Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya lahkami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan
Islam di Riau dan Kerajaan Islam di Jambi”. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
KELOMPOK 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulai dari abad ke-6 ajaran Islam masuk ke Indonesia oleh para pedagang
dan saudagar dari negeri Islam. Masuknya Islam ke Indonesia dikarenakan posisi
Indonesia sangat strategis, terletak diantara dua samudera dan dua benua.
Posisinya yang strategis ini menyebabkan para pedagang, saudagar,
penjelajah, sampai para penjajah pun mampir ke Indonesia. Pulau Jawa yang
sudah dari dulu menjadi pusat pemerintahan, juga memiliki kerajaan Islam.
Kerajaan Islam di Sumatera ini muncul dan berkembang cukup pesat, seperti
contoh kerajaan islam di Riau dan kerajaan islam di Jambi. Maka itu pentingnya
mengetahui kerajaan Islam di Sumatera, mulai dari kerajaan Islam pertama,
kerajaan Islam terbesar, dan juga kerajaan Islam yang terakhir
bertahan eksistensinya.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pengikut Raja Said memeluk Islam, danbahkan Raja Said sendiri akhirnya
menjadi penganut islam yang baik. Di samping itu, terdapat pula pendapat-
pendapat lainnya, ada yang menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto
(Bangkinang,Kuok, Salo, Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai
Kampar Kanan.
Adapula yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokan datang dari
Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) pada abad ke 14. Kerajaan Pasai inilah yang
kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan Kuntodar
al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan Aceh Daral-
Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam
diserangmajapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh
Burhanuddin bukanhanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan hanya
sebagai mubalig,tetapi juga bertindak sebagai guru.
Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar ke Kuantan
dan Indra Giri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam kedaerah ini
adalah syekh Burhanudin al-Kamil (Wafat 610/1214). Islamisasi yangdilakukan
Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya Muara SungaiIndragiri, seperti
Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan masuknya Islam ke Indragiri
melalui pantai barat Sumatera, dibawa oleh seorang ulama bernama Sayed Ali al-
Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah: dari Hadramaut singgah di Samudra
Pasai, dan sampai dipantai barat Sumatera, tepatnya kota Air Bangis.Di daerah ini
ia tinggal berapa lama dalam tugas mengembangkan agama Islam. Kemudian
menuju timur dan sampai ke Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.
1. Kerajaan Siak
Kerajaan Siak merupakan kerajaan melayu Islam yang terletak di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan bercorak
islam pada abad ke 15. Menurut Berita Tome Pires, Kerajaan Siak menghasilkan
padi, madu, timah, dan emas. Pada awalnya, kerajaan Siak merupakan kerajaan
bawahan Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah.
3
Kerajaan Siak menghasilan padi, madu, lilin, rotan, bahan-bahan apotek, dan
banyak emas.
Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Siak Sri Indrapura antara lain
sebagai berikut:
1) Raja Abdullah (Sultan Khoja Ahmad Syah). Saat itu Kerajaan Siak masih
berada di bawah kekuasaan Malaka.Raja Abdullah adalah raja yang
ditunjuk oleh Sultan Johor untuk memimpin dan memerintah Kerajaan
Siak.
2) Raja Hasan Putra Ali Jalla Abdul Jalil. Pada masa pemerintahannya,
Belanda berhasil menguasai Malaka.Dengan demikian, Kerajaan Siak
terikat politik ekonomi perdagangan VOC. Semua timah yang dihasilkan
Siak harus dijual ke VOC.
3) Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1748). Beliau akran juga disebut
Raja Kecik.Raja Kecik adalah anak dari Sultan Kerajaan Johor bergelar
Sultan Mahmud Syah II dengan Encik Pong. Beliaulah yang mendirikan
Kerajaan Siak yang berdaulat, bukan di bawah kekuasaan Malaka lagi. Ia
meluaskan daerah kekuasaannya sambil terus memerangi VOC.
4) Sultan Said Ali (1784-1811). Pada masa pemerintahannya, Ia berhasil
mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang memisahkan diri. Pada
tahun 1811, ia mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya, Tengku
Ibrahim.
5) Sultan Assyaidis Syarif Ismail Jalil Jalaluddin (1827-1864). Pada masa
pemerintahannya, Siak mengalami kemunduran dan semakin banyak
dipengaruhi politik penjajahan Hindia- Belanda.
6) Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908).
Pada masa pemerintahannya, dibangunlah istana yang megah terletak di
kota Siak dan istana ini diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah yang
dibangun pada tahun 1889. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim
ini Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi. Setelah wafat,
beliau digantikan oleh putranya yang masih kecil dan sedang bersekolah di
Batavia, yaitu Sultan Syarif Kasim II.
4
7) Syarif Kasim Tsani atau Sultan Syarif Kasim II (1915-1945). Bersamaan
dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pun
mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak dan menyatakan
bergabung dengan Republik Indonesia.
2. Kerajaan Indragiri
Beberapa raja yang pernah memerintah Indragiri adalah sebagai berikut.
1) 1298-1337: Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I.
2) 1337-1400: Raja Iskandar alias Nara Singa I.
3) 1400-1473: Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya.
4) 1473-1532: Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan
NaraSinga II bergelar Zirullah Fil Alam.
5) 1532-1557: Sultan Usulluddin Hasansyah.
6) 1557-1599: Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah.
7) 1559-1658: Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah.
8) 1658-1669: Sultan Jamalluddin Suleimansyah.
9) 1669-1676: Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah.
10) 1676-1687: Sultan Usulluddin Ahmadsyah.
11) 1687-1700: Sultan Abdul Jalilsyah.
12) 1700-1704: Sultan Mansyursyah.
13) 1704-1707: Sultan Modamadsyah.
14) 1707-1715: Sultan Musafarsyah.
15) 1715-1735: Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin
16) 1735-1765: Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah.
17) 1765-1784: Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan.
18) 1784-1815: Sultan Ibrahim.
19) 1815-1827: Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu.
20) 1827-1838: Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal.
21) 1838-1876: Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah.
22) 1876: Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah.
23) 1877-1883: Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan
Husinsyah.
24) 1887-1902: Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah.
5
25) 1902-1912: Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri.
26) 1912-1963: Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah.
3. Kerajaan Kampar
6
9) Syarif Abubakar (1872-1886)
10) Tengku Sontol Said Ali (1886-1892 )
11) Syarif Hasyim II (1892-1930)
12) Tengku Sayid Osman/Pemangku Sultan (1930-1940)
13) Syarif Harun/Tengku Sayid Harun (1940-1946).
Salah satu bukti nyata dari perkembangan dan penyebaran agama Islam di
Riau dapat kita lihat dari Situs-situs peninggalan sejarah islam di Riau Seperti :
1. Kerajaan Siak
2. Kerajaan Indragiri
7
Rengat adalah salah satu rumah peninggalan Kerajaan Indragiri. Rmah
tersebut adalah “Rumah Tinggi” yang berada di kelurahan Kampung Besar Kota,
Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu.
3. Kerajaan Kampar
8
dengan tiga batu persumpahan Sriwijaya yaitu Prasasti kota kapur di Bangka,
Prasasti Palas Pasemah di Lampung Selatan maupun Prasasti kedukan bukit di
Palembang Sumatera selatan bertahun saka 608 atau 686 Masehi. Pada Prasasti itu
tertera pahatan huruf Palawa dalam bahasa Melayu kuno. Tanpa adanya perkaitan
hubungan asal huruf Palawa atau adanya kesepahaman penggunaan huruf yang
berasal dari India itu tak kan mungkin masyarakatnya dapat membaca. Jelasnya
apakah Sriwijaya atau Melayu kala itu sudah ada hubungan dengan belahan anak
benua India tersebut.
9
bangun para penyebar agama Islam. Beberapa elemen kebudayaan lokal
bernuansa Islami semakin menyebar. ada Raja dan keluarganya yang di Islamkan,
banyak rakyat yang tertarik karena sosialisasi yang menyentuh hati tanpa
pembongkaran akar budaya setempat. Fase ini berlangsung pada akhir abad ke
16,17 dan abad ke-18 M, dan awal abad ke 19 M. Ketiga fase ini menurut penulis
terjadi dan di alami oleh Jambi.
1790 – 1812 Mas’ud Badruddin bin Ahmad / Sultan Ratu Seri Ingalaga
1812 – 1833 Mahmud Muhieddin bin Ahmad Sultan Agung Seri Ingalaga
10
1900 – 1904 Thaha Safiuddin bin Muhammad (kedua kali)
c. Kependudukan
Penduduk Jambi relatif jarang. Pada 1852 jumlah penduduk diperkirakan
hanya sebanyak 60.000 jiwa, dan Jambi Timur nyaris tidak berpenghuni. Etnis
Melayu berdiam di pinggiran sungai Batang Hari dan Tembesi. Orang
Kubu menghuni hutan-hutan, sedangkan orang Batin mendiami wilayah Jambi
Hulu. Pendatang dari Minangkabau disebut sebagi orang Penghulu, yang
menyatakan tunduk pada orang-orang Batin.
d. Pemerintahan
Kesultanan Jambi dipimpin oleh raja yang bergelar sultan. Raja ini dipilih
dari perwakilan empat keluarga bangsawan (suku): suku Kraton, Kedipan, Perban
dan Raja Empat Puluh. Selain memilih raja keempat suku tersebut juga
memilih pangeran ratu, yang mengendalikan jalan pemerintahan sehari-hari.[butuh
rujukan]
Dalam menjalankan pemerintahan pangeran ratu dibantu oleh para menteri
dan dewan penasihat yang anggotanya berasal dari keluarga bangsawan. Sultan
berfungsi sebagai pemersatu dan mewakili negara bagi dunia luar.
11
Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin merupakan Istana kerajaan bekas
peninggalan raja Sultan Thaha Saifuddin. Istana ini terletak di Tanah Garo Muara
Tabir Jambi.
2. Makam Rajo-Rajo
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14