PSIKOSOSIAL DAN
REPRODUKSI
KESEHATAN REPRODUKSI
KELOMPOK
8 Tri Murti 11181010000053
Artinya :
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang
kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.
Pernikahan Dini Menurut Islam
Adapun menikah dini, yaitu menikah pada usia remaja atau muda, bukan usia tua,
hukumnya sunnah. Demikian pada hadis Nabi yang artinya: “Wahai para pemuda,
barang siapa yang telah mampu, hendaklah menikah, sebab dengan menikah itu
akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kehormatan. Kalau
belum mampu, hendaklah berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hal yang perlu digaris bawahi dari hadits di atas adalah perintah menikah bagi para
pemuda dengan syarat jika ia telah mampu, maksudnya adalah siap untuk menikah.
Kesiapan menikah dalam tinjauan hukum Islam meliputi 3 hal, yaitu:
(a) Kesiapan ilmu,
(b) Kesiapan harta atau materi
(c) Kesiapan fisik atau kesehatan
Bayi Lahir dari Wanita Tidak Kawin
Pada dasarnya setiap anak, baik lahir dalam perkawinan sah maupun di luar perkawinan, memiliki status
dan kondisi fitrah yang bersih, tanpa dosa dan noda. Meskipun orang tuanya telah melakukan perzinaan,
tidak ada anak yang lahir dengan membawa dosa turunan (Sidang, 2018). Sebagaimana disebutkan dalam
hadist sebagai berikut:
Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata; Rasulullah saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, an-Nasa‟I, Ibnu Jarir, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani, alHakim, Abu Na‟im,
dan al-Baihaqi).
• Bayi yang lahir dari wanita tidak menikah disebabkan oleh perilaku seks bebas pada remaja sehingga
menyebabkan kehamilan tidak dikehendaki. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2012 mengungkapkan,
angka kehamilan remaja pada usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (BKKBN, 2014).
• Kehamilan tidak diinginkan memiliki berbagai dampak baik pada bayi maupun bagi keluarganya seperti bayi
yang lahir dapat mengalami masalah perkembangan mentalnya. Selain itu, adanya penolakan dari keluarga
dan lingkungan yang memungkinkan melakukan tindakan aborsi. Apabila aborsi yang dilakukan gagal maka
menyebabkan kerusakan fisik pada bayi dan perdarahan pada ibu (Nawati dan Nurhayati, 2018).
• Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja seperti kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan faktor yang berasal dari dalam diri remaja sendiri yang
kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar. Faktor tersebut dapat dipengarui oleh pergaulan bebas
tanpa kendali orang tua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan
serta perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan
remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif (Amalia dan Azinar, 2017).
Perkawinan dan Kesehatan
Menurut KBBI, kawin adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis (KBBI, 2020a). Sedangkan,
nikah adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama (KBBI, 2020b). Pasangan suami istri harus memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik
termasuk kesehatan reproduksi.
Pasangan suami istri harus melakukan pemeriksaan saat sebelum pernikahan. Adapun persiapan yang
dilakukan saat pra nikah diantaranya adalah :
1. Persiapan Fisik
• Pemeriksaan status kesehatan : tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
• Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit,
• Pemeriksaan Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS),
Thalasemia, Hepatitis B dan C, TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks)
• Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
2. Pemeriksaan Gizi
3. Status Imunisasi TT
4. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
Tren Kehamilan pada
Remaja
Tren Kehamilan pada
Remaja
Tren pencapaian ASFR 15-19 tahun periode tahun
2015 - 2019 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Riwayat Kehamilan pada wanita usia 10-19
Tahun
• Definisi “pernah hamil” yaitu setiap kejadian kehamilan yang dialami seumur hidup perempuan umur 10-54
tahun yang pernah kawin, tanpa memperhitungkan hasil kehamilannya (lahir hidup, lahir mati atau
keguguran, termasuk yang sedang hamil saat wawancara).
• Definisi “sedang hamil‟ yaitu responden perempuan umur 10-54 tahun yang pernah kawin dan menyatakan
pernah hamil, sedang dalam kondisi hamil pada saat wawancara.
Tabel. Proporsi Riwayat Kehamilan pada
Perempuan Umur 10-54 tahun yang Pernah
Kawin menurut Karakteristik
Risiko Kesehatan pada Kehamilan
•
Remaja
Seks pranikah banyak terjadi di kalangan pelaku pacaran.Inilah yang mengakibatkan
pengharaman terhadap prilaku pacaran. Para pelaku salah dalam menempatkan pengertian
antara seks dan pacaran, sehingga cenderung menjurus ke arah pelaksanaan hubungan seksual
yang semakin bebas (Himawan, 2007).
• Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
tinggi karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat
mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta bayinya.
• Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
tinggi karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat
mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta bayinya.
• Faktor risiko yang diidentifikasi untuk kehamilan remaja di Negara-negara Asia Selatan seperti
Bangladesh, India dan Nepal termasuk latar belakang sosial ekonomi rendah, pendidikan
rendah pencapaian, struktur keluarga terganggu dan praktik seksual yang tidak sehat (Papri,
2016)
Risiko Kesehatan dari Aspek Medis
seseorang yang hamil pada usia remaja Masalah sosial yang muncul berupa
sebagian besar memiliki perasaan gangguan sosialisasi,minder,
sedih, marah, bingung, kaget, takut, menarik diri terhadap lingkungan
kesal, tersiksa, dan malu. Selain itu keluarga maupun masyarakat. Di
dampak psikologis lainnya yaitu lingkungan masyarakat, mereka
gangguan emosional, malu, stress, mendapat stigma telah berperilaku
depresi hingga dorongan untuk di luar norma dan nilai- nilai yang
melakukan bunuh diri. akibat stress wajar. Selain itu, sebagai anggota
berlebihan menimbulkan hiperemesis keluarga, remaja yang hamil
gravidarum (mual muntah berlebihan) seringkali dianggap sebagai
terjadi kenaikan tekanan darah dan pembawa krisis atau permasalahan
keracunan kehamilan yang dalam keluarga.
disebutPreeklamsia dan berlanjut
menjadi eklamsi yang dapat
mengancam jiwa dan meningkatkan
angka kematian ibu.
Upaya Pencegahan Pernikahan Dini
1. Program Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh BKKBN sebagai
upaya meningkatkan kualitas hidup remaja dengan memberikan informasi dan pengetahuan
terkait dengan penyiapan diri remaja menghadapi masa depan dan menyongsong kehidupan
berkeluarga dengan baik. Program Generasi Berencana dapat diimplementasi melalui:
a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja atau Mahasiswa (PIK-R/M) merupakan suatu
wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja atau mahasiswa guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja
serta kegitan penunjang lainnya.
b. Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain
dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi
efektif antara orang tua dan anak remaja.
Upaya Pencegahan Pernikahan Dini
2. Penguatan Program Minimal Belajar 12 Tahun untuk Anak Perempuan
Dengan adanya penguatan pada program minimal belajar 12 tahun, maka anak memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri dan menemukan skill yang dibutuhkan
untuk mendapat pekerjaan yang layak. Hal ini dapat membantu dalam mengurangi potensi
terjadinya perkawinan anak. Selain itu, perlu ada sistem pendidikan yang tidak mendiskriminasi
anak yang sudah menikah atau anak yang sudah hamil untuk melanjutkan pendidikan.