Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN DAN


SULAWESI

Guru Pembimbing :
EVY MANURUNG

Disusun Oleh :

Kelompok I
1. ANGGUN SAPITRI
2. DWI WAHYUNI
3. JULIAN REPALDO
4. AFRI SISWANTO GOMES

SMA NEGERI 1 SAROLANGUN


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah. Amiin YaaRobbal ‘Alamiin.

Sarolangun, 04 Maret 2022


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi.................................................... 3
B. Kerajaan Gowa-Tallo............................................................................. 3
C. Kerajaan Bone....................................................................................... 4
D. Kerajaan Wajo....................................................................................... 8
E. Kesultanan Buton................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 12
B. Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan,
pendidikan, dll. Tokoh penyebar Islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel,
Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi
Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi
memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya
penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum
Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya
beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak,
Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada
abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.
Thomas Arnold dalam The Preachingof Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam
bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke
Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut
kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar
menunjukkannya sebagai rahmatanlil’alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya
pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan
kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang
bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal
dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai
yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani
berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan
dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi.
Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan
menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum
kolonialis. Setiap kali para penjajah, terutama Belandamenundukkan kerajaan Islam di
Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut
berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka.
Maka terputuslah hubungan umat Islam Nusantara dengan umat Islam dari
bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis
untuk menjauhkan umat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan
mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya awal Islam Sulawesi?
2. Apa saja kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi


Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari
pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan
kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes
atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis yang datang pada tahun 1540
saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah bisa ditemui pemukiman Muslim di beberapa
daerah. Meski belum terlalu besar, namun jalan dakwah terus berlanjut hingga menyentuh
raja-raja di Kerajaan Goa yang beribu negeri di Makassar.
Raja Goa pertama yang memeluk Islam adalah Sultan Alaudin al Awwal dan
Perdana Menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa pada tahun 1603. Sebelumnya,
dakwah Islam telah sampai pula pada ayahanda Sultan Alaudin yang bernama Tonigallo
dari Sultan Ternate yang lebih dulu memeluk Islam. Namun Tonigallo khawatir jika ia
memeluk Islam, ia merasa kerajaannya akan di bawah pengaruh kerajaan Ternate.
Beberapa ulama Kerajaan Goa di masa Sultan Alaudin begitu terkenal karena
pemahaman dan aktivitas dakwah mereka. Mereka adalah Khatib Tunggal, Datuk ri
Bandang, datuk Patimang dan Datuk ri Tiro. Dapat diketahui dan dilacak dari nama para
ulama di atas, yang bergelar datuk-datuk adalah para ulama dan mubalig asal
Minangkabau yang menyebarkan Islam ke Makassar. Pusat-pusat dakwah yang dibangun
oleh Kerajaan Goa inilah yang melanjutkan perjalanan ke wilayah lain sampai ke
Kerajaan Bugis, Wajo Sopeng, Sidenreng, Tanette, Luwu dan Paloppo.
C. Kerajaan Islam Di Sulawesi
D. Kerajaan Gowa-Tallo
Pada awalnya, Kerajaan Gowa-Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan
Makassar terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo,
Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato' ri Bandang dan
Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam,
rakyat pun segera ikut memeluk Islam.
Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama
Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin
(1653-1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos,
Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok.
Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar
transit di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan “Ayam
Jantan dari Timur”. Karenakeberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar
menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.Faktor-faktor
penyebab Kerajaan Makassar menjadi besar:
1. Letaknya strategis, baik sekali untuk pelabuhan.
2. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan pedagang Islam pindah ke
Makassar.
Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak
tunduk kepada VOC, bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC.
Kondisi ini mendorong VOC untuk berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama
dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin. Oleh karena itu, VOC menyerang
Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan dengan Makassar.
Akibatnya, banteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh,
Hasanuddin ditangkap dandipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

E. Kerajaan Bone
Kesultanan Bone atau sering pula dikenal dengan Akkarungengri Bone,
merupakan kesultanan yang terletak di Sulawesi bagian barat daya atau tepatnya di daerah
Provinsi Sulawesi Selatan sekarang ini. Menguasai areal sekitar 2600 km 2.Terbentuknya
kerajaan Bone dimulai dengan kedatangan Tomanurungri Matajang MatasilompoE yang
mempersatukan 7 komunitas yang dipimpin oleh Matoa. Manurung riMatajang menikah
dengan Manurung ri Toro melahirkan La Ummasa Petta Panre Bessie sebagai Arumpone
kedua. Saudara perempuannya menikah dengan La Pattikkeng Arung Palakka yang
melahirkan La SaliyuKarampelua sebagai Arumponeketiga. Di masanya, kerajaan Bone
semakin luas berkat keberaniannya.
Ratu Bone, We Tenrituppu adalah pemimpin Bone pertama yang masuk Islam.
Namun Islam diterima secara resmi dimasa Arumpone La TenripaleMatinroeri Tallo
Arumponekeduabelas. Sebelumnya yaitu La Tenrirua telah menerima Islam namun
ditolak oleh hadat Bone yang disebut Ade Pitue sehingga dia hijrah ke Bantaeng dan
meninggal disana. Ketika Islam diterima secara resmi, maka susunan hadat Bone berubah.
Ditambahkan jabatan Parewa Sara (Pejabat Syariat) yaitu Petta KaliE (Qadhi). Namun,
posisi Bissu kerajaan tetap dipertahankan.
Bone berada pada puncak kejayaannya setelah Perang Makassar, 1667-1669.
Bone menjadi kerajaan paling dominan dijazirah selatan Sulawesi. Perang Makassar
mengantarkan La Tenritatta Arung Palakka Sultan Saadudin sebagai penguasa tertinggi.
Kemudian diwarisi oleh kemenakannya yaitu La PatauMatannaTikka dan Batari Toja. La
Patau Matananna Tikka kemudian menjadi leluhur utama aristokrat di Sulawesi Selatan.
F. Kerajaan Wajo
Kerajaan Wajo adalah sebuah kerajaan yang didirikan sekitar tahun 1399, di
wilayah yang menjadi Kabupaten Wajo saat ini di Sulawesi Selatan. Penguasanya disebut
"Raja Wajo". Wajo adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yaitu Cinnotabi.
Ada tradisi lisan yakni pau-paurikadong dianggap sebagai kisah terbentuknya
Wajo, yaitu putri dari Luwu, We Tadampali yang mengidap sakit kulit kemudian
diasingkan dan terdampar di Tosora. Selanjutnya dia bertemu dengan putra Arumpone
Bone yang sedang berburu. Akhirnya mereka menikah dan membentuk dinasti di Wajo.
Ada juga tradisi lisan lain yaitu kisah La Banra, seorang pangeran Soppeng yang
merantau ke Sajoanging dan membuka tanah di Cinnotabi.
Sejarah Wajo berbeda dengan sejarah kerajaan lain yang umumnya memulai
kerajaannya dengan kedatangan To Manurung. Sejarah awal Wajo menurut Lontara
Sukkuna Wajo dimulai dengan pembentukan komunitas dipinggir Danau Lampulung.
Disebutkan bahwa orang-orang dari berbagai daerah, utara, selatan, timur dan barat,
berkumpul dipinggir Danau Lampulung. Mereka dipimpin oleh seseorang yang tidak
diketahui namanya yang digelari dengan PuangngeRiLampulung. PuangriLampulung
dikenal sebagai orang yang bijak, mengetahui tanda-tanda alam dan tatacara bertani yang
baik. Adapun penamaan danau Lampulung dari kata sipulung yang berarti berkumpul.
Komunitas Lampulung terus berkembang dan memperluas wilayahnya hingga ke
Saebawi. Setelah Puangri Lampulung meninggal, komunitas ini cair. Hingga tiba
seseorang yang memiliki kemampuan sama dengannya, yaitu Puangri Timpengeng di
Boli. Komunitas ini kemudian hijrah dan berkumpul di Boli. Komunitas Boli terus
berkembang hingga meninggalnya Puangri Timpengeng.

G. Kesultanan Buton
Kesultanan Buton terletak di Kepulauan Buton (Kepulauan Sulawesi Tenggara)
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada zaman dahulu memiliki kerajaan sendiri yang bernama
kerajaan Buton dan berubah menjadi bentuk kesultanan yang dikenal dengan nama
Kesultanan Buton. Nama Pulau Buton dikenal sejak zaman pemerintahan Majapahit,
Patih Gajah Mada dalam Sumpah Palapa, menyebut nama Pulau Buton.
Mpu Prapanca juga menyebut nama Pulau Buton di dalam bukunya, Kakawin
Nagarakertagama. Sejarah yang umum diketahui orang, bahwa Kerajaan Bone di
Sulawesi lebih dulu menerima agama Islam yang dibawa oleh Datuk ri Bandang yang
berasal dari Minangkabau sekitar tahun 1605 M. Sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Kubra
lebih dulu sampai di Pulau Buton, yaitu pada tahun 815 H/1412 M. Ulama tersebut
diundang oleh Raja MulaeSangia i-Gola dan baginda langsung memeluk agama Islam.
Lebih kurang seratus tahun kemudian, dilanjutkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman al-Fathani yang dikatakan datang dari Johor. Ia berhasil mengislamkan Raja
Buton yang ke-6 sekitar tahun 948 H/1538 M.
Selain pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Johor,
ada pula pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Ternate.
Dipercayai orang-orang Melayu dari berbagai daerah telah lama sampai di Pulau Buton.
Mengenainya dapat dibuktikan bahwa walaupun bahasa yang digunakan dalam Kerajaan
Buton ialah bahasa Wolio, namun dalam masa yang sama digunakan bahasa Melayu,
terutama bahasa Melayu yang dipakai di Malaka, Johor dan Patani. Orang-orang Melayu
tinggal di Pulau Buton. Orang-orang Buton termasuk kaum yang pandai belayar seperti
orang Bugis juga. Orang-orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia
Melayu dengan menggunakan perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima
orang, hingga perahu besar yang dapat memuat barang sekitar 150 ton.
BAB III
PENUTUP

H. Kesimpulan
Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, divantaranya dari suku
bangsa Makassar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2
kerajaan yang memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota
kerajaannya adalah Gowa yang sekarang menjadi Makassar. Kerajaan ini pada abad ke 16
sudah menjadi daerah Islam. Masuk dan berkembangnya Islam di Makassar atas juga
datuk Ribandang (Ulama adat Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri
pada tahun 1605 M.

I. Saran
Kita perlumempelajarisejarahkerajaan-kerajaan Islam. Dan kita
perlumengembangkan wawasankitatentangsejarah. Karenaitutermasukhal penting.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Suwardi. 2006. LKS Merpati. Karanganyar: Graha Multi Grafika.

http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaan-islam-di-
Sulawesi/

http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa

http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm

Nico ThamiendR.M.P.B. Manus. 2000. Sejarah. Jakarta: Yudhistira.

Siti Waridah Q, Dra. 2001. Sejarah Nasional dan Umum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai