu tetap dinyatakan dewasa.

3.Menurut Konsep Undang –Undang R.I Sekarang


Bagaimana pengertian belum dewasa dn dewasa menurut
undang – undang R.I yang berlaku hingga sekarang, pengertian belum
dewasa dan dewasa dapat dinyatakan seragam untuk semua warga
negara indonesia. Dikatakan belum dewasa apabila beum berumur 21
tahun penuh dan belum pernah kawin, ketentuan ini a contrario
dewasa apabila sudah beruur 21 tahun penuh, suda pernah kawin.
ketentuan belum dewasa dan belum dewasa terdapat dalam undang –
undang berikut :
1. pasal 330 KUHP bagi warga indonesia keturunan eropa
2. stb.1924 – 556 bagi warga negara indonesia keturunan timur
asing bukan cina.
3. stb. 1924 – 557 bagi warga indonesia keturunan timur asing
cina
4. stb. 1931 – 54 bagi warga negara indonesia asli

Berdasarkan berlakunya undang – undang tersebut diatas didasarkan


pada aturan peralihan UUD1945, bahw sebelum dibentuk undang –
undang baru ( dalam hal ini mengenai kedewasaan ) berdasarkan
UUD ini, semua peraturan hukum perundang – undangan yang sudah
ada tetap dinyatakan berlaku. undang – undang yng di buat oleh
pembentuk undang – undang R.I belum ada yang merumuskan
pengertian belum dewasa dan dewasa sebagai pencabutan keempat
undang – undang yang disebutkan terdahulu.
Pengertian sudah berumur 21 tahun penuh atau sudah pernah
kawin terebut disebut dewasa undang – undang. Di samping itu masih
dikenal dewasa biologis atau dewasa seksual untuk melangsungkan
perkawinan, yaitu sudah mencapai umur 16 tahun bagi wanita dan 19
tahun bagi pria. mereka yang dewasa biologis ini apabila sudah
melangsungkan perkawinan berubah menjadi dewasa hukum.
Ada juga beberapa pengertian lain dari keputusan Mahkamah
Agung mengenai kedewasaan di antaranya yaitu :
1.Batas Umur Dewasa
Hal ini merupakan hal yang sifatnya kontroversial dalam praktek,
sebab ada notaris yang memakai ukuran psl 330 BW ( batas usia 21
tahun atau telah kawin) sebagai batas usia dewasa, dan ada pula
yang memakai batas usia 18 tahun. Konsekuensi praktis yang
terjadi adalah bila satu akta dibuat dengan menggunkan pasal 47
ayat (1) UU No. 1/1974 ini sebagai dasar untuk menentukan batas
dewsa, maka akta yang bersangkutan dapat menimbulkan kesulitan
praktis bagi pemakainy serta notaris lain yang diharuskan akta
lanjutan berdasarkan akta yang disebutkan pertama kali, kalau
notaris yang harus membuat akta lanjutan itu menggunakan psl 330
BW sebagai dasar untuk menentukan usia dewasa. untuk
mengantisipasi kesulitan praktis seperti ini adalah lebih tepat bila
direkomendasikan menggunakan batas usia 21 tahun sebgai ukuran
untuk menentukan kedewasaan atau telah kawin sebelumya.
2.Kedewasaan Orang Tua
Yang dimaksudkan dalam UU No.1/1974 ini adalah kekuasaan
yng melekat kepada kedua orang tua terhadap anak dibawah umur
selama perkawinan kedua orang tuanya itu masih utuh dan belum
bubar, perwalian menurut UU No.1/1974 timbul apabila kedua orang
tua dari anak itu sudah meninggal dunia atau kedua duanya dipeat dari
kekuasaannya sebagai orang tua atas anak dibawah umur itu.
Ketentuan ini berbeda dengan pasal 345 BW yang menentukan orang
tua yang hidup terlama dengan sendirinya menjadi wali dari anak
dibawah umur apabila salah seorang orang tuua itu meninggal dunia.
Kedudukan ( Status ) anak ( BW+ )
1. Anak sah
2. Anak yang disahkan
3. Anak yang disahkan Dengan surat pengesahan
4. anak Angkat
5. Anak yang diakui sah
6. Anak luar nikah
7. anak zinah dan sumbang
Kedudukan Anak Dalam UU No. 1/1974 :

1. Pasal 42 UU No. 1/1974


Anak Yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
akibat berkawinan yang sah.
2. pasal 43 UU No. 1/1974
Ayat (1) : Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.
Ayat (2) : Kedudukan anak terebut ayat (1) diatas selanjutnya akan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Kekuasaan Orang tua


Yaitu kekuasaan ibu dan bapak yang masih berada dalam status
perkawinan terhadap anak – anaknya yang masih dibawah umur.
Pasal 330 (3) BW : Mereka yang belum dewasa dan tidak berada
dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah perwalian.

Isi Dari Kekuasaan Orang Tua


Dapat ditinjau dari 2 sudut yaitu :
1. kekuasaan orang tua mengenai diri anak
2. kekuasaan orang tua mengenai harta kekayaan anak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi pendewasaan suatu lembaga hukum agar semua orang yang
belum dewasa tetapi telah menempuh syarat – syarat tertentu dalam
hal tertentu dan sampi batas – batas tertentu menurut ketentuan UU
memiliki kedudukan hukum yang sama dengan orang dewasa.
Macam – macam Pendewasaan
1. Pendewasaan penuh(Venia aetatis, Pasal 420 – 425 KUHP)
syarat berusia 20 tahun dan telah mengajukan permohonan
kepada presiden
2. pendewasaan terbatas ( pasal 426 – 431 KUHP ) syarat, berusia
18 tahun diajukan kepada pengadilan negeri, dan dapat ditarik
kembali.pendewasaan ini hanya untuk hal – hal tertentu sifat
kedewasaannya, misalkan hnya untuk hal waris saja.
B.SARAN
Pendewasaan pada makalah ini perli disimak oleh teman teman
bagaimana pendewasaan pada diri kita ini? dan apakah kita benar –
benar dewasa pada saat beruur 16 tahun dan siap untuk perkawinan?
kita memang tidak tahu awal mulanya, maka dari itu mulai sekarang
carilah untuk membaca apa itu kedewasaan atau pendewasaa agar kita
bisa mengetahui dan memahaminya.

Anda mungkin juga menyukai