Anda di halaman 1dari 9

BAHAYA SEKS BEBAS PADA REMAJA

A. Bahaya Seks Bebas

Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang
ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor
penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat
atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara
positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan
sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar.
Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas
dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll).
Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan
sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Untuk menghindari perilaku seks bebas remaja yang berisiko tinggi, peran orang
tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa orang tua
harus bisa menjadi sahabat remaja agar hubungan orang tua dengan remaja terjalin dengan
baik dan dapat menyelesaikan masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan
komunikasi yang baik dan efektif.
Kehamilan remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu
dan janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi (ketiduksesuaian ukuran) janin,
pendarahan, prematurilas, cacat bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya
penyakit menular seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut ditularkan
oleh perilaku seks yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering
berganti-ganti pasangan atau berhubungan dengan pasangan yang menderita penyakit
kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi, penyakit menular seks yang menyerang
usia remaja juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan kesuburan di masa
mendatang.
Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan banyak
menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya dampak
negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan
oleh remaja putri ketimbang remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko
karena tidak punya cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya
utama akibat seks bebas :

1. Timbul Rasa Ketagihan


Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekali seseorang
mencoba melakukan seks bebas, maka dapat dipastikan orang tersebut akan
melakukan terus menerus perbuatan seks bebas. Hal ini disebabkan karena orang
tersebut mendapatkan kenikmatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks bebas
merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah
melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa
bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu
sehingga menjadi beban mental yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada
masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang
luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan
dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
4. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi
mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim. Menggugurkan kandungan
dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.
5. Penyebaran Penyakit
Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya.
Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan
seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang
tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui
hubungan seks adalah virus HIV.

Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks bebas yang merupakan
kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “orang tuanya“
menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu
dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan (aborsi)
dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan
adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan
lainnya.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa
pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja
sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.
Bahaya kehamilan pada remaja yaitu :
a. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
c. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
d. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
e. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
f. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum.
g. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.

B. Menghindari Seks Bebas


Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu
sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam
membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan
suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih
mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-
lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu
dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan
jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana
proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah
kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang
diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau
malu.
2. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang
tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh
mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada
tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3. Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum
perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam
hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya
memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang
mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat
setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.
5. Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan
seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui
seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk
mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar
benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya. Perilaku seks bebas sangat
berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat
berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu
dilakukan pendidikan seks kepada semua anggota keluarga.

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan
sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan
hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata
menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-
kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex
intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi,
pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-
bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa
education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta
hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara langsung.
Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi pendidikan seks dengan
sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri
melalui media internet atau majalah.
Menurut Kartono Mohamad (Diskusi Panel Islam dan Pendidikan Seks Bagi
Remaja: 1991) pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan
menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual
yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar
sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga
dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa
ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan
agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi
aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang.
Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik
anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan
kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987).
.
C. Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama
Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian
kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang
melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan
yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan
untuk melanggar norma-norma pun selalu ada.
Pencegahan menurut agama antara lain :
1. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai
memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia
tujuh tahun.
2. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah
diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang tuanya
pada saat-saat tertentu.
3. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab
dalam memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang
baik dan buruk.
4. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan
hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya
pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya kepada
orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak- anaknya.

D. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga


Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga
prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada
saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan
seks, agar ia mulai dapat memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa
juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi
lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991),
pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab
Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan
dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam
kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
1. Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada
anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang
yang sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-
kata yang sopan.
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang
baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan
mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu
merupakan sesuata yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam menghadapi
gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang demikian
rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk coba-coba mempraktekkan apa yang
dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informqasi tentang indahnya seks
bebas yang bisa membawa dampak pada remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan
melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut
kerap kali dilakukan di rumah saat orang tuanya sedang pergi.
Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada beberapa
tips yang baik untuk menghindari masalah tersebut.
1. Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih,
pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti
mengomentari sesuatu hal yang anda lihat bersama atau menjawab pertanyaan
anak.
2. Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan
mengizinkan anak melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang tua
dapat mengungkapkan perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya
3. Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik
pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan
mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut atau
marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri
diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4. Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi
anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri tanpa
harus memikirkan seks.
5. Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih
diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang berkaitan dengan seks.
6. Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau
ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya
remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya.
7. Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi
pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah
dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks
dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua
bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang
kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah.
8. Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka
mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa besar.

a. Keluarga Ujung Tombak Pencegahan


Pencegahan seks bebas dapat dilakukan melalui pendekatan ketahanan keluarga.
Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh
dan hilangnya rasa malu, ikut sosialisasi sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya
menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu
diterapkan terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama,
budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian
lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti
meningkatkan sosialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di
luar nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin
melakukan atau menerima sosialisasi darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak
menggunakan seks dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting
kuku, sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.
b. Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya
menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks
bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu
perhatian ekstra tapi tetap dengan pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan
orangtua dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan
pola asuh yang tepat.
Pola asuh demokratis yang perlu diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi
antara anak dan orangtua,” kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari seks bebas, perlu
pengetahuan dan informasi yang benar yang sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah
tugas kita semua terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar
tapi tidak menghakimi,” demikian Telly.
1. Agama: membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Budaya: membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring
budaya asing
3. Cinta kasih: tumbuh kembangkan potensi kasih sayang antara anggota keluarga
4. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota keluarga
5. Reproduksi: bina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan kesehatan
reproduksi bagi keluarga
6. Sosial: sadari, rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan sosialisasi pertama
7. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga untuk menopang
kelangsungan kehidupan keluarga
8. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian lingkungan
dalam keluarga.

Kiranya, pendidikan seks bagi remaja memang sangat diperlukan, untuk


memberikan kesadaran kepada remaja akan pentingnya menjaga hak reproduksinya. Oleh
karena itu, diharapkan agar pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja baik laki-laki
maupun perempuan bisa diajarkan dengan tepat pula.

Anda mungkin juga menyukai