Anda di halaman 1dari 27

Dispensasi nikah untuk anak dibawah umur

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat hukum Islam

Dosen Pengampu: MAGHFUR,Prof. Dr., M.Ag

Disusun oleh;

1. Teguh adhisatya _1120077

KELAS B

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH
UIN ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN 2023

Dispensasi nikah untuk anak dibawah umur

Nama: teguh adhisatya

Nim:1120077

Kelas: HKI B

Kampus: UIN Abdurrahman Wahid Pekalongan

Abstrak

Salah satu persyaratan dalam perkawinan di Indonesia menurut Undang-Undang Perkawinan


Nomor 1 Tahun 1974 yang berkaitan dengan kematangan emosional, psikologis maupun
biologis telah Diatur dengan adanya pembatasan usia nikah kepada kedua calon mempelai,
yakni calon pengantin Laki-laki hanya boleh menikah jika usianya sudah mencapai 19
(sembilan belas) tahun dan calon Pengantin perempuan sudah mencapai 16 (enam belas)
tahun dan banyak masyarakat yang belum bisa Menjalankan aturan batas usia tersebut yang
akhirnya memilih untuk mengajukan dispensasi nikah.

Lalu belum berhenti sampai di sana, timbul kontroversi kembali dengan adanya judicial
review Dari Mahkamah Konstitusi tentang upaya pencegahan pernikahan usia anak yakni
dengan cara mengubah batasan usia 16 tahun bagi perempuan menjadi 19 tahun, karena
dipandang belum sesuai dengan tujuan pernikahan yakni matang secara psikologis maupun
biologis.
A. Nikah

Pengertian nikah

Menurut bahasa nikah atau pernikahan terambil dari dua kata nakaha, yankihu, nakahan,
wanikahaanyang mempunyai arti bersatu, berhimpun, dan berkumpul. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk
bersuami istri dengan resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan
atau secara qiyasan disebut dengan hubungan seks.

Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan apabila telah
memenuhi syarat untuk menikah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. AR-Ruum ayat
21 yang berbunyi :

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا جًا لِّتَ ْس ُكنُ ۤوْ ا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً و ََّرحْ َمةً ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ۤه اَ ْن خَ ل‬

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan


untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

Karena perkawinan sebagai langkah awal dalam membentuk suatu Keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera lahir batin sesuai yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang
Dasar 1945 dimana Negara menjamin kepada tiap-tiap Warga Negara Indonesia untuk
membentuk keluarga, sebagaimana Pasal 28 B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
berbunyi “setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah”. Jaminan untuk dapat membentuk keluarga juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia , sebagaimana
tercantum dalam Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak membentuk suatu
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah”. Terciptanya keluarga
yang bahagia sejahtera maka secara otomatis akan membawa pengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang pada akhirnya sampai kehidupan bangsa, sehingga apa yang
sudah menjadi cita-cita dan tujuan pembangunan nasional akan dapat terwujud.

Rukun Nikah

Nikah ditinjau dari segi Hukum Islam ada lima macam, secara rinci Jumhur ulama
menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat Keadaan orang-orang tertentu:

a. Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah, Telah pantas untuk
menikah dan dia telah mempunyai perlrngkapan Untuk melangsungkan perkawinan.
b. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, belum Berkeinginan
untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan Juga belum ada. Begitu pula
ia telah mempunyai perlengkapan untuk Perkawinan, namun fisiknya mengalami
cacat impoten, berpenyakitan Tetap, tua Bangka dan kekurangan fisik lainnya.
c. Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk menikah,Berkeinginan untuk
menikah dan memiliki perlengkapan untuk Menikah, ia khawatir akan terjerumus ke
tempat maksiat kalau ia tidak Menikah.
d. Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan Syara‟ untuk
melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu Tidak akan memcapai tujuan
syara‟, sedangkan dia meyakini Perkawinan itu akan merusak kehidupan
pasangannya.
e. Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan Untuk menikah
dan perkawinan itu tidak akan mendatangkan Kemudaratan apa-apa kepada siapapun1

B. Pernikahan anak

Pernikahan anak adalah pernikahan formal atau informal di mana satu atau kedua belah
pihak Berumur di bawah 19 tahun. Pernikahan anak tidak lepas dari yang namanya
batasan umur seorang Anak, batas usia anak merupakan pengelompokan usia maksimum
sebagai wujud kemampuan anak Dalam status hukum. Hal tersebut mengakibatkan
beralihnya status usia anak menjadi dewasa atau Menjadi subjek hukum yang dapat
1
Anggitha Ayu Anggraeni,33010160059,Hukum Keluarga Islam,Syari’ah
bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatan dan Tindakan hukum yang
dilakukannya. Banyak pendapat mengenai umur batas umur anak, namun Yang menjadi
rujukan dalam dalam hal ini yaitu Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
TentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
dalam Pasal 7 Ayat

(1) Bahwa Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan Belas) tahun.

Di dunia setiap tahun ada sebanyak 12 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18
tahun,23 gadis menikah setiap menit, dan hampir 1 gadis menikah setiap 3 detik. Hampir
650 juta wanita Yang hidup saat ini menjadi pengantin perempuan sebelum mereka
menginjak usia 18 tahun Beberapa bahkan sebelum usia 10 tahun. Secara global 1 dari 5
perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Di Indonesia, pada tahun 2018, 1 dari 9 anak
perempuan telah menikah. Perempuan Umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia
18 tahun di tahun 2018 diperkirakan sekitar 1.220.900 dan angka ini menempatkan
Indonesia pada 10 negara dengan angka absolut Perkawinan anak tertinggi di dunia.

