Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

OBSERVASI WADUK PRIJETAN DESA MLATI KEC. KEDUNGPRING


KAB. LAMONGAN

Makalah dibuat untuk memenuhi


Salah satu tugas di SMK NU 2 KEDUNGPRING

Dibimbuing Oleh : Ibu Fety Latifatulf, S.pd

Disusun Oleh :

Nama                              : YOHANES FERNANDO K. P.

Kelas : Xll

NO. Absen : 18
Bidang Studi Keahlian   : Bisnis/Pemasaran

Kopetensi Keahlian        : Tata Niaga

SMK NU 2 KEDUNGPRING
Jl.Pramuka N0.03 Blawirejo
Kec.Kedungpring, Kab, Lamongan
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah kita semua masih dapt menuntut ilmu di Lembaga Pendidikan SMK NU
2 KEDUNGPRING.

Sejarah merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa atau kejadian
yang berhubungan dengan manusia atau makhluk hidup lainnya pada waktu atau ruang waktu
dimasa yang lampau. Banyak generasi penerus bangsa saat ini, yang tidak lagi memahami
sejarah-sejarah pada waktu yang lampau,seperti sejarah menegenai kebudayaan tempat
tinggalnya. Itu semua disebabkan akibat canggihnya IPTEK didunia dan kesadaran
masyarakat yang hilang akan pentingnya ilmu sejarah. Oleh karena itu, ada baiknya terlebih
dahulu kita memahami apa itu sejarah, ruang lingkup sejarah serta perannya dikehidupan
sehari-hari.

Dengan demikan, diharapkan makalah ini dapat membuat terjadinya perubahan


terhadap pola pikir para generasi penerus bangsa dan kesadaran akan pentingnya ilmu sejarah
untuk dipelajari, dipahami, dan dimengerti agar kelak suatu saat, peristiwa yang telah terjadi
dimasa lampau tak akan pernah hilang dan pupus dari ingatan dan dalam sejarah dunia ini,
serta para generasi berikutnya bisa menjadikan sejarah bagai contoh yang baik untuk
kehidupan yang akan datang, saya sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca.

Terimakasih,

Wassalamualaikum Wr. Wb.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………....….....................................................……...

KATA PENGATAR ……………………..........................................................…………...

DAFTAR ISI ………………………………........................................................………...

BAB 1 PENDAHULUAN …................................................................................................

A. Alasan judul ……………………….......................................................………

B. Rumusan masalah ………………...........................................................………

C. Tujuan penulisan …………………...............................................................….

BAB 11 PEMBAHASAN ……………………....................................................................

A. Hasil observasi ……………………….............................................................

BAB 111 PENUTUPAN ………………………..................................................................

A. Kesimpulan ……………………………….......................................................
B. Saran ………………………………………......................................................
BAB l

PENDAHULUAN

A. Alasan Judul
Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena berbagai alasan, diantaranya adalah
sebagai berikut : lebih dekat dengan tempat tinggal, mudah dijangkau dan ekonomis.
Selain itu penelitian dilakukan di Wadoek Pridjetan adalah karena ingin tahu sejarah atau
asal mulanya Wdoek Pridjetan dibangun.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah awal mula berdirinya Wadoek Pridjetan?

a. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sejarah awal mula berdirinya Wadoek Pridjetan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi Sejarah Wadoek Pridjetan

Waduk dengan luas sekitar 231 Ha dengan kapasitas awal sekitar 12 juta meter
kubik (saat ini berkurang menjadi sekitar 9,7 meter kubik karena sedimentasi) ini sering
dipakai terutama untuk sumber pengairan warga sekitar serta tempat rekreasi.
Sejarah Wadoek Pridjetan banyak mendapatkan bumbu pada perkembangannya.
Sumber - sumber sejarah memang sulit dicari, namun bukti fisik tahun serta peta dapat
dijadikan sebagai sumber utamanya. Sebab, sesepuh bukan menjadi saksi nyata dari
pembangunannya. Hanya memeroleh cerita dari orang – orang sebelumnya, yang sudah
meninggal. Namun, keberadaan Wadoek Pridjetan sudah jelas sangat membantu
masyarakat sekitar. Menurut beberapa sumber, waduk dibangun pada tahun 1909 dan
selesai serta diresmikan pada tahun 1917 (sampai saat ini masih banyak yang belum
bisa digali kecuali informasi data dari Pemerintah Kabupaten Lamongan dan data pada
masa kolonial yang berpusat di karesidenan Surabaya).
Wadoek Pridjetan merupakan salah satu waduk yang secara administratif terletak
di desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
Berada di ujung selatan dari pusat kota sekitar 30,19 km serta sebelah barat dari Waduk
Gondang. waduk ini juga dikenal dengan sebutan waduk Krekah. Waduk Pridjetan
dibangun pada masa pemerintahan Ratu Juliana, putri dari Ratu Wihelmina. Selama
kepemimpinannya, Ratu Juliana terus mencari terobosan untuk meningkatkan pertanian
Indonesia. Setelah melihat proses pengerjaan Waduk Pacal Bojonegoro, ratu mulai
mencari lokasi searah untuk pembangunannya. Sang ratu mulai menemukan lokasi
waduk pada 1905. Pembangunan tidak bisa langsung dilakukan. Ratu harus memerbaiki
infrastruktur untuk memermudah pengangkutan material.
Pada 1905, awalnya dibangun jalan penghubung jurusan Lori - Dradah arah
Babat-Jombang. Jalan tersebut disambungkan ke wilayah waduk untuk mempermudah
pengangkutan material. Setelah itu, dibangun toren dan tempat tinggal para pekerja.
Karena termasuk wilayah hutan, pekerja harus melakukan penebangan lebih dulu di
wilayah waduk. Selama proses penebangan, Saipin mendengarkan cerita dari para
orang tua dulu tentang adanya beberapa kejadian yang disebutnya mistis dan
menghambat pengerjaan.
Bahkan, saat pembangunannya terdapat satu sumber yang konon mengeluarkan
mata air sangat besar. Akibatnya proses pembuatan bendungan sulit dilakukan. Mata air
tersebut terpaksa ditutup oleh Belanda. “Lokasi tepat sumber tersebut belum diketahui,
tapi jika ditemukan akan memberikan sumber air luar biasa,” ujarnya.
Seluruh pekerja dibayar sesuai pekerjaannya. Seluruh proses pengerjaannya
dilakukan secara manual. Waduk tersebut akhirnya diresmikan pada 1917.
Pembangunan waduk dan salurannya sampai saat ini tidak banyak mengalami
perubahan.
Waduk ini agaknya memiliki sejarah rumit terkait kewenangan kekuasaan
wilayah. Letak waduk tersebut berada di Desa Girik (Ngimbang), Desa Tenggerejo dan
Desa Mlati (Kedungpring).
Wilayah timur, selatan, dan barat merupakan tanah Perhutani. Sedangkan wilayah
utara masuk Desa Mlati. Secara peta, lokasi waduk berada di wilayah Tenggerejo.
Waduk ini bisa dicapai dengan sepeda motor melewati kebun jati dan tebu milik
warga, dengan jalan yang masih belum begitu bagus, di perjalanan akan banyak
ditemuai sendang (tlaga kecil). Kondisi waduk sudah cukup bagus dengan bangunan
kokoh dan jalan di bagian utama waduk yang berpaving dengan akses melewati jalan
beranak tangga.
Ada sebuah hal yang luput dari perhatian pemerintah jika diteliti lebih dalam
mengenai waduk monumental ini. Melalui Pemerhati Sejarah dan Budaya Lamongan,
Priyok dengan ilmu Arkeologinya menilai jika ada suatu hal yang luput dari perhatian
pemerintah.
Menurutnya, dimana ditemukan struktur bangunan kuno dengan undakan tangga
sungai yang di perkirakan berasal dari masa kerajaan Majapahit. “Kalo saya pribadi
selama ini berpendapat justru yang luput dari perhatian adalah adanya sisa struktur
bangunan kuno, berupa undakan tangga sungai yg diperkirakan berasal dari masa
Majapahitan. Itu tak temukan dalam dokumen Belanda pada saat perencanaan waduk
Prijetan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, hal itu didukung dengan temuan banyaknya pecahan keramik
asing dan tembikar kuno di sekitar lokasi utara waduk. Tak hanya itu, hal tersebut juga
di dukung dengan hasil penelitian arkeologi oleh Puslit Arkenas tahun 2013-2014 yang
mengidentifikasi jejak-jejak keramik tersebut yang di duga berasal dari masa abad 11-
13 dan 14-15.
“Pridjetan dulu proyeksinya setahuku untuk mendukung pertanian dan
perkebunan tebu. Karena itu wilayah sekitar Kedungpring itu disebut juga Distrik Kota
Rosan atau Kota tebu,” katanya.
Priyok membeberkan dokumenya dengan judul ‘Kehancuran Kota Rosan’. Dalam
dokumenya menyebutkan, JAB Wiselius, seorang kontroleur Jawa dan Madura,
melaporkan temuannya berupa benteng kuno yang berada di lembah Wiselius, kepada
Residen Surabaya pada 8 Juli 1871 dengan nomor surat 8299.
Dia melanjutkan, situs yang sekarang ini menjadi Waduk Krekah atau Wadoek
Pridjetan yang diresmikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1917. Menurut
laporan JAB Wiselius, ketika Waduk Krekah atau Waduk Prijetan kala itu masih
berupa lembah, terdapat dinding tanah (benteng) yang terletak di sisi lembah dengan
ketinggian 1-4 kaki.
Saat ini, di salah satu sisi Waduk Krekah atau Waduk Prijetan ditemukan tangga
dari batu, namun belum dapat diketahui secara pasti apakah ini yang dimaksud bagian
dari benteng yang disebutkan oleh JAB Wiselius. Lokasi temuan tangga dari batu ini
secara administratif berada di Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten
Lamongan.
Tidak jauh dari Waduk Krekah atau Waduk Prijetan, tepatnya di sebelah Utara
waduk (areal perkebunan jati dan tebu) banyak ditemukan pecahan tembikar dan
pecahan keramik. Lokasi temuan pecahan tembikar dan pecahan keramik ini dikenal
dengan sebutan situs ‘Rosan’ yang secara administratif berada di Dusun
Sumbergempol, Desa Melati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan.
Kata ‘Rosan’ sendiri berasal dari bahasa Jawa ‘ros-rosan’, yang memiliki arti
ruas-ruas yang memisahkan antara ruas batang tebu satu dengan yang lain. Pecahan
keramik yang ditemukan di situs Rosan mayoritas (terbanyak) adalah keramik dari
dinasti Song (abad 12-13 M), kemudian disusul oleh keramik dari dinasti Yuan dan
dinasti Ming (abad 13-16 M), dan juga ditemukan keramik yang berasal dari abad ke
10-11 M.
Dari data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa situs ini telah dihuni oleh
manusia sejak abad ke 10 M dan puncaknya pada abad ke 12-13 M. Temuan benteng
kuno yang berada di lembah Wiselius diduga kuat ada hubungannya dengan temuan
pecahan tembikar dan pecahan keramik di situs Rosan.
“Diduga juga, dulu Kota Rosan merupakan kota yang ramai dan maju karena
dikelilingi oleh benteng. Entah faktor apa yang menyebabkan kota yang diduga sudah
dihuni sejak abad 10 M ini mengalami kehancuran,” punasnya. [Alimun Hakim].

2.2 DOKUMEN
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada sejarah berdirinya Wadoek Pridjetan atau yang biasa
dikenal dengan sebutan Waduk Krekah diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada 1905, awalnya dibangun jalan penghubung jurusan Lori - Dradah arah
Babat-Jombang. Selama proses penebangan, ada cerita dari para orang tua
dulu tentang adanya beberapa kejadian yang disebutnya mistis dan
menghambat pengerjaan. Bahkan, saat pembangunannya terdapat satu sumber
yang konon mengeluarkan mata air sangat besar. Akibatnya proses pembuatan
bendungan sulit dilakukan. Mata air tersebut terpaksa ditutup oleh Belanda.
Seluruh proses pengerjaannya dilakukan secara manual. Waduk tersebut
akhirnya diresmikan pada 1917.
2. Dapat disimpulkan bahwa situs ini telah dihuni oleh manusia sejak abad ke 10
M.
3. Melalui Pemerhati Sejarah dan Budaya Lamongan, Priyok dengan ilmu
Arkeologinya menilai jika ada suatu hal yang luput dari perhatian pemerintah.
Menurutnya, dimana ditemukan struktur bangunan kuno dengan undakan
tangga sungai yang di perkirakan berasal dari masa kerajaan Majapahit
4. Tidak jauh dari Waduk Krekah atau Waduk Prijetan, tepatnya di sebelah
Utara waduk (areal perkebunan jati dan tebu) banyak ditemukan pecahan
tembikar dan pecahan keramik. Lokasi temuan pecahan tembikar dan pecahan
keramik ini dikenal dengan sebutan situs ‘Rosan’ yang secara administratif
berada di Dusun Sumbergempol, Desa Melati, Kecamatan Kedungpring,
Kabupaten Lamongan.
5. Wadoek Pridjetan merupakan salah satu waduk yang secara administratif
terletak di desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan,
Provinsi Jawa Timur. Waduk Pridjetan dibangun pada masa pemerintahan
Ratu Juliana, putri dari Ratu Wihelmina. Selama kepemimpinannya, Ratu
Juliana terus mencari terobosan untuk meningkatkan pertanian Indonesia.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan
pertimbangan bagi berbagai pihak:
1. Bagi peneliti lain, untuk mempertimbangkan beberapa kelemahan dalam
penelitian ini agar dijadikan perhatian, antara lain dalam keterbatasan
kemampuan peneliti dalam mendiskripsikan hasil penelitian serta keterbatasan
kemampuan dalam membuat dan mengolah instrument agar memiliki validitas
dan reabilitas yang lebih terukur.
2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik yang
sama, dapat lebih memperkaya penelitian ini dengan memperhatikan faktor-
faktor lain.

Anda mungkin juga menyukai