Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lahkami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan
Islam di Riau dan Kerajaan Islam di Jambi”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Pinangsori, Februari 2020


Penyusun

KELOMPOK 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Kerajaan Islam di Riau ........................................................................ 2
a. Islam Masuk ke Riau ..................................................................... 2
b. Raja-raja Kerajaan di Riau ............................................................ 3
c. Peninggalan Sejarah Islam di Riau ............................................... 7
B. Kerajaan Islam Jambi .......................................................................... 8
a. Sejarah Masuknya Islam di Jambi ................................................ 8
b. Senarai (silsilah) Sultan Jambi ...................................................... 10
c. Kependudukan .............................................................................. 11
d. Pemerintahan ................................................................................. 11
e. Peninggalan Kerajaan Islam Jambi ............................................... 11
BAB II PENUTUP ........................................................................................ 13
A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mulai dari abad ke-6 ajaran Islam masuk ke Indonesia oleh para pedagang
dan saudagar dari negeri Islam. Masuknya Islam ke Indonesia dikarenakan posisi
Indonesia sangat strategis, terletak diantara dua samudera dan dua benua.
Posisinya yang strategis ini menyebabkan para pedagang, saudagar,
penjelajah, sampai para penjajah pun mampir ke Indonesia. Pulau Jawa yang
sudah dari dulu menjadi pusat pemerintahan, juga memiliki kerajaan Islam.
Kerajaan Islam di Sumatera ini muncul dan berkembang cukup pesat, seperti
contoh kerajaan islam di Riau dan kerajaan islam di Jambi. Maka itu pentingnya
mengetahui kerajaan Islam di Sumatera, mulai dari kerajaan Islam pertama,
kerajaan Islam terbesar, dan juga kerajaan Islam yang terakhir
bertahan eksistensinya.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya


adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Islam masuk ke Riau ?
2. Siapa Raja-raja Kerajaan di Riau ?
3. Apa saja peninggalan sejarah Islam di Riau ?
4. Bagaimana sejarah masuknya islam di jambi
5. Siapa saja senarai (silsilah) sultan jambi ?
6. Bagaimana kependudukan kerajaan Jambi ?
7. Bagaimana sistem pemerintahan kerajaan Jambi ?
8. Apa saja peninggalan kerajaan islam jambi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan Islam di Riau

a. Islam Masuk ke Riau

Sebelum masuknya agama Islam ke daerah Riau, tidak ada seorangpun


dari penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Agama penduduk asli adalah
anismisme yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur, kemudian menyusul
pada sebagian penduduk mereka yang beragama Budha dan sekali berkembang
menjadi Hindu-Budha. Agar lebih jelas pembahasan masuk Islam ke Riau dibatasi
kepada beberapa daerah, yaitu: Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri,
danTaqpung. Menurut Sejarah Riau, Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tama
di Riau Daratan yang berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini
dimungkinkan karena sejak zaman bahari daerah ini telah berhubungan dengan
pedagang-pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia. Hubungan
tersebut didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah sungai
Kampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia dalam
periode 50-140 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau daerah Kuntu-
Kampar yang mula-mula dimasuki agama Islam.
Berdasarkan perjalanan para penyiar agama Islam yang datang sebagai
pedagangitu, maka besar kemungkinan pada abad pertama hirjiah atau abad ke-7
M agama Islam itu mungkin telah sampai di Riau, sebagaimana juga disimpulkan
oleh seminar masuknya islam ke nusantara di Aceh tahun 1980 M. Meskipun
Islam telah masuk pada abad ke 7 atau 8 Masehi di Riau, namun penganut agama
ini masih terbatas di lingkungan para pedagang dan penduduk kota di pesisir
pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh agama Budha yang
merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktu itu.
Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam tahun738/ 1349
M. saat mereka datang ke daerah ini, Rokan sudah memiliki kehidupan
bermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Said.
Masuknya pelarian-pelarian Muslim dari Kuntu berhasil membawa pengikut-

2
pengikut Raja Said memeluk Islam, danbahkan Raja Said sendiri akhirnya
menjadi penganut islam yang baik. Di samping itu, terdapat pula pendapat-
pendapat lainnya, ada yang menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto
(Bangkinang,Kuok, Salo, Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai
Kampar Kanan.
Adapula yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokan datang dari
Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) pada abad ke 14. Kerajaan Pasai inilah yang
kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kuntodar
al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Daral-
Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam
diserangmajapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh
Burhanuddin bukanhanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya
sebagai mubalig,tetapi juga bertindak sebagai guru.
Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar ke Kuantan
dan Indra Giri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam kedaerah ini
adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yangdilakukan
Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara SungaiIndragiri, seperti
Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islam ke Indragiri
melalui pantai barat Sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernama Sayed Ali al-
Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari Hadramaut singgah di Samudra
Pasai, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis.Di daerah ini
ia tinggal berapa lama dalam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian
menuju timur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.

b. Raja-raja Kerajaan di Riau

1. Kerajaan Siak
Kerajaan Siak merupakan kerajaan melayu Islam yang terletak di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak
islam pada abad ke 15. Menurut Berita Tome Pires, Kerajaan Siak menghasilkan
padi, madu, timah, dan emas. Pada awalnya, kerajaan Siak merupakan kerajaan
bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah.

3
Kerajaan Siak menghasilan padi, madu, lilin, rotan, bahan-bahan apotek, dan
banyak emas.
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak Sri Indrapura antara lain
sebagai berikut:
1) Raja Abdullah (Sultan Khoja Ahmad Syah). Saat itu Kerajaan Siak masih
berada di bawah kekuasaan Malaka.Raja Abdullah adalah raja yang
ditunjuk oleh Sultan Johor untuk memimpin dan memerintah Kerajaan
Siak.
2) Raja Hasan Putra Ali Jalla Abdul Jalil. Pada masa pemerintahannya,
Belanda berhasil menguasai Malaka.Dengan demikian, Kerajaan Siak
terikat politik ekonomi perdagangan VOC. Semua timah yang dihasilkan
Siak harus dijual ke VOC.
3) Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748). Beliau akran juga disebut
Raja Kecik.Raja Kecik adalah anak dari Sultan Kerajaan Johor bergelar
Sultan Mahmud Syah II dengan Encik Pong. Beliaulah yang mendirikan
Kerajaan Siak yang berdaulat, bukan di bawah kekuasaan Malaka lagi. Ia
meluaskan daerah kekuasaannya sambil terus memerangi VOC.
4) Sultan Said Ali (1784-1811). Pada masa pemerintahannya, Ia berhasil
mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang memisahkan diri. Pada
tahun 1811, ia mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya, Tengku
Ibrahim.
5) Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864). Pada masa
pemerintahannya, Siak mengalami kemunduran dan semakin banyak
dipengaruhi politik penjajahan Hindia- Belanda.
6) Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908).
Pada masa pemerintahannya, dibangunlah istana yang megah terletak di
kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang
dibangun pada tahun 1889. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim
ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Setelah wafat,
beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di
Batavia, yaitu Sultan Syarif Kasim II.

4
7) Syarif Kasim Tsani atau Sultan Syarif Kasim II (1915-1945). Bersamaan
dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun
mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan menyatakan
bergabung dengan Republik Indonesia.

2. Kerajaan Indragiri
Beberapa raja yang pernah memerintah Indragiri adalah sebagai berikut.
1) 1298-1337: Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I.
2) 1337-1400: Raja Iskandar alias Nara Singa I.
3) 1400-1473: Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya.
4) 1473-1532: Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan
NaraSinga II bergelar Zirullah Fil Alam.
5) 1532-1557: Sultan Usulluddin Hasansyah.
6) 1557-1599: Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah.
7) 1559-1658: Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah.
8) 1658-1669: Sultan Jamalluddin Suleimansyah.
9) 1669-1676: Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah.
10) 1676-1687: Sultan Usulluddin Ahmadsyah.
11) 1687-1700: Sultan Abdul Jalilsyah.
12) 1700-1704: Sultan Mansyursyah.
13) 1704-1707: Sultan Modamadsyah.
14) 1707-1715: Sultan Musafarsyah.
15) 1715-1735: Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin
16) 1735-1765: Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah.
17) 1765-1784: Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan.
18) 1784-1815: Sultan Ibrahim.
19) 1815-1827: Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu.
20) 1827-1838: Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal.
21) 1838-1876: Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah.
22) 1876: Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah.
23) 1877-1883: Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan
Husinsyah.
24) 1887-1902: Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah.

5
25) 1902-1912: Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri.
26) 1912-1963: Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah.

3. Kerajaan Kampar

Berikut ini urutan penguasa di Pelalawan, sejak era Islam:


Kerajaan Pekantua Kampar (1505-1675)
1) Munawar Syah (1505-1511)
2) Raja Abdullah (1511-1515)
3) Sultan Mahmud Syah I (1526-1528 )
4) Raja Ali/Sultan Alauddin Riayat Syah II (1528-1530)
5) Tun Perkasa/ Raja Muda Tun Perkasa (1530-1551)
6) Tun Hitam (1551-1575)
7) Tun Megat (1575-1590)
8) Raja Abdurrahman/Maharaja Dinda (1590-1630)
9) Maharaja Lela I/Maharaja Lela Utama (1630-1650)
10) Maharaja Lela Bangsawan (1650-1675 ).

Kerajaan Tanjung Negeri (1675-1725)


1) Maharaja Lela Utama (1675-1686)
2) Maharaja Wangsa Jaya (1686-1691)
3) Maharaja Muda Lela (1691-1720)
4) Maharaja Dinda II (1720-1725).

Kerajaan Pelalawan (1725-1946)


1) Maharaja Dinda II/Maharaja Dinda Perkasa/Maharaja Lela Dipati (1725-
1750)
2) Maharaja Lela Bungsu (1750-1775)
3) Maharaja Lela II (1775-1798)
4) Sayid Abdurrahman/Syarif Abdurrahman Fakhruddin (1798-1822)
5) Syarif Hasyim (1822-1828)
6) Syarif Ismail (1828-1844)
7) Syarif Hamid (1844-1866)
8) Syarif Jafar (1866-1872)

6
9) Syarif Abubakar (1872-1886)
10) Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 )
11) Syarif Hasyim II (1892-1930)
12) Tengku Sayid Osman/Pemangku Sultan (1930-1940)
13) Syarif Harun/Tengku Sayid Harun (1940-1946).

Pada masa Pemerintahan Sultan Syarif Harun (1940-1946), adalah masa


pemerintahan yang paling sulit di Kerajaan Pelalawan. Demi menjaga
kemakmuran rakyat Pelalawan, pada tahun 1946 Sultan Syarif Harun mendarma
baktikan Pelalawan kepada Pemerintah Indonesia.

c. Peninggalan Sejarah Islam di Riau

Salah satu bukti nyata dari perkembangan dan penyebaran agama Islam di
Riau dapat kita lihat dari Situs-situs peninggalan sejarah islam di Riau Seperti :
1. Kerajaan Siak

Masjid Raya Pekanbaru merupakan mesjid tertua di Pekanbaru yang


dibangun pada abad ke 18 tepatnya 1762. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan,
Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau ini memiliki
arsitektur tradisional.

2. Kerajaan Indragiri

7
Rengat adalah salah satu rumah peninggalan Kerajaan Indragiri. Rmah
tersebut adalah “Rumah Tinggi” yang berada di kelurahan Kampung Besar Kota,
Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu.

3. Kerajaan Kampar

Banyak bukti peninggalan sejarah yang menggambarkan kebesaran


Kerajaan Kampar. Salah satunya adalah Masjid Kubro yang terdapat di Desa Koto
Perambahan, Kecamatan Kampar Timur ini.
Mesjid ini dibangun pada masa Sultan Mahmud raja dari Malaka. Dimana
sekitar abad ke 15, Kerajaan malaka diserang oleh Portugis.

4. Kerajaan Tanjung Negeri


Peninggalan Tanjung Negeri sampai saat ini belum bisa teridentifikasi,
karena kerajaan ini bukanlah kereajaan yang cukup besar.

B. Kerajaan Islam Jambi

Kesultanan Jambi adalah Kerajaan Islam yang berkedudukan di Provinsi


Jambi sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan Indragiri dan Kerajaan
- Kerajaan Minangkabau seperti Siguntur dan Lima Kota dii utara. Di selatan
kerajaan ini berbatasan dengan Kesultanan Palembang (kemudian Keresidenan
Palembang). Kesultanan Jambi juga mengendalikan Lembah Kerinci, meskipun
pada masa akhir kekuasaannya, kekuasaan nominal tidak lagi diperdulikan.
Ibukota Kesultanan Jambi terletak di Kota Jambi, yang terletak di pinggir sungai
Batanghari.
Temuan Prasasti persumpahan kedatuan Sriwijaya di desa Karangberahi
kecamatan Pemenang kabupaten merangin yang diindikasikan sama tarihnya

8
dengan tiga batu persumpahan Sriwijaya yaitu Prasasti kota kapur di Bangka,
Prasasti Palas Pasemah di Lampung Selatan maupun Prasasti kedukan bukit di
Palembang Sumatera selatan bertahun saka 608 atau 686 Masehi. Pada Prasasti itu
tertera pahatan huruf Palawa dalam bahasa Melayu kuno. Tanpa adanya perkaitan
hubungan asal huruf Palawa atau adanya kesepahaman penggunaan huruf yang
berasal dari India itu tak kan mungkin masyarakatnya dapat membaca. Jelasnya
apakah Sriwijaya atau Melayu kala itu sudah ada hubungan dengan belahan anak
benua India tersebut.

a. Sejarah Masuknya Islam di Jambi


Ungkap Hasan Mu`arif Ambary17 ada tahapan proses Islamisasi di
Indonesia yaitu fase kehadiran para pedagang Muslim yang juga da`i di abad ke 1-
4 Hijriah atau abad ke 7-11 M yang ditandai oleh kegiatan hubungan perdagangan
dan bisa terjadi juga adanya hubungan perkawinan dengan penduduk setempat.
Proses ini terjadi terutama di daerah pesisr Selat Malaka, bagian Pesisir Barat
pulau Sumatera, sesuai fungsi selat Malaka sebagai tempat lalu lintas pelayaran
dan perdagangan Ramainya kontak itu bisa juga terjadi dengan perkaitan
kompetisi pelayaran dan perdagangan dari tiga kerajaan besar yaitu Bani Umayah
di Asia bagian Barat, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Dinasti T`ang di Asia
Bagian Timur sehingga terbentang hubungan jalur pelayaran dan perdagangan
antara negeri-negeri Arab, Persia, India (Gujarat), Nusantara dan Cina. Untuk
sampai ke fase kedua terbentuknya kerajaan Islam(abad ke 13-16 M) terjadi
proses yang lama baik secara Simbiois maupun Akulturasi, Faktor Geografis yang
terletak paling jauh dari tempat kelahiran agama Islam maka dapat di mengerti
kalau Nusantara termasuk kawasan yang paling akhir mendapat pengaruh
kebudayaan Islam. Penyeberanyapun berlangsung damai di kalangan penduduk
yang sebelumnya telah memeluk agama Hindu atau Budha. Banyak pedagang dari
Gujarat yang karena tingkah laku ketauladanan dan ketaatan mereka beragama
diangkat menjadi pemimpin seperti di Aceh dan Gersik Pada fase ketiga, agama
Islam yang berpusat di Pasai tersebar luas menyusuri Pesisir Sumatera,
Semenanjung Malaka, Jawa, Kalimantan, Lombok, Sulawesi dan Maluku.
Para penyebar Islam banyak menduduki berbagai Jabatan di kerajaan dan
di antaranya ada yang kawin dengan penduduk setempat. Banyak mesjid yang di

9
bangun para penyebar agama Islam. Beberapa elemen kebudayaan lokal
bernuansa Islami semakin menyebar. ada Raja dan keluarganya yang di Islamkan,
banyak rakyat yang tertarik karena sosialisasi yang menyentuh hati tanpa
pembongkaran akar budaya setempat. Fase ini berlangsung pada akhir abad ke
16,17 dan abad ke-18 M, dan awal abad ke 19 M. Ketiga fase ini menurut penulis
terjadi dan di alami oleh Jambi.

b. Senarai (silsilah) Sultan Jambi


Berikut adalah daftar Sultan Jambi.

Tahun Nama atau gelar

PANGERAN DIPATI CAKRANINGRAT bin SULTAN


1687 – 1696
ABDUL MUHYI [ SULTAN KYAI GEDE ] Hilir Jambi

Pangeran Ratu Raden Kholid( Chulit ) / Sultan Abdul Rahman I


1690 - 1721 bin SULTAN ABDUL MUHYI [ Sultan Sri Maharaja Batu ]
Hulu Jambi

1770-1790 Sultan Ahmad Zainuddin / Sultan Anom Sri Ingalaga

1790 – 1812 Mas’ud Badruddin bin Ahmad / Sultan Ratu Seri Ingalaga

1812 – 1833 Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga

1833 – 1841 Muhammad Fakhruddin bin Mahmud Sultan Keramat

1841 – 1855 Abdul Rahman Nazaruddin bin Mahmud

1855 – 1858 Thaha Safiuddin bin Muhammad (pertama kali)

1858 – 1881 Ahmad Nazaruddin bin Mahmud

1881 – 1885 Muhammad Muhieddin bin Abdul Rahman

1885 – 1899 Ahmad Zainul Abidin bin Muhammad

10
1900 – 1904 Thaha Safiuddin bin Muhammad (kedua kali)

1904 Dihancurkan Belanda

Abdurrachman Thaha Safiuddin (Dinobatkan pada Tanggal 18


2012
Maret 2012)

c. Kependudukan
Penduduk Jambi relatif jarang. Pada 1852 jumlah penduduk diperkirakan
hanya sebanyak 60.000 jiwa, dan Jambi Timur nyaris tidak berpenghuni. Etnis
Melayu berdiam di pinggiran sungai Batang Hari dan Tembesi. Orang
Kubu menghuni hutan-hutan, sedangkan orang Batin mendiami wilayah Jambi
Hulu. Pendatang dari Minangkabau disebut sebagi orang Penghulu, yang
menyatakan tunduk pada orang-orang Batin.

d. Pemerintahan
Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih
dari perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban
dan Raja Empat Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga
memilih pangeran ratu, yang mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.[butuh
rujukan]
Dalam menjalankan pemerintahan pangeran ratu dibantu oleh para menteri
dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari keluarga bangsawan. Sultan
berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.

e. Peninggalan Kerajaan Islam Jambi


1. Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin

11
Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin merupakan Istana kerajaan bekas
peninggalan raja Sultan Thaha Saifuddin. Istana ini terletak di Tanah Garo Muara
Tabir Jambi.

2. Makam Rajo-Rajo

Wilayah pemakaman kuno yang dikeramatkan penduduk setempat ini


merupakan sebuah tempat bersemayamnya raja-raja yang pernah memimpin di
Jambi. Makam ini berlokasi di Kecamatan Telanaipura, 4 km dari pusat kota. Di
tempat ini dimakamkan isteri Sultan Thaha Syaifuddin, Raden Mattaher, dll.

3. Rumah Batu Olak Kemang

Kawasan cagar budaya Jambi Seberang terletak di tepian Sungai


Batanghari, tepatnya di seberang kawasan perniagaan modern Kota Jambi. Sungai
Batanghari yang membelah Kota Jambi secara alamiah, seolah menjadi pembatas
kedua kawasan ini. Pada kawasan modern dominasi perkotaan tampak dari
pertokoan, pasar, dan pusat bisnis modern, sedangkan pada tepi Batanghari sisi
seberang merupakan kawasan pemukiman tradisional Jambi dengan dominasi
rumah-rumah tradisional Jambi, berupa rumah panggung kayu yang didukung
komunitas homogin keturunan Arab-Melayu Jambi, berlatar belakang budaya
Islam.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini, kami dapat mengambil kesimpulan munculnya kerajaan-


kerajaan Islam di Sumatera tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung
ketika itu. Penyebaran Islam di Nusantara selalu dikaitkan dengan jalur
perdagangan. Penyebaran Islam yang dilakukan para pedagang bisa
dimungkinkan karena mereka pergi ke berbagai penjuru bumi. Dalam ajaran Islam
setiap orang memiliki kewajiban yang sama untuk berdakwah. Setiap muslim,
apapun kedudukan dan profesinya mereka dituntut untuk dapat menyampaikan
ajaran Islam walaupun hanya satu ayat Al-Quran.

B. Saran

Diharapkan kepada siswa-siswi untuk mempelajari sejarah masuknya


islam di Riau dan Jambi, agar mengetahui mengenai sejarah penyebaran Islam di
Nusantara, khususnya di Riau dan Jambi

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. 1999.Sejarah Masuknya Islam di Riau, Pekanbaru. Pepustakaan


Nasioanl RI.
afdhalilahi.blogspot. awal-masuknya-islam-ke-riau.
wikipedia. Melayu_Riau
tanjungpinangarticle.blogspot. perkembangan-islam-di-riau.
awalbiru. kerajaan-islam-di-riau
mikirbae. kerajaan-kerajaan-islam-di-riau.

14

Anda mungkin juga menyukai