Anda di halaman 1dari 8

1. Pernikahan usia muda : < 18 tahun .

Menurut WHO usia anak 0-18 tahun

2. Usia minimal menikah dari segi medis :


Masa reproduksi sehat wanita ada 3 periode :
a. Reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan
b. Reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap menjarangkan kehamilan
c. Reproduksi tua (36-45 tahun) merupakan tahap untuk mengakhiri kehamilan

3. Dasar Hukum Pernikahan : UU No. 1 Tahun 1974

Pasal 7

(1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

(2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak
wanita.

(3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut
dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan
dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam Pasal 6
ayat (6).

Program pemerintah mengatakan bahwa usia menikah yang ideal untuk wanita adalah usia
21 tahun, sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. 

4. Jumlah pasangan menikah di usia muda :

Laporan Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia menunjukkan bahwa di antara
perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun, 25 persen menikah sebelum usia 18 tahun
menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2012.

Prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia tidak hanya tetap tinggi (dengan lebih dari
seperenam anak perempuan menikah sebelum mencapai usia dewasa (usia 18 tahun) atau
sekitar 340,000 anak perempuan setiap tahunnya) tetapi prevalensi tersebut juga telah
kembali meningkat.

Data Kementerian Sosial juga mengungkapkan bahwa satu dari enam perempuan di
Indonesia menikah sebelum berusia 18 tahun. Ini berarti terdapat 340.000 perempuan di
bawah umur yang menikah tiap tahunnya dan sebanyak 50.000 dari jumlah tersebut
menikah sebelum berumur 15 tahun.

5. Penyebab pernikahan usia muda :

Faktor Ekonomi
Biasanya ini terjadi ketika keluarga si gadis berasal dari keluarga kurang mampu. Orang
tuanya pun menikahkan si gadis dengan laki-laki dari keluarga mapan. Hal ini tentu akan
berdampak baik bagi si gadis maupun orang tuanya. Si gadis bisa mendapat kehidupan yang
layak serta beban orang tuanya bisa berkurang.

Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, anak dan masyarakat membuat pernikahan dini
semakin marak. Menurut saya, Wajib Belajar 9 Tahun bisa dijadikan salah satu 'obat' dari
fenomena ini, dimisalkan seorang anak mulai belajar di usia 6 tahun, maka saat dia
menyelesaikan program tersebut, dia sudah berusia 15 tahun.

Di usia 15 tahun tersebut, seorang anak pastilah memiliki kecerdasan dan tingkat emosi yang
sudah mulai stabil. Apalagi bila bisa dilanjutkan hingga Wajib Belajar 12 tahun. Jika program
wajib belajar tersebut dijalankan dengan baik, angka pernikahan dini pastilah berkurang.

Faktor Orang tua


Entah karena khawatir anak menyebabkan aib keluarga atau takut anaknya melakukan 'zina'
saat berpacaran, maka ada orang tua yang langsung menikahkan anaknya dengan pacarnya.
Niatnya memang baik, untuk melindungi sang anak dari perbuatan dosa, tapi hal ini juga
tidak bisa dibenarkan.

Faktor Media Massa dan Internet


Disadari atau tidak, anak di jaman sekarang sangat mudah mengakses segala sesuatu yang
berhubungan dengan seks dan semacamnya, hal ini membuat mereka jadi "terbiasa" dengan
hal-hal berbau seks dan tidak menganggapnya tabu lagi.

Memang pendidikan seks itu penting sejak dini, tapi bukan berarti anak-anak tersebut
belajar sendiri tanpa didampingi orang dewasa.  

Faktor Biologis
Faktor biologis ini muncul salah satunya karena Faktor Media Massa dan Internet diatas,
dengan mudahnya akses informasi tadi, anak-anak jadi mengetahui hal yang belum
seharusnya mereka tahu di usianya.

Maka, terjadilah hubungan di luar nikah yang bisa menjadi hamil di luar nikah. Maka, mau
tidak mau, orang tua harus menikahkan anak gadisnya.

Faktor Hamil di Luar Nikah


Kenapa saya pisahkan dengan faktor biologis? Karena hamil di luar nikah bukan hanya
karena "kecelakaan" tapi bisa juga karena (maaf) diperkosa sehingga terjadilah hamil di luar
nikah. Orang tua yang dihadapkan dalam situasi tersebut pastilah akan menikahkan anak
gadisnya, bahkan bisa dengan orang yang sama sekali tidak dicintai orang si gadis.

Hal ini semakin dilematis karena ini tidak sesuai dengan UU Perkawinan. Rumah tangga
berdasarkan cinta saja bisa goyah, apalagi karena keterpaksaan.

Faktor Adat
Faktor ini sudah mulai jarang muncul, tapi masih tetap ada.

6. Dampak kesehatan pernikahan usia muda terutama pada wanita:


- Resiko kanker mulut rahim  saluran rahim belum sempurna sehingga berbahaya saat
melahirkan
- Sel-sel saluran vagina pada wanita yg menikah terlalu muda berpotensi menjadi ganas
dan menjadi sel kanker krn aktivitas seksual frekuensi tinggi
- Saat hamil resiko perdarahan dan keguguran krn fungsi organ reproduksi belum matang
- belum pahamnya seorang ibu mengenai pemenuhan gizi ketika hamil, dapat
menyebabkan anemia hingga melahirkan bayi yang prematur, BBLR

- Risiko penyakit seksual meningkat


Di dalam sebuah pernikahan, hampir tidak mungkin jika tidak ada hubungan seksual.
Sedangkan hubungan seksual yang dilakukan oleh seseorang di bawah usia 18 tahun
akan cenderung lebih memiliki risiko terkena penyakit menular seksual, seperti HIV. Ini
karena pengetahuan dirinya tentang seks yang sehat dan aman masih minim.
- Risiko pada kehamilan meningkat
Kehamilan di usia dini bukanlah hal yang mudah dan cenderung lebih berisiko. Deretan
risiko yang mungkin terjadi pun tidak main-main dan bisa membahayakan bagi ibu
maupun janin. Pada janin, risiko yang mungkin terjadi adalah berat badan rendah saat
lahir dan anak terlahir prematur. Sedangkan bagi ibu akan berisiko mengalami anemia,
kondisi di mana ibu akan merasa mudah lelah dan lemah. Hal inilah yang akan
memengaruhi kondisi perkembangan janin.
Risiko lainnya yang tidak kalah membahayakan adalah munculnya masalah preeklamsia.
Kondisi di mana ibu mengalami peningkatan protein dalam urine dan mengalami
tekanan darah tinggi. Perempuan yang menderita preeklamsia akan mengalami kaki atau
tangan membengkak. Dan jika sudah terkena eklamsia, maka akan membahayakan janin
dan dapat mengakibatkan kematian.

7. Sisi mental pasangan menikah usia muda:

1. Neoritis Depresi

Depresi dalam tingkatan berat atau neoritis depresi karena pernikahan dini bisa terjadi di kondisi
kepribadian yang berbeda. Untuk kepribadian introvert atau tertutup, maka membuat orang
tersebut lebih menarik diri dari pergaulan, lebih pendiam, tidak ingin bergaul bahkan sampai
menjadi orang schizoprenia atau dikenal juga dengan gila.

Sedangkan ciri ciri depresi berat dalam kepribadian ekstrovert atau terbuka akan menyebabkan
orang tersebut untuk melakukan banyak hal aneh untuk melampiaskan rasa marah. Dari segi
psikologi, kedua bentuk depresi ini sama sama berbahaya dan sulit dibedakan kadarnya pada remaja
pria atau wanita untuk mengendalikan emosi dalam pernikahan dini.

2. Timbul Konflik Berujung Perceraian

Dunia remaja yang sebenarnya masih disibukkan dengan menata hidup dan diri sebenarnya
membuat seorang remaja tidak siap untuk sebuah perubahan dalam pernikahan dini.
Dilihat dari segi positif, ia akan mencoba dan berusaha untuk bisa bertanggung jawab dari
perbuatannya, namun kestabilan emosi yang baru bisa dibentuk pada usia 24 tahun dimana
seseorang sudah dikatakan dewasa menyebabkan seorang remaja yang melakukan pernikahan dini
masih terbilang labil untuk mengendalikan emosi sehingga permasalahan tidak bisa diselesaikan
dengan baik dan berujung pada perceraian dan akan banyak dampak perceraian bagi anak
perempuan.

3. Pendidikan Terhambat

Seperti yang kita ketahui jika seseorang melakukan pernikahan dalam usia muda, maka tentu akan
berdampak pada urusan pendidikan. Sebagai contoh, jika seorang remaja berkeinginan untuk
melanjutkan sekolah atau pendidikan yang lebih tinggi, maka tidak bisa tercapai karena motivasi
belajar yang dimiliki mulai menurun karena sudah terlalu banyak tugas yang harus dilakukan
semenjak menjalani pernikahan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran akan mengalami
hambatan.

4. Tidak Memiliki Dasar Hukum

Pada pasal 20 dan 21 UU No. 1 tahun 1974 dikatakan jika pegawai pencatat pernikahan tidak
diperkenankan untuk melangsungkan atau membantu melangsung pernikahan jika diketahui ada
pelanggaran ketentuan batas umur minimum pernikahan sehingga pernikahan dini yang biasanya
terjadi tidak memiliki landasan hukum sebab tidak tercatat dalam Kantor Pencatat Nikah seperti KUA
atau Kantor Catatan Sipil.

Meski sudah dikatakan sah menurut agama, namun pernikahan yang tidak memiliki landasan hukum
maka akan memberikan kerugian khususnya dari pihak wanita seperti tidak memiliki dokumen
pernikahan dan anak yang dilahirkan sehingga sulit mendapatkan hak seperti waris, tunjangan
keluarga dan lainnya.

5. Timbul Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dari penelitian UNICEF tahun 2005 membuktikan jika angka kekerasan dalam pernikahan dini sangat
tinggi yakni sebesar 67% dibandingkan dengan 47% perempuan dewasa yang menikah yang terjadi
karena gangguan psikologis remaja. Hal ini terjadi karena para anak perempuan yang menikah
dengan laki laki lebih tua tidak mempunyai kekuatan dalam bernegosiasi dan akhirnya timbul
kekerasan seksual dalam rumah tangga tersebut dibandingkan dengan pasangan dewasa.

6. Banyak Anak Terlantar

Pasangan yang menikah dalam usia terlalu muda seringkali juga akan melahirkan banyak anak sebab
tidak menjalani keluarga berencana dan tidak memahami dengan baik tentang berbagai alat
kontrasepsi. Ini mengakibatkan banyak anak yang tidak tercukupi kebutuhannya dan ditelantarkan
oleh orang tua atau bahkan sampai diberikan pada orang lain.

Hal yang semakin ironis terjadi adalah orang tua tidak mengerti apa akibat dari perbuatan yang
sudah mereka lakukan namun tetap saja melahirkan anak kembali meski sudah mengetahui jika
kebutuhan anak tidak mungkin tercukupi.

ads

7. Tidak Memiliki Jaminan Masa Depan


Dampak selanjutnya dari pernikahan dini adalah masa depan yang kurang terjamin
berdasarkan fakta psikologis remaja. Dari hasil penelitian Pusat Riset Innocenti Dana Perserikatan
Bangsa Bangsa untuk Anak atau UNICEF di Itali membuktikan jika perkawinan yang dilakukan pada
usia muda akan dipenuhi dengan ketidakpastian dan memiliki banyak risiko yang tidak terhitung
banyaknya.

8. Gangguan Mental

Dari penelitian dalam Jurnal Pediatrics juga memperlihatkan jika remaja yang menikah sebelum
memasuki usia 18 tahun akan meningkatkan risiko terkena gejala gangguan mental pada
remaja bahkan mencapai 41%. Gangguan mental yang biasanya terjadi pada pasangan muda
diantaranya adalah depresi, gangguan disosiatif atau kepribadian ganda, kecemasan dan juga trauma
psikologis seperti PTSD.

9. Kecanduan

Pernikahan pada usia terlalu muda bahkan bisa menimbulkan masalah psikologis seperti kecanduan
baik dari narkoba, minuman keras, rokok atau judi. Kecanduan ini lebih sering ditemui dalam
pasangan muda karena usia remaja membuat mereka tidak mengerti dan tidak bisa menemukan
cara yang sehat dan baik untuk meluapkan emosi dalam psikologi atau mencari distraksi saat sedang
mengalami stress.

10. Tekanan Sosial

Beban juga akan dirasakan para remaja yang melakukan pernikahan dini baik dari keluarga dekat,
kerabat sampai masyarakat. Remaja pria akan dituntut untuk menjadi kepala rumah tangga sekaligus
mencari nafkah untuk keluarga meski usia masih terbilang sangat muda.

Sedangkan wanita dituntut untuk bisa membesarkan dan mengurus anak sekaligus rumah tangga
meski secara psikologis belum siap sepenuhnya untuk melaksanakan tanggung jawab sebesar itu.
Akhirnya, jika pasangan tersebut tidak bisa memenuhi tuntutan sosial, maka mereka akan dikucilkan
dan dicap buruk oleh warga di sekelilingnya dan akan semakin sulit mendapatkan dukungan dari
orang sekitar saat membutuhkan.

11. Timbul Pekerja Anak

Dengan menikah pada usia yang masih muda bahkan masih bersekolah, membuat remaja akan
mengakhiri pendidikannya karena sudah harus menjalankan tugas seperti layaknya orang berumah
tangga, untuk itu akan terjadi banyak pengangguran atau hanya bisa bekerja pada bidang yang
kurang memadai dan tanpa kontrak yang tentunya sangat mengganggu psikologi remaja.

Saat sudah harus menjalani rumah tangga pada usia dini khususnya pria, maka mereka sudah harus
bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga sedangkan pendidikan belum terlalu tinggi.

12. Kanker Leher Rahim

Wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun akan lebih berisiko terkena kanker leher rahim sebab
keadaan sel sel leher rahim belum matang benar sehingga saat terpapar Human Papiloma Virus atau
HPV, maka pertumbuhan sel akan menyimpang dan menjadi sel kanker.

13. Penyakit HIV


Seorang anak yang menikah muda dari penelitian Barua tahun 2007 juga mengatakan jika memiliki
risiko pada penyakit kelamin dan HIV yang lebih tinggi. Hal ini terjadi sebab mereka tidak mempunyai
kekuatan dan cara untuk berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan perkawinan dan ciri ciri
pubertas belum selesai dengan sempurna. Mereka juga tidak bisa menolak hubungan seks yang
dipaksakan suami sehingga akhirnya terjadi HIV AIDS sebab vagina belum cukup kuat dan lebih
mudah terluka.

14. Meningkatkan Angka Kematian Anak

Dari penelitian juga menunjukkan jika seorang ibu di bawah umur akan cenderung melahirkan bayi
yang cacat atau memiliki gangguan kesehatan. Selain itu, ibu yang melahirkan pada usia dibawah 18
tahun juga memiliki peningkatan sebesar 60% mengenai kematian pada bayi dan bahkan
memberikan pola asuh salah pada anak karena terbatasnya pengetahuan sifat keibuan dalam
psikologi.

15. Kontrol Diri Masih Lemah

Dampak terakhir dari pernikahan dini adalah fakta jika remaja yang masih belum bisa membedakan
mana hal yang baik dan mana yang buruk sehingga sering tersesat dengan berbagai perilaku salah
seperti perselingkuhan. Hal ini terjadi karena kontrol diri yang masih sangat lemah sebab usia remaja
adalah masa mereka untuk mencari jati diri dan mengeksplorasi berbagai hal yang belum pernah
dialami sebelumnya.

16. Dampak Psikologi

Dari segi psikologi khususnya sosial, pernikahan dini akan mengurangi keharmonisan keluarga sebab
emosi remaja yang masih labil, meningkatkan tanda tanda stress, gejolak darah muda yang masih
membara dan cara berpikir yang belum matang dengan benar.

17. Perilaku Seksual Menyimpang

Perilaku seksual menyimpang yang merupakan kesenangan berhubungan seks dengan anak di
bawah umur juga bisa terjadi karena pernikahan yang dilakukan terlalu cepat. Hal ini bisa menjadi
kebiasaan atas dasar pernikahan yang juga dilakukan pada usia terlalu muda sehingga
mengembangkan perilaku seksual menyimpang tersebut.

Dampak pernikahan dini baik yang dilakukan secara terpaksa atau bukan umumnya juga akan
memberikan tanggapan kurang baik dari sebagian masyarakat. Meski ada dampak positif pernikahan
dini sebagai solusi untuk menghindari kelakuan para remaja yang tidak diinginkan, akan tetap terlalu
banyak dampak negatif yang bisa terjadi sebab pernikahan tersebut tidak didasari dengan
kemampuan dan kemandirian sehingga akan lebih baik jika dipertimbangkan secara masak masak.

8. Dampak kesehatan anak yang lahir dari pernikahan usia muda:


- Resiko BBLR tinggi  5-30x resiko meninggal
- Gizi buruk
- Anemia
- Persiapan parenting menjadi lemah karena belum siap. Sekarang pola asuh anak kurang
 pernikahan dini berulang

9. Tindakan Puskesmas dalam menangani kehamilan di usia dini


- Konseling poli Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja  persiapan kehamilan, melahirkan
dan mengasuh anak

10. Persiapan pernikahan


- Persiapan mental : konseling pranikah
- Persiapan fisik : pemeriksaan catin
- Persiapan materi / finansial : mandiri dalam berumahtangga dan persiapan memiliki
buah hati
- Persiapan pengetahuan

11. Fungsinya:
- Mempersiapkan pasangan dalam membina rumah tangga secara fisik dan mental
sehingga menghasilkan individu yang siap secara mental dan fisik untuk bertanggung
jawab dalam membina rumah tangga

12. Bisa. Poli PKPR dan Pemeriksaan Catin

13. Jenis Pemeriksaan yg wajib diperiksa sebelum menikah :


Puskesmas  Pemeriksaan Catin : Darah Rutin, GDS, Golongan Darah, HbsAg, HIV, Sifilis dan
Hcg (pd perempuan)
Pemeriksaan Pra Marital:
- Hematologi Rutin, Gambaran Darah Tepi, Analisa Hemoglobin HPLC, Ferritin, dan Badan
Inklusi HbH : untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum, penyakit infeksi, dan
penyakit darah.
- Golongan Darah dan Rhesus : Selain untuk kepentingan transfusi darah jika dibutuhkan,
diperlukan kecocokan rhesus.
- Urine Rutin : Mengetahui adanya kelainan ginjal atau saluran kemih.
- Glukosa Puasa : Mendiagnosis diabetes melitus yang menurun.
- HBsAg : Mengetahui adanya infeksi Hepatitis B
- VDRL/RPR : Mendeteksi ada tidaknya penyakit menular seksual (sifilis)
- Anti-Rubella IgG, Anti-Toxoplasma IgG, dan Anti-CMV IgG : Mengetahui status kekebalan
terhadap paparan Toxoplasma, Rubella, dan Cytomegalovirus (TORC)

14. Jika ada hasil positif :


- Dikonseling
- Diterapi di puskesmas
- Dirujuk

15. Membangun keluarga sehat

16. Pesan untuk para bunda/pemirsa di rumah

Anda mungkin juga menyukai