Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Indonesia Zaman

Pengaruh Islam
Kelompok v
Erni Erawati S (19020043)

Boy Sandi (19020040)

Kurnia Rahmadina Jayanti (19020036)

2
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Banten 1. Latar belakang berdirinya kerajaan Cirebon

1. Latar belakang berdirinya kerajaan Banten 2. Perkembangan dan kejayaan kerajaan Cirebon

2. Perkembangan dan kejayaan kerajaan Banten 3. Kemunduran kerajaan Cirebon

3. Kemunduran kerajaan Banten


Kerajaan Banten
1. Latar belakang berdirinya Kerajaan Banten
“Pada awalnya Banten adalah daerah yang berada dibawah kekuasaan
Demak. Banten di Islamkan oleh Fatahillah, kemudian daerah Banten di
serahkan pada putranya yang bernama Hasanuddin.Hasanuddin
meletakkan dasar pemerintahan Banten dan mengangkat dirinya
menjadi raja pertama Banten (1552-1570).”
2. Perkembangan dan kejayaan kerajaan Banten
Banten merupakan kerajaan Islam yang berkembang pada abad ke-16. Jatuhnya
Malaka ketangan Portugis pada 1511 merupakan suatu berkah bagi perkembangan
Banten, karena pedagang-pedagang dari Arab, Persia, India, Cina dan daerah-daerah
lain yang biasanya datang pada angin tertentu di Malaka kini datang ke Banten.

Masa kejayaannya dicapai Pada masa kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Di


bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh
Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten.
Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya
ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan
menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari
tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas
kapal-kapal dagang menuju Banten.

5
Kehidupan politik
Berkembangnya Kerajaan Banten, tidak dapat dipisahkan dari peranan raja-raja
yang pernah memerintah Kerajaan Banten.
a. Raja Hasanudin (1552-1570 M), Pada masa pemerintahannya,agama Islam dan kekuasaan Kerajaan Banten
berkembang cukup pesat.
b. Setelah Raja Hasanuddin wafat tahun 1570 M, putranya yang bergelar Panembahan Yusuf menjadi raja Banten
berikutnya. la berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. la juga berusaha untuk memperluas wilayah
kekuasaan kerajaannya. Langkah-langkah yang ditempuhnya antara lain, merebut Pakuan pada tahun 1579 M.
c. Ketika Panembahan Yusuf sedang sakit, Mereka mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur
sembilan tahun bernama Maulana Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten.
Mangkubumi menjadi wali raja. Mangkubumi menjalankan seluruh aktivitas pemerintahan kerajaan sampai
rajanya siap untuk memerintah.
d. Kanjeng Ratu Banten wafat. Tahta kerajaan kemudian berpindah kepada putranya yang baru berumur lima bulan
yang bernama Abu'Mufakir.
e. Setelah wafat, Abul Mufakir digantikan oleh putranya dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad Rahmatullah.
Akan tetapi berita tentang pemerintahan sultan ini tidak dapat diketahui dengan jelas.
f. Setelah Sultan Abu Ma'ali wafat, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Ia
memerintah Banten dari tahun 1651-1692 M. Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten
mencapai masa kejayaan.
6
Kehidupan Ekonomi
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah
pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang
karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya
ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng
karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap
(penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya
seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.
Kehidupan Sosial-Budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur-
angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Kemudian Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng
Tirtayasa cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan
Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat
berubah merosot tajam.
Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-
gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang
Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

7
3. Kemunduran Kerajaan Banten
“Hasanuddin berhasil dikalahkan oleh Belanda sehingga harus
menandatangani sebuah perjanjian. Isinya antara lain adalah kerajaan
banten harus dibagi menjadi 4 kerajaan kecil, yaitu kerajaan cirebon, dan
lain-lain. Karena menjadi kerajaan kecil maka di banten sering terjadi
perang saudara sehingga kerajaan banten akhirnya runtuh.”
KerajaanCirebon
1. Latar belakang berdirinya Kerajaan Cirebon
“Cirebon didirikan pada 1 Sura 1445 M, oleh Pangeran Cakrabuana.
Pada tahun 1479 M Pangeran Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon
yang bertempat di kraton Pakungwati Cirebon menyerahkan
kekuasaannya pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah
seorang menantu Pangeran Cakrabuana dari ibu Ratu Mas Rara santang.
Sejak inilah Cirebon menjadi negara merdeka dan bercorak Islam.”
2. Perkembangan dan Kejayaan Kerajaan Cirebon
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada Kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti
raja-raja Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat
seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Masa Kejayaan atau Kememasan Cirebon sebagai Sebuah Kerajaan berdaulat dimulai sejak
diangkatnya Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Cirebon I sampai dengan berakhirnya pemerintahan
Sultan Cirebon ke II yaitu Pangeran Agung atau Panembahan Ratu yakni dari mulai tahun 1479-
1649 Masehi.
Masa Syarif Hidayatullah, Cirebon banyak melakukan gebrakan-gebrakan politik dengan menjalin
persahabatan dengan kesultanan-kesultanan di Nusantara terutamanya dengan Demak.Pada masa
Syarif Hidayatullah tercatat Cirebon melakukan pembangunan besar-besaran, seperti Pembangunan
Istana, Masjid Agung serta insfrastruktur lainnya.
Dalam masa Syarif Hidayatullah juga Cirebon tercatat dapat menaklukan Galuh (Pajajaran Timur)
dengan dibantu oleh Demak. Sementara itu Cirebon juga kemudian berhasil menaklukan Pajajaran
Barat (Pakwan) melalui Kesultanan Banten yang juga pendiriannya digagas oleh Syarif
Hidayatullah.Pada masa ini juga Cirebon berhasil mengislamkan negeri-negeri bawahan Pajajaran,
seperti Sindangkasih, Singaphura, Surantaka, Indramayu, Talaga, dan masih banyak yang lainnya.
Kehidupan Politik
Perkembangan politik yang terjadi pada Cirebon berawal dari hubungan politiknya dengan Demak.
Hal inilah yang menyebabkan perkembangan Cirebon. Selain hubungannya dengan Demak,
kehidupan politik pada kala itu juga dipengaruhi oleh beberapa konflik. Konflik yang terjadi ada
konflik internal dan menjadi vassal VOC.

Kehidupan Ekonomi
Letak Cirebon yang strategis yaitu di daerah pesisir pantai Utara pulau Jawa. Cirebon sebagai pusat
pelabuhan berfungsi sebagai sumber pendapatan ekonomi dan sebagai keluar – masuknya barang-
barang kebutuhan pada masyarakat pedesaan, dengan luar daerah, maupun dari negeri lain.
Perdagangan ini melalui dua jalur yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur darat biasanya dengan alat
transportasi darat seperti dengan berkuda atau mengendarai gajah. Jalurnya dari Banyumas menuju
Tegal kemudian menuju Periangan. tiga wilayah pedalaman diandalkan sebagai penghasil bahan-
bahan pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, padi. Sedangkan barang dagangan yang dibawa
dari luar daerah yaitu : logam, besi, emas, perak, sutera, dan keramik. Barang-barang tersebut
biasanya berasal dari Cina.
Kehidupan Sosial-Budaya
Masyarakat Cirebon dibedakan berdasarkan kedudukan dan digolongkan menjadi 4 lapisan sosial :
1. Golongan Raja yang terdiri dari raja beserta keluarganya. Raja ditempatkan pada lapisan paling tinggi.
2. Golongan Elite terdiri dari para bangsawan, priyayi, tentara, golongan Islam, dan pedagang-pedagang
kaya..
3. Golongan non Elite. Golongan ini terdiri dari lapisan masyarakat kecil yang pada umumnya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang, nelayan, dan golongan masyarakat
bawah.
4. Golongan Budak. Golongan ini terdiri dari buruh, para budak, dan pekerja kasar.

Sedangkan di bidang kebudayaan Cirebon ada Seni Keagamaan (Upacara Maulid Nabi), Upacara itu
dilakukan sebagai rasa hormat dan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang di adakan
setiap tahun oleh masyarakat Cirebon sebagai upacara “IRING-IRINGAN PANJANG JIMAT”.
Pengertian “Panjang” berarti sing sisji kang dirumat (yang satu selalu dirawat) yaitu dua kalimat
syahadat dan “Jimat” yang berarti pusaka.
Kemunduran Kerajaan Cirebon
1. Kerajaan Cirebon terbagi menjadi 3 kesultanan yaitu, Keraton Kasepuhan dipegang oleh
Sultan Sepuh, Keraton Kanoman dipegang oleh Sultan Anom, Keraton Karicebonan
dipegang oleh Panembahan Karicebonan. Mereka hanya mengurusi kerajaan masing-
masing. Mengakibatkan kerajaan Cirebon perlahan-lahan mulai hancur.

2. Setelah Sultan Panembahan Gerilya wafat pada tahun 1702, terjadi perebutan kekuasaan
diantara kedua putranya, yaitu antara Pangeran Marta Wijaya dan Pangeran Wangsakerta.
Disamping itu adanya campur tangan VOC yang mengadu domba mereka membuat
persaudaraan mereka menjadi permusuhan.
Thanks!
Any questions?
You can find me at @username & user@mail.me

14

Anda mungkin juga menyukai