ANTROPOLOGI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
ANTROPOLOGI - D
Kelompok 1
Tulisan ini membahas tentang Pernikahan Dini di Masyarakat dari sudut perspektif
Antropologi Hukum. Hal tersebut dirasa sangat penting mengingat kajian terhadap usia anak
dalam pernikahan serta fenomena sosial yang seakan perkawinan dibawah usia 21 tahun
tergolong dalam perkawinan dini. Harmonisasi hukum dapat dilakukan ketika melihat
bagaimana sebenarnya karakter sosial masyarakat dalam hubungannya permasalahan yang
diangkat yaitu mencari batasan umur minimal untuk menikah.
Pendekatan Antropologi Hukum digunakan dalam harmonisasi hukum ini karena sebenarnya
kedua pisau tersebut mempergunakan optik deskriptif dalam melihat suatu masalah. Patut
menjadi perhatian ketika penentuan batasan usia harus mengacu kepada beberapa faktor
yang tidak hanya faktor hukum tetapi juga faktor-faktor lainnya dan demi memberikan
kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum maka harus ada penyesuaian tentang
batasan umur terutama untuk anak bagi peraturan perundang-undangan lainnya.
Menurut ilmu Antropologi perkawinan adalah hubungan antara pria dan wanita yang sudah
dewasa dan saling mengadakan ikatan hukum, adat, agama, dengan maksud agar
perkawinan berlangsung dengan waktu yang relatif lama. Pada konteks hubungan sosial,
perkawinan tidak terjadi begitu saja tanpa diatur oleh norma yang ada dalam masyarakat.
Norma mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang. Norma
kemudian menjadi fakta sosial yang bersifat umum, memaksa dan eksternal melalui proses
interaksi antara individu, individu dan kelompok, antara kelompok dengan kelompok dalam
rangka mengatur memenuhi kehidupan mereka. Dalam konteks pernikahan, norma tersebut
dibicarakan dan akhirnya dapat diterima oleh masyarakat secara umum, sehingga kemudian
muncul lembaga perkawinan.
Dari konsep di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk suatu
rumah tangga yang bahagia dan kekal selama-lamanya. Kata Kunci: usia, perkawinan, izin
orang tua, norma, antropologi hukum
A. PENDAHULUAN
Dalam Pasal (2) disebutkan bahwa
LATAR BELAKANG
pernikahan yang dilangsungkan diluar dan
Pernikahan anak diusia dini dapat tanpa sepengetahuan serta pengawasan
dikatakan melangkahi aturan dari PPN dianggap tidak mempunyai kekuatan
pemerintah, misalnya Undang-Undang hukum. Pasal ini juga dapat diartikan
Perkawinan dan Undang-Undang sebagai ancaman bagi pelaku nikah usia
Perlindungan Anak yang dirumuskan dini yang dampaknya pada status
dengan mempertimbangkan analisis pernikahan yang dilakukan serta status
sosiologis dalam menjaga kemaslahatan di anak yang lahir dari hasil pernikahan
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu tersebut, sebagaimana disebutkan dalam
agar pernikahan diusia dini tidak Undang-Undang Perkawinan Pasal 41 poin
menyalahi aturan, perlu adanya izin atau b dan c tentang putusnya perkawinan dan
dispensasi nikah kepada Pengadilan atau akibatnya. Dalam poin b disebutkan bahwa
pejabat yang berkaitan dengan hal ini, bapak yang bertanggung jawab atas semua
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 7 biaya pemeliharaan anak dan pendidikan
ayat (2) UUP No 1 Tahun 1974. yang diperlukan anak, bilamana bapak
dalam kenyataan tidak dapat memenuhi
Pada Undang-Undang Perkawinan No. 1 kebutuhan tersebut, maka pengadilan dapat
Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) disebutkan menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya
bahwa pernikahan yang sah apabila tersebut. Sedangkan untuk poin c
dilakukan menurut hukum masing-masing disebutkan bahwa pengadilan dapat
agama dan kepercayaanya. Akan tetapi mewajibkan kepada bekas suami untuk
pada ayat (2) pemerintah juga memberikan memberikan biaya penghidupan dan/atau
ketegasan bahwa setiap pernikahan harus menentukan suatu kewajiban bagi bekas
dicatatkan menurut perundang-undangan istri.
yang berlaku. Pencatatan pernikahan
bertujuan untuk melindungi hak-hak istri Pernikahan diusia dini tidak hanya
dan anak-anak yang diatur dalam menyalahi Undang-Undang Perkawinan
Kompilasi Hukum Islam Pasal (6) ayat 1, saja, akan tetapi juga menyalahi
dimana setiap pernikahan yang Undang-Undang Perlindungan Anak.
berlangsung harus dilakukan dihadapan Undang-Undang No.23 Tahun 2002
dan dibawah pengawasan Pegawai tentang Perlindungan Anak secara tegas
Pencatat Nikah (PPN). menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
anak adalah seseorang yang belum genap terhadap gejala-gejala hukum. Tanggapan
usia 18 tahun, termasuk yang masih dalam itu merupakan kesatuan pandangan
kandungan. terhadap nilai-nilai dan perilaku hukum.
Jadi suatu budaya hukum menunjukkan
Di dalam Pasal 1 dan Pasal 26 ayat (1) tentang pola perilaku individu sebagai
poin c disebutkan, keluarga dan orang tua anggota masyarakat yang menggambarkan
berkewajiban untuk mencegah terjadinya tanggapan (orientasi) yang sama terhadap
pernikahan di usia anak-anak. Maka hal ini kehidupan hukum yang dihayati
bisa dipahami bahwa pernikahan tidak bisa masyarakat yang bersangkutan. Budaya
dilakukan oleh anak yang usianya masih hukum bukan merupakan budaya pribadi,
dibawah 18 tahun. Di dalam melainkan budaya menyeluruh dari
Undang-Undang Perkawinan No. 16 masyarakat tertentu sebagai satu kesatuan
Tahun 2019 Pasal 7 ayat (1) diatur, sikap dan perilaku.
perkawinan hanya diizinkan jika pihak
lai-laki dan perempuan sudah mencapai Perilaku hukum satu masyarakat berbeda
usia 19 tahun. Kebijakan pemerintah dengan perilaku hukum di masyarakat
dalam menetapkan batas minimal usia yang lain. Maka dari itu, budaya hukum
pernikahan tentunya tidak lepas dari bersifat bisa menerima ataupun menolak
berbagai pertimbangan sosiologis empirik terhadap suatu peristiwa hukum. Kaitan
dan berbagai pertimbangan dalam antara perilaku hukum dan budaya hukum
kehidupan masyarakat. Jika dilihat dari dalam masyarakat terletak pada
sudut pandang medis, pernikahan di usia tanggapanya terhadap hukum yang
dini ternyata memiliki dampak negatif bagi ideologis dan hukum yang praktis dengan
ibu dan anak yang dilahirkan. Sedangkan sudut pandang yang elektika. Praktik
dalam pandangan sosiolog pernikahan di pernikahan di usia dini di Masyarakat,
usia dini dapat menghalangi keharmonisan tidak terlepas dari budaya hukum yang
dalam keluarga, yang disebabkan karena membangun perilaku hukum di
belum siapnya mental dalam mengelola masyarakat. Untuk itu, dalam penelitian ini
dan mengatur emosi. peneliti akan mengkaji dan menganalisis
permasalahan dengan menggunakan
Menurut Hadikusuma (dalam Amrizal pendekatan Antropologi Hukum sebagai
Siagian, 2015: 51), mengatakan bahwa senjata untuk menganalisa.
Budaya Hukum merupakan tanggapan
umum yang sama dari masyarakat tertentu
Perkawinan dapat dipandang dari dua buah fakta dan realitas yang dihadapi, sekaligus
sisi, perkawinan sebagai sebuah perintah memberikan pemahaman dan pengertian
baru atas masalah tersebut sesudah
agama, sedangkan di sisi lain adalah
menganalisis data yang ada.
satu-satunya penyaluran seks yang
disahkan oleh agama. Pada saat orang B. PEMBAHASAN
Hal ini semakin dilematis karena ini tidak SOLUSI KASUS PERNIKAHAN DINI
sesuai dengan UU Perkawinan. Rumah DI INDONESIA
tangga berdasarkan cinta saja bisa goyah,
apalagi karena keterpaksaan. Berikut upaya Masyarakat dan Pemerintah
dalam memerangi kasus Pernikahan Di
Faktor Adat Usia Dini:
"menikah untuk memperbaiki ekonomi
Memberdayakan anak dengan keluarga".
informasi, keterampilan, dan jaringan
pendukung lainnya. Membuat dan mendukung kebijakan
Program ini berfokus pada diri anak terhadap pernikahan dini.
dengan cara pelatihan, membangun Program yang bisa dilakukan selanjutnya
keterampilan, berbagi informasi, adalah memodifikasi kurikulum sekolah
menciptakan lingkungan yang aman, dan dengan cara menambahkan materi tentang
mengembangkan jejaring dukungan yang dampak negatif pernikahan dini. Materi
baik. Program ini bertujuan agar anak pelajaran diberikan secara berjenjang sejak
memiliki pengetahuan yang baik mengenai SD, SMP, dan SMA, dengan konten materi
diri mereka dan agar mereka mampu yang disesuaikan dengan adat dan
mengatasi kesulitan sosial dan ekonomi kebiasaan serta usia anak. Semakin dini
baik secara jangka panjang maupun jangka anak dipaparkan terhadap isu-isu
pendek. pernikahan dini, maka harapannya aspek
kognitif anak terkait dengan persepsi
Mendidik dan mengarahkan orang tua pernikahan dini juga berubah.
dan anggota komunitas
Keterlibatan orangtua dan komunitas C. PENUTUP
adalah strategi kedua yang paling banyak
digunakan dalam penelitian. Tujuan utama Pernikahan adalah proses pengikatan janji
dari strategi ini ialah untuk menciptakan suci antara kaum laki-laki dan perempuan.
suatu lingkungan yang baik, disebabkan Ibadah yang mulia dan Suci. Pernikahan
karena ditangan keluarga dan anggota tidak boleh dilakukan sembarangan karena
masyarakat yang tua-lah keputusan ini merupakan bentuk ibadah terpanjang
pernikahan anak dilakukan atau tidak. dan dapat dijaga hingga maut memisahkan.
Tujuan pernikahan adalah untuk
Meningkatkan akses dan kualitas menciptakan rasa bahagia. Di mana, sudah
pendidikan formal bagi anak seharusnya suami istri saling memberi
Penelitian banyak yang menemukan bahwa kasih sayang serta perasaan aman satu
pendidikan bagi anak perempuan sangat sama lain. Menikah membuat kita
berkorelasi dengan penundaan usia mendapatkan sahabat atau pendamping
menikah. Di sekolah, anak dapat hidup, yang di dalamnya dipenuhi oleh
mengembangkan keterampilan sosial kasih sayang dan perasaan cinta. Namun,
sehingga memungkinkan adanya untuk mencapai kebahagiaan tersebut tidak
perubahan norma mengenai pernikahan bisa dilaksanakan dengan asal-asal an.
dini. Perlu persiapan yang matang antara kedua
belah pihak agar mencapai kebahagiaan
Menawarkan dukungan ekonomi dan dari suatu pernikahan, baik dari segi
pemberian insentif pada anak dan jasmani, rohani, dan materi.
keluarganya
Memberikan sejumlah bantuan dari segi Dalam kasus pernikahan dini atau
ekonomi kepada keluarga yang kekurangan pernikahan dibawah umur yang sudah
agar terhindarnya dari yang namanya ditetapkan dalam hukum tertulis, marak
terjadi di Negara Indonesia. Hal ini Meliala, Djaja S., Himpunan Peraturan
disebabkan karena beberapa faktor, seperti: Perundang-undangan tentang Perkawinan.
Faktor Ekonomi, Faktor Pendidikan, Faktor Bandung : PT Nuansa Aulia, t.t.
Orang Tua, Faktor Internet, Faktor
Biologis, Faktor Hamil Di Luar Nikah, dan Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional,
Faktor Adat. Serta adapun faktor Jakarta: Renika Cipta, 2005
khususnya, seperti: Pengetahuan Hukum
Di Masyarakat dan Kepatuhan Hukum Di Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum
Masyarakat. Faktor-faktor inilah yang Indonesia (Bandung: Alumni, 2006).
menyebabkan masih tingginya kasus
pernikahan dini di Negara Indonesia. Taufiqurohman, Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Implementasi Mediasi pada
Dengan besar harapan dari penelitian ini Proses Perceraian Pasangan TKI di
semoga masyarakat lebih memperhatikan Pengadilan Agama Ponorogo, 2013
kesiapan dirinya atau anaknya dalam hal
menikah. Antropologi memandang Suyono Ariyanto, Kamus Antropologi,
perkawinan sebagai pelebaran Jakarta: Pressindo 1985.
menyamping tali ikatan antara dua
kelompok himpunan yang tidak bersaudara Blog
atau pengukuhan keanggotaan di dalam Ari, Faktor Penyebab Pernikahan Dini,
satu kelompok endogen bersama. Oleh 2014
karena itu, pernikahan harus dilakukan https://genbagus.blogspot.com/2014/05/fak
secara siap dan matang dari antara kedua tor-penyebab-pernikahan-dini.html?m=1
belah pihak agar terciptanya persatuan
yang harmonis. Anwar, S. D. (2016). Kebijakan dan
program pemerintah dalam mengatasi
D. DAFTAR PUSTAKA perkawinan anak. From
http://kajiangender.pps.ui.ac.id
Buku
Fadlyana Eddy, Shinta Larasaty. Jurnal
Pernikahan Usia Dini dan Siagian, Amrizal. 2020. "Nikah Usia Dini
Permasalahannya, Sari Pediatri 11, No. 2, Di Masyarakat Dalam Perspektif Kajian
Agustus 2009. Budaya Hukum", dalam Aufklarung: Jurnal
Pendidikan, Sosial, dan Humaniora.
Soemiyati. Hukum Perkawinan dan
Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974 Hamzah. "Pernikahan Dibawah Umur".
Tentang Perkawinan, Yogyakarta: Liberty, al-daulah Vol. 6 (2017).
2007.
Marilang “Dispensasi Kawin Anak di
Sudarsono. 2010. Hukum Perkawinan Bawah Umur”. al-daulah Vol. 7. No. 1
Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta. (2018).
Widiasworo, Erwin. 2018. Mahir Penelitian
Pendidikan Modern. Yogyakarta: Araska. Permana, Sugiri. 2019. "Dominasi Saksi
Pernikahan Dalam Tradisi Desa Terpencil",
Sebuah Catatan Antropologi Hukum
Keluarga Dari Desa Bunglai, Danau Riam
Kanan Kalimantan Selatan.
Perundang-Undangan
Departemen Agama RI, Instruksi Presiden
R.I Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi
Hukum Islam, Jakarta : Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
1997/1998.