Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga kelompok 5 (Lima) dapat menyelesaikan salah satu tugas
mata kuliah Profesionalisme Kebidanan. Sholawat beserta salam kami tujukan
kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para
sahabatnya.
Dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, kami
berusaha
untuk dapat menyelesaikan penyusunan tugas “Laporan Tutorial” ini. Kami
berusaha mencari sumber-sumber informasi yang relavan dan terbaru sebagai
bahan untuk penyusunan laporan ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dorongan yang sangat berarti dalam terselesaikannya tugas ini.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini,
hanya Allah SWT yang maha sempurna. Begitu pula dalam penyusunan Laporan
Tugas ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan
baik kritik maupun saran yang sifatnya membangun. Akhir kata semoga Allah
SWT membalas semua budi baik yang telah diberikan kepada kami.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan fitrah manusia, dan setiap orang normal
pasti akan menjalaninya, karena pada dasarnya manusia diciptakan oleh
Allah SWT. Berpasang-pasangan, ada pria ada Wanita, agar manusia
mengembangkan dan meneruskan keturunannya. Oernikahan yang
dalam istilah agama adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan Wanita untuk menghalalkan
hubungan kelamin antara kedua belah pihak dengan dasar suka rela dan
keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan kebahagian hidup
berkeluarga yang diliputi rasa kasih saying ketentraman dengan cara
yang di ridhoi oleh Allah Swt. Oleh pemerintah pernikahan diatur melalui
UU No.1 Tahun 1974 yaitu undang-undang perkawinan.
Undang-undang pernikahan yang diatur pasal 7 ayat (1) No.1 tahun
1974 seseorang dapat menikah adalah harus memenuhi syarat, pria
sudah berumur 19 tahun dan pihak Wanita sudah mencapai umur 16
tahun. Oleh karena apabila ada orang yang belum berumur 19 tahun
(laki-laki) dan 16 tahun (perempuan) maka harus meminta dispensasi
kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjukkan oleh kedua
orangtua pihak laki-laki dan perempuan. Secara eksplisit ketentuan
tersebut dijelaskan bahwa, setiap pernikahan yang dilakukan oleh calon
pengantin prianya yang belum berusia 19 tahun atau wanitanya belum
berusia 16 tahun disebut sebagai “pernikahan di bawah umur” bagi
pernikahan yang belum memenuhi batas usia perkawinan, hakikatnya
disebut masih berusia muda (anak-anak) yang ditegaskan dalam pasal 81
ayat 2 UU No.23 Tahun 2002, bahwa pernikahan anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun dikategorikan masih anak-anak, juga
termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila melangsungkan
perkawinan tegas dikatakan adalah pernikahan di bawah umur dalam
penelitian disebut istilah pernikahan dini.
Pernikahan dini atau di usia yang sangat belia kini menjadi masalah
serius. Pernikahan yang dilakukan remaja putri berusia dibawah 20 tahun
diketahui masih tinggi di Indonesia. Pemerintah pun tengah mencari
formula yang tepat untuk mengurangi tingginya angka pernikahan di
kalangan remaja. Tentu pernikahan muda-mudi di bawah usia 20 tahun
akan menimbulkan masalah. Masalah bagi pasangan yang menikah di
usia muda adalah belum siapnya alat reproduksi.
(Evy Nurachma et al. 2020)
Dimensi Wisdom
A. Definisi
Teori wisdom diambil dari model kepemimpinan dari Sternberg.
WICS adalah singkatan dari wisdom (kearifan), intelligent (kecerdasan),
creativity (kreativitas)dan synthesized.
Menurut WICS, wisdom didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan successful intelligent, kreatifitas dan pengetahuan, yang
mengarah pada kebaikan bersama dengan menyeimbangkan
kepentingan intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal, dalam
jangka waktu pendek dan panjang, dengan memasukkan nilai-nilai dalam
upaya menyesuaikan, membentuk dan memilih lingkungan.
Wisdom adalah kemampuan individu dalam menerima dan
memahami makna dari segala peristiwa yang terjadi dalam hidupnya
(Ardelt & Edwards, 2015).
B. Dimensi Wisdom
Cognitive :
Pernikahan anak
Affective :
Reflective :
Pencegahan pernikahan
Pemberian Materi
anak
Bimbingan pranikah
C. INOVASI PENCEGAHAN PERNIKAHAN PADA ANAK
Memberdayakan anak perempuan dengan informasi, ketrampilan,
dan jaringan pendukung
Mendidik dan memobilisasi orang tua dan anggota masyarakat
Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas sekolah formal untuk anak
perempuan
Menawarkan dukungan ekonomi dan insentif untuk anak perempuan
dan keluarganya
Mengembangkan kerangka kerja hukum dan kebijakan
D. Memberdayakan anak perempuan dengan informasi, keterampilan,
dan jaringan pendukung
Pelatihan kecakapan hidup
Pelatihan keterampilan kejuruan dan mata pencaharian
Pelatihan kesehatan seksual dan reproduksi
Kampanye informasi, pendidikan, komunikasi (KIE)
Mentoring kelompok sebaya untuk dukungan berkelanjutan kepada
anak perempuan
Ruang aman” untuk anak perempuan bertemu, berkumpul,
terhubung, dan bersosialisasi di luar rumah.
E. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas sekolah formal untuk anak
perempuan
Mempersiapkan, melatih, dan mendukung anak perempuan untuk
pendaftaran atau pendaftaran ulang di sekolah.
Membangun sekolah, meningkatkan fasilitas (terutama untuk anak
perempuan), dan merekrut guru perempuan
Meningkatkan kurikulum sekolah dan melatih para guru untuk
menyampaikan konten tentang topik-topik seperti keterampilan hidup,
kesehatan seksual dan reproduksi, HIV / AIDS, dan sensitivitas
gender
Uang tunai, beasiswa, subsidi biaya, seragam, dan persediaan
sebagai insentif bagi anak perempuan untuk mendaftar dan tetap
bersekolah.
Daftar pustaka
Gaib Hakiki, Asnita Ulfah, Maarif Ibnu Khoer, Sugeng Supriyanto, and Muhammad
Basorudin. 2020. Pencegahan Perkawinan Anak : Percepatan Yang Tidak Bisan
Ditunda. PUSKAPA Center on Child Protection .
Evy Nurachma, Dwi Hendriyani, Meity Albertina, Badar, and Susi Purwanti. 2020.
PENGARUH PASANGAN PERNIKAHAN DINI TERHADAP POLA
PENGASUHAN ANAK. NEM.
Arianto, H. (2019). Peran Orang Tua Dalam Upaya Pencegahan Pernikahan Dini.
Lex Jurnalica, 16(1), 38-43
Chae, S., & Ngo, T.D. (2017). The Global State of Evidance on Interventions To
Prevent Child Marriage. New York: Population Council