Perkawinan anak memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan
anak.Perkawinan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang merampas
kesempatan Pendidikan, kesehatan dan keamanan anak. Pengantin anak sering putus
sekolah dan kehilangan kesempatan dalam meraih ekonomi yang lebih baik. Anak yang
dipaksa menikah atau karena kondisi tertentu harus menikah di bawah usia 19 tahun akan
memiliki kerentanan yang lebih besar baik pada akses pendidikan, kualitas kesehatan,
potensi mengalami tindak kekerasan, serta hidup dalam kemiskinan. Hasil dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perkawinan anak terbukti menjadi salah satu faktor risiko
dari masalah kesehatan serta gizi ibu dan anak, tingkat pendidikan yang rendah, dan
kekerasan dalam rumah tangga. Dampak perkawinan anak tidak hanya akan dialami oleh
anak yang dinikahkan, namun juga akan berdampak pada anak yang dilahirkan serta
berpotensi memunculkan kemiskinan antar generasi

C. Perlindungan anak

Anak sebagai generasi dan penerus akan cita-cita perjuangan bangsa harus dilindungi
Dari segala ancaman, hambatan yang ada, karena perlindungan tersebut juga menyangkut
akan Hak-hak anak, hak anak untuk memperoleh pendidikan terhambat karena adanya
pernikahan dini, Hak-haknya terabaikan dan semakin buruk padahal seorang anak harus
dilindungi dalam kondisi Apapun dan perlun diberikan perlakuan yang khusus dan
manusiawi.10 mengenai definisi Perlindungan anak. Maidin Gultom menjelaskan
perlindungan anak adalah segala usaha yang Dilakukan untuk menghasilkan suatu
keadaan dimana anak dapat melaksanakan hak dan Kewajiban mereka, sehingga proses
tumbuh kembang seorang anak dapat dilalui secara wajar Baik fisik, mental dan sosial.
Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa perlindungan anak adalah Suatu bentuk
perwujudan dari adanya keadilan dalam masyarakat, sehingga dalam berbagai Bidang
kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah diupayakan bentuk perlindungan
Terhadap anak.Terkait dengan pelaksanaan perlindungan, terdapat landasan yang menjadi
dasar dari Pelaksanaan perlindungan anak, yaitu :

a. Dasar Filosofis.

Pancasila sebagai kegiatan dalam berbagai kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa


Dan bernegara serta dasar filosofis pelaksanaan perlindungan anak.

b. Dasar Etis.

Pelaksanaan perlindungan anak harus sesuai dengan etika profesi yang berkaitan untuk
Mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenangan, kekuasaan dan
kekuatan.

c. Dasar Yuridis.

Pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Asas –Asas Perlindungan Anak, Dalam kaitannya dengan berbagai bentuk perlindungan
anak Yang ada di Indonesia, terdapat asas-asas sebagai pedoman untuk memberikan
perlindungan. Hal Tersebut juga berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi
dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang digantikan undang-undang
no. 35 tahun 2014, ada empat Prinsip umum perlindungan anak yang menjadi dasar bagi
setiap negara dalam menyelenggakan Perlindungan anak, antara lain:

a. Prinsip Non Diskriminasi Dalam prinsip non diskriminasi memberikan


pemahaman, bahwasannya setiap anak Berhak mendapatkan perlindungan
tanpa adanya pembedaan dalam diri seorang anak.
b. Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak (Best Interests Of The Child)
c. Dalam prinsip yang kedua ini, segala macam bentuk perlindungan terhadap
anak, Hendaknya bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak.
d. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan (The Right to
Life, Survival and Development)

Pesan dari prinsip tersebut sangat jelas bahwa negara harus memastikan setiap anak akan
Terjamin kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam
dirinya, Bukan pemberian dari negara atau orang per orang.

e. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak (Respect for the views of The
Child) Dalam prinsip yang terakhir ini, KHA memberikan perhatian terhadap
pendapat anak Dalam proses pemenuhan hak-hak yang mereka terima.

Secara umum, fungsi perlindungan anak dalam dispensasi nikah adalah menjaga anak
untuk Mencapai hak-haknya, serta melindungi anak dari perlakuan yang salah dan tindak
kesewenangwenangan orangtua atau walinya untuk menikahkan anaknya, baik dengan
alasan ekonomi ataupun Yang lainnya. Tidak dimungkiri lagi bahwa pernikahan anak di
bawah umur banyak mengabaikan Hak-hak anak terutama di bidang pendidikan anak.
Angka Partisipasi Murni (APM) SD 95 persen Dan APM 67 persen atau 28 persen putus
sekolah. Dengan demikian, pantaslah rendah kualitas pendidikan Indonesia, sehingga
rata-rata anak Indonesia bersekolah 6,7 tahun. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka
kawin muda, yaitu 34,3 persen.2

Dispensasi nikah dibawah umur adalah permohonan keringanan supaya bisa dinikahkan
untuk laki-laki yang belum bermur 19 tahun atau perempuan yang belum berumur 16

2
Ahmad Muqaffi, Rusdiyah, Diana Rahmi,Universitas Islam Negeri Antasari,Jalan Ahmad Yani Km. 4.5
Banjarmasin, Kalimantan Selatan
tahun, ada bisa salah satu saja atau dua-duanya. Berdasarkan Undang-undang No 16
Tahun 2019 tentang perkawinan.

