Anda di halaman 1dari 27

PSIKOSOSIAL DAN KESEHATAN

PSIKOSOSIAL DAN
REPRODUKSI
KESEHATAN REPRODUKSI

KELOMPOK
8 Tri Murti 11181010000053

Tasya Amalia 11181010000066


 
Definisi Pernikahan Di Bawah Umur
(Pernikahan Dini)
• Menurut UU No 1 Tahun 1974, Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan
aturan BKKBN bahwa usia menikah ideal untuk perempuan adalah 20-35 tahun dan
25-40 tahun untuk pria. Selain itu, sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak
bahwa usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak.
• Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa pernikahan dini
adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang dilakukan
sebelum usia 18 tahun. Berdasarkan aturan-aturan yang ada, bahwa menikah sebelum
usia 18 tahun akan mempengaruhi pernikahan dikarenakan secara psikologis masih
belum stabil dalam menyikapi berbagai hal (Ermawati dan Verawati, 2014). Menurut
Undang-Undang No 16 Tahun 2019 batas minimal menikah laki-laki dan perempuan
yang akan menikah minimal di usia 19 tahun
Trend Perkawinan
Gambar 1. Persentase Wanita Berusia 20 - 49 Gambar 2. Persentase Wanita Berusia 20 - 49
Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15 dan 18 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15 dan 18
Tahun Berdasarkan Wilayah Tahun, Di 10 Negara dengan Prevalensi
Pernikahan Anak Tertinggi
Trend Perkawinan
Gambar 3. Tren Data Persentase Perempuan Usia 20 – Gambar 4. Persentase Perempuan Usia 20 – 24 Tahun
24 Tahun menurut Usia Perkawinan Pertama Pada menurut Usia Perkawinan Pertama dan Daerah
2008-2018 Tempat Tinggal Pada Tahun 2018
Trend Perkawinan
Gambar 5. Tren Data Persentase Laki-laki Usia 20 – Gambar 6. Persentase Perempuan Usia 20 – 24 Tahun
24 Tahun yang Kawin <18 Tahun menurut Daerah yang Melangsungkan Perkawinan Sebelum Usia 18
Tempat Tinggal Pada Tahun 2015 - 2018 Tahun menurut Provinsi Pada Tahun 2018
Trend Perkawinan
Gambar 7. Jumlah Absolut Perkawinan Anak di Indonesia per
Provinsi Pada Tahun 2018
Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Faktor Pendidikan Faktor Ekonomi
Pendidikan merupakan Perkawinan di bawah umur terjadi
salah satu faktor yang karena tingkat ekonomi keluarga
mempengaruhi persepsi yang rendah. Orang tua tidak
seseorang, dengan memiliki kemampuan untuk
pendidikan tinggi memenuhi kebutuhan keluarga
seseorang akan lebih sehingga orangtua memiliki untuk
mudah menerima atau memercepat pernikahan anaknya,
memilih suatu perubahan terlebih bagi anak perempuan
yang lebih baik. sehingga dapat mengurangi
pemenuhan kebuhuhan keluarga
(Yanti et all, 2018).
Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Faktor Telah Melakukan
Faktor Hubungan Biologis dan
Kebudayaan Hamil Sebelum Menikah
Adanya anggapan dalam Pernikahan diusia muda
masyarakat bahwa anak terkadang menjadi solusi untuk
perempuan yang telah kehamilan yang terjadi diluar
berusia remaja dan jika nikah.Kehamilan yang tidak
belum menikah melebihi direncanakan dalam hal ini terjadi
usia 20 tahun maka akan sebelum menikah, akibat dari
dianggap tidak laku pergaulan bebas yang tidak
sehingga orang tua terkontrol mengharuskan remaja
menikahkan anak untuk melakukan pernikahan di
perempuannya lebih usia dini yang dianggap sebagai
awal. solusi untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Faktor Penyebab Pernikahan Dini
Faktor Lainnya:
Faktor Individu Perkawinan Anak
dalam Situasi Bencana
Perkembangan fisik,
mental, dan sosial yang Berdasarkan penelitian Dewi &
dialami seseorang makin Dartanto (2018) bahwa di Indonesia,
cepat maka makin cepat India, dan Sri Lanka, perkawinan usia
pula keinginan untuk anak semakin tinggi karena dipaksa
segera mendapatkan menikah dengan yang menjadi duda
keturunan sehingga setelah tsunami. Dalam beberapa
mendorong terjadinya kasus, perkawinan anak terjadi
perkawinan pada usia karena kerentanan ekonomi
muda. pascabencana dan untuk
mendapatkan bantuan pemerintah
yang khusus diberikan kepada
mereka yang menikah dan memulai
untuk berkeluarga.
Pernikahan Dini Menurut Islam
Pada mulanya hukum menikah adalah sunnah sesuai dengan Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 3:

Artinya :
Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang
kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.
Pernikahan Dini Menurut Islam
Adapun menikah dini, yaitu menikah pada usia remaja atau muda, bukan usia tua,
hukumnya sunnah. Demikian pada hadis Nabi yang artinya: “Wahai para pemuda,
barang siapa yang telah mampu, hendaklah menikah, sebab dengan menikah itu
akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kehormatan. Kalau
belum mampu, hendaklah berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Hal yang perlu digaris bawahi dari hadits di atas adalah perintah menikah bagi para
pemuda dengan syarat jika ia telah mampu, maksudnya adalah siap untuk menikah.
Kesiapan menikah dalam tinjauan hukum Islam meliputi 3 hal, yaitu:
(a) Kesiapan ilmu,
(b) Kesiapan harta atau materi
(c) Kesiapan fisik atau kesehatan
Bayi Lahir dari Wanita Tidak Kawin
Pada dasarnya setiap anak, baik lahir dalam perkawinan sah maupun di luar perkawinan, memiliki status
dan kondisi fitrah yang bersih, tanpa dosa dan noda. Meskipun orang tuanya telah melakukan perzinaan,
tidak ada anak yang lahir dengan membawa dosa turunan (Sidang, 2018). Sebagaimana disebutkan dalam
hadist sebagai berikut:

Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a berkata; Rasulullah saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, an-Nasa‟I, Ibnu Jarir, Ibnu Hibban, Ath-Thabrani, alHakim, Abu Na‟im,
dan al-Baihaqi).
• Bayi yang lahir dari wanita tidak menikah disebabkan oleh perilaku seks bebas pada remaja sehingga
menyebabkan kehamilan tidak dikehendaki. Hasil survei Badan Pusat Statistik tahun 2012 mengungkapkan,
angka kehamilan remaja pada usia 15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (BKKBN, 2014).
• Kehamilan tidak diinginkan memiliki berbagai dampak baik pada bayi maupun bagi keluarganya seperti bayi
yang lahir dapat mengalami masalah perkembangan mentalnya. Selain itu, adanya penolakan dari keluarga
dan lingkungan yang memungkinkan melakukan tindakan aborsi. Apabila aborsi yang dilakukan gagal maka
menyebabkan kerusakan fisik pada bayi dan perdarahan pada ibu (Nawati dan Nurhayati, 2018).
• Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan pada remaja seperti kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan faktor yang berasal dari dalam diri remaja sendiri yang
kurang memahami kewajibannya sebagai pelajar. Faktor tersebut dapat dipengarui oleh pergaulan bebas
tanpa kendali orang tua menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan
serta perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan
remaja mengakses apa saja yang termasuk hal-hal negatif (Amalia dan Azinar, 2017).
Perkawinan dan Kesehatan

Menurut KBBI, kawin adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis (KBBI, 2020a). Sedangkan,
nikah adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama (KBBI, 2020b). Pasangan suami istri harus memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik
termasuk kesehatan reproduksi.
Pasangan suami istri harus melakukan pemeriksaan saat sebelum pernikahan. Adapun persiapan yang
dilakukan saat pra nikah diantaranya adalah :
1. Persiapan Fisik
• Pemeriksaan status kesehatan : tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
• Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit,
• Pemeriksaan Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus, Gula Darah Sewaktu (GDS),
Thalasemia, Hepatitis B dan C, TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks)
• Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
2. Pemeriksaan Gizi
3. Status Imunisasi TT
4. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
Tren Kehamilan pada
Remaja
Tren Kehamilan pada
Remaja
Tren pencapaian ASFR 15-19 tahun periode tahun
2015 - 2019 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Riwayat Kehamilan pada wanita usia 10-19
Tahun
• Definisi “pernah hamil” yaitu setiap kejadian kehamilan yang dialami seumur hidup perempuan umur 10-54
tahun yang pernah kawin, tanpa memperhitungkan hasil kehamilannya (lahir hidup, lahir mati atau
keguguran, termasuk yang sedang hamil saat wawancara).

• Definisi “sedang hamil‟ yaitu responden perempuan umur 10-54 tahun yang pernah kawin dan menyatakan
pernah hamil, sedang dalam kondisi hamil pada saat wawancara.
Tabel. Proporsi Riwayat Kehamilan pada
Perempuan Umur 10-54 tahun yang Pernah
Kawin menurut Karakteristik
Risiko Kesehatan pada Kehamilan

Remaja
Seks pranikah banyak terjadi di kalangan pelaku pacaran.Inilah yang mengakibatkan
pengharaman terhadap prilaku pacaran. Para pelaku salah dalam menempatkan pengertian
antara seks dan pacaran, sehingga cenderung menjurus ke arah pelaksanaan hubungan seksual
yang semakin bebas (Himawan, 2007).
• Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
tinggi karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat
mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta bayinya.
• Wanita hamil pada usia terlalu muda yaitu pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
tinggi karena secara fisik kondisi rahim dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat
mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada kehamilan, persalinan, nifas serta bayinya.
• Faktor risiko yang diidentifikasi untuk kehamilan remaja di Negara-negara Asia Selatan seperti
Bangladesh, India dan Nepal termasuk latar belakang sosial ekonomi rendah, pendidikan
rendah pencapaian, struktur keluarga terganggu dan praktik seksual yang tidak sehat (Papri,
2016)
Risiko Kesehatan dari Aspek Medis

Nutrisi dan Berat Badan pada


Kelahiran prematur
Remaja Hamil
Nutrisi sangat penting untuk Kehamilan remaja berisiko lebih
pertumbuhan janin dan berhubungan tinggi untuk komplikasi neonatal
langsung untuk antropometri ibu dan sebagai prematur, berat badan lahir
volume plasenta. Berat badan ibu rendah, Intrauterine Growth
dan indeks massa tubuh ibu yang Retardation (IUGR) kematian
rendah pada saat pembuahan atau neonatal dan lahir mati. Komplikasi
persalinan, dan penambahan berat maternal seperti preeklampsia,
badan yang buruk selama kehamilan eklamsia, robekan perineum dan
terkait dengan berat badan lahir episiotomi juga sering terjadi pada
rendah, prematur dan komplikasi remaja.
persalinan. Ibu remaja hampir
berisiko lebih tinggi mengalami
anemia.
Risiko Kesehatan dari Aspek Medis

Persalinan dan melahirkan Perawatan Kehamilan


Perawatan prenatal komprehensif sejak
Ketidakmatangan tulang panggul dan awal kelahiran sangat dibutuhkan oleh
saluran lahir dimungkinkan menjadi bayi terlebih bagi bayi dari ibu yang
faktor signifikan dalam risiko masih remaja. Remaja yang hamil
kehamilan pada remaja muda. Bukti memiliki risiko kehamilan yang tinggi,
sehingga perlu adanya perawatan di
menunjukkan bahwa karena
fasilitas kesehatan. Pemeriksaan
ketidakmatangan relatif kehamilan berkala, nasihat tentang pola
perkembangan fisiologis, remaja makan yang sehat, mencegah terjadinya
lebih berisiko untuk mengalami anemia, deteksi dini pre-eklampsia, saran
komplikasi selama persalinan terkait kebutuhan istirahat yang lebih
dibandingkan wanita yang lebih tua. banyak guna menghindari kelahiran
prematur dan perawatan intranatal dan
postnatal yang baik sangat penting
dilakukan.
Risiko Kesehatan dari Aspek Psikososial
Dampak psikologis dan Dampak terhadap lingkungan
emosianal pada individu sosial

seseorang yang hamil pada usia remaja Masalah sosial yang muncul berupa
sebagian besar memiliki perasaan gangguan sosialisasi,minder,
sedih, marah, bingung, kaget, takut, menarik diri terhadap lingkungan
kesal, tersiksa, dan malu. Selain itu keluarga maupun masyarakat. Di
dampak psikologis lainnya yaitu lingkungan masyarakat, mereka
gangguan emosional, malu, stress, mendapat stigma telah berperilaku
depresi hingga dorongan untuk di luar norma dan nilai- nilai yang
melakukan bunuh diri. akibat stress wajar. Selain itu, sebagai anggota
berlebihan menimbulkan hiperemesis keluarga, remaja yang hamil
gravidarum (mual muntah berlebihan) seringkali dianggap sebagai
terjadi kenaikan tekanan darah dan pembawa krisis atau permasalahan
keracunan kehamilan yang dalam keluarga.
disebutPreeklamsia dan berlanjut
menjadi eklamsi yang dapat
mengancam jiwa dan meningkatkan
angka kematian ibu.
Upaya Pencegahan Pernikahan Dini
1. Program Generasi Berencana (GenRe)
Generasi Berencana merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh BKKBN sebagai
upaya meningkatkan kualitas hidup remaja dengan memberikan informasi dan pengetahuan
terkait dengan penyiapan diri remaja menghadapi masa depan dan menyongsong kehidupan
berkeluarga dengan baik. Program Generasi Berencana dapat diimplementasi melalui:

a. Pusat Informasi dan Konseling Remaja atau Mahasiswa (PIK-R/M) merupakan suatu
wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja atau mahasiswa guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja
serta kegitan penunjang lainnya.

b. Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan suatu wadah yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain
dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi
efektif antara orang tua dan anak remaja.
Upaya Pencegahan Pernikahan Dini
2. Penguatan Program Minimal Belajar 12 Tahun untuk Anak Perempuan
Dengan adanya penguatan pada program minimal belajar 12 tahun, maka anak memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri dan menemukan skill yang dibutuhkan
untuk mendapat pekerjaan yang layak. Hal ini dapat membantu dalam mengurangi potensi
terjadinya perkawinan anak. Selain itu, perlu ada sistem pendidikan yang tidak mendiskriminasi
anak yang sudah menikah atau anak yang sudah hamil untuk melanjutkan pendidikan.

3. Penyediaan Pendidikan dan Layanan Mengenai Hak Kesehatan Seksual dan


Reproduksi (HKSR) sejak Dini
Pendidikan HKSR dapat diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran di sekolah yang diberikan
kepada anak sejak dini. Pendidikan HKSR dapat mencegah kehamilan pada anak karena adanya
pembelajaran mengenai hubungan seksual yang sehat. Selain pendidikan, akses layanan
kesehatan reproduksi dan seksual juga harus terbuka kepada anak perempuan yang sudah hamil
untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikhman, N., Meva Efendi, T. and Eka Putri, G. (2019) ‘Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini
di Desa Baru Kabupaten Kerinci’, Jurnal Endurance, 4(3), p. 470.
2. BKKBN (2016) Laporan Kinerja Instansi Pemerintah 2015. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.
3. BKKBN (2020) Laporan Kinerja 2019. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
4. BPS, UNICEF, PUSPAKA, 2020. Pencegahan Perkawinan Anak : Percepatan yang Tidak Bisa
Ditunda. Jakarta.
5. Dewi, L. P. R. K., & Dartanto, T. (2018). Natural disasters and girls vulnerability: is child marriage a coping
strategy of economic shocks in Indonesia? Vulnerable Children and Youth Studies.
6. Ermawati, H. and Verawati, M. (2014) ‘Kesehatan Ibu Dan Bayi Pada Pernikahan Dini’, Media Ilmu
Kesehatan, 3(3), pp. 132–139.
7. Himawan AH. 2007. Bukan Salah Tuhan. Solo: Tiga Sererangkai Mndiri.
DAFTAR PUSTAKA
8. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
9. Kementerian Kesehatan RI, 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
10. Kementerian Kesehatan RI (2019) Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
11. Manuaba, I. B. G., Manuaba, I. C., & Manuaba, I. B. G. F. (2007). Pengantar kuliah obstetri. Jakarta:
Egc, 450-55.
12. Papri, F. S. (2016) „Adolescent Pregnancy : Risk Factors , Outcome and Prevention‟,
Bangladesh Journal Online, 15(1), pp. 53–56.
13. Paul, Pintu. 2019. Effects of education and poverty on the prevalence of girl child marriage in India: A
district–level analysis. Children and Youth Services Review,100 (2019), p.16-21.
14. UNICEF. (2014). "Ending Child Marriage: Progress and prospects". UNICEF: New York.
15. UNICEF. (2021). “Child marriage :Child marriage threatens the lives, well-being and futures of girls
around the world”. Dikutip dari
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai