Anda di halaman 1dari 59

BAB II MASA KERAJAAN ISLAM

PEMERINTAHAN MASA KERAJAAN ISLAM

Masuknya Islam di Nusantara dapat dilihat dari berbagai teori yang telah berkembang
diantaranya teori dari Arab, India, Persia, maupun Cina. Pada intinya Keberadaan para pedagang
memiliki peran penting. Karena selain untuk melakukan transaksi perdagangan, para pedagang
tersebut juga menyebarkan agama islam. Masyarakat pribumi mulai tertarik dengan agama islam
yang dibawa oleh para pedagang tersebut, tidak terkecuali para bangsawan yang memerintah.
agama islam mudah untuk diterima oleh masyarakat karena para tokoh penyebar agama islam
juga mengaitkan antara agama dan juga tradisi yang berkembang di masyarakat. agama Islam
disebarkan secara damai dan tanpa kekerasan. Selain itu, dalam agama islam juga tidak
mengenal sistem kasta. Semakin menyebarnya agama islam di Nusantara ini, menjadikan para
pedagang Islam singgah lebih lama di Nusantara, dan mendirikan perkampungan di pesisir yang
biasa dijuluki pekojan. Dengan adanya para penganut islam selain para pedagang, maka
terbentuklah suatu jaringan masyarakat yang menganut agama islam, dan mengajarkannya di
tempat lain.

Keberadaan para pedagang muslim ini juga berpengaruh terhadap para bangsawan,
sehingga terbentuklah berbagai macam kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara, dan sebagian
di antaranya merupakan kerajaan yang bercorak hindu atau Buddha, seperti Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram yang sebelumnya merupakan kerajaan yang bercorak Hindu, seiring
kedatangan agama islam maka berdirilah kerajaan Mataram Islam.kerajaan bercorak hindu-
budha mulai mengalami keruntuhan satu persatu dan kerajaan bercorak islam mulai berkembang
pesat. adanya perubahan mengenai sistem pemerintahan yang pada saat itu banyak menganut
sistem pemerintahan hindu-budha kemudian seiring berkembangnya waktu sistem pemerintahan
kerajaan Islam banyak yang berpedoman pada ajaran agama Islam yang berkembang.
A. KERAJAAN SAMUDRA PASAI

a. Sejarah kerajaan Samudra Pasai

Samudra Pasai menurut pendapat dari beberapa ahli sejarah,Samudra Pasai tercatat
sebagai Kesultanan pertama di nusantara. kesultanan Islam pertama ini berdiri seiring
runtuhnya penguasa Sumatera, Kerajaan Sriwijaya. Kesultanan ini terletak di pesisir Timur
sebelah utara dari pulau Sumatera yang sekarang masuk wilayah Aceh. nama Samudra Pasai
merupakan gabungan dari nama dua kota yaitu samudra dan Pasai. pada abad ke-13 atau
sekitar tahun 1267 Samudra Pasai pada awalnya Belum menjadi kerajaan Islam hingga suatu
hari seorang bernama Syekh Ismail dari Mekkah berangkat dengan kapal menuju ke Timur.
Syekh Ismail ketika itu dalam perjalanannya berhenti sebentar di India untuk bertemu
dengan seorang penguasa yang telah meletakkan tahtanya dan memilih hidup sebagai ulama
dari India. ia turut serta dalam perjalanan Syekh Ismail ke timur hingga kemudian kapal
yang mereka tumpangi Merapat di Pelabuhan Samudera Pasai.pertemuan meurah silu dan
syekh ismail membuatnya masuk islam. Syekh Ismail kemudian memberikan gelar Sultan
Malik Al Saleh kepada meurah silu. Seiring dengan perkembangan waktu masyarakat di
samudra pasai memeluk agama Islam dalam catatan sejarah pusat pemerintahan Samudra
Pasai terletak di muara sungai Pasangan. sebagai kerajaan pesisir Samudra Pasai juga
mengandalkan perdagangan melalui pelabuhannya, pada masa awal tersebut Samudra Pasai
sudah memiliki hubungan dagang dengan kerajaan lainnya di nusantara dan kerajaan dari
berbagai belahan dunia lainnya seperti Cina, Arab dan India.