Salah satu asas yang dikandung dalam undang-undang perkawinan adalah Pendewasaan
usia perkawinan, Artinya bahwa calon suami dan calon istri harus telah Matang jiwa dan
raganya dalam melaksanakan pernikahan. Maka syarat minimal usia Perkawinan
sebagaimana tercantum dalam undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 1 yaitu batas
minimal bagi laki-laki dan perempuan berumur 19 tahun.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi dispensasi nikah


a. Faktor budaya

Kejadian ini diperkuat dengan adanya perkara orang yang pernah Mengajukan dispensasi
di daerah Banten pada tahun 2019, yang di ajukan oleh Uun Uniyah dan Ade Gunawan .
Perkara ini merupakan salah satu perkara Permohonan dispensasi nikah yang sangat
aktual menjadi perbincangan Sekaligus menjadi sorotan wilayah setempat karena
mengabulkan perkawinan Yang usia perempuannya adalah 18 tahun dengan calon suami
yang berumur 22 Tahun.

Sebagaimana pernyataan ibu dari Uun Uniyah : “ Uun Uniyah adalah anak bungsu dari
empat bersaudara, telah lulus SMP dan Tidak melanjutkan SMA, Uun Uniyah adalah
anak yang periang, dan termasuk Anak yang pintar di sekolah, dia mengenal Ade
Gunawan sebab dari perjodohan, Karena keseriusan Ade Gunawan datang ke rumah
untuk melamar dengan Persetujuan dan pertimbangan bahwa Ade Gunawan adalah laki-
laki dewasa Yang orangnya baik, bertanggung jawab dan mampu membahagiakan,
apalagi Pekerjaannya tetap walaupun sebagai karyawan, dan anak saya juga bersedia
Menjadi istrinya” (wawancara dengan ibu Uun, tanggal 15 Juni 2022).”

Keterangan orang tua Uun juga menjelaskan bahwa, perkawinan anaknya Lancar-lancar
saja dan rumah tangganya juga sangat bahagia dan telah dikaruniai Seorang anak laki-
laki, meskipun umurnya masih sangat muda, tetapi Perilakunya sangat dewasa,
perkawinan anaknya menghilangkan kekhawatiran Orang tua akan hal-hal yang tidak
diinginkan, kegembiraan terlihat jelas di Keluarga Uun, orang tua Uun bisa melihat
anaknya dengan cepat melangsungkan Perkawinan. Orang tua dan anak pada umumnya
memiliki hubungan yang sangat Erat baik secara fisik maupun secara emosional. Dari
sinilah kita bisa mengambil Sebuah kesimpulan bahwa orang tua lah yang sangat
berperan penting dalam Membentuk sebuah karakter anak.

b. Faktor Ekonomi dan Faktor Pendidikan

Faktor ekonomi dan faktor pendidikan sangat erat hubungannya, entah Karena ekonominya
yang lemah sehingga tingkat pendidikannya juga lemah, sebaliknya karena faktor pendidikan
yang rendah sehingga mempengaruhi kemampuan bekerja seseorang yang mengakibatkan
tingkat penghasilan yang rendah sehingga kondisi ekonominya juga lemah.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab permohonan dispensasi inikah, rendahnya
tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan
adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur. Dengan
pertimbangan anaknya sudah tidak sekolah, lebih baik menjadikan jodoh secepatnya daripada
Hanya berdiam di rumah, karena dengan mengawinkan anaknya maka tanggung jawab orang
tua beralih pada suaminya.

Pendidikan agama juga sangat diperlukan sejak dini bagi seorang anak karena akan menjadi
dasar pokok dalam pembentukan kepribadian anak, pendidikan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan baik secara pribadi maupun sosial. Pendidikan agama bertujuan
untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dan membentuk akhlak yang sanggup
menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih cita-cita yang benar dan akhlak
yang tinggi.

Kurangnya pendidikan agama dikarenakan salah satu faktor yaitu kurang nya pendidikan
agama dalam keluarga. Dari orang tua yang kurang memberikan semangat mengenai
pendidikan kepada anak-anak. Sehingga mereka gampang terjerumus ke dalam pergaulan
bebas.

c. Faktor lingkungan

orang tua selalu merasa khawatir terhadap Anaknya karena lingkungan pergaulan yang tidak
sehat. Pacaran bukan suatu hal Yang asing bagi kalangan muda termasuk anak-anak. Apabila
anak sudah Berpacaran cukup lama dan mereka sering bertemu bersama sehingga orang tua
Khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi ada sebagian orang Tua yang
tidak melarang atau malah mengizinkan seorang anak untuk menginap Di rumah
pasangannya dengan berbagai alasan, sehingga hal itu akan Menyebabkan hal negatif terjadi.
Apabila hal tersebut sudah terjadi maka tidak Menutup kemungkinan akan menimbulkan
fitnah di mana-mana baik dari Lingkungan keluarga,

d. Hamil diluar nikah

Hamil diluar nikah merupakan salah satu faktor penyebab permohonan Dispensasi di
Pengadilan Agama Cibinong, hal ini tidak terlepas dari akibat pengaruh lingkungan pergaulan
bebas karena semakin berkembangnya zaman Semakin mudah pula seseorang dalam menjalin
suatu hubungan dan semakin Bebas pula hubungan antara lawan jenis sehingga
mengakibatkan hamil diluar Nikah, dan sangat disayangkan pelaku hamil diluar nikah pada
saat ini bukan Hanya orang yang cukup umur tetapi anak-anak yang umurnya masih relatif
Muda untuk melaksanakan perkawinan menurut undang-undang.3

