Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas semua
limpahan nikmat dan karunia-Nya. Dan tak lupa pula kami haturkan sholawat dan
salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang
mengenalkan kepada kami jalan kebenaran yakni Islam.
Akhirnya kami mampu merampungkan makalah Sejarah Kebudayaan
Indonesia yang membahas tentang “Kerajaan Islam Maluku dan Kerajaan
Islam Papua”. Makalah ini kami buat dalam rangka memperdalam pengetahuan
kami tentang Kerajaan Singasari, dan sekaligus memenuhi tugas Sejarah
Indonesia.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kami sendiri
dan segenap para pembaca yang budiman. Tentunya dalam makalah ini terdapat
banyak kesalahan baik format maupun isi dari makalah itu sendiri. Oleh karena
itu, kami berharap ada masukan atau kritikan yang membangun dari segenap
pembaca yang budiman.

Pinangsori, Maret 2020

Tim Penyusun
Kelompok VIII :
1. Tasyya
2. Ermadani
3. Aditya Fajar
4. Muhammad Andrika

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 2
A. Kerajaan Islam Maluku ................................................................ 2
a. Sejarah Perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ............. 2
b. Kerajaan Islam di Maluku ...................................................... 3
c. Raja-Raja di Kerajaan Maluku .............................................. 6
d. Masa Kejayaan Ternate dan Tidore ....................................... 7
e. Peninggalan Kerajaan Islam Maluku ..................................... 7
B. Kerajaan Islam Papua ................................................................... 8
a. Proses Masuknya Islam dan Pengaruh Islam Pada Kerajaan-
Kerajaan Islam di Papua ......................................................... 8
b. Teori Masuknya Islam di Papua ............................................. 14
c. Peninggalan Kerajaan Islam Papua ........................................ 17
BAB III PENUTUP ................................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai kajian sejarah islam Indonesia mendapat porsi yang
besar, tetapi terlihat sekali bahwa ia belum termasuk dalam satu kesatuan kajian
sejarah peradaban islam. Kalau empat kawasan budaya islam tersebut termasuk
dalam kajian sejarah peradaban dunia islam, maka Indonesia di bahas di bagian
tersendiri. Sejak 17 tahun sesudah rasulullah wafat, cengkeh adalah salah satu
rempah-rempah yang amat menarik hati sejak dari abad ke tujuh. Maluku adalah
tempat tumbuh sendirinya rempah-rempah yang berada di hutan dan akhirnya
ditanami oleh penduduk secara teratur. Di zaman dahulu kala mereka masih
menganut semacam agama syamman yang memuja roh nenek moyang. Sepintas
lalu kita akan menolak saja dongeng yang demikian. Tetapi jika kita berfikir
bahwasannya di dalam abad kesepuluh dan kesebelas itu sudah damai perniagaan
cengkeh ke Maluku itu oleh orang arab dan persi, tidaklah jauh kemungkinan
bahwa mereka telah datang kesana pada waktu itu.
Kedatangan pengaruh Islam ke Pulau Papua, yaitu ke daerah Fakfak,
Papua Barat tidak terpisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat
pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana awal mula masuknya islam ke maluku dan papua ?
2. Siapa raja-raja kerajaan islam maluku ?
3. Apa saja bukti peninggalan kerajaan islam maluku dan papua ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Islam Maluku

a. Sejarah Perkembangan Islam di Kepulauan Maluku


Diperkirakan sejak awal berdirinya kerajaan Ternate masyarakat Ternate
telah mengenal Islam mengingat banyaknya pedagang Arab yang telah bermukim
di Ternate kala itu. Beberapa raja awal Ternate sudah menggunakan nama
bernuansa Islam namun kepastian mereka maupun keluarga kerajaan memeluk
Islam masih diperdebatkan. Hanya dapat dipastikan bahwa keluarga kerajaan
Ternate resmi memeluk Islam pertengahan abad ke-15.
Penduduk lokal Kampung Wawane, Provinsi Maluku, merupakan
penganut animisme. Lalu seabad kemudian, hal tersebut mulai berubah seiring
dengan kedatangan pedagang Jawa ke provinsi ini. Pedagang-pedagang Jawa ini
tidak hanya berdagang, namun juga menyebarkan ajaran Islam. Mereka mencoba
mengenalkan Islam kepada masyarakat lokal di Maluku, dan kepercayaan
animisme sedikit demi sedikit mulai memudar di Kampung ini.
Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah
Hitu sebagai penduduk asli Pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan
bagian dari penyiar Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan
bukti sejarah syiar Islam di Maluku yang di tulis oleh penulis sejarah pribumi tua
maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu,
Imam Kulaba, Holeman, Rumphius dan Valentijn.
Raja ternate pertama yang diketahui memeluk agama islam adalah Raja
Kolano Marhum dan diikuti oleh seluruh kerabat dan pejabat istana. Sepeninggal
beliau, kerajaan ternate dipimpin oleh putranya Zainal Abidin (1486-1500) yang
memakai gelar sultan. Sejak kepemimpinan Sultan Zainal Abidin agama islam
diakui sebagai agama resmi kerajaan dan diberlakukannya syariat islam.
Kemudian beliau membentuk lembaga kerajaan sesuai hokum islam dengan
melibatkan para ulama. Langkah-langkahnya ini kemudian diikuti kerajaan lain di
Maluku secara total, hampir tanpa perubahan. Ia juga mendirikan madrasah yang

2
pertama di Ternate. Sultan Zainal Abidin pernah memperdalam ajaran Islam
dengan berguru pada Sunan Giri di pulau Jawa, disana beliau dikenal sebagai
"Sultan Bualawa" (Sultan Cengkih).
Terkenal dengan daerahnya yang subur dan merupakan penghasil rempah-
rempah terbesar, kepulauan Maluku banyak didatangi pedagang-pedagang,
diantaranya pedagang-pedagang islam. Kedatangan para pedagang islam di
Maluku, secara tidak langsung membuat agama islam tersebar melalui jalur
perdagangan yang selanjutnya disebarkan oleh para mubaligh atau ulama yang
salah satunya berasal dari pulau jawa.
Perkembangan Islam di Maluku selanjutnya ditandai dengan dibangunnya
Masjid Wapaue pada 1414 yang merupakan masjid tertua yang ada di Indonesia.
Mesjid tua Wapauwe ini terletak dekat dengan Benteng Amsterdam di desa
Kaitetu, Kabupaten Hila, Provinsi Maluku. Terletak di kampung Wawane, dan
menurut sejarah setempat mesjid ini dibangun saudagar-saudagar kaya yang
bernama Perdana Jamillu dan Alahulu.
Masjid ini dinamakan Masjid Wapaue karena terletak di bawah pohon
mangga. Dalam bahasa setempat, "wapa" berarti "bawah" dan "uwe" berarti
mangga. Keseluruhan bangunan masjid ini terbuat dari kayu sagu yang dilekatkan
satu sama lain tanpa menggunakan paku. Sampai saat ini Masjid Wapaue ini
masih terawat dan digunakan juga sebagai galeri museum yang berisi koleksi-
koleksi antik peninggalan kebudayaan muslim maluku kuno antara lain Bedug
yang berumur seratus tahun, Al-Quran antik yang ditulis tangan, sebuah kaligrafi
tulisan arab yang ditaruh di sebuah lempengan metal dan sebuah timbangan kayu
yang digunakan untuk menimbang zakat.

b. Kerajaan Islam di Maluku

1. Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku. Namun, karena
penduduk ternate, tidore dan bacan lebih banyak maka ketiga daerah itu lebih
menonjol. Kerajaan ini berdiri sejak 1321. Wilayahnya meliputi; sebagian
Halmahera dan pesisir utara Pulau Seram. Masuknya Islam di kerajaan ini, tidak

3
lepas dari jasa-jasa para mubaligh; Datuk Mulia Husin, Patih Putah dan Syekh
Mansur.

2. Kerajaan Bacan
Raja pertama dari Kerajaan Bacan adalah Sultan Zainul Abidin yang
memeluk agama Islam sejak 1521. Dalam kerajaan Bacan, seorang raja dalam
pemerintahannya didampingi oleh seorang Mangkubumi. Wilayah kekuasaanya
meliputi; Kepulauan Bacan, Obi, Waigeo, Solawati dan Irian Barat (Papua).
Raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Jailolo yaitu; Sultan Darajati,
Fataruba, Tarakabun, Nyiru, Yusuf, Dias, Bantari, Sagi dan Sultan Hasanuddin
(memeluk Islam).

3. Kerajaan Ternate
Pada awalnya penduduk Ternate (Pulau Gapi) merupakan warga eksodus
dari Halmahera. Awalnya, di Ternate, terdapat empat kampung yang masing-
masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Mereka itulah yang
mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru
untuk mencari rempah-rempah. Mereka jugalah yang mendirikan kerajaan
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Penduduk ternate semakin ramai sebab
banyaknya para pedagang yang bermukim disana, mulai dari pedagang arab, jawa,
melayu dan tionghoa. Dengan hal ini, menyebabkan datangnya para perampok
sehingga muncullah ide para momole untuk mengangkat seorang raja tunggal.
Raja terpilih yaitu Baab Mashur Malamo beliau menjadikan kerajaan gapi
berpusat di kampung ternate sehingga orang-orang lebih suka mengatakan
kerajaan ternate. Berkembangnya kerajaan Ternate menimbulkan iri hati terhadap
kerajaan di sekelilingnya. Timbullah sengketa antara Ternate dan Tidore., Bacan
dan Jailolo. Dengan hal ini,maka diadakan sebuah persetujuan yaitu Persetujuan
Motir. Persetujuan ini menyatakan bahwa Raja Jailolo akan menjadi raja utama,
sebab ialah raja tertua, diikuti raja Ternate, Tidore dan Bacan. Hal ini tidak
berlangsung lama, sebab Ternate berhasil menempatkan diri sebagai raja utama.
Pada akhir abad ke-16, Ternate berhasil meluaskan wilayah kekuasaannya.

4
Islam masuk di kerajaan Ternate pada waktu masa Raja Zainal Abidin
yang sempat belajar di Giri. Kemudian, setelah ia kembali di Maluku, ia bertemu
dengan Patih Puta yang sudah menganut agama Islam. Kemudian, mereka bekerja
sama dengan Mubaligh Datuk Mulia Husin untuk mengembangkan Islam sampai
ke Kerajaan Jailolo. Tak lama kemudian, Portugis datang ke Maluku. Hal ini
membangkitkan pertentangan di Ternate, baik dari segi perdagangan maupun
persaingan agama. Portugis membawa agama Kristen yang ditanamkan oleh
Franciscus Xaverius kepada rakyat Maluku. Dengan hal ini, mengakibatkan
orang-orang Tidore bisa bersatu dengan Ternate untuk melawan Portugis sehingga
jatuhlah Benteng Portugis pada tahun 1575.

4. Kerajaan Tidore
Tidore dikenal dengan nama Kie Duko, yang diartikan sebagai pulau
bergunung api. Kerajaan tidore berpusat pada wilayah kota tidore (mauku utara).
Pendiri pertama kerajaan tidore yaitu jou kolano sahjati. Menurut catatan Portugis,
Tidore berdiri sejak Jou Kolano Sahjati naik tahta. Namun tidak diketahui pusat
kerajaannya ada dimana. Sejak awal berdirinya Tidore sampai raja ke-4, pusat
Kerajaan Tidore belum bisa dipastikan keberadaannya. Barulah pada masa raja
Kolano Balibunga pusat kerajaan diketahui yaitu di Balibunga. Di kerajaan Tidore
sempat beberapa kali terjadi perpindahan ibu kota atau pusat kerajaan, banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya mulai dari pergantiannya seorang raja,
wilayahnya yang luas bahkan menjauhi dari serangan para musuh serta untuk
tujuan dakwah.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur di Tidore menerima Spanyol sebagai
sekutu untuk mengimbangi Ternate yang bersekutu dengan Portugis. Kedatangan
Spanyol diprotes oleh Portugis karena dianggap telah melanggar Perjanjian
Tordesillas pada 1494. Pertikaian Portugis dan Spanyo memperlemah kedudukan
Tidore dan Ternate, misalnya perebutan Benteng Spanyol di Tidore. Akhirnya,
pertikaian ini di akhiri dengan adanya pembaharuan Perjanjian Tordesillas yang
mempertegas bahwa kepulauan Maluku menjadi kekuasaan Portugis.
Setelah Spanyol mundur dari Maluku, Tidore menjadi kerajaan yang
paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab, Tidore berhasil menolak penguasaan

5
VOC terhadap wilayahnya dan Tidore menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18.
Selain kedatangan Spanyol, Belanda juga datang untuk menguasai Maluku.
Inggris pun ikut campur dalam masalah ini dengan membantu mengusir Belanda.
Hal ini,terjadi pada masa raja Sultan Nuku. Sultan Nuku memberi kebebasan
kepada Inggris untuk menguasai Ambon dan Banda serta mengadakan perjanjian
damai dengannya.

c. Raja-Raja di Kerajaan Maluku


Adapun raja-raja di kerajaan Ternate sebagai berikut:
1. Baab Mashur Malamo
2. Jamin Qadrat
3. Komala Abu Said
4. Bakuku (Kalabata)
5. Ngara Malamo (Komala)
6. Patsaranga Malamo
7. Cili Aiya (Siding Arif Malamo)
8. Panji Malamo
9. Syah Alam
10. Tulu Malamo, Dll.

