PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Definisi dan prevalensi remaja. Para remaja membentuk segmen besar dan
berkembang dalam populasi global. Lebih dari setengah penduduk dunia berusia
kurang dari 25 tahun, dan empat dari lima remaja tinggal di negara-negara
berkembang. Pada fase remaja, mereka mengembangkan identitas sebagai dewasa,
mengalami perubahan fisik dan kedewasaan psikologis, serta berusaha menjadi mandiri
secara ekonomis.
Meskipun masa remaja umumnya dianggap sebagai periode yang sehat, banyak
remaja mengalami kurangnya pemahaman, kurangnya pengalaman, dan kesulitan
mengakses layanan keluarga berencana serta kesehatan reproduksi dibandingkan
dengan orang dewasa. Kelompok ini mungkin menghadapi kendala dan bahkan
resistensi dari kelompok dewasa saat mencari layanan kesehatan reproduksi yang
diperlukan. Oleh karena itu, kondisi ini dapat meningkatkan risiko infeksi PMS, HIV,
kehamilan yang tidak diinginkan, dan dampak kesehatan lainnya yang dapat
memengaruhi masa depan mereka dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, masalah
kehamilan remaja sering muncul karena kurangnya program pendidikan seks di
sekolah, bahkan ketiadaannya. Pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja sangat
besar, tanpa pengetahuan yang memadai, mereka dapat terjerumus ke dalam perilaku
tidak pantas seperti seks bebas yang dapat menyebabkan kehamilan remaja.
Prevalensi/angka kejadian kehamilan usia dini pada remaja. Faktor yg mempengaruhi
kejadian kehamilan usia dini
2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Kehamilan adalah fase di mana seorang perempuan membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya. Ini merupakan perubahan relatif baru, terutama bagi perempuan yang
mengalaminya untuk pertama kalinya. Selama kehamilan, terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi aktivitas harian perempuan tersebut, sambil menjalani peran baru
sebagai calon ibu.
Masa remaja adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang
belum sepenuhnya mencapai kedewasaan mental dan sosial, sehingga mereka
menghadapi tekanan emosional dan sosial yang kompleks. Pada masa ini, mulai
terbentuk identitas individu, mencapai emansipasi dalam keluarga, dan berusaha
mendapatkan kepercayaan dari orang tua. Masa remaja, yang terjadi pada usia 11-19/20
tahun, menandai peralihan dari pubertas ke dewasa. Selama periode ini, individu
mengalami kedewasaan fisik dan terkadang psikologis. Dalam perjalanan tumbuh
kembang menuju dewasa, setiap remaja akan melewati tahapan berikut berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual.
2
atau pernikahan, membawa risiko serius. Pada usia dini ini, risiko emosional tinggi
karena stabilitas emosional ibu belum sepenuhnya terbentuk dan mudah tegang. Selain
itu, adanya ketegangan dalam kandungan dapat menyebabkan komplikasi, dan sikap
penolakan emosional saat ibu mengandung dapat memengaruhi perkembangan bayi.
2.2. Kehamilan Dini dan Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual, meskipun keputusan ini tidak selalu
merupakan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun, sekitar 15 juta remaja mengalami
proses persalinan, yang memiliki potensi risiko kesehatan. Risiko ini lebih besar bagi
perempuan di bawah 17 tahun, yang cenderung mengalami persalinan terhambat,
persalinan memanjang, dan kesulitan persalinan dengan potensi komplikasi jangka
panjang. Kurangnya pengetahuan atau kepercayaan diri pada perempuan muda
seringkali menghambat akses mereka ke layanan kesehatan prenatal, yang dapat
berkontribusi pada risiko komplikasi.
Kehamilan dini sering kali dianggap sebagai kewajiban sosial bagi remaja yang
sudah menikah, tetapi risiko kesehatan terkait kehamilan tetap ada, terlepas dari status
perkawinan mereka. Kehamilan sebelum remaja mencapai kematangan penuh, juga
meningkatkan risiko pada bayi (ka ini maksudnya gmn ya? Wkwk map gamudeng)
termasuk cedera saat persalinan, berat badan lahir rendah, dan tingkat kelangsungan
hidup yang lebih rendah.
Di negara-negara berkembang, hampir 60 persen kehamilan dan persalinan
remaja, baik yang sudah menikah maupun belum, tidak mendapat bantuan medis.
Persalinan tanpa perencanaan dapat menyebabkan stres emosional dan kesulitan
ekonomi. Di situasi di mana aborsi ilegal atau terbatas, remaja mencari jalan keluar
ilegal dengan risiko yang tinggi.
Penundaan persalinan pada remaja dapat memberikan manfaat bagi perempuan
dan masyarakat sekitarnya. Perempuan muda yang menunda kelahiran anak pertama
mereka memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan dan keterampilan
yang dibutuhkan, memungkinkan mereka membangun keluarga dan bersaing sukses di
dunia kerja. Kenaikan tingkat pendidikan juga terkait erat dengan penundaan usia
perkawinan dan kehamilan pada perempuan muda, membantu mereka melewati masa
remaja dengan lebih baik.
3
2.3. Penyebab Terjadinya Kehamilan pada Usia Remaja
Penyebab terjadinya kehamilan pada usia remaja, antara lain:
a. Faktor agama dan iman
Ketidakpenanaman nilai-nilai agama berpengaruh pada perilaku
bebas remaja dan memicu terjadinya hubungan suami-istri di luar
pernikahan dengan mudah, menyebabkan kehamilan dalam kondisi
ketidaksiapan untuk menjalani kehidupan berumah tangga dan tanggung
jawab.
b. Faktor lingkungan
Ketidakpedulian, terutama peran dari orang tua dalam
memberikan pendidikan seks yang benar kepada anak remaja berdampak
negatif. Orang tua yang tidak terbuka dalam berbicara mengenai isu
seksual dengan anak cenderung menciptakan jarak, sementara pergaulan
yang tidak sehat dan pengaruh negatif dari media elektronik dapat
membuat remaja menganggap seks bukan lagi sebagai hal yang tabu,
melainkan menjadi suatu hal yang biasa.
c. Faktor pengetahuan
Kurangnya pengetahuan seksual pada remaja, ditambah dengan
rasa ingin tahu yang berlebihan, dapat mendorong gairah seksual yang
sulit dikendalikan dan meningkatkan risiko dampak negatif. Dalam
situasi dimana orang tua tidak terbuka tentang isu seksual, remaja
cenderung mencari informasi dari sumber lain, seperti teman-teman,
majalah, atau internet, tanpa kemampuan untuk memilah informasi yang
baik dan yang sebaiknya dihindari.
d. Perubahan kadar hormone pada remaja
Meningkatkan libido atau dorongan seksual memerlukan saluran untuk
disalurkan melalui aktivitas seksual.
4
Perempuan muda saat ini mencapai kematangan seksual lebih awal dan
cenderung menikah pada usia yang lebih tua di beberapa negara. Ini mengakibatkan
sejumlah remaja yang sudah mampu hamil menjadi kelompok seksual aktif,
meningkatkan proporsi aktivitas seksual di luar perkawinan. Survei menunjukkan
bahwa 43 persen perempuan di Sub-Sahara Afrika dan 20 persen di Amerika Latin
pada usia 20 tahun telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Di negara
maju, angka tersebut lebih tinggi, seperti 68 persen di Amerika Serikat dan 72
persen di Perancis.
Studi global terbaru menemukan bahwa orang muda yang belum menikah,
terutama pria, terlibat dalam aktivitas seksual secara sporadis dan mungkin dengan
lebih dari satu pasangan. Di negara dimana aktivitas seksual di luar pernikahan
rendah dan perempuannya menikah pada usia lebih tua, aktivitas seksual awal
mungkin melibatkan pekerja seks komersial.( map ga ngerti mksd kalimatnya
wkwk)
Dampaknya melibatkan peningkatan risiko PMS dan kehamilan tidak
diinginkan, menyebabkan stigma sosial, konflik keluarga, masalah sekolah, dan
mungkin kebutuhan untuk upaya pengguguran yang tidak aman. Anak remaja yang
hamil dan menikah mungkin menghadapi risiko kesehatan yang berbeda dengan
yang tidak menikah, tetapi keduanya menghadapi komplikasi PMS dan risiko
kesehatan karena kehamilan pada usia muda.
Masa remaja, sebagai periode transisi dan pertumbuhan, memberikan peluang
eksplorasi. Namun, anak remaja seringkali kurang mendapatkan informasi untuk
melindungi kesehatan seksual mereka, mengakibatkan risiko kehamilan tidak
diinginkan, masalah kesehatan terkait kehamilan dini, pengguguran tidak aman,
PMS, dan HIV. Diperkirakan bahwa dua juta anak perempuan mengalami kerusakan
genital setiap tahunnya.
Setiap tahun, 15 juta anak remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, menyumbang
1/5 dari total kelahiran di dunia. Di negara berkembang, sekitar 40 persen
perempuan melahirkan sebelum usia 20 tahun, dengan tingkat varian dari 8 persen
di Asia Timur hingga 56 persen di Afrika. Di negara maju, hanya sekitar 10 persen
5
anak remaja yang melahirkan. Di Amerika Serikat, sekitar 19 persen anak remaja
melahirkan di bawah usia 20 tahun.
Keguguran/pengguguran terjadi pada 1 juta hingga 4,4 juta anak remaja di
negara berkembang setiap tahun, kebanyakan dilakukan dalam kondisi yang tidak
aman. Komplikasi dari kehamilan, kelahiran, dan pengguguran yang tidak aman
menjadi penyebab utama kematian pada perempuan usia 15-19 tahun. Hal ini sering
terjadi karena pengetahuan terbatas atau akses yang terbatas ke layanan kesehatan.
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
● Mengalami Perdarahan
6
yang lambat, dan adanya sobekan pada jalan lahir.
Persalinan yang melibatkan komplikasi baik pada ibu maupun janin dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Persalinan lama sering disebabkan oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kekuatan his yang tidak memadai,
dan teknik mengejan yang tidak benar. Semua faktor ini dapat berkontribusi
pada proses persalinan yang kompleks dan memerlukan perhatian medis
lebih lanjut.
Berisiko Kanker
Hubungan seksual pada usia di bawah 17 tahun dapat merangsang
pertumbuhan sel kanker pada alat reproduksi perempuan. Pada rentang usia
12-17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang berlangsung aktif.
Saat sel sedang mengalami pembelahan yang intens (metamorfosis),
idealnya tidak boleh ada kontak atau rangsangan eksternal, termasuk injus
(penetrasi) benda asing seperti alat kelamin pria dan sperma ke dalam tubuh
perempuan. Adanya benda asing ini, termasuk sperma, dapat menyebabkan
perkembangan sel ke arah abnormal, terutama jika terjadi luka yang dapat
menyebabkan infeksi dalam rahim.
Sel abnormal dalam mulut rahim dapat mengakibatkan kanker serviks.
Kanker serviks menyerang organ reproduksi perempuan, dimulai dari mulut
rahim, dan berisiko untuk menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan.
Oleh karena itu, hubungan seksual pada usia muda, terutama jika tidak
dilakukan dengan tanggung jawab dan aman, dapat meningkatkan risiko
kesehatan reproduksi perempuan.
7
● Anemia Kehamilan / Kekurangan Zat Besi
Anemia pada usia muda saat hamil dapat disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan mengenai pentingnya asupan gizi selama kehamilan. Pada masa
kehamilan, banyak ibu muda mengalami anemia karena kurangnya
pemahaman mengenai nutrisi yang diperlukan. Zat besi, yang diperlukan
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah
janin, dan mendukung pembentukan plasenta, menjadi krusial selama
kehamilan.
Ketidakcukupan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan
jumlah sel darah merah, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan anemia.
Oleh karena itu, pengetahuan yang kurang mengenai pentingnya gizi selama
kehamilan, terutama zat besi, dapat berkontribusi pada kondisi anemia pada
ibu muda selama masa kehamilan.
● Preeklamsia
8
● Kematian ibu
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dikenal sebagai
bayi berat lahir rendah. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi selama kehamilan, usia ibu yang kurang dari 20 tahun ketika
hamil, atau dampak penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
● Cacat Bawaan
9
● Kematian Bayi
Kematian bayi dalam tujuh hari pertama kehidupannya, yang dikenal sebagai
kematian perinatal, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berat
badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu, kelahiran
kongenital, dan kondisi lahir dengan asfiksia.
● Masalah Psikologis
10
● Pasangan yang Tidak Bertanggung Jawab
Dengan usia yang belum matang, terutama bagi pihak pria yang
harus bertanggung jawab sepenuhnya atas perbuatannya, membuat
mereka berpikir dua kali sebelum mengambil tanggung jawab. Jika pihak
pria tidak mau bertanggung jawab, ini memberikan beban kepada wanita
dan dapat mendorongnya untuk mencari cara menggugurkan
kandungannya.
2.7. Mencegah Kehamilan pada Usia Remaja (poin2nya uda oke ka tp boleh aga
disingkat dikit ga ya ka penejelasan tiap poinnya?)
11
menjalankan tugas mereka secara efektif tanpa kebosanan. Dengan dukungan
dan pelatihan yang memadai, para pendidik sebaya dapat mencapai target
pendengar mereka sambil memperoleh manfaat jangka panjang seperti
pemahaman tentang perilaku kesehatan reproduktif yang bertanggung jawab,
keterampilan kepemimpinan, pekerjaan yang bermanfaat, dan pengembangan
pribadi.
12
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Karena sikap pemberi layanan
sering mencerminkan sikap dan norma masyarakat mereka, pelatihan yang
membantu mereka bekerja dengan rasa hormat, menjaga kerahasiaan,
mengevaluasi perasaan mereka sendiri tentang melayani remaja, dan
menghindari sikap menghakimi sangat penting.
13
topik-topik seperti advokasi untuk pendidikan anak perempuan dan peningkatan
kesadaran akan bahaya praktik mutilasi genital perempuan. Program-program
berbasis sekolah, program pendidikan teman sebaya, dan program yang
menjangkau secara luas juga memberikan kesempatan yang baik untuk
memberikan pendidikan dan mengembangkan keterampilan.
Remaja memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat
mengenai kontrasepsi, termasuk cara penggunaannya yang benar, efek
sampingnya, dan cara menghubungi petugas pelayanan kesehatan untuk
menjawab kekhawatiran mereka. Kondisi kesehatan umumnya baik pada remaja
dan belum terpengaruh oleh masalah kesehatan dewasa seperti tekanan darah
tinggi atau penyakit kronis. Sebagai hasilnya, mereka dapat memilih dari
berbagai pilihan kontrasepsi, walaupun kondom seringkali menjadi pilihan
pertama yang jelas untuk remaja yang belum menikah. Konseling yang sesuai
sangat penting untuk membantu remaja mengatasi atau menyusun potensi efek
samping, dan konseling harus mencakup aspek pencegahan kehamilan serta
perlindungan terhadap PMS.
14
secara seksual dan mendorong remaja yang sudah aktif untuk menggunakan
kontrasepsi dan perlindungan PMS dengan benar. Survei oleh WHO dan
organisasi lain menegaskan bahwa pendidikan seks di sekolah tidak
menyebabkan peningkatan aktivitas seksual di kalangan remaja. Program-
program yang mendorong penundaan aktivitas seks dan seks terlindung terbukti
lebih efektif dalam mencegah kehamilan daripada program yang hanya
mendorong abstinensia, dan pendidikan seks paling efektif saat diberikan
sebelum remaja aktif secara seksual. Meskipun peningkatan pengetahuan remaja
mengenai seksualitas, kontrasepsi, dan PMS tidak selalu menghasilkan
perubahan perilaku, program harus mencakup komponen-komponen untuk
mengarahkan pada perilaku yang sehat, seperti pengembangan keterampilan,
negosiasi kondom, penurunan risiko, dan diskusi nilai-nilai.
Di 45 negara yang telah disurvei oleh DHS, lebih dari 60 persen remaja
yang aktif secara seksual sudah menikah. Meskipun mayoritas remaja putri di
negara berkembang menikah pada usia 20 tahun dan seringkali ditekan oleh
keluarga dan masyarakat untuk segera memiliki anak pertama, remaja yang
sudah menikah ini umumnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi yang
lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang belum menikah.
Mereka yang sudah menikah menghadapi risiko kesehatan reproduksi yang lebih
besar, termasuk risiko kehamilan yang tidak diinginkan atau dengan
penjadwalan yang tidak tepat, serta risiko kematian dan morbiditas maternal
yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebaya yang belum menikah.
Selain itu, meskipun hanya memiliki satu pasangan, para remaja putri yang
sudah menikah tidak selalu memiliki risiko yang lebih rendah terkena HIV dan
infeksi saluran reproduksi; kesetiaan suami dan pemakaian kondom menjadi
faktor penentu apakah mereka terlindung atau tidak.
15
Hampir setengah dari semua infeksi HIV terjadi pada pria dan perempuan berusia di
bawah 25 tahun, dengan data menunjukkan bahwa hingga 60 persen dari semua infeksi
HIV baru terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun di banyak negara berkembang.
Infeksi pada perempuan melebihi pria dengan rasio 2 banding 1. Penelitian di Tanzania
menunjukkan bahwa perempuan muda memiliki risiko lebih dari empat kali lipat untuk
terinfeksi HIV dibandingkan dengan pria muda, meskipun pengalaman seksual dan
jumlah pasangan seksual mereka lebih rendah. Faktor-faktor risiko melibatkan
kurangnya pengetahuan, akses terbatas atau penggunaan kondom yang tidak konsisten,
meningkatnya jumlah pasangan seksual, faktor biologis, ekonomi, dan sosial seperti
terlibat dalam "seks untuk kelangsungan hidup" atau "transaksi seks." Remaja mungkin
enggan mencari pengobatan untuk PMS atau HIV karena khawatir mendapat penolakan
dari keluarga atau masyarakat, takut diperiksa, atau tidak tahu bagaimana mengenali
gejala penyakit tersebut. Selain itu, karena infeksi HIV dapat terjadi tanpa gejala,
mereka mungkin tidak menyadari telah terinfeksi.
BAB III
HASIL
1. Data Umum (table)
- Karakterisik responden berdasarkan usia
- Karakterisik responden berdasarkan jenis kelamin
- Pengetahuan remaja tentang seks bebas pada usia dini
16
17