E. Pertimbangan Hakim Dalam Pemberian Dispensasi Nikah

Bapak Ali Wafa’ (Wafa’, 2021) menjelaskan bahwa permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Malang 99 persen diterima dan hampir tidak ada yang ditolak, karena
walaupun hakim dalam Memutus permohonan dispensasi nikah melihat kepada Undang-
Undang No. 16 Tahun 2019 tetapi Juga melihat kepada aspek lain yaitu pasal 1 ayat 5 dan 6
Perma No. 5 Tahun 2019, dimana didalamnya Dijelaskan:

(1) Dispensasi kawin adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan kepada calon
Suami/isteri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan;
(2)Kepentingan terbaik bagi anak adalah semua tindakan yang harus dipertimbangkan
untuk Memastikan perlindungan, pengasuhan, kesejahteraan, kelangsungan hidup dan
tumbuh Kembang anak.

Jadi menurut Bapak Ali Wafa’ selaku Hakim Pengadilan Agama Malang, bahwa Para
hakim tentu Tidak meninggalkan aturan yang ada yaitu memperhatikan batas usia 19
tahun baik pada calon suami Atau istri, tetapi harus di ingat kembali bahwa pada pada
Perma No. 5 Tahun 2019 pasal 1 ayat 2 harus Memperhatikan kepentingan anak, dan

3
Umi Habibah,Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor,umihabibah593@gmail.com
orang-orang yang mendaftarkan dispensasi nikah rata-rata Sudah darurat dan butuh untuk
segera dinikahkan.

Selain itu dalam Perma No. 5 Tahun 2019 tidak disebutkan secara tegas komponen-
komponen Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam menerima atau menolak
permohonan dispensasi Nikah, dalam Perma No. 5 Tahun 2019 kebanyakan hanya
disebutkan komponen administrasi dalam mengajukan dispensasi nikah, tetapi tidak ada
pasal yang secara tegas menerangkan komponenkomponen bahwa hakim harus menolak
atau menerima permohonan dispensasi nikah.

Hal ini ditegaskan Kembali oleh bapak isnandar (Isnandar, 2021), bahwa hakim
sebenarnya sudah menjalankan isi yang ada didalam perma No. 5 Tahun 2019, hanya saja
hakim tidak bisa sepenuhnya mendalami keterangan para pihak, karena yang diterima
adalah pernyataan dimuka sidang, jika dimuka sidang semua saksi setuju dan menjelaskan
sudah mampu untuk menikah dan mengurus rumah tangga, maka itu yang diterima oleh
hakim. Karena Perma No. 5 Tahun 2019 hanya menyebutkan syarat dan ketentuan,
sedangkan keputusan menolak dan menerima ada di tangan hakim. Selain mengacu
kepada Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 serta Perma No. 5 Tahun 2019, para hakim
juga mengacu kepada hukum Islam yakni Alqur’an sunnah ataupun kitab-kitab terdahulu.

Agama memang tidak mengharamkan atau menentang pernikahan di bawah umur dan
tidak ada kriminalisasi terhadap pernikahan di bawah umur, bahkan dalam pandangan
Islam “Nikah” adalah fitrah manusia dan sangat dianjurkan bagi umat Islam, karena
menikah merupakan naluri kemanusiaan yang harus dipenuhi dengan jalan yang sah agar
tidak mencari jalan yang sesat atau jalan yang menjerumuskan dalam hubungan zina. Dan
pernikahan usia muda merupakan suatu antisipasi dari orang tua untuk mencegah akibat-
akibat negatif yang dapat mencemarkan nama baik dan merusak martabat orang tua dan
keluarga (Al-Azhar, 1985).

Oleh sebab itu Islam tidak menjelaskan secara konkrit tentang batas usia pernikahan
karena Suatu pernikahan dianggap sah, apabila telah memenuhi syarat dan rukun.
Meskipun masalah kedewasaan atau batas usia perkawinan tidak termasuk ke dalam
syarat dan rukun nikah, namun para ulama berbeda pendapat dalam menghadapi hal ini,
karena faktor kedewasaan atau umur merupakan kondisi yang amat penting.

Bapak Masykhur Rosih (Rosih, 2021) menjelaskan bahwa kajian tentang batas usia dalam
Alqur’an para hakim tidak membahas secara detail, para hakim hanya menjelasakan jika
melihat dari sudut pandang agama tidak ada larangan asalkan sudah baligh, hakim lebih
menjelaskan kepada pertimbangan-pertimbangan dalam memutuskan perkara, dimana
melihat kepada maslahat dari apa yang akan diputuskan.

Jadi, jika dilihat dari sumber hukum tekstual yakni Undang-Undang No. 16 Tahun 2019,
Perma No. 5 Tahun 2019 dan Alqur’an, alasan hakim dalam menerima permohonan
dispensasi nikah masih relatif bimbang dan tidak tegas. Karena menurut hakim, jika
menolak permohonan dispensasi nikah maka mudharatnya lebih besar dari pada maslahat
yang akan didapat oleh calon mempelai dan keluarganya.4

4
Jurnal Intelektualita:Keislaman,Sosial, danSains,Vol. 11, 1 (Juni, 2022),ISSN: 2303-2952,EISSN: 2622-8491,
DOI:10.19109/,intelektualita.v11i1.10684
Copyright © 2022 FemilyaHerviani et al
Ringkasan

Dispensasi nikah untuk anak dibawah umur

A. Nikah

Pengertian nikah

Menurut bahasa nikah atau pernikahan terambil dari dua kata nakaha, yankihu, nakahan,
wanikahaanyang mempunyai arti bersatu, berhimpun, dan berkumpul. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami
istri dengan resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan atau secara
qiyasan disebut dengan hubungan seks.

Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan apabila telah
memenuhi syarat untuk menikah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. AR-Ruum ayat 21
yang berbunyi :

ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا جًا لِّتَ ْس ُكنُ ۤوْ ا ِالَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً و ََّرحْ َمةً ۗ اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ۤه اَ ْن خَ ل‬

Artinya:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan


untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)

Karena perkawinan sebagai langkah awal dalam membentuk suatu Keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera lahir batin sesuai yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
1945 dimana Negara menjamin kepada tiap-tiap Warga Negara Indonesia untuk membentuk
keluarga, sebagaimana Pasal 28 B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi
“setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah”. Jaminan untuk dapat membentuk keluarga juga diatur dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia , sebagaimana tercantum dalam Pasal 10
ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah”. Terciptanya keluarga yang bahagia sejahtera maka
secara otomatis akan membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang pada
akhirnya sampai kehidupan bangsa, sehingga apa yang sudah menjadi cita-cita dan tujuan
pembangunan nasional akan dapat terwujud.

Rukun Nikah

Nikah ditinjau dari segi Hukum Islam ada lima macam, secara rinci Jumhur ulama
menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat Keadaan orang-orang tertentu:
a. Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah, Telah
pantas untuk menikah dan dia telah mempunyai perlrngkapan Untuk
melangsungkan perkawinan.

b. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, belum


Berkeinginan untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan Juga
belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai perlengkapan untuk Perkawinan,
namun fisiknya mengalami cacat impoten, berpenyakitan Tetap, tua Bangka
dan kekurangan fisik lainnya.

c. Wajib bagi orang-orang yang telah pantas untuk menikah,Berkeinginan untuk


menikah dan memiliki perlengkapan untuk Menikah, ia khawatir akan
terjerumus ke tempat maksiat kalau ia tidak Menikah.

d. Haram bagi orang-orang yang tidak akan dapat memenuhi ketentuan Syara‟
untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu Tidak akan
memcapai tujuan syara‟, sedangkan dia meyakini Perkawinan itu akan
merusak kehidupan pasangannya.

e. Mubah bagi orang-orang yang pada dasarnya belum ada dorongan Untuk
menikah dan perkawinan itu tidak akan mendatangkan Kemudaratan apa-apa
kepada siapapun

B. Pernikahan anak
Pernikahan anak adalah pernikahan formal atau informal di mana satu atau kedua belah pihak
Berumur di bawah 19 tahun. Pernikahan anak tidak lepas dari yang namanya batasan umur
seorang Anak, batas usia anak merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud
kemampuan anak Dalam status hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya status usia
anak menjadi dewasa atau Menjadi subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara
mandiri terhadap perbuatan dan Tindakan hukum yang dilakukannya. Banyak pendapat
mengenai umur batas umur anak, namun Yang menjadi rujukan dalam dalam hal ini yaitu
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 TentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan dalam Pasal 7 Ayat

(1) Bahwa Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai
umur 19 (sembilan Belas) tahun.

Di dunia setiap tahun ada sebanyak 12 juta anak perempuan menikah sebelum usia 18
tahun,23 gadis menikah setiap menit, dan hampir 1 gadis menikah setiap 3 detik. Hampir 650
juta wanita Yang hidup saat ini menjadi pengantin perempuan sebelum mereka menginjak
usia 18 tahun Beberapa bahkan sebelum usia 10 tahun. Secara global 1 dari 5 perempuan
menikah sebelum usia 18 tahun. Di Indonesia, pada tahun 2018, 1 dari 9 anak perempuan
telah menikah. Perempuan Umur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia 18 tahun di
tahun 2018 diperkirakan sekitar 1.220.900 dan angka ini menempatkan Indonesia pada 10
negara dengan angka absolut Perkawinan anak tertinggi di dunia.

