DI SUSUN OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Kerajaan Malaka
2.1 Latar belakang berdirinya Kerajaan Malaka
2.2 Perkembangan dan masa kejayaan Kerajaan Malaka
2.3 Kemunduran Kerajaan Malaka
Kerajaan Aceh
2.4 Latar belakang berdirinya Kerajaan Aceh
2.5 Perkembangan dan masa kejayaan Kerajaan Aceh
2.6 Kemunduran Kerajaan Aceh
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayaran jaman prasejarah dapat dengan mudah dilakukan dengan enam bulan sekali
yang erat hubungannya dengan jalannya arus. Para pedagang indonesia yang membawa rempah-
rempah dari Maluku untuk dipasarkan ke tempat lain. Para pedagang itu akan bertolak dari
Maluku pada bulan Oktober menuju ke bandar-bandar Ujung pandang, Gresik, Demak, Banten,
dan Malaka. Dan pada bulan Maret para pedagang akan kembali ke Maluku.
Dari malaka mereka akan berangkat menuju utara yaitu menuju bandar-bandar Ayuthia,
Campa dan Cina pada bulan Juni. Dan bulan September kapal-kapal pedegang akan kembali ke
bandar Malaka. Letak selat Malaka demikian mendatangkan keuntungan bagi masyarakat
sekitarnya sebab mengalami perkembangan perdagangan dan lalu lintas laut yang tidak pernah
sunyi.
Pada awalnya Malaka hanyalah satu bandar tepi pantai yang kemudian sekitar tahun 1400
berkembang menjadi bandar penting dan pusat kerajaan Malaka. Hal itu terjadi disebabkan
karena adanya komunikasi perdagangan antara Cina dengan dunia luar terutama dengan India
dan Laut Tengah.
KERAJAAN ACEH
1.3 Tujuan
KERAJAAN MALAKA
a. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang Kerajaan Malaka.
b. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan kejayaan Kerajaan Malaka.
c. Untuk mengetahui bagaimana kemunduran Kerajaan Malaka.
KERAJAAN ACEH
PEMBAHASAN
KERAJAAN MALAKA
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut
Sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara
melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke
Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok
dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Sening
Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir
pantai.Orang-orang Seletar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara
menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat
salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan
keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon Malaka. Maka,
kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh
para pedagang Islam.Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam
perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun
1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama
resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa.Selama tinggal di
Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak
langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam
kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina
Selatan).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
1. Indragiri.
2. Palembang.
Kehidupan Politik
Untuk menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar
China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan
di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya
lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur politik
perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat
tercapai.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan
memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera
Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran , tetapi putra
mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi
raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
Kerajaan Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati
Majapahit yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan
merdeka.
Kejayaan Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah yang kebesarannya
disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan Mahapahit.Cerita Hang Tuah
ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.
Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka.Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan
Portugis.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan
alam dan lingkungan wilayahnya.Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan
sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat
individualisme.Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan
majikan.
Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar,
yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun pejabat-pejabat
penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat menjadikan mereka
sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang
berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan.Untuk mempermudah
terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun) dijadikan sebagai
bahasa perantara.
Pengganti Sultan Alauddin Riayat Syah adalah Sultan Mahmud Syah.Sultan ini memerintah
pada tahun 1488-1511. Dampak dari stabilitas tersebut adalah kerajaan malaka menjadi buruk
karena pada waktu itu yang memimpin adalah seorang Sultan Mahmud Syah yang masih kecil
dalam memerintah kerajaan Malaka, Sultan Mahmud Syah adalah Sultan Malaka yang terakhir
sebelum Malaka jatuh ke tangan portugis.
Sultan yang kecil itu dibantu oleh bendahara, Laksamana, dan para pembesar kesultanan.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah, Malaka mulai memperlihatkan kemundurannya,
karena sultan mahmud Syah belum mampu memerintah sebagaimana sultan-sultan sebelumnya.
Kemunduran malaka juga disebabkan oleh meninggalnya Tuan Perak sebagai bendahara
Kesultanan Malaka yang berpengaruh.
Tuan Perak meninggal pada tahun 1489dan jabatannya sebagai bendahara digantikan oleh
Tuan Putih.Lain halnya denganTuan Perak, Tuan putih tidak memiliki karekter seperti Tuan
Perak.Tuan Putih adalah seorang bendahara yang lemah, angkuh, dan gemar mengumpulkan
kekayaan.Kondisi malaka yang sedang mengalami krisis kepemimpinan diperparah dengan
datangnyaserbuan portugis.
Pada tahun1511, Portugis di bawah pimpinan Alfonso d”Albuquerque datang dari Goa,
India dan menyerang Kesultanan Malaka dan akhirnya Malaka sebagai pusat niaga dan pusat
penyiaran Islam terbesar di Asia Tenggara berhasil ditaklukkan oleh portugis. Dalam perang
melawan portugis, Sultan Mahmud Syah berhasil menyelamatkan diri ke pahang, kemudian ke
johordan kemudian ke bintan.Akhirnya, Pada tahun 1529, Sultan Mahmud Syah meninggal
dalam pelarian di kampar, Riau.
KERAJAAN ACEH
2.4 Latar belakang berdirinya Kerajaan Aceh
Pada kerajaan Aceh pemimpin kerajaan tertinggi berada di penguasaan Sultan, namun
saat itu pemerintahan kerajaan aceh lebih banyak dikendalikan oleh orang kaya atau disebut
hulubalang. Dalam Hikayat Aceh Disebutkan bahwa terdapat Sultan yang diturunkan dari
jabatan penguasa salah satunya yaitu Sultan Sri Alam pada tahun 1579 karena perilakunya yang
tidak wajar dalam membagi-bagikan harta milik kerajaan pada para pengikutnya. Selanjutya
kepemimpinan di gantikan oleh Sultan Zainal Abidin akan tetapi sultan Zainal terbunuh beberapa
bulan setelah penobatan hal ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan memiliki kecanduan
dalam hal berburu dan adu binatang.
Setelah peristiwa terbunuhnya Sultan Zainal para Raja dan Hulubalang saat itu
menawarkan tahta kepenguasaan kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid al-Mukamil dari Dinasti
Darul Kamal pada 1589. Peristiwa penganugerahan tahta ini telah mengakhiri kekacauan yang
telah disebabkan oleh penguasa terdahulu , selain itu Pada kepemimpinan Alaiddin Riayat Ia
melakukan penumpasan terhadap orangkaya yang berlawanan dengan sistem kepemimpinannya.
Disamping itu Ia juga melakukan uasaha untuk menguatkan posisi sebagai penguasa tunggal
Kerajaan Aceh.
Kerajaan aceh darussalam adalah sebuah kerajaan islam yang berlokasi tak jauh dari kerajaan
islam samudera pasai. awalnya kerajaan ini berpusat di Lamuri namun kemudian berpindah ke
bandar aceh. kerajaan ini didirikan oleh Sultan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah (916-936 H/1511-
1530 M--sedang di wikipedia disebutkan berkuasa mulai 1496?)
perkembangan kerajaan aceh darussalam sangat dipengaruhi oleh kejatuhan malaka, dan
kerajaan ini berfungsi sebagai pengganti kesultanan islam di seberang pulau. Indikasi kuat
ditambah tatkala pusat pemerintah dipindah menjauh dari Malaka Maka setelah itu, kerajaan ini
memperluasa wilayah kekuasaannya. wilayah bekas kekuasaan pasai pun ditaklukan juga perlak
dan mencakup wilayah yang kini disebut provinsi Aceh.
Masa kejayaan Kesultanan Aceh terjadi pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada
1607-1636. Aceh berhasil menaklukan Wilayah Pahang, karena wilayah tersebut merupakan
sumber utama timah. Selanjutnya pada 1629, Kesultanan Aceh melakukan perlawanan, dengan
menyerang Portugis di wilayah Malaka. Upaya ini dilakukan untuk melakukan perluasan
dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu, namun ekspedisi ini gagal.
Kemunduran Aceh ini semakin terlihat setelah Sultan Iskandar Tsani wafat yang kemudian
digantikan istrinya yaitu Sultanah Tajul Alam Syafituddin Syah, yang memerintah pada tahun
1641-1675. Dalam pemerintahan yang cukup lama selama kurang lebih 34 tahun kekuasaan
Aceh menjadi sangat lemah dimata daerah bawahannya. Wilayah Aceh yang meliputi daerah-
daerah tidak dapat lagi dikuasai oleh Sultanah sehingga Nampak seolah-olah tidak ada lagi
kekuatan untuk mempertahankannya. Hingga pada akhirnya banyak daerah bawahan yang
melepaskan diri dari kekuasaan Aceh. Masalah yang lain pun mulai bermunculan. Seperti
halnya dalam masalah ekonomi yang semakin terpuruk akibat ulah pedagang-pedagang asing
yang semakin berkuasa dan sudah mulai menerapkan politik adu dombanya. Sementara situasi
dalam negeri sudah nampak tidak sehat karena para kapitalis semakin meraja lela dalam
penguasaan di bidang materi tanpa ambil peduli suasana perekonomian kerajaan yang sedang
dilanda resesi berat.
Terpaksa Sultanah mengambil tindakan menjalin kerja sama dengan Belanda. Langkah ini
dilakukan semata-mata untuk mempertahankan Aceh dari gilasan dan serbuan kaum Kolonialis
Portugis sebagaimana yang terjadi di Malaka. Tanpa diperhitungkan terlebih dahulu bahwa niat
untuk memonopoli sudah bersarang di hati Belanda semenjak mereka menginjakkan kakinya
dibumi Nusantara ini, maka sikap Sultanah tersebut dijadikan suatu momentum untuk lebih
menancapkan cengkeraman kuku imperialisme Belanda yang dimulai di Aceh. hal ini terbukti
dengan berbagai fasilitas dan kesempatan yang diberikan secara leluasa kepada mereka. maka
akhirnya Belanda mendirikan kantor dagang mereka di Padang dan Salida.
Walaupun tindakan Belanda itu akhirnya diperingatkan oleh Sultanah, namun rupanya mereka
sudah tidak menghiraukan peringatan tersebut. Sultanah Tajul Alam Syaflatuddin Syah wafat
tahun 1675 dan digantikan oleh sultan wanita Nurul Alam Nakiatuddin (tak jelas asal usulnya)
yang memerintah mulai tahun 1675-1678. Kehadirannya Sultanah belum bisa mengentaskan
kerajaan Aceh dari berbagai kemelut dan permasalahan internal maupun eksternal yang ada.
Begitu pula ketika digantikan oleh puterinya Raja Sertia, Aceh tetap dirundung kemelut yang
berkepanjangan. Baru setelah ulama-ulama dan tokoh masyarakat Aceh melancarkan perlawanan
terhadap kompeni pada tahun 1873-1904, seperti Habib Abdurrahman, Teuku Umar dan istrinya,
Cik Di Tiro. Panglima Polim dan lain-lain, kerajaan Aceh mulai naik lagi kharismanya.
Dari permasalahan yang terjadi setelah kematian dari Sultan Iskandar Muda dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua faktor penting yang mengakibatkan kemunduran kerajaan Aceh
Darussalam: kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal,
yang pertama diakibatkan oleh lemahnya sultan-sultan pengganti Sultan Iskandar Muda dalam
mengendalikan jalannya pemerintahan, yang berimbas lepasnya daerah-daerah yang berada di
bawah pengaruh Aceh dan berusaha berdiri sendiri sehingga lebih memudahkan pihak luar untuk
memecah belah persatuan. Kedua, banyaknya kaum kapitalis dalam negeri yang tidak pedulikan
lagi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh kerajaan terutama di bidang ekonomi akibat dan
sistem perekonomian yang diterapkan kaum kolonial. Kenyataan ini kemudian menyeret Aceh
mengambil sikap kompromi dengan Kompeni.
Faktor eksternal, adanya campur tangan dari pihak Asing, baik secara langsung atau tidak
langsung. hal ini berawal dari kegagalan kerajaan Aceh menyerang Portugis yang berkedudukan
di Malaka pada masa akhir pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Sebagai akibatnya para penerus
Sultan Iskandar Muda terpaksa memberi kelonggaran kepada Belanda untuk berdagang di
wilayah Aceh karena telah membantunya dalam penerangan Malaka. Campur tangan ini
akhirnya berlanjut terus menerus tanpa bisa ditolaknya oleh pewaris-pewaris tahta berikutnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daerah Selat Malaka sampai kapanpun tetap menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dan
negara baik secara regional maupun Internasinal.
Bagi Indonesia sendiri Selat Malaka merupakan pintu gerbang yang mempunyai nilai-nilai
stratiges yang tinggi.
Dan dengan masuknya bangsa-bangsa Barat pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16,
Selat Malaka memiliki kedudukan sebagai selat Internasional.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://pendidikanmu.com/2020/08/kerajaan-malaka.html
http://widiyatmiko.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/51872/Kerajaan+Malaka.docx+1.
pdf