Anda di halaman 1dari 25

Dampak

Pernikahan
Usia Muda
Materi Kelas XII
Tujuan
Pembelajaran

Dapat memahami persiapan penting


orientasi hidup berkeluarga,
mengatahui bagaimana membangun
dan mempertahankan keutuhan
keluarga
Apersepsi
Fenomena pernikahan di usia muda masih sangat tinggi. Jika dahulu
orang tua ingin agar anaknya menikah muda dengan berbagai
alasan, maka kini tidak sedikit remaja sendiri, bukan hanya remaja
pedesaan tetapi juga remaja di kota besar, yang ingin menikah
muda. Pada kalangan remaja, pernikahan di usia muda ini dianggap
sebagai jalan keluar untuk menghindari seks bebas. Ada juga yang
melakukannya karena terpaksa dan karena hamil di luar nikah.
Pendapat tersebut mungkin ada benarnya, namun pernikahan
tentunya bukan hanya sekedar menyatukan diri dalam suatu
perkawinan sebagai jawaban atas permasalahan hidup yang sedang
dihadapi. Pernikahan merupakan suatu bekal hidup yang harus
dipersiapkan dengan matang.
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu
pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang
berusia dibawah usia 19 tahun.

Sedangkan pernikahan dini menurut BKKBN adalah


pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia
reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan
kurang dari 25 tahun pada pria.
Faktor Penyebab Pernikahan Usia Muda
Faktor Pribadi

Tidak sedikit pasangan memiliki alasan yang salah ketika


menikah, sehingga terjebak pada pernikahan yang sebetulnya
tak diinginkan. Agar pernikahan berjalan langgeng, sebaiknya
para pasangan memiliki alasan yang kuat dan benar untuk
menikah. Beberapa alasan pribadi yang salah antara lain: agar
bisa menjauh dari orangtua dan mendapat kebebasan, agar bisa
menyalurkan hasrat seksual, untuk menghilangkan rasa sepi, agar
mendapatkan kebahagiaan, agar bisa menjadi pribadi yang
dewasa, karena telanjur hamil, karena pasangan mencintai anda,
untuk mendapatkan uang atau kesejahteraan finansial yang lebih
baik.
Faktor Keluarga

Kian maraknya seks bebas dikalangan remaja dan dewasa


muda, maupun meningkatnya angka aborsi setidaknya
menjadi indikator tingkat pergaulan bebas sudah berada
pada tahap mengkhawatirkan dan harus segera dipikirkan
solusinya. Salah satu jalan yang dipikirkan keluarga,
walaupun bukan yang mutlak adalah menikahkan pasangan
remaja di usia muda.
Faktor Budaya
Faktor Pendidikan
Maraknya kawin di usia muda ini
berkaitan dengan kultur yang Sebagian orang tua yang
berkembang di masyarakat. Bagi masih belum paham
sebagian masyarakat, seorang anak pentingnya pendidikan
perempuan harus segera memaksa anak-anak mereka
berkeluarga karena takut tidak laku untuk segera menikah. Hal itu
dan tak kunjung menikah di usia 20- biasanya terjadi setelah
an tahun. remaja lulus SMP atau bahkan
belum. Mereka menganggap,
pendidikan tinggi itu tidak
penting.
Dampak Positif Pernikahan Usia Muda

Dengan menikah di usia muda makan remaja


akan belajar memikul tanggung jawab di usia
dini banyak pemuda yang waktu masa
sebelum menikah tanggung jawabnya masih
kecil dikarenakan ada orang tua mereka,
disini mereka harus dapat mengatur urusan
mereka tanpa bergantung kepada orang.
Selain itu dengan menikah di usia muda
maka akan terbebas dari perbuatan maksiat
seperti zina dan lain-lain.
Dampak Negatif Pernikahan Usia Muda
Pernikahan di usia muda akan menghasilkan berbagai
macam dampak yang merugikan bagi mereka yang
melakukan nya, karena dilakukan tanpa adanya
kesiapan secara fisik, mental, dan materi. Banyak
di temukan pasangan suami-istri muda tidak
dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,
banyak juga yang tidak menyadari akan adanya hak
dan kewajiban baru yang melekat pada dirinya
setelah menjalin hubungan rumah tangga.Dampak
dari pernikahan usia muda juga tidak hanya
dirasakan oleh mereka pasangan suami-istri, namun
bisa berdampak pada masing-masing keluarga, dan
juga anak yang mereka lahirkan.
1. Kehilangan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi.
Remaja yang melakukan pernikahan dini cenderung tidak
memperhatikan pendidikannya apalagi ketika menikah langsung
memperoleh keturunan, ia akan disibukkan mengurus anak dan
keluarganya, sehingga hal ini dapat menghambatnya untuk
melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Interaksi dengan lingkungan teman sebaya berkurang. Mereka akan


merasa canggung atau enggan bergaul dengan teman
sebayanya.Mereka berada pada kondisi yang tidak menentu dalam status
sosial, karena ketika bergaul dengan orang tua, relitasnya mereka
masih remaja, begitu juga sebaliknya, mau main dengan teman
sebayanya yang remaja, kenyataannya mereka sudah berstatus sebagai
suami maupun istri. Maka bereka harus mampu beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dengan baik.
3. Makin sempit peluang memperoleh pekerjaan
4. Tingginya resiko kekerasan dalam rumah tangga yang timbul karena
tingkat berpikir yang belum matang bagi pasangan muda tersebut
5. Pernikahan usia dini ada kecenderungan sangat sulit mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik. Dampaknya yaitu pernikahan hanya membawa
penderitaan.
6. Pernikahan usia dini sulit mendapat keturunan yang baik dan sehat.
Dampaknyayaitu anak rentandengan penyakit.
7. Remaja yang hamil akan lebih mudah menderita anemia selagi hamil dan
melahirkan, salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi.
8. Kesehatan psikologi anak: ibu yang mengandung di usia dini akan
mengalami trauma berkepanjangan, kurang sosialisasi dan juga mengalami
krisis percaya diri
9. Kesehatan Reproduksi terganggu.
Kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko
komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia
yang sangat muda ini ternyata berkorelasi dengan angka kematian
dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14
tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin
dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini
meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. Hal
ini disebabkan organ reproduksi anak belum berkembang
dengan baik dan panggul juga belum siap untuk melahirkan. Data dari
UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan
di usia dini disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric
fistula. Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang
menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Selain itu,
juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual dan penularan
infeksi HIV.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

1. Kesiapan Usia

Usia memegang peran penting, karena kematangan psikis,


sosial, bahkan fisik, sangat dipengaruhi oleh usia. Dilansir dari
Bride.com, psikolog Wyatt Fischer menjelaskan bahwa secara
psikis, seseorang lebih siap menikah ketika sudah melewati usia
20 tahun.
Sementara pekerja sosial klinis Kelsey Torgerson, menyebut
pada usia 25, seseorang telah siap dalam berbagai hal, karena
perkembangan otak telah ‘sempurna’.
Dengan pertimbangan tersebut, maka rekomendasi paling tepat
adalah menikah saat usia telah memasuki 21-25.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

2. Kesiapan Finansial

Uang memang bukan segala-galanya, tapi untuk menjalankan


roda rumah tangga, pasti membutuhkan uang. Karena itu,
dalam merencanakan pernikahan, persiapan finansial juga
diperlukan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
persiapan kehamilan, perawatan anak, dll.

Karena itu, pastikan sebelum menikah Anda sudah memiliki


sumber pendapatan tetap, misalnya pekerjaan tetap.
Setidaknya, saat berkeluarga, kita bisa mandiri secara finansial,
tidak membebani atau tergantung pada orang tua atau keluarga
lainnya.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

3. Kesiapan Fisik

Berkeluarga butuh kesiapan fisik, untuk bekerja mencari nafkah,


mengerjakan pekerjaan rumah tangga, hingga melakukan
aktivitas seksual. Karena itu, jika Anda memiliki riwayat penyakit
seperti darah rendah, darah tinggi, hepatitis, atau penyakit
menular seksual, harus berobat dulu sebelum menikah.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

4. Kesiapan Mental

Selain fisik, kesiapan mental juga sangat dibutuhkan. Kesiapan


mental akan menentukan bagaimana seseorang: mampu
menerima hubungan dan peran baru; memikul tanggung jawab;
serta sikap yang sehat dalam menghadapi kehidupan seksual,
kehamilan, persalinan bahkan mertua.

Mmengingat berkeluarga tidak selamanya mulus atau indah


seperti saat masih pacaran, maka mental yang kuat harus
disiapkan demi menghadapi beberapa masalah yang
senantiasa muncul saat berumah tangga.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

5. Kesiapan Emosi

Emosi dimaksudkan sebagai respons Anda ketika menghadapi


tekanan. Misalnya, saat menghadapi deadline pekerjaan, saat
tersinggung dengan ucapan atau perilaku orang lain, atau saat
debat karena beda pendapat.

Jika Anda masih suka marah-marah, sampai melempar barang


ketika berbeda pendapat, maka Anda harus belajar mengelola
emosi terlebih dahulu sebelum menikah.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

6. Kesiapan Sosial

Manusia, sebagaimana sudah tak dimungkiri lagi, bukanlah


makhluk individual, tetapi makhluk sosial. Karena itu,
kemampuan bersosialisasi sangat penting dalam kehidupan
keluarga.

Maksudnya, setelah menikah, Anda akan menghadapi


lingkungan baru dan keluarga baru, bahkan tak jarang lingkar
pertemanan yang baru.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

7. Kesiapan Moral

Moralitas berlaku universal, apa pun agamanya. Kesiapan moral


sangat penting untuk mengontrol perilaku agar dalam
berkeluarga bisa memegang etika.

Dapat dicontohkan melalui sikap-sikap menaati perintah Tuhan


Yang Maha Kuasa, berlaku jujur, bersabar kala menghadapi
ujian, hingga tidak menggunakan barang milik orang lain tanpa
izin, dll.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

8. Kesiapan Interpersonal

Hal lain yang tak kalah penting adalah kemampuan


interpersonal, khususnya dalam hal komunikasi. Kemampuan
interpersonal ini terkait dengan bagaimana seseorang
berhubungan dengan orang lain.

Seseorang yang memiliki kemampuan interpersonal akan bisa


menjadi pendengar yang baik saat orang lain curhat,
berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang, hingga
mampu berdiskusi dan mendengar pendapat orang lain
sebelum mengambil keputusan. Hal ini sangat diperlukan saat
berumah tangga
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

9. Keterampilan Hidup

Keterampilan sangat dibutuhkan dalam hidup. Ketika


berkeluarga, keterampilan itu makin dibutuhkan. Misalnya,
keterampilan dasar seperti merapikan dan membersihkan
rumah, memasak, mengasuh dan mendidik anak, menjalankan
peran suami/istri.

Bahkan, sesuai pesan BKKBN, “merawat organ reproduksi


hingga pengetahuan alat kontrasepsi untuk pengaturan jarak
kehamilan juga menjadi keterampilan yang harus dimiliki”.
Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Menikah

10. Kesiapan Intelektual

Dalam berkeluarga, kemampuan intelektual bisa tercermin dari


aktivitas pencarian informasi seputar kehidupan keluarga. Jika
Anda sudah mencari informasi untuk mendapat pengetahuan
seputar kesehatan reproduksi, pengasuhan anak, pola hidup
sehat, dan lainnya, maka kamu sudah memiliki bekal berharga
sebelum menikah.
Kebanyakan orang hanya fokus ke hari H saja untuk
mewujudkan dream wedding, tanpa membekali diri untuk
persiapan memasuki kehidupan pernikahan. Padahal pernikahan
bukanlah akhir dari suatu hubungan, melainkan itu adalah awal
kehidupan yang baru
Menikahlah karena SIAP. Bukan
karena ingin, bukan karena mengikuti
trend, bukan karena lelah mencari
uang, karena bosan sendirian, bosan
dengar kata orang atau bosan disuruh
orang tua. Kesiapan adalah hal yang
paling penting.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai