Anda di halaman 1dari 29

MENIKAH MENURUT ISLAM DAN MEDIS

(Persiapan Pra-Nikah)

Dr. Widya Jaya Fitri, Sp.OG.

Selasa, 30 Agustus 2022


Pendahuluan
 Perkawinan atau pernikahan merupakan sunnatullah
yang umum dan berlaku pada semua makhluknya.
 Perkawinan atau pernikahan merupakan suatu cara yang

dipilih oleh Allah swt, sebagai jalan makhluknya untuk


berkembang biak, dan melestarikan kehidupannya.
 Menikah itu tak hanya suka dan gembira, tapi juga harus

kokoh dan mulia.


 Dalam Islam, semua proses pra-nikah mulai dari niat

menikah, khitbah, perwalian, saksi, akad nikah, dan


walimah merupakan pengondisian agar pernikahan yang
terjadi kelak benar-benar menjadi sebuah pernikahan
kokoh dan bermuara kepada keluarga yang harmonis dan
penuh cinta kasih.
 Pernikahan dapat disebut sebagai pernikahan yang
kokoh apabila ikatan hidup tersebut dapat
mengantarkan kedua mempelai kepada kebahagiaan
dan cinta kasih.
 Pernikahan yang kokoh juga merupakan ikatan yang
dapat memenuhi kebutuhan keduanya, baik
kebutuhan lahiriyah maupun batiniyah,yang dapat
melejitkan fungsi keluarga baik spiritual, psikologi,
sosial budaya, pendidikan, reproduksi, lingkungan,
maupun ekonomi.
 Keseluruhan fungsi tersebut yang dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 4
dirangkum dalam bahasa al-Qur’an dalam 3 kata
kunci sakinah, mawaddah, dan rahmah
 Dalam syariat Islam sendiri, perkawinan sangat
dianjurkan , banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang
memberikan anjuran kepada umat Islam untuk
menikah, di antaranya firman Allah swt dalam Surat
An-Nur, ayat 32.
 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan menganut prinsip bahwa calon suami
dan isteri harus telah masak jiwa raganya untuk
dapat melangsungkan pernikahan, agar dapat
mewujudkan tujuan pernikahan secara baik tanpa
berakhir pada perceraian dan mendapatkan
keturunan yang baik dan sehat, untuk itu harus
dicegah adanya perkawinan antara calon suami dan
isteri yang masih di bawah umur.
 Dalam agama Islam secara tegas tidak terdapat kaidah-
kaidah yang sifatnya menentukan batas usia perkawinan,
berdasarkan hukum Islam pada dasarnya semua
tingkatan usia dapat melakukan ikatan perkawinan.
 Dalam Islam syarat perkawinan itu adalah ‘aqil dan
baligh yang tidak memandang batas usia.
 Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) ketentuan batas
usia dalam perkawinan disebutkan dalam pasal 15 ayat 1
yang berbunyi “untuk kemaslahatan keluarga dan rumah
tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan ketika calon
mempelai yang telah mencapai umur yang telah
ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 1
Tahun 1974, yakni calon suami sekurang-kurangnya
berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-kurangnya
berumur 16 tahun”.
Istilah Perkawinan atau Pernikahan
 Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari

kata “kawin” yang menurut bahasa artinya


membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
 Istilah nikah berasal dari bahasa Arab, yaitu an-

nikah.
 Secara umum pengertian dari kata perkawinan ialah

suatu ikatan suci dan sakral yang menghalalkan


pasangan suami isteri untuk melakukan hubungan,
serta memberikan batasan antara hak dan
kewajiban bagi laki-laki maupun perempuan untuk
berhubungan dengan yang bukan muhrimnya.
Pembatasan Usia Pernikahan
 Di Indonesia pernikahan diatur dalam Undang-Undang No.

1 Tahun 1974 yang menyatakan bahwa pernikahan adalah


ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai seorang suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa.
 Yang dimaksud dengan pernikahan dini ialah apabila salah

satu atau kedua calon mempelai berusia di bawah 19 atau


16 tahun.
 Pernikahan di usia muda atau dibawah umur dapat
diartikan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh kedua
pasangan dan ataupun salah satu pasangan yang masih
dalam keadaan kehidupannya belum mapan baik secara
sikis maupun psikologi.
Dampak Pernikahan Usia muda atau di bawah Umur
 Pernikahan di usia muda atau di bawah umur dapat
diartikan bahwa pernikahan yang dilakukan oleh
kedua pasangan dan ataupun salah satu pasangan
yang masih dalam keadaan kehidupannya belum
mapan baik secara sikis maupun psikologi.
 Pernikahan di usia muda atau di bawah umur
berdampak pada kesehatan reproduksi anak
perempuan.
 Anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki
kemungkinan meninggal lima kali lebih besar
dibanding perempuan yang berusia 20-25 tahun.
Usia Matang Pernikahan
 Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, seorang psikiater
menyatakan bahwa secara psikologis dan biologis,
seseorang matang berproduksi dan bertanggung
jawab sebagai ibu rumah tangga antara usia 20-25
tahun bagi perempuan dan 25-30 bagi laki-laki.
Sebelum usia tersebut dianggap terlalu cepat yang
disebutnya dengan istilah pre-cocks yaitu matang
sebelum waktunya.
Batas Usia Minimum Perkawinan
 Batas usia minimum usia seseorang untuk melakukan

perkawinan, sebagaimana disebutkan dalam pasal 7


Undang-undang R.I No 1 tahun 1974: “perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
tahun”.
 Dalam Al-Qur’an dan hadist tidak menyebutkan secara

spesifik tentang batas usia minimum untuk menikah.


Persyaratan umum yang lazim dikenal adalah sudah
baliq, berakal sehat, mampu membedakan dengan yang
baik dengan yang buruk sehingga dapat memberikan
persetujuan untuk menikah, sampainya waktu seseorang
untuk menikah (buluq an-nikah),dengan kata “rusyd”.
Akibat Pernikahan Dini
 Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase pernikahan dini atau di

bawah 19 tahun di Indonesia meningkat dari 14,18% (th 2017) menjadi 15,66%
(th 2018). Bahkan, pada masa pandemi, tren pernikahan dini turut meningkat.
 Terdapat banyak faktor yang mendasari pernikahan dini, mulai dari motif

ekonomi, adat, hingga kehamilan yang tak diinginkan.


 Maraknya pernikahan dini tentu mengkhawatirkan karena bisa berdampak buruk

bagi kesehatan ibu maupun anak.


 Sebagai informasi, sebesar 43,5 persen kasus stunting di Indonesia terjadi pada

anak berumur di bawah tiga tahun (batita) dengan usia ibu 14-15 tahun.
Sedangkan 22,4 persen pada ibu dengan rentang usia 16-17 tahun.
Usia Ideal Untuk Hamil
 Sejatinya memang tak ada usia yang menjadi acuan untuk hamil. Meski demikian,

seorang wanita mulai memasuki usia produktif pada usia 21 tahun. Jika dilihat dari segi
biologis, pada usia 21-35 tahun perempuan memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan
sel telur yang diproduksi sangat berlimpah. Hal tersebut membuat risiko gangguan
kehamilan, seperti pembukaan jalan lahir yang lambat hingga risiko bayi cacat pada
wanita usia 21-35 tahun menjadi sangat kecil.
 Selain itu, menurut International Journal of Epidemiology, ibu yang berusia 10-19 tahun

memiliki risiko 14 persen lebih tinggi melahirkan bayi berat badan lahir rendah
dibandingkan ibu berusia 20-24 tahun.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam
 Kesiapan fisik

Seorang calon mempelai yang akan menikah hendaknya telah siap fisik dan
tubuhnya dengan kata lain, ia telah mencapai akil baligh dan telah siap memenuhi
tugasnya sebagai seorang istri maupun sebagai seorang suami. Sebelum
melangsungkan pernikahan sebaiknya periksa kesehatan tubuh terlebih dahulu
terutama yang menyangkut masalah reproduksi karena salah satu tujuan pernikahan
adalah nantinya pasangan akan memiliki keturunah. Oleh sebab itu, jika ada
masalah pada fisik dan organ tubuh yang berkaitan dengan hal tersebut maka
sebaiknya diatasi terlebih dahulu.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Mental