Adapun raja-raja di Kerajaan Tidore sebagai berikut:


1. Sultan Nuruddin
2. Sultan Hasan Syah
3. Sultan Cirililiat Alias Jamluddin
4. Sultan Mansyur
5. Sultan Aminuddin Iskandar Zulkarnain
6. Sultan Rijali Mansur
7. Sultan Iskandar Isani Alias Amiril Mathlan Syah
8. Sultan Gapi Babuna Alias Bifadlil Siradjuddin Arifin
9. Sultan Fola Madjino Alias Zainuddin
10. Sultan Ngora Malamo Alias Alaudin, Dll.

6
d. Masa Kejayaan Ternate dan Tidore
1. Masa Kejayaan Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berada pada masa kejayaan saat dipimpin oleh Sultan
Baabullah yang dapat meluaskan wilayah kekuasaanTernate yaitu
meliputi; batas-batas di utara sampai Mindanao, di Selatan sampai Bima,
di Timur sampai Irian Barat (Irian Jaya) dan di sebelah Barat sampai
Makassar.
2. Masa kejayaan kerajaan Tidore
Pada masa Sultan Nuku, Kerajaan Tidore berkembang dengan pesat.
Mulai dari wilayah kekuasaannya yang mencapai Kepulauan Pasifik.
Menurut catatan sejarah Tidore, Sultan Nuku yang member nama pulau-
pulau wilayah kekuasannya, adapun nama-nama pulau yang hingga saat
ini masih memakai nama Nuku yaitu; Nuku Hifa, Nuku Oro, Nuku
Maboro, Nuku Nau, Nuku Lae-Lae, Nuku Fetau dan Nuku Nono.

e. Peninggalan Kerajaan Islam Maluku


1. Istana Sultan Ternate

2. Masjid di Ternate

3. Makam Sultan Baabullah

7
4. Benteng Tore sisa peninggalan Portugis dan Belanda.

5. Keraton Tidore Keraton ini dibangun oleh Sultan Muhammad Taher pada
Tahun 1812 masa pemerintahan Sultan Syahjuan T.

B. Kerajaan Islam Papua

a. Proses Masuknya Islam dan Pengaruh Islam Pada Kerajaan-Kerajaan


Islam Di Papua

1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan


Salawati dan Kerajaan Sailolof.

Sejak abad ke-16, selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk


wilayah kekuasaan Sultan Bacan dan Sultan Ternate, kawasan lain di Papua yaitu
daerah pesisir Papua dari pulau Biak (serta daerah sebaran orang Biak) sampai
Mimika merupakan bagian dari wilayah mandala Kesultanan Tidore, sebuah
kerajaan besar yang berdekatan dengan wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-

8
Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga propinsi-propinsi Tidore seperti Biak,
Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan).
Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan
tradisional, masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya
di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di
Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di
Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misool, dengan pusat kekuasaan di
Lilinta, pulau Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan
kerajaan Bacan).

2. Proses Masuknya Islam di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan


Salawati dan Kerajaan Sailolof
Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak dikembangkan oleh pedagang-
pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh seorang pedagang dari
Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di Ambon. Proses
pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman penduduk
setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh, namun
akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat
berduyun-duyun masuk agama Islam.
Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa pemerintahan Sultan
Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam ke seluruh
penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa dan
Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam
adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-suku di Papua serta pulaupulau
di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan
Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke semenanjung Onin Fakfak,
di barat laut Papua tahun 1606. Melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim,
para pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu lalu memeluk agama Islam.
Meskipun pesisir menganut agama Islam, sebagian besar penduduk asli di
pedalaman masih tetap menganut animisme.

9
Secara geografis tanah Papua memiliki kedekatan relasi etnik dan
kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak memiliki kedekatan dengan
Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan Raja Ampat memiliki
kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam membahas sejarah
masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini perlu ditelusuri
mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak maupun Raja
Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang perebutan
pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di Maluku
Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua
memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar
dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim
Fakfak.
Di Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat beberapa Distrik Kerajaan-
Kerajaan Islam yaitu :
1) Kerajaan Namatota
Dari silsilah Raja Namatota diketahui bahwa Raja Namatota pertama yakni
Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang diketahui merupakan
generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan Namatota
diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya datang
ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan kawin
dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini
merupakan cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual
(Kokas) bernama M. Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih
pernah menentang pemerintah Belanda dengan tidak mau menyetor uang
tambang minyak kepada mereka. Akibatnya dia dipenjara di Hollandia
(Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.
2) Kerajaan Komisi
Seorang Putera Mahkota Raja Komisi bernama Hakim Achmad Aituararauw
.menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama didirikan di Pulau Adi pada
tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil dari bahasa Adi Jaya
yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran. Namun jauh
sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau Adi,

10
Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang
mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan
kawasan itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi
dalam hal ini di daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade
Aria Way berganti nama menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa
pada tahun 1760 Ndovin yang merupakan generasi kelima dari Samai
mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta di sana dengan gelar Rat Umis As
Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama Raja Komisi
3) Kerajaan Fatagar
Keterangan yang diperoleh dari Raja Fatagar, Arpobi Uswanas 1997,
menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal, diperkirakan hidup pada tahun
1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir Seram, yang hijrah dari
Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih di Rumbati, disana
Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya puing-puing bekas
reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah Rumbati sebelum
tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati ke 16, H.
Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui
perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan
Kerajaan Rumbati.
4) Kerajaan Ati-Ati
Di Kabupaten Fakfak pada masa awal masuknya agama Islam ada empat raja
yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati, Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang
masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana). Masing-masing raja tersebut
mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang digunakan sebagai sarana untuk
menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang didirikan oleh raja Ati-ati
pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu sehingga tidak bisa lagi
ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya mesjid yang ditunjukkan
oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang dibangun pada
tahun 1931 oleh Raja ke-9.
5) Kerajaan Rumbati
Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah
memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan

11
dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti
raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi
6) Kerajaan Pattipi
Masuknya Islam di Papua, khususnya di Teluk Patipi, memiliki keterkaitan
dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya Islam di tanah Papua
terdiri dari tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh, Arab, Jawa, Banda,
Bacan, serta versi Tidore dan Ternate. Masing masing dengan argumentasinya
yang berbeda-beda. Menurut orang asli Papua Fakfak, yang masih kuat
dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa dan disebarkan oleh
Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan tetapi, Islam sudah berada
di Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh Tuhan.
7) Kerajaan Sekar
Informasi atau tentang situs-situs khusus Kerajaan Sekar sulit diperoleh,
namun dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar merupakan salah satu kerajaan
dari 9 kerajaan Islam yang berada di Kepulauan Raja Empat.
8) KerajaanWertuar
Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba, bahwa Raja pertama Wertuar adalah
Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal Raja Vijao ini dari cahaya,
sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja ketiga bernama Winey
yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan Raja-raja Wertuar,
yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate pada tahun
1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja
Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah
hubungan saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka
hidup dalam satu zaman. • Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja
tersebut, kedua sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik
oleh Sultan Tidore yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886
di Karek, Sekar Lama. Turut hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja
Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja Misool Abdul Majid.
9) Kerajaan Arguni.
Di Semenanjung Onin terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu kerajaan
Rumbati, kerajaan Fatagar, dan kerajaan Atiati.

12
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan lain yaitu
kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan kerajaan
Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan
tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
10) Kerajaan Patipi,
11) Kerajaan Sekar,
12) Kerajaan Wertuar dan
13) Kerajaan Arguni.

Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap dari


kerajaan ini sulit ditemukan.

3. Pengaruh Islam pada Masa Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool,


Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Pengaruh Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di
daerah Papua sangat unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan
”agama resmi” bagi kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung
Onin dan di daerah Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan
keluarganya telah memeluk agama Islam, serta adanya institusi resmi yang
berkaitan pengaturan kehidupan masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat besar
dalam membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Akan tetapi di sisi lain tampak
pengamalan ajaran Islam sebagian penduduk Papua masih kurang mendalam
sehingga terjadi keadaan yang kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan
jalan hidup masyarakat Papua, maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya
memperoleh warna baru. Keadaan ini terjadi karena penerimaan mereka kepada
Islam sebagai agama, tidak terlalu banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah
kemasyarakatan dan kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa
oleh Islam pada mulanya datangnya, hanyalah urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat)
dan tidak mengubah lembaga-lembaga dalam kehidupan masyarakat yang ada.
Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural mereka, karena sasaran utama dari pada
penyebaran awal Islam hanya tertuju kepada soal iman dan kebenaran tauhid.

13
b. Teori Masuknya Islam Di Papua

1. Teori Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di
sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah Fakfak,
Kaimana, Manokwari dan Raja Ampat (Sorong). Teori ini memandang Islam
bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh Kerajaan
Ternate dan Tidore atau pedagang Muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa,
maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua
diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan bahwa agama Islam telah
terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka
meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya Nabi Adam dan Hawa berada di
daratan Papua.

2. Teori Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah
kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada
tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul
Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal
awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh
putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII
(H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun
(1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan
di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

3. Teori Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di
tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh
seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari
negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai
bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun
sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil
Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang
dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa :

14
a) Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad
XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua
(Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
b) Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

4. Teori Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946,
menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen
yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal
Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid,
diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah
keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan
yang pertama masuk Islam.

5. Teori Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di
Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang
diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab
bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga
mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua
orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses
pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman
penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan
dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian
penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

6. Teori Bacan
Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam
kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau
moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat
walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri
menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa
dan Papua.

15
Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal
abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua
serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan
salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke
semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui
pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau –
pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap
menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam.
Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti
peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja –
raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama
menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad
XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di
kepulauan raja ampat itu.

7. Teori Maluku Utara (Ternate-Tidore)


Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa
pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I )
memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah
pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar
putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita
Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki
Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut
adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan
kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram,
Goram, dan lain – lain.
Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat
pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di
Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan
tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia.
Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tomé Pires yang pernah
mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang
tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di

16
Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara
tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang
pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M).
mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun
yang lalu.
Proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan
atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan
berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan,
perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan
tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui
jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah,
Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu
penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para
pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-
tempat baru itu.

c. Peninggalan Kerajaan Islam Papua


Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau
Papua ini, sebagai berikut:
1. Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal
dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno
di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.

2. Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari
mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
3. Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada
di beberapa masjid kuno.
4. Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf
Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda,

17
yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al
Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai
menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya
bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan
doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1214 dibawa oleh
Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai
ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes,
ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas
daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu.
Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar
yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.

5. Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas,


Fakfak yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil
Semempe.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan raja Islam di Maluku semakin tinggi dan penting berkat


perdagangan rempah-rempah yang menyebabkan rasa semangat untuk
memperluas wilayah kekuasaannya dalam menguasai jalur perdagangan.
Kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku ada 4 yaitu: Kerajaan Jailolo, Kerajaan
Bacan, Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore. Setelah Spanyol mundur dari Maluku,
Tidore menjadi kerajaan yang paling terkemuka di wilayah Maluku. Sebab,
Tidore berhasil menolak penguasaan VOC terhadap wilayahnya dan Tidore
menjadi merdeka hingga akhir abad ke-18. Selain kedatangan Spanyol, Belanda
juga datang untuk menguasai Maluku. Inggris pun ikut campur dalam masalah ini
dengan membantu mengusir Belanda.
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan sosial
budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek kultural mereka,
karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran
tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah
lamban selain dikarenakan pada saat itu tidak ada generasi penerus untuk terus
mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tidak memiliki wadah yang
bisa menampungnya. Selain itu para raja di Maluku, Fak-fak dan Kaimana masih
membatasi peredaran agama Islam karena jangkauan saat itu masih susah dicapai

B. Saran

Dari Keberadaanya Kerajaan Islam Maluku dan Kerajaan Islam Papua di


nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya, rasa syukur
tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta
di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara
budaya nenek moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin
kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh

19
karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan
budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

rallaznet./2017/11/makalah-perkembangan-islam-di-maluku
Abimanyu, Soedjipto. (2014). Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja
Nusantara. Cet. 1. Jogjakarta: Laksana.
Daliman. A. 2012. Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di
Indonesia. Yogyakarta: Ombak.
Hamka. (1981). Sejarah Umat Islam Jilid IV. Cet. 3. Jakarta: Bulan Bintang
Yatim, Badri. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Cet. 22. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Coretantakberujung./2015/03/peninggalan-kerajaan-ternate-dan-tidore

21

Anda mungkin juga menyukai