DISUSUN OLEH:
1. AIDA FATIN
2. FLORA
3. LALU HABIBURROHIM
4. SEPTIANA
5. NOVALISA TRIFADILA
6. RASYID RIDHO
KELAS: XII IPS 2
Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan dan
kesehatan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan judul “Kerajaan Islam di Kalimantan ( Banjar )”.
Kemudian makalah berikut bisa rampung berkat pihak-pihak yang sudah membantu, khususnya para
anggota kelompok dan pihak-pihak lainnya.
Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kami. Oleh sebab
itu, kami harapkan adanya umpan balik berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian
hari kami sanggup makalah yang lebih maksimal.
Akhirnya, semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa bermanfaat bagi dunia
pendidikan.
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kalimantan merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia. Pulau ini menjadi “jantung”nya Nusantara.
Luasnya mencapai 940.000 kilometer persegi, 736.000 kilometer persegi milik Republik Indonesia. Hasil
rimbanya sangat besar, diantaranya menghasilkan kayu yang paling bermutu, rotan, damar, dan sebagainya.
Tanahnya yang beriklim sangat lembab, karena curahan hujan yang banyak itu mengandung batubara, minyak
tanah, besi, intan, emas dan platina. Banyak terdapat sungai-sungai yang besar yang menjadi sumber
kemakmuran dan kemajuan ekonomi, diantaranya Sungai Kapuas, Barito dan Mahakam.
Pulau ini mempunyai banyak sejarah yang menakjubkan. Di dalamnya terdapat banyak kerajaan yang silih
berganti dari masa ke masa. Dari kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha hingga bercorak Islam. Para ulama yang
berdakwah di Sumatera dan Jawa melahirkan kader-kader dakwah yang terus menerus mengalir sehingga inilah
awal dari masuknya islam di kalimantan. Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo
kala itu melalui dua jalur
Jalur pertama yang membawa Islam masuk ke tanah Bomeo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai
Kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis kian membuat dakwah
semakin menyebar. Para mubaligh-mubaligh dan komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat
Kalimantan.
Jalur lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubaligh yang dikirim dari Tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini menemui puncaknya saat Kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan
banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar dengan
ulama-ulamanya yang besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad al Banjari.
BAB II
PEMBAHASAN
Islam datang ke Kalimantan pada abad ke 15. Suatu ketika, Raden Paku atau Sunan Giri berlayar ke pulau
Kalimantan dan mendarat di pelabuhan Banjar. Kedatangannya sebagai muballigh sambil membawa barang
dagangannya dengan tiga buah kapal. Kedatangan Sunan Giri ke Kalimantan diperkirakan pada tahun 1470
M.
Pada akhir abad ke 15, orang-orang Islam dari Jawa telah banyak menetap di Kalimantan. Berita-berita
tentang agama Islam semakin tersiar dikalangan penduduk, baik melalui pendatang (pedagang dan muballigh)
maupun orang-orang Kalimantan sendiri yang pernah menyinggahi Jawa, terutama Jawa Timur. Itu sebabnya
maka kisah-kisah tentang Wali Songo menjadi buah bibir penduduk Kalimantan. Pelan tapi pasti Agama Islam
telah dikenal oleh seluruh penduduk.
Pada masa itu, kalimantan Selatan masih dibawah Kerajaan Daha, yang pada saat itu dipimpim oleh
Pangeran Sukarama. Ia mempunyai tiga orang anak; Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung dan
Putri Galuh. Peristiwa kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari konflik yang ada di dalam Istana Daha. Konflik
terjadi antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran
Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba
ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalah cucunya Raden Samudera. Tentu saja
keempat anaknya tidak setuju dengan sikap ayahnya itu, terlebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi.
Setelah Sukarama wafat, jabatan dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi.
Waktu itu, Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tak terlalu lama
berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya yang berhasil dihasut oleh Pangeran Tumenggung. Dengan
meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka Pangeran Tumenggung naik tahta. Pada saat itu, Pangeran
Samudera menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung. Oleh karena itu ia memilih meninggalkan istana dan
menyamar menjadi nelayan di Pelabuhan Banjar. Namun, keberadaanya diketahui oleh Patih Masih yang
menguasai Bandar. Karena tidak mau daerahnya (Patih Masih) terus menerus mengantar upeti ke Daha
kepada Pangeran Tumenggung, maka Patih Masih mengangkatnya sebagai Raja.
Dalam sejarah Daha, tersebutlah seorang perdana menteri yang cakap, bernama Patih Masih. Walau tak
sebesar Patih Gajah Mada, ia mampu mengendalikan pemerintahan dengan teratur dan maju. Patih ini banyak
bergaul dengan pendatang-pendatang di Pelabuhan Bandar. Disanalah ia bergaul dengan Muballigh Islam yang
datang dari Tuban dan Gresik. Dari para Muballigh ini ia mendengar kisah tentang Wali Songo dalam
mengemban Kerajaan Demak dan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Bagi Patih Masih,
kisah tersebut sangat fantastik, mengagumkan.
Seiring berjalannya waktu, dari pergaulannya ini, ia akhirnya memeluk Islam. Atas bantuan Patih Masih,
Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan dan memulai menyerang Pangeran Tumenggung. Tetapi
peperangan terus berlangsung secara seimbang. Patih mengusulkan untuk meminta bantuan Demak. Sultan
Demak bersedia membantu Pangeran Samudera asal nanti masuk Islam. Lalu sultan Demak mengirimkan
bantuan seribu orang tentaranya[6] (sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah 1.000
kapal, masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu, kemenangan ada di pihak Pangeran
Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri
masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau Suriansyah, yang dinobatkan
sebagai raja pertama Kerajaan Banjar.
Sultan-sultan yang pernah memimpin dalam kerajaan Banjar, ada sumber yang mengatakan bahwa sultan
berjumlah sembilan belas, tetapi sumber lain mengatakan bahwa sultan yang memimpin berjumlah hingga
dua puluh tiga hingga kini, mereka yaitu:
a. Kehidupan Politik
Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Merupakan
konsekuensi logis jikalau kerajaan A dapat mendirikan kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka Kerajaan
B turut mempengaruhi bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A.
Walaupun dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam kekuasaannya tidaklah
semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping keturunan, kekayaan juga faktor yang menentukan dalam
kedudukan raja. Pada hakekatnya pemerintah bersifat aristokratis, yang dikuasai oleh para bangsawan, yang
mana raja hanya sebagai simbol pemersatu belaka.
Sultan dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang mempunyai kekuasaan dalam masalah
politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia
tidak mempunyai jabatan tertentu tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat sebuah lembaga Dewan
Mahkota yang terdiri dari kaum bangsawan dan Mangkubumi.
Mangkubumi adalah pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda pemerintahan.
Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan, Menteri Pangiwa dan Menteri Bumi dan
dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap. Tiap-tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100 orang.
Dilingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau petugas. Antara lain:
1. Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
2. Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
3. Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
4. Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi
5. Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
6. Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu
7. Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka ragam tugas di
istana.
Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Lapisan
teratas adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum
bangsawan, keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang mengurusi masalah hukum
keagamaan dalam kerajaan. Sementara golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan
lain sebagainya.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada abad-16
sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu kemakmuran
kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam
perdagangan, lada merupakan komoditas ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam dan besi ini
terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam seperti perunggu, yang dapat
menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan
pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya, seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian
membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping
bertani. Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok, tukang sirap,
dan lain sebagainya.
c. Kehidupan Budaya
Orang-orang Banjar terdiri dari tiga golongan, yaitu kelompok Banjar Muara (Suku Ngaju),
Kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan Kelompok Banjar Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap
kurun Sejarah, Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda
dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara berpikir sekelompok manusia di daerah ini dalam
suatu kurun waktu tertentu.
Dalam rentetan peristiwa sejarah, kita dapatkan bahwa masyarakat Banjar dimulai dari percampuran
budaya melayu dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, kemudian membentuk kerajaan Tanjung
Pura dengan agama Buddha. Yang kedua, percampuran kebudayaan pertama dengan kebudayaan Jawa, yang
mana budaya Maanyan, Bukit, dan Melayu menjadi inti, yang kemudian membentuk Kerajaan Negara Dipa
dengan agama Buddha. Yang ketiga, adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan
Negara Daha dengan agama Hindu. Yang terakhir, lanjutan dari Kerajaan Daha dalam membentuk kerajaan
Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit. Dari perpaduan yang terakhir inilah akhirnya
melahirkan kebudayaan yang ada dalam Kerajaan Banjar.
1. Usaha Sultan Tahlillullah (memerintah 1700-1745) untuk mengembangkan dakwah islam di banjar.
2. Kesultanan membuka tempat pengajian (semacam pesantren) bernama Pagar Dalam,yang kemudian lama
kelamaan menjadi sebuah kampung yang ramai tempat menuntut ilmu agama islam.
3. Untuk keperluan pengajaran serta pendidikan.
4. Pengislaman secara massal diduga terjadi setelah pelantikan Sultan Suriansyah,sebagai pemeluk agama
islam. Perilaku raja ini diikuti oleh warga bubuhannya, dan demikianlah seterusnya sampai kepada
bubuhan rakyat jelata di tingkat paling bawah.
5. Kemenangan Raden Samudera atas Pangeran Tumenggung pada abad XVI menjadikan islam sebagai
agama negara.
Sultan Suriansyah adalah raja pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya agama resmi
kerajaan. Tetapi, hukum Islam belum melembaga dalam pemerintahan. Karena pada saat itu belum ada ulama
yang mendampinginya. Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa, barulah hukum Islam itu melembaga. Hal ini
menimbulkan terjadinya perubahan dalam pemerintahan, terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari
datang dari Mekkah. Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul Muhtadin yang
ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu dijadikan pedoman hukum meskipun masih
terbatas dalam bidang-bidang tertentu, seperti hukum waris dan pernikahan.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar
ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat. Syeikh Al-
Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga
pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.
Dalam penyebaran dan islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib
Dayyan. Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak mengirimnya
adalah untuk mengislamkan orang Banjar.
Pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah inilah pusat Kesultanan Banjar dipindahkan ke Kayuwangi,
Martapura. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, yaitu pada masa pemerintahan Sultan
Mustain Billah (1595-1620), Sultan Inayatullah (1620-1637), dan Sultan Saidullah (1637 – 1642). Ketika
Belanda datang dan menimbulkan kekacauan, Kesultanan Bajar mengalami kerugian.
Akibatnya, ibukota kerajaan dipindahkan ke Amuntai, kemudian ke Tambangan, dan Batang Banju.
Sebenarnya VOC sudah datang ke Banjar sejak 1606 untuk meminta monopoli lada namun usaha mereka
belum terwujud. Baru setelah adanya kontrak yang ditandatangani Belanda dan Syahbandar Kesultanan Banjar
pada 1635 perdagangan lada dimonopoli oleh Belanda. Setelah perjanjian antara VOC dengan Sultan Martapura
ditandatangani, perlawanan terhadap Belanda menurun.
Kerajaan Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah kerajaan ini sebagai
pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan perpecahan di
kalangan istana. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut campur dalam urusan adat
kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan
perpercahan dikalangan istana.
Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang
antara Kerajaan Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki
hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya
pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah
pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah
Kalimantan Selatan.
Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang Banjar”. Perlawanan Kerajaan Banjar
berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap
kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya
berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada
tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam pertama di Kalimantan. Kerajaan ini merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Berdirinya Kerajaan Banjar karena adanya perebutan kekuasaan
antara putera mahkota yang sah dengan pamannya, yang terkenal dengan “Hikayat Banjar”. Sultan pertama
Kerajaan Banjar adalah Sultan Suriansyah, yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan.
Budaya yang berkembang pada masa Kerajaan ini bercorak Islam. Karena pemerintah sendiripun sangat
memberi perhatian kepada Islam dan hukum-hukumnya. Hukum-hukum Islam terbentuk atas bantuan ulama-
ulama, yang terkenal yakni Syeikh al-Banjari. Kerajaan Banjar dari masa ke masa terus berkembang, tetapi masa
kejayaan itu melemah dengan kedatangannya Belanda ke Kalimantan.
3.2 Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Banjat di wilayah nusantara pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus serta di
dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika
kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat derajat dan jati diri
bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa yang
menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Zuhri, Saifuddin. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. Bandung: Al-
Ma’arif,1979
Kartodirjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900. Yogyakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2010
https://www.scribd.com/presentation/335623401/Peran-Kerajaan-Islam-Di-Pulau-Kalimantan-Dan-
Sulawesi
https://idoc.pub/documents/makalah-kerajaan-banjar-eljm2p7y87l1
http://faradzsheilla25.blogspot.com/2017/01/sejarah-kerajaan-banjar.