Faktor penyebab tingginya angka pernikahan usia dini antara lain adalah rendahya
pengetahuan dan pemahaman remaja, tentang dampak pernikahan usia dini dan
kesehatan reproduksi remaja. Pemahaman masyarakat tentang dampak yang
akan ditimbulkan, faktor kemiskinan, faktor pendidikan, kultur sosial dan budaya
serta adanya pengaruh media dan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan
sikap dan perilaku remaja. Terjadinya perkawinan usia muda ini mempunyai
dampak tidak baik kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan juga
berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya.
Pada masa tahun pertama menstruasi dikenal dengan tahap kemandulan remaja,
yang tidak menghasilkan ovulasi atau pematangan dan pelepasan telur yang
matang dari folikel dalam indung telur. Organ reproduksi dianggap sudah cukup
matang di atas 18 tahun, pada usia ini rahim (uterus) bertambah panjang dan
indung telur bertambah besar. Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun
adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Usia ini
seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik maupun
psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, argumentasi ini maka
dianjurkan perempuan menikah pada usia 20 tahun. Apabila pasangan suami istri
menikah pada usia tersebut, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan sampai
usia istri 20 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun dianjurkan menunda
kehamilannya sampai usianya minimal 20 tahun
Untuk menunda kehamilan pada masa ini ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah
kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas dan efektivitas tinggi. Kontrasepsi yang
dianjurkan adalah kondom, Pil, IUD, implan dan suntik.
Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode Pasangan Usia Subur (PUS)
berada pada umur 20-35 tahun, merupakan periode yang paling baik untuk hamil
dan melahirkan karena resiko paling rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk
menjarangkan kehamilan adalah 5 tahun, sehingga tidak ada 2 balita dalam 1
periode. Untuk menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat
kontrasepsi. Pemakaian alat kontrasepsi pada tahap ini dilaksanakan untuk
menjarangkan kelahiran agar ibu dapat menyusui anaknya dengan baik dan benar.
Semua kontrasepsi, yang dikenal sampai sekarang dalam program Keluarga
Berencana Nasional, pada dasarnya cocok untuk menjarangkan kelahiran. Akan
tetapi dianjurkan setelah kelahiran anak pertama langsung menggunakan alat
kontrasepsi spiral (IUD).
Masa mengakhiri kehamilan, berada pada usia PUS di atas 35 tahun, sebab
secara empirik diketahui melahirkan anak di atas 35 tahun banyak mengalami
resiko medik.
Ciri kontrasepsi yang dianjurkan untuk masa ini adalah kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas sangat tinggi, dapat dipakai jangka panjang dan tidak
menambah kelainan yang sudah ada (pada usia tua kelainan seperti penyakit
jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh karena
itu sebaiknya tidak diberikan kontrasepsi yang menambah kelainan tersebut).
Kontarsepsi yang dianjurkan adalah steril, IUD dan Implan
Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh mereka yang berusia
dibawah usia yang diperbolehkan untuk menikah dalam UU Perkawinan nomer I
tahun 1974, yaitu minimal 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.
Masyarakat dengan ekonomi yang rendah dan memiliki banyak anak, cenderung
menikahkan anaknya di usia dini. Selain karena tidak memiliki biaya untuk
menyekolahkan anak, juga karena orang tua berharap dengan anaknya menikah,
maka beban hidup orang tua akan berkurang. Keluarga dari kalangan miskin
seringkali mendorong anaknya perempuan mereka untuk segera menikah.
Perkembangan tehnologi yang tidak seiring dengan kondisi moral anak bangsa
yang semakin menurun. Mudahnya mengakses tontonan serta bacaan yang tidak
mendidik via internet tanpa pengawasan orang tua menjadi faktor pendorong
adanya seks bebas yang akhirnya menyebabkan kehamilan diluar pernikahan.
Kehamilan tanpa adanya persiapan dan kesiapan, baik secara fisik dan mental
akan menimbulkan berbagai macam akibat, seperti aborsi, penularan HIV/AIDS
dan pernikahan dini.
Dampak Pernikahan Dini atau Perkawinan di bawah umur adalah sebagai berikut:
a. Dampak Hukum
b. Dampak Biologis
1. Secara biologis, organ reproduksi anak masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan fungsinya
2. Kematangan fisik seorang anak, tidak sama dengan kematangan
psikologisnya sehingga meskipun anak tersebut memiliki badan
bongsor dan sudah menstruasi tetapi secara perilaku tetap seperti
anak-anak
c. Dampak Psikologis
1. Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan
seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan
2. Kematangan psikologis ibu menjadi hal utama, karena sangat
berpengaruh terhadap pola asuh anak dikemudian hari
d. Dampak Pendidikan
1. Pernikahan dini mengakibatkan anak tidak mampu mencapai
pendidikan yang lebih tinggi
2. Pendidikan yang minim mengakibatkan sulitnya memperoleh
penghasilan yang layak
3. Keluarga menjadi beban perekonomian yang cukup berat
e. Dampak Administrasi Kependudukan
1. Tidak memiliki akte nikah
2. Tidak memiliki kartu keluarga
3. Apabila terjadi perceraian sulit untuk mengurus pembagian hartanya
F. PENCEGAHAN PERNIKAHAN DINI
Dalam rangka Membangun komitmen, partisipasi dan peran aktif para pemangku
kepentingan termasuk para petugas pelayanan dan masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengimplementasi kebijakan-kebijakan Negara yang telah
digulirkan pada bidang Tumbuh Kembang Anak lebih khususnya dalam
Pencegahan Perkawinan Anak, maka Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak melalui Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak
menggelar Pelatihan Forum dan Penggiat Pencegahan Perkawinan Anak
dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi para pemangku kepentingan
termasuk para petugas pelayanan dan masyarakat dalam menerapkan
pelaksanaan kegiatan bidang tumbuh kembang anak, khususnya dalam
Pencegahan Perkawinan Anak dan mendukung terwujudnya salah satu indikator
pengembangan Kab/Kota Layak Anak.