Perkawinan anak memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan
anak.Perkawinan anak merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang merampas
kesempatan Pendidikan, kesehatan dan keamanan anak. Pengantin anak sering putus sekolah
dan kehilangan kesempatan dalam meraih ekonomi yang lebih baik. Anak yang dipaksa
menikah atau karena kondisi tertentu harus menikah di bawah usia 19 tahun akan memiliki
kerentanan yang lebih besar baik pada akses pendidikan, kualitas kesehatan, potensi
mengalami tindak kekerasan, serta hidup dalam kemiskinan. Hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perkawinan anak terbukti menjadi salah satu faktor risiko dari masalah
kesehatan serta gizi ibu dan anak, tingkat pendidikan yang rendah, dan kekerasan dalam
rumah tangga. Dampak perkawinan anak tidak hanya akan dialami oleh anak yang
dinikahkan, namun juga akan berdampak pada anak yang dilahirkan serta berpotensi
memunculkan kemiskinan antar generasi

C. Perlindungan anak

Anak sebagai generasi dan penerus akan cita-cita perjuangan bangsa harus dilindungi Dari
segala ancaman, hambatan yang ada, karena perlindungan tersebut juga menyangkut akan
Hak-hak anak, hak anak untuk memperoleh pendidikan terhambat karena adanya pernikahan
dini, Hak-haknya terabaikan dan semakin buruk padahal seorang anak harus dilindungi dalam
kondisi Apapun dan perlun diberikan perlakuan yang khusus dan manusiawi.10 mengenai
definisi Perlindungan anak. Maidin Gultom menjelaskan perlindungan anak adalah segala
usaha yang Dilakukan untuk menghasilkan suatu keadaan dimana anak dapat melaksanakan
hak dan Kewajiban mereka, sehingga proses tumbuh kembang seorang anak dapat dilalui
secara wajar Baik fisik, mental dan sosial. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa
perlindungan anak adalah Suatu bentuk perwujudan dari adanya keadilan dalam masyarakat,
sehingga dalam berbagai Bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah
diupayakan bentuk perlindungan Terhadap anak.Terkait dengan pelaksanaan perlindungan,
terdapat landasan yang menjadi dasar dari Pelaksanaan perlindungan anak, yaitu :

a. Dasar Filosofis.

Pancasila sebagai kegiatan dalam berbagai kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa


Dan bernegara serta dasar filosofis pelaksanaan perlindungan anak.

b. Dasar Etis.

Pelaksanaan perlindungan anak harus sesuai dengan etika profesi yang berkaitan untuk
Mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenangan, kekuasaan dan kekuatan.
c. Dasar Yuridis.

Pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik


Indonesia Tahun 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Asas –Asas Perlindungan Anak, Dalam kaitannya dengan berbagai bentuk perlindungan
anak Yang ada di Indonesia, terdapat asas-asas sebagai pedoman untuk memberikan
perlindungan. Hal Tersebut juga berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi
dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang digantikan undang-undang
no. 35 tahun 2014, ada empat Prinsip umum perlindungan anak yang menjadi dasar bagi
setiap negara dalam menyelenggakan Perlindungan anak, antara lain:

a. Prinsip Non Diskriminasi Dalam prinsip non diskriminasi memberikan pemahaman,


bahwasannya setiap anak Berhak mendapatkan perlindungan tanpa adanya
pembedaan dalam diri seorang anak.

b. Prinsip Kepentingan Terbaik bagi Anak (Best Interests Of The Child)

c. Dalam prinsip yang kedua ini, segala macam bentuk perlindungan terhadap anak,
Hendaknya bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak.

d. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan (The Right to Life,
Survival and Development)
Pesan dari prinsip tersebut sangat jelas bahwa negara harus memastikan setiap anak akan
Terjamin kelangsungan hidupnya karena hak hidup adalah sesuatu yang melekat dalam
dirinya, Bukan pemberian dari negara atau orang per orang.

e. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak (Respect for the views of The Child)
Dalam prinsip yang terakhir ini, KHA memberikan perhatian terhadap pendapat anak
Dalam proses pemenuhan hak-hak yang mereka terima.

Secara umum, fungsi perlindungan anak dalam dispensasi nikah adalah menjaga anak untuk
Mencapai hak-haknya, serta melindungi anak dari perlakuan yang salah dan tindak
kesewenangwenangan orangtua atau walinya untuk menikahkan anaknya, baik dengan alasan
ekonomi ataupun Yang lainnya. Tidak dimungkiri lagi bahwa pernikahan anak di bawah
umur banyak mengabaikan Hak-hak anak terutama di bidang pendidikan anak. Angka
Partisipasi Murni (APM) SD 95 persen Dan APM 67 persen atau 28 persen putus sekolah.
Dengan demikian, pantaslah rendah kualitas pendidikan Indonesia, sehingga rata-rata anak
Indonesia bersekolah 6,7 tahun. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka kawin muda, yaitu
34,3 persen.
Dispensasi nikah dibawah umur adalah permohonan keringanan supaya bisa dinikahkan
untuk laki-laki yang belum bermur 19 tahun atau perempuan yang belum berumur 16 tahun,
ada bisa salah satu saja atau dua-duanya. Berdasarkan Undang-undang No 16 Tahun 2019
tentang perkawinan.

Salah satu asas yang dikandung dalam undang-undang perkawinan adalah Pendewasaan usia
perkawinan, Artinya bahwa calon suami dan calon istri harus telah Matang jiwa dan raganya
dalam melaksanakan pernikahan. Maka syarat minimal usia Perkawinan sebagaimana
tercantum dalam undang-undang perkawinan pasal 7 ayat 1 yaitu batas minimal bagi laki-laki
dan perempuan berumur 19 tahun.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi dispensasi nikah

a. Faktor budaya

Kejadian ini diperkuat dengan adanya perkara orang yang pernah Mengajukan dispensasi di
daerah Banten pada tahun 2019, yang di ajukan oleh Uun Uniyah dan Ade Gunawan .
Perkara ini merupakan salah satu perkara Permohonan dispensasi nikah yang sangat aktual
menjadi perbincangan Sekaligus menjadi sorotan wilayah setempat karena mengabulkan
perkawinan Yang usia perempuannya adalah 18 tahun dengan calon suami yang berumur 22
Tahun.
Sebagaimana pernyataan ibu dari Uun Uniyah : “ Uun Uniyah adalah anak bungsu dari
empat bersaudara, telah lulus SMP dan Tidak melanjutkan SMA, Uun Uniyah adalah anak
yang periang, dan termasuk Anak yang pintar di sekolah, dia mengenal Ade Gunawan sebab
dari perjodohan, Karena keseriusan Ade Gunawan datang ke rumah untuk melamar dengan
Persetujuan dan pertimbangan bahwa Ade Gunawan adalah laki-laki dewasa Yang orangnya
baik, bertanggung jawab dan mampu membahagiakan, apalagi Pekerjaannya tetap walaupun
sebagai karyawan, dan anak saya juga bersedia Menjadi istrinya” (wawancara dengan ibu
Uun, tanggal 15 Juni 2022).”

Keterangan orang tua Uun juga menjelaskan bahwa, perkawinan anaknya Lancar-lancar saja
dan rumah tangganya juga sangat bahagia dan telah dikaruniai Seorang anak laki-laki,
meskipun umurnya masih sangat muda, tetapi Perilakunya sangat dewasa, perkawinan
anaknya menghilangkan kekhawatiran Orang tua akan hal-hal yang tidak diinginkan,
kegembiraan terlihat jelas di Keluarga Uun, orang tua Uun bisa melihat anaknya dengan
cepat melangsungkan Perkawinan. Orang tua dan anak pada umumnya memiliki hubungan
yang sangat Erat baik secara fisik maupun secara emosional. Dari sinilah kita bisa mengambil
Sebuah kesimpulan bahwa orang tua lah yang sangat berperan penting dalam Membentuk
sebuah karakter anak.

b. Faktor Ekonomi dan Faktor Pendidikan

Faktor ekonomi dan faktor pendidikan sangat erat hubungannya, entah Karena ekonominya
yang lemah sehingga tingkat pendidikannya juga lemah, sebaliknya karena faktor pendidikan
yang rendah sehingga mempengaruhi kemampuan bekerja seseorang yang mengakibatkan
tingkat penghasilan yang rendah sehingga kondisi ekonominya juga lemah.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab permohonan dispensasi inikah, rendahnya
tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan
adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur. Dengan
pertimbangan anaknya sudah tidak sekolah, lebih baik menjadikan jodoh secepatnya daripada
Hanya berdiam di rumah, karena dengan mengawinkan anaknya maka tanggung jawab orang
tua beralih pada suaminya.

Pendidikan agama juga sangat diperlukan sejak dini bagi seorang anak karena akan menjadi
dasar pokok dalam pembentukan kepribadian anak, pendidikan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan baik secara pribadi maupun sosial. Pendidikan agama bertujuan
untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dan membentuk akhlak yang sanggup
menghasilkan orang-orang yang bermoral, jiwa yang bersih cita-cita yang benar dan akhlak
yang tinggi.

Kurangnya pendidikan agama dikarenakan salah satu faktor yaitu kurang nya pendidikan
agama dalam keluarga. Dari orang tua yang kurang memberikan semangat mengenai
pendidikan kepada anak-anak. Sehingga mereka gampang terjerumus ke dalam pergaulan
bebas.

c. Faktor lingkungan

Orang tua selalu merasa khawatir terhadap Anaknya karena lingkungan pergaulan yang tidak
sehat. Pacaran bukan suatu hal Yang asing bagi kalangan muda termasuk anak-anak. Apabila
anak sudah Berpacaran cukup lama dan mereka sering bertemu bersama sehingga orang tua
Khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi ada sebagian orang Tua yang
tidak melarang atau malah mengizinkan seorang anak untuk menginap Di rumah
pasangannya dengan berbagai alasan, sehingga hal itu akan Menyebabkan hal negatif terjadi.
Apabila hal tersebut sudah terjadi maka tidak Menutup kemungkinan akan menimbulkan
fitnah di mana-mana baik dari Lingkungan keluarga,
d. Hamil diluar nikah

Hamil diluar nikah merupakan salah satu faktor penyebab permohonan Dispensasi di
Pengadilan Agama Cibinong, hal ini tidak terlepas dari akibat pengaruh lingkungan pergaulan
bebas karena semakin berkembangnya zaman Semakin mudah pula seseorang dalam menjalin
suatu hubungan dan semakin Bebas pula hubungan antara lawan jenis sehingga
mengakibatkan hamil diluar Nikah, dan sangat disayangkan pelaku hamil diluar nikah pada
saat ini bukan Hanya orang yang cukup umur tetapi anak-anak yang umurnya masih relatif
Muda untuk melaksanakan perkawinan menurut undang-undang.

E. Pertimbangan Hakim Dalam Pemberian Dispensasi Nikah

Bapak Ali Wafa’ (Wafa’, 2021) menjelaskan bahwa permohonan dispensasi nikah di
Pengadilan Agama Malang 99 persen diterima dan hampir tidak ada yang ditolak, karena
walaupun hakim dalam Memutus permohonan dispensasi nikah melihat kepada Undang-
Undang No. 16 Tahun 2019 tetapi Juga melihat kepada aspek lain yaitu pasal 1 ayat 5 dan 6
Perma No. 5 Tahun 2019, dimana didalamnya Dijelaskan:

(1) Dispensasi kawin adalah pemberian izin kawin oleh pengadilan kepada calon
Suami/isteri yang belum berusia 19 tahun untuk melangsungkan perkawinan;
(2)Kepentingan terbaik bagi anak adalah semua tindakan yang harus
dipertimbangkan untuk Memastikan perlindungan, pengasuhan, kesejahteraan,
kelangsungan hidup dan tumbuh Kembang anak.
Jadi menurut Bapak Ali Wafa’ selaku Hakim Pengadilan Agama Malang, bahwa Para hakim
tentu Tidak meninggalkan aturan yang ada yaitu memperhatikan batas usia 19 tahun baik
pada calon suami Atau istri, tetapi harus di ingat kembali bahwa pada pada Perma No. 5
Tahun 2019 pasal 1 ayat 2 harus Memperhatikan kepentingan anak, dan orang-orang yang
mendaftarkan dispensasi nikah rata-rata Sudah darurat dan butuh untuk segera dinikahkan.

Selain itu dalam Perma No. 5 Tahun 2019 tidak disebutkan secara tegas komponen-
komponen Apa saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam menerima atau menolak
permohonan dispensasi Nikah, dalam Perma No. 5 Tahun 2019 kebanyakan hanya disebutkan
komponen administrasi dalam mengajukan dispensasi nikah, tetapi tidak ada pasal yang
secara tegas menerangkan komponenkomponen bahwa hakim harus menolak atau menerima
permohonan dispensasi nikah.

Hal ini ditegaskan Kembali oleh bapak isnandar (Isnandar, 2021), bahwa hakim sebenarnya
sudah menjalankan isi yang ada didalam perma No. 5 Tahun 2019, hanya saja hakim tidak
bisa sepenuhnya mendalami keterangan para pihak, karena yang diterima adalah pernyataan
dimuka sidang, jika dimuka sidang semua saksi setuju dan menjelaskan sudah mampu untuk
menikah dan mengurus rumah tangga, maka itu yang diterima oleh hakim. Karena Perma No.
5 Tahun 2019 hanya menyebutkan syarat dan ketentuan, sedangkan keputusan menolak dan
menerima ada di tangan hakim. Selain mengacu kepada Undang-Undang No. 16 Tahun 2019
serta Perma No. 5 Tahun 2019, para hakim juga mengacu kepada hukum Islam yakni
Alqur’an sunnah ataupun kitab-kitab terdahulu.

Agama memang tidak mengharamkan atau menentang pernikahan di bawah umur dan tidak
ada kriminalisasi terhadap pernikahan di bawah umur, bahkan dalam pandangan Islam
“Nikah” adalah fitrah manusia dan sangat dianjurkan bagi umat Islam, karena menikah
merupakan naluri kemanusiaan yang harus dipenuhi dengan jalan yang sah agar tidak
mencari jalan yang sesat atau jalan yang menjerumuskan dalam hubungan zina. Dan
pernikahan usia muda merupakan suatu antisipasi dari orang tua untuk mencegah akibat-
akibat negatif yang dapat mencemarkan nama baik dan merusak martabat orang tua dan
keluarga (Al-Azhar, 1985).

Oleh sebab itu Islam tidak menjelaskan secara konkrit tentang batas usia pernikahan karena
Suatu pernikahan dianggap sah, apabila telah memenuhi syarat dan rukun. Meskipun masalah
kedewasaan atau batas usia perkawinan tidak termasuk ke dalam syarat dan rukun nikah,
namun para ulama berbeda pendapat dalam menghadapi hal ini, karena faktor kedewasaan
atau umur merupakan kondisi yang amat penting.

Bapak Masykhur Rosih (Rosih, 2021) menjelaskan bahwa kajian tentang batas usia dalam
Alqur’an para hakim tidak membahas secara detail, para hakim hanya menjelasakan jika
melihat dari sudut pandang agama tidak ada larangan asalkan sudah baligh, hakim lebih
menjelaskan kepada pertimbangan-pertimbangan dalam memutuskan perkara, dimana
melihat kepada maslahat dari apa yang akan diputuskan.

Jadi, jika dilihat dari sumber hukum tekstual yakni Undang-Undang No. 16 Tahun 2019,
Perma No. 5 Tahun 2019 dan Alqur’an, alasan hakim dalam menerima permohonan
dispensasi nikah masih relatif bimbang dan tidak tegas. Karena menurut hakim, jika menolak
permohonan dispensasi nikah maka mudharatnya lebih besar dari pada maslahat yang akan
didapat oleh calon mempelai dan keluarganya.
Daftar pustaka

1. Anggitha Ayu Anggraeni,33010160059,Hukum Keluarga Islam,Syari’ah

2. Ahmad Muqaffi, Rusdiyah, Diana Rahmi,Universitas Islam Negeri Antasari,Jalan


Ahmad Yani Km. 4.5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan

3. Umi Habibah,Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun


Bogor,umihabibah593@gmail.com

4. Jurnal Intelektualita:Keislaman,Sosial, danSains,Vol. 11, 1 (Juni, 2022),ISSN: 2303-


2952,EISSN: 2622-8491, DOI:10.19109/,intelektualita.v11i1.10684
5. Copyright © 2022 FemilyaHerviani et al

Anda mungkin juga menyukai