Calon mempelai semestinya sudah siap melangsungkan pernikahan dan telah


menyadari bahwa ia akan menikah dan memiliki kehidupan yang baru. Agar tidak
stress atau mengalami masalah setelah menikah maka sebaiknya mempelai
mempersiapkan mentalnya agar ia mampu menerima segala tanggung jawab
sebagai seorang suami maupun seorang istri. Memaksakan diri untuk menikah
saat mental belum siap dapat menyebabkan munculnya masalah dikemudian hari.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Spiritual

Menikah tidak hanya suatu hal yang membutuhkan persiapan mental dan fisik saja
melainkan dibutuhan juga kesiapan spiritual. Seseorang yang menikah hendaknya
meminta petunjuk kepada Allah SWT dan mendekatkan diri pada-Nya agar
pernikahan yang nantinya ia jalani adalah sesuai dengan syariah yang diberikan bagi
umat islam. Inilah mengapa seseorang yang akan menikah juga dianjurkan untuk
melakukan shalat istikharah dan rajin melaksanakan ibadah lainnya seperti berpuasa
agar ia benar-benar merasa mantap untuk menikah. 
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Ekonomi

Pasangan yang akan menikah tentunya mesti memikirkan juga kehidupan mereka
setelah menikah, oleh sebab itu sebaiknya sebelum melaksanakan pernikahan baik
pria dan wanita telah memiliki kesiapan materiil terutama bagi pihak mempelai pria
yang nantinya akan mencari nafkah bagi keluarganya.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Sosial

Persiapan sosial yang dimaksud adalah segala hal yang menyangkut kedudukan
seseorang di masyarakat, dalam hal ini seseorang yang akan menikah sebaiknya
memeiliki hubungan yang baik dengan masyarakat terutama di tempat nantinya
pasangan yang akan menikah itu tinggal. Pernikahan nantinya tidak hanya menyangkut
mempelai saja melainkan juga melibatkan partisipasi masyarakat  disekitarnya.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Hukum dan Syariah

Selain persiapan calon mempelai, persiapan lain yang tidak kalah penting adalah persiapan
pernikahan secara hukum dan syariah`. Sebelum menikah, pasangan harus terlebih dahulu
mengurus segala dokumen kenegaraan yang diperlukan untuk menikah dan mendaftarkannya
di KUA. Pasangan yang akan menikah juga harus mempersiapkan segala syarat dan rukun
yang diperlukan pada saat pernikahan. Di antara syarat dan rukun yang harus ada dalam
pernikahan adalah adanya wali dari pihak mempelai wanita dan saksi yang akan hadir dalam
pernikahan, jika tidak terpenuhi maka status pernikahan seseorang tidaklah sah baik di mata
agama maupun di mata hukum yang berlaku.
Kesiapan Pra-Nikah dalam Islam (Lanjutan)
 Kesiapan Anggaran dan Materi

Persiapan yang harus diperhatikan selanjutnya adalah persiapan anggaran atau dana
yang akan digunakan pada saat menikah. Meskipun hal ini tidaklah wajib atau tidaklah
harus seseorang menggelar pesta yang meriah untuk pernikahannya, namun tetap saja
dalam melangsungkan pernikahan, ada biaya yang harus dikeluarkan misalnya untuk
kepengerusan dokumen, acara akad nikah, dan lain sebagainya.
Kesiapan Pra-Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi
 Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan Kesehatan ini dilakukan idealnya adalah 3 bulan sebelum tanggal pernikahan. Manfaatnya:
 Mengetahui status kesehatan calon pengantin (catin)

 Memberikan waktu pengobatan apabila ditemukan masalah kesehatan

 Mencegah penularan penyakit kepada pasangan

 Mempersiapkan kehidupan rumah tangga yang sehat

 Mempersiapkan kehamilan dan menghasilkan keturunan yang sehat dan berkualitas


Kesiapan Pra-Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi (Lanjutan)
 Persiapan Gizi

Persiapan gizi perlu dilakukan sebelum menikah, ini berkaitan dengan persiapan kehamilan, dimana proses
kehamilan membutuhkan cadangan nutrisi dari ibu. Persiapan gizi meliputi penentuan status gizi dan
pemenuhan gizi seimbang. Catin perlu mengkonsumsi lima kelompok pangan dengan seimbang. Kelima
kelompok pangan itu adalah makanan pokok, sayuran, lauk pauk, buah-buahan dan minuman. 


Kesiapan Pra-Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi (Lanjutan)
 Tetanus

Imunisasi tetanus diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi dari penyakit tetanus. Sebelum
pemberian imunisasi tetanus akan dilakukan screening imunisasi tetanus apakah sudah mendapat 5
kali imunisasi/ belum, apabila belum, maka catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas.
Kesiapan Pra-Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi (Lanjutan)
 Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi
 Usahakan organ kemaluan dalam kondisi kering, setelah BAB/BAK lap dengan menggunakan tissue/  handuk yang lembut, kering, bersih,

hal ini untuk menghidari timbulnya jamur di area kemaluan


 Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat/katun

 Pakaian dalam diganti minimal 2 kali dalam sehari

 Bagi perempuan, sesudah buang air kecil, membersihkan alat kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang agar kuman

yang terdapat pada anus tidak masuk ke dalam organ reproduksi.


 Pada saat haid, seringlah mengganti pembalut paling lama setiap 4 jam sekali

 Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual serta menurunkan

risiko kanker penis.


Kesiapan Pra-Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi (Lanjutan)
Menjaga Kesehatan Jiwa

Sebelum menikah, calon pengantin harus mempersiapkan mental. Karena pada saat
pernikahan akan banyak terjadi penyesuaian terhadap karakter pasangan, penyesuaian peran,
ekonomi dan sosial. Oleh karena itu sangat penting bagi catin untuk menjaga kesehatan jiwanya
sebelum menikah.
Sek dalam Perkawinan
 Seks merupakan hal yang eksklusif milik Anda dan pasangan, karena itu adalah satu-satunya hal istimewa

yang Anda lakukan dengan pasangan Anda dan tidak Anda lakukan dengan orang lain. Hubungan sekslah
yang membuat Anda dan pasangan menyandang status sebagai pasangan. Tanpa seks, Anda dan pasangan
hanya akan jadi sekadar teman sekamar.
 Bercinta juga membuat Anda dan pasangan berkomunikasi lebih dalam dan intim, Anda saling berbagi rahasia

terdalam, soal bagaimana dan dimana Anda ingin disentuh, berbagi fantasi terliar, dan bahkan berbagi
kesukaan-kesukaan aneh. Tentunya itu butuh tingkat kenyamanan dan kepercayaan yang sangat tinggi.
Sesuatu yang tidak Anda bagi ke orang lain, bahkan sahabat Anda sekalipun.


Tips Harmonis di Usia Tua
 Waktu Untuk Keluarga
 Membangun biduk rumah tangga, bukan menyoal hubungan antara Anda dan pasangan saja.  Tapi juga membangun
hubungan antara orangtua dengan anak.
 Ketika anak sudah tumbuh besar, memang sedikit sulit menghabiskan waktu luang bersama mereka. Namun
usahakan berlibur bersama keluarga setiap dua pekan sekali. Atau bisa juga dengan melakukan aktivitas bersama
keluarga.


Tips Harmonis di Usia Tua (Lanjutan)
 Waktu Untuk Diri Sendiri
 Setelah bersenang-senang dengan keluarga, jangan lupakan pula waktu untuk memanjakan diri
sendiri. Tujuannya, tentu saja untuk menghilangkan stres.
Tips Harmonis di Usia Tua (Lanjutan)
 Waktu Untuk Pasangan
 Waktu bersama dengan pasangan adalah momen yang sebenarnya paling dibutuhkan oleh pasangan yang telah menikah
lama. Meski masing-masing disibukkan dengan aktivitas sehari-hari, pasangan sebaiknya tetap memiliki waktu untuk
bersama.
 Jangan lupa untuk menciptakan dan membangkitkan romantisme masa lalu. misalnya dengan makan malam di tempat
favorit atau berlibur bersama.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai