Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Definisi dan prevalensi remaja. Para remaja membentuk segmen besar dan
berkembang dalam populasi global. Lebih dari setengah penduduk dunia berusia
kurang dari 25 tahun, dan empat dari lima remaja tinggal di negara-negara
berkembang. Pada fase remaja, mereka mengembangkan identitas sebagai dewasa,
mengalami perubahan fisik dan kedewasaan psikologis, serta berusaha menjadi mandiri
secara ekonomis.
Meskipun masa remaja umumnya dianggap sebagai periode yang sehat, banyak
remaja mengalami kurangnya pemahaman, kurangnya pengalaman, dan kesulitan
mengakses layanan keluarga berencana serta kesehatan reproduksi dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelompok ini mungkin menghadapi kendala dan bahkan
resistensi dari kelompok dewasa saat mencari layanan kesehatan reproduksi yang
diperlukan. Oleh karena itu, kondisi ini dapat meningkatkan risiko infeksi PMS, HIV,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan dampak kesehatan lainnya yang dapat
memengaruhi masa depan mereka dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, masalah
kehamilan remaja sering muncul karena kurangnya program pendidikan seks di
sekolah, bahkan ketiadaannya. Pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja sangat
besar, tanpa pengetahuan yang memadai, mereka dapat terjerumus ke dalam perilaku
tidak pantas seperti seks bebas yang dapat menyebabkan kehamilan remaja.
Prevalensi/angka kejadian kehamilan usia dini pada remaja. Faktor yg mempengaruhi
kejadian kehamilan usia dini

2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Kehamilan adalah fase di mana seorang perempuan membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya. Ini merupakan perubahan relatif baru, terutama bagi perempuan yang
mengalaminya untuk pertama kalinya. Selama kehamilan, terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi aktivitas harian perempuan tersebut, sambil menjalani peran baru
sebagai calon ibu.
Masa remaja adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang
belum sepenuhnya mencapai kedewasaan mental dan sosial, sehingga mereka
menghadapi tekanan emosional dan sosial yang kompleks. Pada masa ini, mulai
terbentuk identitas individu, mencapai emansipasi dalam keluarga, dan berusaha
mendapatkan kepercayaan dari orang tua. Masa remaja, yang terjadi pada usia 11-19/20
tahun, menandai peralihan dari pubertas ke dewasa. Selama periode ini, individu
mengalami kedewasaan fisik dan terkadang psikologis. Dalam perjalanan tumbuh
kembang menuju dewasa, setiap remaja akan melewati tahapan berikut berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual.

● Masa remaja awal : umur 11- 13 tahun

● Masa remaja pertengahan : umur 14- 16 tahun

● Masa remaja lanjut : umur 17- 20 tahun

Kondisi dan kebutuhan remaja sangat tergantung pada berbagai karakteristik,


kadang-kadang perlu disesuaikan dengan faktor-faktor individual seperti usia, aktivitas
seksual, tingkat pendidikan di sekolah, dan status ketenagakerjaan. Semua ini dapat
bervariasi tergantung pada posisi mereka dalam rentang usia tertentu.
Kehamilan remaja yang terjadi pada usia 14-19 tahun melalui proses pra-nikah

2
atau pernikahan, membawa risiko serius. Pada usia dini ini, risiko emosional tinggi
karena stabilitas emosional ibu belum sepenuhnya terbentuk dan mudah tegang. Selain
itu, adanya ketegangan dalam kandungan dapat menyebabkan komplikasi, dan sikap
penolakan emosional saat ibu mengandung dapat memengaruhi perkembangan bayi.
2.2. Kehamilan Dini dan Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual, meskipun keputusan ini tidak selalu
merupakan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun, sekitar 15 juta remaja mengalami
proses persalinan, yang memiliki potensi risiko kesehatan. Risiko ini lebih besar bagi
perempuan di bawah 17 tahun, yang cenderung mengalami persalinan terhambat,
persalinan memanjang, dan kesulitan persalinan dengan potensi komplikasi jangka
panjang. Kurangnya pengetahuan atau kepercayaan diri pada perempuan muda
seringkali menghambat akses mereka ke layanan kesehatan prenatal, yang dapat
berkontribusi pada risiko komplikasi.
Kehamilan dini sering kali dianggap sebagai kewajiban sosial bagi remaja yang
sudah menikah, tetapi risiko kesehatan terkait kehamilan tetap ada, terlepas dari status
perkawinan mereka. Kehamilan sebelum remaja mencapai kematangan penuh, juga
meningkatkan risiko pada bayi (ka ini maksudnya gmn ya? Wkwk map gamudeng)
termasuk cedera saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan tingkat kelangsungan
hidup yang lebih rendah.
Di negara-negara berkembang, hampir 60 persen kehamilan dan persalinan
remaja, baik yang sudah menikah maupun belum, tidak mendapat bantuan medis.
Persalinan tanpa perencanaan dapat menyebabkan stres emosional dan kesulitan
ekonomi. Di situasi di mana aborsi ilegal atau terbatas, remaja mencari jalan keluar
ilegal dengan risiko yang tinggi.
Penundaan persalinan pada remaja dapat memberikan manfaat bagi perempuan
dan masyarakat sekitarnya. Perempuan muda yang menunda kelahiran anak pertama
mereka memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan
yang dibutuhkan, memungkinkan mereka membangun keluarga dan bersaing sukses di
dunia kerja. Kenaikan tingkat pendidikan juga terkait erat dengan penundaan usia
perkawinan dan kehamilan pada perempuan muda, membantu mereka melewati masa
remaja dengan lebih baik.

3
2.3. Penyebab Terjadinya Kehamilan pada Usia Remaja
Penyebab terjadinya kehamilan pada usia remaja, antara lain:
a. Faktor agama dan iman
Ketidakpenanaman nilai-nilai agama berpengaruh pada perilaku
bebas remaja dan memicu terjadinya hubungan suami-istri di luar
pernikahan dengan mudah, menyebabkan kehamilan dalam kondisi
ketidaksiapan untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan tanggung
jawab.
b. Faktor lingkungan
Ketidakpedulian, terutama peran dari orang tua dalam
memberikan pendidikan seks yang benar kepada anak remaja berdampak
negatif. Orang tua yang tidak terbuka dalam berbicara mengenai isu
seksual dengan anak cenderung menciptakan jarak, sementara pergaulan
yang tidak sehat dan pengaruh negatif dari media elektronik dapat
membuat remaja menganggap seks bukan lagi sebagai hal yang tabu,
melainkan menjadi suatu hal yang biasa.
c. Faktor pengetahuan
Kurangnya pengetahuan seksual pada remaja, ditambah dengan
rasa ingin tahu yang berlebihan, dapat mendorong gairah seksual yang
sulit dikendalikan dan meningkatkan risiko dampak negatif. Dalam
situasi dimana orang tua tidak terbuka tentang isu seksual, remaja
cenderung mencari informasi dari sumber lain, seperti teman-teman,
majalah, atau internet, tanpa kemampuan untuk memilah informasi yang
baik dan yang sebaiknya dihindari.
d. Perubahan kadar hormone pada remaja
Meningkatkan libido atau dorongan seksual memerlukan saluran untuk
disalurkan melalui aktivitas seksual.

2.4. Aktivitas Seksual Anak Remaja

4
Perempuan muda saat ini mencapai kematangan seksual lebih awal dan
cenderung menikah pada usia yang lebih tua di beberapa negara. Ini mengakibatkan
sejumlah remaja yang sudah mampu hamil menjadi kelompok seksual aktif,
meningkatkan proporsi aktivitas seksual di luar perkawinan. Survei menunjukkan
bahwa 43 persen perempuan di Sub-Sahara Afrika dan 20 persen di Amerika Latin
pada usia 20 tahun telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Di negara
maju, angka tersebut lebih tinggi, seperti 68 persen di Amerika Serikat dan 72
persen di Perancis.
Studi global terbaru menemukan bahwa orang muda yang belum menikah,
terutama pria, terlibat dalam aktivitas seksual secara sporadis dan mungkin dengan
lebih dari satu pasangan. Di negara dimana aktivitas seksual di luar pernikahan
rendah dan perempuannya menikah pada usia lebih tua, aktivitas seksual awal
mungkin melibatkan pekerja seks komersial.( map ga ngerti mksd kalimatnya
wkwk)
Dampaknya melibatkan peningkatan risiko PMS dan kehamilan tidak
diinginkan, menyebabkan stigma sosial, konflik keluarga, masalah sekolah, dan
mungkin kebutuhan untuk upaya pengguguran yang tidak aman. Anak remaja yang
hamil dan menikah mungkin menghadapi risiko kesehatan yang berbeda dengan
yang tidak menikah, tetapi keduanya menghadapi komplikasi PMS dan risiko
kesehatan karena kehamilan pada usia muda.
Masa remaja, sebagai periode transisi dan pertumbuhan, memberikan peluang
eksplorasi. Namun, anak remaja seringkali kurang mendapatkan informasi untuk
melindungi kesehatan seksual mereka, mengakibatkan risiko kehamilan tidak
diinginkan, masalah kesehatan terkait kehamilan dini, pengguguran tidak aman,
PMS, dan HIV. Diperkirakan bahwa dua juta anak perempuan mengalami kerusakan
genital setiap tahunnya.
Setiap tahun, 15 juta anak remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, menyumbang
1/5 dari total kelahiran di dunia. Di negara berkembang, sekitar 40 persen
perempuan melahirkan sebelum usia 20 tahun, dengan tingkat varian dari 8 persen
di Asia Timur hingga 56 persen di Afrika. Di negara maju, hanya sekitar 10 persen

5
anak remaja yang melahirkan. Di Amerika Serikat, sekitar 19 persen anak remaja
melahirkan di bawah usia 20 tahun.
Keguguran/pengguguran terjadi pada 1 juta hingga 4,4 juta anak remaja di
negara berkembang setiap tahun, kebanyakan dilakukan dalam kondisi yang tidak
aman. Komplikasi dari kehamilan, kelahiran, dan pengguguran yang tidak aman
menjadi penyebab utama kematian pada perempuan usia 15-19 tahun. Hal ini sering
terjadi karena pengetahuan terbatas atau akses yang terbatas ke layanan kesehatan.

2.5. Keadaan Remaja di Dunia Saat Ini


Keadaan remaja di seluruh dunia telah mengalami perkembangan yang
signifikan dan dihadapkan pada tantangan yang berbeda dengan beberapa dekade yang
lalu, terutama dalam aspek sosial, ekonomi, dan kesehatan. Meskipun terjadi
peningkatan dalam bidang kesehatan dan pendidikan remaja, dengan perkawinan dan
kelahiran pada usia yang lebih tua (bukan remaja ini ka ato gmn mksdnya ka?),
beberapa perhatian khusus masih diperlukan.
Meskipun perhatian terus berkembang dalam bidang pendidikan, masih terdapat
tingkat masuk sekolah menengah yang rendah di beberapa wilayah dunia, dan jumlah
anak perempuan yang terdaftar di sekolah masih tertinggal dibandingkan anak laki-laki.
Penyebab utama kematian pada perempuan berusia 15-19 tahun melibatkan
komplikasi kehamilan, persalinan, dan keguguran. Populasi usia 15-24 tahun memiliki
tingkat tertinggi penyakit menular seksual, termasuk infeksi HIV. Statistik global
menunjukkan bahwa antara 1/3 hingga 2/3 korban perkosaan di seluruh dunia berusia 15
tahun atau kurang.
Urbanisasi dan pertumbuhan populasi yang cepat memberikan tekanan pada
tingkat kesehatan nasional, pendidikan, dan infrastruktur sosial, dengan potensi
mengurangi akses kebutuhan dasar. Perubahan ini juga secara dramatis mempengaruhi
budaya tradisional dan struktur keluarga, yang pada gilirannya dapat mengubah norma-
norma perilaku seksual.

2.6. Dampak dari Kehamilan Dini pada Usia Remaja

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

2.6.1. Pada Masa Pranikah dan Nikah

● Mengalami Perdarahan

Perdarahan saat melahirkan dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk


otot rahim yang mengalami involusi yang kurang efisien, pembekuan darah

6
yang lambat, dan adanya sobekan pada jalan lahir.

● Kemungkinan Keguguran / Abortus

Selama kehamilan, terdapat risiko keguguran yang dapat disebabkan oleh


faktor-faktor alamiah maupun abortus yang disengaja, baik melalui
penggunaan obat-obatan maupun alat-alat tertentu.

● Persalinan yang Lama dan Sulit

Persalinan yang melibatkan komplikasi baik pada ibu maupun janin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Persalinan lama sering disebabkan oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kekuatan his yang tidak memadai,
dan teknik mengejan yang tidak benar. Semua faktor ini dapat berkontribusi
pada proses persalinan yang kompleks dan memerlukan perhatian medis
lebih lanjut.
 Berisiko Kanker
Hubungan seksual pada usia di bawah 17 tahun dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker pada alat reproduksi perempuan. Pada rentang usia
12-17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang berlangsung aktif.
Saat sel sedang mengalami pembelahan yang intens (metamorfosis),
idealnya tidak boleh ada kontak atau rangsangan eksternal, termasuk injus
(penetrasi) benda asing seperti alat kelamin pria dan sperma ke dalam tubuh
perempuan. Adanya benda asing ini, termasuk sperma, dapat menyebabkan
perkembangan sel ke arah abnormal, terutama jika terjadi luka yang dapat
menyebabkan infeksi dalam rahim.
Sel abnormal dalam mulut rahim dapat mengakibatkan kanker serviks.
Kanker serviks menyerang organ reproduksi perempuan, dimulai dari mulut
rahim, dan berisiko untuk menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan.
Oleh karena itu, hubungan seksual pada usia muda, terutama jika tidak
dilakukan dengan tanggung jawab dan aman, dapat meningkatkan risiko
kesehatan reproduksi perempuan.

7
● Anemia Kehamilan / Kekurangan Zat Besi

Anemia pada usia muda saat hamil dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan mengenai pentingnya asupan gizi selama kehamilan. Pada masa
kehamilan, banyak ibu muda mengalami anemia karena kurangnya
pemahaman mengenai nutrisi yang diperlukan. Zat besi, yang diperlukan
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin, dan mendukung pembentukan plasenta, menjadi krusial selama
kehamilan.
Ketidakcukupan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan
jumlah sel darah merah, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan anemia.
Oleh karena itu, pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya gizi selama
kehamilan, terutama zat besi, dapat berkontribusi pada kondisi anemia pada
ibu muda selama masa kehamilan.

● Mudah Terjadi Infeksi

Keadaan gizi kurang/buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress


memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

● Preeklamsia

Kombinasi antara kondisi alat reproduksi yang belum siap untuk


kehamilan dan anemia dapat meningkatkan risiko terjadinya keracunan
kehamilan dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Kedua kondisi ini
memerlukan perhatian serius karena dapat berpotensi menyebabkan
komplikasi serius bahkan kematian, baik pada ibu hamil maupun janin.
Pre-eklampsia ditandai oleh peningkatan tekanan darah, kerusakan organ
dalam, dan peningkatan protein dalam urine. Jika tidak diatasi, pre-
eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, yang melibatkan kejang
dan gangguan sistem organ yang dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu,
pemantauan dan penanganan medis yang tepat sangat penting untuk
mengurangi risiko dan mengatasi kondisi ini selama kehamilan.

8
● Kematian ibu

Kematian ibu saat melahirkan seringkali disebabkan oleh perdarahan dan


infeksi. Selain itu, angka kematian ibu akibat keguguran juga cukup tinggi,
terutama ketika prosedur ini dilakukan oleh tenaga non-profesional seperti
dukun. Keberadaan dukun atau praktisi non-profesional dalam tindakan
menggugurkan kandungan tanpa pengawasan medis dapat meningkatkan
risiko komplikasi serius dan kematian bagi ibu. Oleh karena itu, penting
untuk mendorong perawatan medis yang aman dan diawasi oleh profesional
kesehatan selama kehamilan dan persalinan guna mengurangi risiko
kesehatan bagi ibu dan janin.

● Kemungkinan Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur, yaitu bayi lahir sebelum mencapai usia kehamilan 37


minggu, terjadi karena kurangnya kematangan organ reproduksi, terutama
rahim, yang belum sepenuhnya siap menghadapi proses kehamilan.

● Berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dikenal sebagai
bayi berat lahir rendah. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi selama kehamilan, usia ibu yang kurang dari 20 tahun ketika
hamil, atau dampak penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.

● Cacat Bawaan

Kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak tahap awal


pertumbuhannya dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela, serta faktor gizi dan kelainan
hormon.

9
● Kematian Bayi

Kematian bayi dalam tujuh hari pertama kehidupannya, yang dikenal sebagai
kematian perinatal, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berat
badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu, kelahiran
kongenital, dan kondisi lahir dengan asfiksia.

2.6.2. Pada Masa Pranikah

● Masalah Psikologis

Remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah menghadapi


berbagai masalah tekanan psikologis, seperti ketakutan, kecewa,
penyesalan, dan rendah diri. Dampak terberat terjadi ketika pasangan
yang terlibat tidak mau bertanggung jawab, dan perasaan bersalah
membuat mereka enggan berterus terang kepada orang tua.

Beberapa kasus melibatkan remaja hamil pra nikah yang merasa


frustrasi dan akhirnya mencoba melakukan pengguguran dengan bantuan
dukun atau mencari cara-cara yang tidak aman. Referensi dari teman
sebaya tentang minum obat-obatan tertentu untuk menggugurkan
kandungan dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka, tanpa
menyadari risiko yang dihadapi. Dampak psikologis dari pihak orang tua
melibatkan perasaan malu dan kecewa, karena mereka merasa gagal
mendidik putri mereka terutama dalam hal moral dan agama. Kehamilan
di luar nikah masih dianggap tabu di masyarakat Indonesia, sehingga
anak yang dilahirkan dari situasi ini seringkali menghadapi stigma
sebagai anak hasil perzinahan. Meskipun ada yang kemudian dinikahkan,
banyak pernikahan semacam itu berpotensi gagal karena kurangnya
persiapan mental dan kematangan jiwa.

10
● Pasangan yang Tidak Bertanggung Jawab

Dengan usia yang belum matang, terutama bagi pihak pria yang
harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatannya, membuat
mereka berpikir dua kali sebelum mengambil tanggung jawab. Jika pihak
pria tidak mau bertanggung jawab, ini memberikan beban kepada wanita
dan dapat mendorongnya untuk mencari cara menggugurkan
kandungannya.

2.7. Mencegah Kehamilan pada Usia Remaja (poin2nya uda oke ka tp boleh aga
disingkat dikit ga ya ka penejelasan tiap poinnya?)

● Melibatkan Kaum Remaja dalam Aktivitas yang Bermakna

Melibatkan remaja dalam semua tahap pengembangan, pelaksanaan, dan


evaluasi program kesehatan reproduksi telah terbukti efektif. Evaluasi terhadap
hampir 500 organisasi yang menerapkan program-program kesehatan reproduksi
untuk golongan dewasa muda di seluruh dunia menunjukkan bahwa anak-anak
muda turut berkontribusi dalam hampir 70 persen kasus implementasi program.
Melibatkan remaja tidak hanya meningkatkan rasa memiliki dan relevansi
program bagi mereka, tetapi juga dapat meningkatkan perekrutan, komunikasi,
gagasan baru untuk mencapai remaja lainnya, serta meningkatkan rasa percaya
diri dan keterampilan kepemimpinan remaja.

Pendidikan oleh teman sebaya menjadi pendekatan efektif untuk


melibatkan para remaja. Pendidik remaja yang dilatih untuk membantu teman
sebaya dalam menyediakan informasi dan layanan kesehatan reproduksi
menerima pelatihan khusus dalam pengambilan keputusan, perujukan klien, dan
memberikan komoditas atau layanan. Program-program ini memanfaatkan
hubungan baik antara remaja, dengan ketertarikan dan latar belakang serupa.
Meskipun program teman sebaya ekonomis, penting untuk memberikan
dukungan dan pelatihan yang memadai agar para pendidik/edukator dapat

11
menjalankan tugas mereka secara efektif tanpa kebosanan. Dengan dukungan
dan pelatihan yang memadai, para pendidik sebaya dapat mencapai target
pendengar mereka sambil memperoleh manfaat jangka panjang seperti
pemahaman tentang perilaku kesehatan reproduktif yang bertanggung jawab,
keterampilan kepemimpinan, pekerjaan yang bermanfaat, dan pengembangan
pribadi.

● Pelayanan Klinik yang Ramah bagi Remaja

Pelayanan kesehatan reproduksi yang ramah untuk remaja dirancang


khusus untuk mengatasi tantangan, kesulitan, dan hambatan yang berbeda dari
yang dihadapi oleh orang dewasa. Remaja umumnya kurang memiliki informasi,
pengalaman, dan kepercayaan diri mengenai masalah seksual dan kemampuan
mereka dibandingkan dengan orang dewasa. Pendekatan khusus diperlukan
untuk menarik, melayani, dan mempertahankan remaja sebagai klien kesehatan
reproduksi. Pendekatan ini melibatkan petugas pelayanan kesehatan yang
terlatih dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan remaja secara biologis,
psikologis, dan kesehatan, menghormati privasi dan kerahasiaan remaja,
menyediakan fasilitas yang mudah diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan
terjangkau, waktu kerja fleksibel (termasuk malam dan akhir pekan), serta
menciptakan lingkungan yang sesuai dan nyaman untuk berbagai kelompok
remaja, termasuk remaja pria atau yang sudah menikah. Untuk membuat
pelayanan lebih ramah dan nyaman, manajer program harus memperhitungkan
masukan remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti informasi
pamphlet dan desain ruang tunggu. Pastikan pelayanan diberikan di tempat-
tempat yang biasa dikunjungi remaja untuk belajar, bersosialisasi, dan bekerja,
dengan memastikan privasi dan kerahasiaan.
Sikap yang menghakimi, dan bahkan kekasaran dari pemberi layanan
dapat menciptakan hambatan kritis dan berkelanjutan terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi. Sikap seperti ini dapat menghambat pelayanan, meskipun
hukum dan kebijakan telah memberikan akses bagi remaja untuk memperoleh

12
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Karena sikap pemberi layanan
sering mencerminkan sikap dan norma masyarakat mereka, pelatihan yang
membantu mereka bekerja dengan rasa hormat, menjaga kerahasiaan,
mengevaluasi perasaan mereka sendiri tentang melayani remaja, dan
menghindari sikap menghakimi sangat penting.

● Memberikan Informasi dan Pelayanan untuk Para Remaja

Remaja membutuhkan informasi yang sesuai dengan usia mereka


mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko potensial dari kegiatan
seksual yang tidak terlindungi, bahaya substansial, cara mengakses layanan
kesehatan, dan peluang pendidikan, pekerjaan, dan rekreasi. Program-program
efektif menggunakan berbagai pendekatan untuk menyebarkan pesan-pesan
kesehatan reproduksi, termasuk media massa, komunikasi interpersonal, dan
mobilisasi masyarakat. Keberhasilan program-program ini tercapai ketika
informasi dan pendidikan dilakukan secara interaktif dan terhubung dengan
layanan. Sebagian remaja antusias untuk belajar tentang kesehatan reproduksi
dan terbuka terhadap saran tentang cara mengatasi masalah pribadi mereka.
Media massa hiburan, seperti radio, televisi, musik, video, film, dan buku
komik, dapat menjadi cara yang efektif dan ekonomis untuk menyampaikan
pesan-pesan yang dapat memengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku. Media
hiburan memiliki jangkauan luas dan dapat membantu mempromosikan
komunikasi antara orang tua dan remaja. Media ini terutama bermanfaat untuk
menjangkau remaja berisiko yang mungkin buta huruf, tidak bersekolah, atau
tidak bekerja.
Konseling pribadi dan rujukan ke layanan klinis dapat menjadi tindakan
terpadu untuk membantu remaja mengadopsi perilaku bertanggung jawab.
Layanan ini dapat disediakan melalui jaringan telepon hotline, acara radio
dengan menerima telepon pemirsa, atau dengan menempatkan konselor di
tempat-tempat umum atau di klinik kesehatan. Upaya mobilisasi masyarakat
juga dapat dilakukan untuk menjangkau kelompok sosial secara luas, mencakup

13
topik-topik seperti advokasi untuk pendidikan anak perempuan dan peningkatan
kesadaran akan bahaya praktik mutilasi genital perempuan. Program-program
berbasis sekolah, program pendidikan teman sebaya, dan program yang
menjangkau secara luas juga memberikan kesempatan yang baik untuk
memberikan pendidikan dan mengembangkan keterampilan.

● Kontrasepsi Bagi Remaja

Remaja memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat
mengenai kontrasepsi, termasuk cara penggunaannya yang benar, efek
sampingnya, dan cara menghubungi petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Kondisi kesehatan umumnya baik pada remaja
dan belum terpengaruh oleh masalah kesehatan dewasa seperti tekanan darah
tinggi atau penyakit kronis. Sebagai hasilnya, mereka dapat memilih dari
berbagai pilihan kontrasepsi, walaupun kondom seringkali menjadi pilihan
pertama yang jelas untuk remaja yang belum menikah. Konseling yang sesuai
sangat penting untuk membantu remaja mengatasi atau menyusun potensi efek
samping, dan konseling harus mencakup aspek pencegahan kehamilan serta
perlindungan terhadap PMS.

● Pendidikan Seks Berbasis Sekolah

Dengan semakin banyaknya anak yang telah mengenyam pendidikan


formal, pendidikan seks berbasis sekolah menjadi cara efisien untuk
memberikan pemahaman kesehatan reproduksi kepada para remaja dan keluarga
mereka. Program-program ini, yang memiliki kurikulum sesuai, waktu yang
memadai, dan instruktur terlatih, dapat membantu mencegah kehamilan dini.
Menurut Sexuality Information and Education Council (SIECUS) di Amerika
Serikat, pendidikan seks yang sesuai dengan usia harus dimulai di sekolah dasar
dan dilanjutkan hingga usia remaja, dengan melibatkan guru terlatih dan
partisipasi masyarakat. Evaluasi menunjukkan bahwa pendidikan seks berbasis
sekolah dapat menunda hubungan seksual pertama bagi remaja yang belum aktif

14
secara seksual dan mendorong remaja yang sudah aktif untuk menggunakan
kontrasepsi dan perlindungan PMS dengan benar. Survei oleh WHO dan
organisasi lain menegaskan bahwa pendidikan seks di sekolah tidak
menyebabkan peningkatan aktivitas seksual di kalangan remaja. Program-
program yang mendorong penundaan aktivitas seks dan seks terlindung terbukti
lebih efektif dalam mencegah kehamilan daripada program yang hanya
mendorong abstinensia, dan pendidikan seks paling efektif saat diberikan
sebelum remaja aktif secara seksual. Meskipun peningkatan pengetahuan remaja
mengenai seksualitas, kontrasepsi, dan PMS tidak selalu menghasilkan
perubahan perilaku, program harus mencakup komponen-komponen untuk
mengarahkan pada perilaku yang sehat, seperti pengembangan keterampilan,
negosiasi kondom, penurunan risiko, dan diskusi nilai-nilai.

● Memenuhi Kebutuhan Remaja yang Sudah Menikah

Di 45 negara yang telah disurvei oleh DHS, lebih dari 60 persen remaja
yang aktif secara seksual sudah menikah. Meskipun mayoritas remaja putri di
negara berkembang menikah pada usia 20 tahun dan seringkali ditekan oleh
keluarga dan masyarakat untuk segera memiliki anak pertama, remaja yang
sudah menikah ini umumnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang
lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang belum menikah.
Mereka yang sudah menikah menghadapi risiko kesehatan reproduksi yang lebih
besar, termasuk risiko kehamilan yang tidak diinginkan atau dengan
penjadwalan yang tidak tepat, serta risiko kematian dan morbiditas maternal
yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebaya yang belum menikah.
Selain itu, meskipun hanya memiliki satu pasangan, para remaja putri yang
sudah menikah tidak selalu memiliki risiko yang lebih rendah terkena HIV dan
infeksi saluran reproduksi; kesetiaan suami dan pemakaian kondom menjadi
faktor penentu apakah mereka terlindung atau tidak.

2.8. HIV dan PMS di Kalangan Remaja


Menurut WHO, terdapat 333 juta kasus baru PMS di seluruh dunia setiap tahun,
dan setidaknya 111 juta kasus terjadi pada individu yang berusia di bawah 25 tahun.

15
Hampir setengah dari semua infeksi HIV terjadi pada pria dan perempuan berusia di
bawah 25 tahun, dengan data menunjukkan bahwa hingga 60 persen dari semua infeksi
HIV baru terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun di banyak negara berkembang.
Infeksi pada perempuan melebihi pria dengan rasio 2 banding 1. Penelitian di Tanzania
menunjukkan bahwa perempuan muda memiliki risiko lebih dari empat kali lipat untuk
terinfeksi HIV dibandingkan dengan pria muda, meskipun pengalaman seksual dan
jumlah pasangan seksual mereka lebih rendah. Faktor-faktor risiko melibatkan
kurangnya pengetahuan, akses terbatas atau penggunaan kondom yang tidak konsisten,
meningkatnya jumlah pasangan seksual, faktor biologis, ekonomi, dan sosial seperti
terlibat dalam "seks untuk kelangsungan hidup" atau "transaksi seks." Remaja mungkin
enggan mencari pengobatan untuk PMS atau HIV karena khawatir mendapat penolakan
dari keluarga atau masyarakat, takut diperiksa, atau tidak tahu bagaimana mengenali
gejala penyakit tersebut. Selain itu, karena infeksi HIV dapat terjadi tanpa gejala,
mereka mungkin tidak menyadari telah terinfeksi.

BAB III
HASIL
1. Data Umum (table)
- Karakterisik responden berdasarkan usia
- Karakterisik responden berdasarkan jenis kelamin
- Pengetahuan remaja tentang seks bebas pada usia dini

16
17

Anda mungkin juga menyukai