Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA

Disusun Oleh

1. Dwi Riska.A
2. Nadila Zahra
3. Cipto Kusuma

MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KAMPAR


KECAMATAN KAMPAR KIRI
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah kerajaan islam di Sumatra sebagai tugas mata
pelajaran sejarah indonesia. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua
dan dapat memenuhi tugas yang diberikan serta dapat menjadi nilai untuk penulis.Oleh
sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan
bagi penulis untuk masa yang akan datang.Akhir kata penulis mengucapkan “Terimakasih

Penulis

8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Kerajaan ternate............................................................................................................2
B. Kerajaan Tidore............................................................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
A. kesimpulan....................................................................................................................8
B. saran..............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah diperkirakan telah berlangsung sekitar abad ke 13
hingga abad ke 16. Maraknya perdagangan antara pedagang muslim dari berbagai daerah
seperti Arab, Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan masyarakat Indonesia saat
itu mudah berbaur dengan para pedagang muslim.
Kegiatan perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat hingga ke
berbagai daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra. Kehadiran agama Islam di
nusantara juga mulai menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat kala itu. Aturan-
aturan hidup yang berlandaskan nilai-nilai Islam mulai diimplementasikan dalam berbagai
sendi kehidupan masyarakat. Proses masuknya Islam di Nusantara sebenarnya tidak tersiar
secara bersamaan. Tiap daerah memiliki periode yang berbeda-beda saat Islam masuk di
wilayahnya. Menurut para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat yang menjadi awal
mula masuknya Islam di nusantara.
Kemudian, masuknya agama Islam ke tanah air pada sekitar abad ke 6 tidak lepas dari pengaruh
Syekh Kadir Jailani yang menyiarkan Islam saat itu. Pada periode pertama menyebarkan
syiar agama Islam, beliau telah membawa banyak perubahan dan perkembangan di
masyarakat nusantara.
Aspek budaya, sosial pemerintahan dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam yang
diajarkan. Secara umum, perubahan besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di nusantara termasuk di wilayah Sumatera.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kerajaan islam di sumatra?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kerajaan islam di sumatra.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerajaan islam di Sumatra


Sumatera (terutama Sumatera Utara) merupakan wilayah pertama masuknya Islam ke
Nusantara. Pendapat mengenai bukti tertulis masuknya Islam di Sumatera, ditemukan sekitar
abad ke-10 Masehi, yaitu makam seorang wanita bernama Tuhar Amisuri di Barus. Catatan lain
menyebutkan, makam bertulisan Siti Tuhar Amisuri di Barus ditemukan pada abad ke-13.
Peninggalan tersebut merupakan salah satu peninggalan Islam tertua di Sumatera sekaligus
sebagai bukti bahwa di Barus pada abad tersebut sudah ada orang yang beragama Islam. Siti
Tuhar atau Tuhar Amisuri tersebut adalah salah seorang keturunan yang berasal dari Arab.
1. Kerajaan Samudera Pasai
a. Awal islam masuk dikerajaan
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kesultanan Islam pertama di Indonesia. Sejarah
Kerajaan Samudera Pasai tercatat dalam Hikayat Raja-Raja Pasai.
Menurut Al-Fatih, Puspita, Pratiwi, dan Tarigan dalam Peradaban Islam di Kerajaan
Samudera Pasai, mengungkapkan bahwa raja pertama dari kerajaan Islam tertua di
Indonesia ini adalah Meurah Silu atau dikenal sebagai Sultan Malikussaleh. Kerajaan
Samudera Pasai resmi berdiri pada abad ke-13 dengan raja pertama, yaitu Meurah Silu
yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Malik As-Saleh.
Proses masuknya Islam ke wilayah pesisir Aceh ini terjadi akibat lokasinya yang strategis
sebagai jalur perdagangan internasional. Oleh sebab itu, wilayah pesisir Aceh ini memeluk
agama Islam lebih awal.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Al-Fatih dalam Journal of Teaching and Science
Education, Marcopolo menemukan catatan Ibnu Batutah yang ditulis sekitar tahun 1297 M
dan menyebutkan bahwa Kerajaan Samudera Pasai telah ada sebelum Dinasti Utsmaniyah
di negara Turki.
b. Sumber sejarah
Beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai adalah sebagai berikut:
1. Relief
Relief peninggalan Kerajaan Samudera Pasai berupa lampu yang berisikan kalimat tauhid
dalam batu nisan. Peninggalan ini menandakan bahwa ajaran tauhid menjadi tugas utama para
penguasa era Kerajaan Samudera Pasai selama lebih dari tiga abad.
2. Mata Uang Emas
Mata uang emas adalah salah satu peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang berupa koin
dan memuat tulisan dalam bahasa Arab.
3. Makam Sultan Malik Al-Saleh
Makam Sultan Malik Al-Saleh yang ditemukan oleh sejarawan menjadi tanda Islam telah
masuk ke Indonesia sejak abad ke-13 atau bisa jadi sebelum itu

c. Raja-raja yang memerintah


Melansir situs Pemerintah Aceh, berikut daftar Sultan di Kerajaan Samudera Pasai:
8
Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 - ± 1345 M)
Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346 M)
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah sekitar tahun 1346-1383 M
Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah pada 1383-1405 M
Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah pada 1405-1412 M
Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah mulai sekitar tahun 1402 M
Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir yang memerintah hingga sekitar 1455 M
Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah sekitar tahun 1455-1477 M
Sultan Zain Al-'Abidin, memerintah sekitar tahun 1477-1500 M
Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah sekitar tahun 1501-1513 M
Sultan Zain Al'Abidin, yang memerintah tahun 1513-1524 M

d. Puncak kejayaan
Pada masa kepemimpinan Sultan Malikussaleh, Kerajaan Samudera Pasai berupaya menguasai
wilayah pesisir sebagai tempat perdagangan internasional yang tepat untuk penyebaran agama
Islam.
Selain itu, Sultan Malikussaleh juga mendapatkan pembelajaran agama Islam dari Syeikh Ismail
asli India. Setelah itu, Sultan Malikussaleh juga menikah dengan Ganggang Sari, putri dari
Sultan Perlak.
Pada masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai, wilayah ini menjadi pusat perdagangan yang
cukup penting. Bahkan, banyak saudagar datang dari berbagai penjuru negeri, seperti dari Arab,
Persia, China, India, dan Siam.
Komoditas utama perdagangan di Aceh adalah lada. Adapun mata uang yang digunakan untuk
jual beli pada saat itu adalah emas atau dirham.
Selain sebagai pusat perdagangan, wilayah kekuasaan Samudera Pasai juga menjadi pusat ajaran
agama Islam.

e. Kemunduran kerajaan
Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran pada tahun 1360 M setelah ditaklukkan oleh
Majapahit. Namun setelah itu, wilayah tersebut diambil alih oleh Kerajaan Aceh pada tahun
1524 M.
Demikian informasi seputar sejarah Kerajaan Samudera Pasai sebagai kesultanan Islam pertama
di Indonesia.
Kerajaan yang terletak di wilayah Lhokseumawe ini cukup strategis menjadi pusat perdagangan
internasional, khususnya pada komoditas rempah-rempah.
Hal itu membantu wilayah ini mendapatkan ajaran agama Islam lebih cepat melalui kedatangan
saudagar-saudagar asal Arab, India, serta Persia.

2. Kesultanan aceh darussalam


Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530 setelah melepaskan diri
dari kekuasaan Kerajaan Pidie. Tahun 1564 Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Sultan Alaudin
al-Kahar (1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar menyerang kerajaan Johor dan berhasil
8
menangkap Sultan Johor, namun kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa
kerajaan Aceh dipimpin oleh Alaudin Riayat Syah datang pasukan Belanda yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman untuk meminta ijin berdagang di Aceh.Penggantinya adalah Sultan Ali
Riayat dengan panggilan Sultan Muda, ia berkuasa dari tahun 1604-1607. Pada masa inilah,
Portugis melakukan penyerangan karena ingin melakukan monopoli perdagangan di Aceh, tapi
usaha ini tidak berhasil. Setelah Sultan Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Muda dari tahun
1607-1636, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam perdagangan. Banyak terjadi penaklukan
di wilayah yang berdekatan dengan Aceh seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman,
Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).Gejala kemunduran Kerajaan Aceh
muncul saat Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar
Sani) yang memerintah tahun 1637-1642. Iskandar Sani adalah menantu Iskandar Muda. Tak
seperti mertuanya, ia lebih mementingkan pembangunan dalam negeri daripada ekspansi luar
negeri. Dalam masa pemerintahannnya yang singkat, empat tahun, Aceh berada dalam keadaan
damai dan sejahtera, hukum syariat Islam ditegakkan, dan hubungan dengan kerajaan-kerajaan
bawahan dilakukan tanpa tekanan politik ataupun militer.
a. Awal masuk islam dikerajaan
Aceh sering disebut-sebut sebagai tempat persinggahan para pedagang Cina, Eropa, India dan
Arab. Sehingga tak aneh jika Aceh menjadi pintu masuk budaya dan agama para pedagang
yang singgah di Nusantara. Pada abad ke-7, para pedagang India memperkenalkan agama
Hindu dan Budha kepada masyarakat Aceh. Tak lama berselang, agama Islam masuk dan
berkembang di daerah Aceh. Di masa itu, Islam diperkenalkan oleh pedagang Gujarat dari jajaran
Arab menjelang abad ke-9. Menurut catatan sejarah, Aceh adalah tempat pertama masuknya
agama Islam di Indonesia. Selain itu, Aceh juga sebagai tempat timbulnya
kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Peureulak dan Pasai.

Kerajaan yang dibangun oleh Sultan Ali Mughayatsyah dengan ibukotanya di


Bandar Aceh Darussalam (Banda Aceh sekarang), lambat laun bertambah luas wilayahnya.
Wilayah tersebut meliputi sebagaian besar pantai Barat dan Timur Sumatra hingga ke
Semenanjung Malaka. Kehadiran daerah ini semakin bertambah kokoh dengan terbentuknya
Kesultanan Aceh yang mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di
daerah itu. Dengan demikian Kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada permulaan
abad ke-17, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu pengaruh agama
dan kebudayaan Islam begitu besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh, sehingga
daerah ini mendapat julukan “Seuramo Mekkah” (Serambi Mekkah).

Keadaan ini tidak berlangsung lama, karena sepeninggal Sultan Iskandar Muda para penggantinya
tidak mampu mempertahankan kebesaran kerajaan tersebut. Sehingga kedudukan daerah ini
sebagai salah satu kerajaan besar di Asia Tenggara melemah. Hal ini menyebabkan wibawa
kerajaan semakin merosot dan mulai dimasuki pengaruh dari luar

b. Sumber sejarah
1) Masjid Raya Baiturrahman
Sumber sejarah kerajaan Aceh pertama yaitu Masjid Raya Baiturrahman. Tempat ibadah bagi
pemeluk agama islam ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda, tepatnya pada
tahun 1612 Masehi. Lokasi Masjid ini berada di pusat kota Banda Aceh. Keberadaan
8
masjid merupakan salah satu peninggalan kerajaan Aceh. Selain digunakan sebagai
tempat ibadah, Masjid ini kerap digunakan sebagai obyek penelitian oleh orang-orang
yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sejarah Kesultanan Aceh.
2) Benteng Indrapatra
Benteng Indrapatra merupakan sebuah benteng yang memiliki nilai historis sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber sejarah kerajaan Aceh. Berdasarkan sejarahnya, benteng ini
dibangun pada masa kerajaan sebelumnya, yakni kerajaan Lamuri. Benteng ini dibangun pada
abad ke 7, jadi usianya cukup tua.
Pada masa kesultanan Aceh, benteng Indrapatra dimanfaatkan sebagai tempat untuk berlindung
saat terjadinya konflik dengan pihak Portugis. Saat itu, pihak Portugis melakukan serangan
terhadap Kesultanan Aceh dengan meriam. Di benteng inilah rakyat aceh berlindung dari
serangan tersebut.
Lokasi benteng Indrapatra berada di Desa Ladong Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh
Besar. Benteng ini masih kokoh berdiri, jadi jika kalian tertarik untuk mengetahui sejarah
kesultanan Aceh bisa langsung saja datang kesini. Selain sebagai sumber sejarah, peninggalan
sejarah ini dijadikan sebagai tempat wisata sejarah bagi penduduk Aceh, jadi tak heran jika
banyak yang mengunjunginya.
3) Makam Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda merupakan Sultan paling terkenal di Kesultanan Aceh, bahkan namanya
masih dikenang sampai saat ini berkat jasa-jasa menjadikan aceh maju. Seperti yang kita ketahui,
masa kejayaan kerajaan/kesultanan Aceh berlangsung pada masa Sultan Iskandar Muda.
Untuk mengetahui sejarah tentang raja-raja/sultan-sultan di Kesultanan Aceh maka makam
Sultan Iskandar Muda ini merupakan salah satu obyek yang dapat dijadikan sumber sejarah
Kerajaan Aceh. Makam ini terletak di Kelurahan Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda
Aceh.
Di makam tersebut terdapat pahatan kaligrafi pada batu nisannya, sehingga terlihat cukup indah
untuk dilihat. Keberadaan makam juga menjadi salah satu bukti sejarah masuknya Islam di
Indonesia.
4) Meriam Kesultanan Aceh
Sumber sejarah kerajaan Aceh selanjutnya adalah sebuah meriam. Fakta menarik yang perlu
kalian ketahui yaitu meriam ini merupakan senjata buatan sendiri dari kesultanan Aceh.
Kebenaran tentang asal usul meriam telah dilakukan penelitian oleh para ahli, bahwasanya benar
memang teknisi-teknisi kerajaan Aceh yang membuat senjata ini.
Darimana teknisi kesultanan Aceh memperoleh teknologi tersebut? Teknisi Aceh telah
mempelajari pembuatan meriam dari Kerajaan Turki Ustmaniah. Pada masa itu, meriam ini
digunakan untuk menenggelamkan kapal-kapal musuh yang hendak memasuki kesultanan Aceh.
5) Gunongan
Sumber sejarah kerajaan Aceh kelima yaitu gunongan atau sebuah taman lengkap dengan
keratonnya. Lokasi taman berada di dekat Masjid Raya Baiturrahman, tepatnya di Desa
Sukarami. Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
Menurut sejarahnya, taman ini dibuat oleh Sultan Aceh untuk permaisuri yang sangat ia cintai.
Konon ceritanya, permaisuri tersebut adalah putri dari kerajaan Pahang yang telah ditawan
karena kerajaan tersebut mengalami kekalahan.
6) Uang Emas Kerajaan Aceh

8
Uang emas ini merupakan sumber sejarah kerajaan Aceh yang dapat dimanfaatkan sebagai bukti
kehidupan ekonomi kesultanan Aceh. Seperti yang kita ketahui, kesultanan Aceh berada di
lokasi yang strategis yakni di jalur perdagangan.
Oleh sebab itu berbagai komoditas dari berbagai penjuru dunia berkumpul di kesultanan Aceh.
Hal ini memicu dibuatnya mata uang sendiri. Mata uang logam ini dibuat dari bahan emas murni,
yakni sebesar 70%.
Di uang emas ini, terdapat nama-nama raja/sultan Aceh. Keberadaan koin merupakan salah satu
bukti kejayaan kerajaan Aceh pada masa itu. Sampai saat ini, banyak orang-orang yang masih
mencari keberadaan koin tersebut.

c. Raja-raja yang memerintah


1. Sultan Ali Mughayat Syah (1496-1528 M)
2. Sultan Salahuddin (1528-1537).
3. Sultan Ala al-Din al-Kahhar (1537-1568).
4. Sultan Husein Ali Riayat Syah (1568-1575)
5. Sultan Muda (1575)
6. Sultan Sri Alam (1575-1576).
7. Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).
8. Sultan Ala al-Din Mansur Syah (1577-1589)
9. Sultan Buyong (1589-1596)
10. Sultan Ala al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil (1596-1604).

d. Puncak kejayaan
Setelah Sultan Iskandar Muda naik takhta, Kesultanan Aceh mengalami perkembangan pesat
hingga mencapai puncak kejayaannya. Di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan
Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas perdagangan, bahkan menjadi bandar
transit yang menghubungkan dengan pedagang Islam di Barat. Sultan Iskandar Muda juga
meneruskan perjuangan Aceh dengan menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung
Malaya supaya bisa menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah
penghasil lada. Di samping itu, Kerajaan Aceh memiliki kekuasaan yang sangat luas, meliputi
daerah Aru, Pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri. Puncak Kejayaan Kesultanan Aceh
Darussalam bermula dari pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Pada saat itu, agama dan
kebudayaan Islam begitu berkembang di kehidupan masyarakat. Dari situlah Aceh mendapat
julukan sebagai daerah Serambi Mekkah

e. Kemunduran kerajaan
Pada 1641, atau sepeninggal Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran.
Faktor kejatuhan Kerajaan Aceh paling utama adalah adanya perebutan kekuasaan di antara para
pewaris takhta. Selain itu, kekuasaan Belanda di Pulau Sumatera dan Selat Malaka semakin
menguat. Pada masa pemerintahan raja terakhir Kerajaan Aceh, Belanda terus melancarkan
perang terhadap Aceh. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh
akhirnya jatuh ke pangkuan kolonial Belanda.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah
pada 1496 Masehi.
Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah diperkirakan telah berlangsung sekitar abad ke
13 hingga abad ke 16. Maraknya perdagangan antara pedagang muslim dari berbagai
daerah seperti Arab, Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan masyarakat
Indonesia saat itu mudah berbaur dengan para pedagang muslim.
Kegiatan perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat hingga ke
berbagai daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra. Kehadiran agama Islam
di nusantara juga mulai menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat kala itu.
Aturan-aturan hidup yang berlandaskan nilai-nilai Islam mulai diimplementasikan dalam
berbagai sendi kehidupan masyarakat. Proses masuknya Islam di Nusantara sebenarnya
tidak tersiar secara bersamaan. Tiap daerah memiliki periode yang berbeda-beda saat
Islam masuk di wilayahnya. Menurut para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat
yang menjadi awal mula masuknya Islam di nusantara.
Kemudian, masuknya agama Islam ke tanah air pada sekitar abad ke 6 tidak lepas dari
pengaruh Syekh Kadir Jailani yang menyiarkan Islam saat itu. Pada periode pertama
menyebarkan syiar agama Islam, beliau telah membawa banyak perubahan dan
perkembangan di masyarakat nusantara.
Aspek budaya, sosial pemerintahan dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam yang
diajarkan. Secara umum, perubahan besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di nusantara termasuk di wilayah Sumatera.

B. Saran
Demikianlah makalah ini, kami menunggu kritik serta sarannya dari pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

LKS SMA/MA SEJARAH INDONESIA


https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/30/204418979/kerajaan-aceh-raja-raja-puncak-
kejayaan-keruntuhan-dan-peninggalan?page=all
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6395606/sejarah-perkembangan-masuknya-islam-
di-sumatera

Anda mungkin juga menyukai