Para pedagang banyak yang datang ke Samudra Pasai untuk membeli komoditas seperti
lada dan emas. selama kepemimpinannya Sultan Malik al-saleh berhasil membawa Samudra
Pasai pada politik dan ekonomi yang lebih baik. penyebaran agama Islam juga terus
berkembang secara masif di Samudra Pasai. pada tahun 1292 seorang pelaut bernama
Marcopolo sedang dalam perjalanan kembali dari kunjungannya ke Cina. Sultan Malik Al
Saleh menyambut kedatangan Marcopolo dengan baik, dalam catatan marcopolo mencatat
bahwa ini merupakan negeri yang tentram dan damai. ia juga mencatat bahwa Samudra
Pasai memiliki alam yang melimpah. tahun 1297 Sultan Malik Al Saleh meninggal dunia.
sepeninggal Sultan pertama dilanjutkan oleh Sultan Al Malik az-zahir pertama atau dikenal
juga dengan nama Sultan Muhammad pertama. seiring dengan perkembangan perdagangan
di Samudra Pasai,Sultan Muhammad pertama kemudian membuat mata uang sebagai alat
tukar. penggunaan mata uang emas ini untuk memudahkan transaksi antar negara dan setiap
uang yang dikeluarkan tertulis nama Sultan Samudera Pasai yang sedang memerintah kala
itu. Ia juga menerapkan pajak bagi kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka posisi Samudra
Pasai yang merupakan perairan perlintasan dari barat dan timur yang mendukungnya untuk
menarik pajak dari setiap kapal yang lewat. pada tahun 1326 sultan Muhammad digantikan
oleh sultan Ahmad I. Pada tahun 1330 Sultan Ahmad menghembuskan nafas terakhirnya dan
digantikan sultan Al malik II.

Di era tahun 1330 an pada masa kepemimpinan Sultan Al Malik kedua. salah satu asal
Maroko bernama Ibnu Batutah mendarat di pelabuhan Samudra Pasai.Sultan Malik az-zahir
menyambutnya dengan hangat Ibnu Batutah adalah seorang penjaga yang berlayar dari
maghrib hingga ke China.para pedagang dari Samudra Pasai juga banyak yang berlayar ke
semenanjung Arab,Begitupun sebaliknya informasi tentang Samudra Pasai dan jalurnya
sangat memadai dikalangan para pedagang Arab. Ibnu Batutah menulis Samudra Pasai
sebagai kerajaan muslim berdaulat yang berada di Pulau Sumatera. catatan Ibnu Batutah
tentang Samudra Pasai memberikan banyak petunjuk tentang keberadaan Kesultanan
pertama di nusantara ini. Pada tahun 1349 Sultan Al Malik az-zahir kedua meninggal dunia
dan Tahta Kesultanan kemudian dilanjutkan oleh Sultan Zainal Abidin pertama.

Pada masa kekuasaan Sultan Abidin I,Samudra Pasai meningkat baik perdagangan
maupun wilayahnya Sultan Abidin berkuasa dalam jangka waktu lebih lama dari setengah
abad pada masa pemerintahan Sultan Abidin pertama inilah sebuah kerajaan baru muncul di
Semenanjung Malaya. kerajaan baru tersebut akan dikenal dengan nama Kesultanan Malaka.
Samudra Pasai juga pernah dipimpin oleh seorang perempuan bernama Ratu Nahrasiyah
pada tahun 1406. setelah diangkatnya Sultan pertama Samudera Pasai ,beberapa catatan
sejarah juga menulis bahwa di masa kekuasaan sang ratu inilah Samudra Pasai mencapai
masa penghargaan Ratu nahrasiyah Hingga wafatnya pada tahun 1428 Tahta Kesultanan
dilanjutkan oleh Sultan Zainal Abidin II ,Perkembangan Samudra Pasai lambat-laun
mendapatkan pesaingnya dari Semenanjung Malaya yakni Kesultanan Malaka yang mulai
berkembang baik secara politik dan ekonomi.Pada tahun 1438 Sultan Zainal Abidin II
meninggal dunia, Sultan Salahuddin kemudian naik tahta namun kekuatan ekonomi dan
politik mulai berubah.  di Pelabuhan Malaka semakin meningkat sehingga kekuatan maritim
di Semenanjung Malaya mulai bergeser ke Malaka kekuatan Samudra Pasai dimanfaatkan
oleh Malaka ketika Sultan Muhammad Iskandar Syah memimpin Malaka terjadi pernikahan
politik dengan putri dari samudra pasai dan berhasil membuat Samudra Pasai menjadi
bagian dari Kesultanan Malaka.

b. Sistem pemerintahan Samudra Pasai

Pemimpin tertinggi suatu kerajaan biasanya berada di tangan seorang sultan yang
memerintah secara turun-temurun. Selain sultan merupakan kepala kerajaan, beberapa
jabatan lain seperti menteri besar, bendahara, komandan militer atau laksamana, komandan
angkatan laut yang lebih dikenal sebagai sekretaris kerajaan. Ketua Hakim Agama disebut
Kadi dan beberapa Syahbandar yang memimpin dan mengawasi para pedagang asing di
kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan. Biasanya para kuli ini juga
berperan sebagai penghubung antara Sultan dengan para pedagang asing.Apalagi menurut
catatan M. Yunus Jamil, para pejabat Kerajaan Islam Samudera Pasai terdiri dari orang-
orang yang  bijaksana. Nama dan gelar mereka adalah:

1. Perdana Menteri disebut Seri Kaya Sayyid Giyashudin.

2. Sayyid Ali Bin Ali Al Makarani disebut Sheikhul Islam.

3. Menteri Luar Negeri disebut Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari 

Pada tahun 1292, Melalui catatan perjalanan Marco Polo diketahui bahwa Raja Samudra
Pasai bergelar Sultan. Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, kekuasaannya diambil alih oleh
keturunannya, yaitu Sultan Muhammad yang bergelar Sultan Malik al-Tahil I (1297-1326).
Pengganti Sultan Muhammad adalah Sultan Ahmad yang juga bergelar Sultan Malik al-
Tahil II (1326-1348). Saat itu pemerintahan Samudra Pasai sedang berkembang pesat dan
terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India dan Arab. Bahkan melalui
catatan kunjungan Ibnu Battuta, utusan Sultan Delhi pada tahun 1345, Samudra Pasai adalah
pelabuhan penting, istananya didekorasi dan dengan gaya India.Pada masa berikutnya,
pemerintahan Samudra Pasai tidak dikenal luas, karena pemerintahan Sultan Zainal Abidin
yang juga bergelar Sultan Malik al-Tahil III kurang begitu dijelaskan.

B. KESULTANAN CIREBON
a. Sejarah Kesultanan Cirebon
   Islam mulai masuk ke Pasundan pada kisaran akhir abad ke-15. Pasundan merupakan
Kota yang terletak pada Pesisir Utara dan kemudian menjadi pusat penyebaran Islam di
Cirebon. Hal ini Berawal dari sebuah wilayah yang banyak dikunjungi oleh penduduk dari
suku,agama,budaya yang berbeda karena itulah wilayah ini yang dikenal sebagai tjaruban
yang artinya adalah campuran penduduk di berbagai wilayah. masyarakat Dukuh caruban
tersebut memiliki keterampilan dalam produksi terasi sebagian besar di antara mereka
memproduksi terasi yang merupakan komoditas populer pada masa pembuatan terasi inilah
Muncul nama Cirebon. dukuh kecil bernama tjaruban itu tumbuh menjadi sebuah pelabuhan
kota dan dikenal sebagai Cirebon. 
    Pelabuhan Cirebon dalam perkembangannya kemudian menjadi kota yang ramai dan
dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai tempat. sepeninggal Ki Gedeng Tapa Cirebon
yang dipimpin oleh Ki Gede alang-alang.cirebon sebagai Bandar Pelabuhan dengan lalu
lintas perdagangan yang cukup ramai. masuknya Islam ke Cirebon melalui berbagai sumber
salah satunya adalah kedatangan Laksamana Cheng Ho dari Cina yang merupakan seorang
muslim pada abad ke-15 salah seorang kepercayaan Laksamana Cheng Ho yang juga seorang
muslim kemudian membangun sebuah perkampungan Cina di Cirebon. Masuknya ajaran
islam di Cirebon juga didatangi dari para pelaku Arab yang sudah berlayar di pesisir utara
Jawa. pada masa tersebut Cirebon belum menjadi kesultanan dan masih bawahan dari
Kerajaan Pajajaran. 
  Cirebon selanjutnya dipimpin oleh pangeran Cakrabuana putra tertua dari Raja
Pajajaran. ketika Cirebon dipimpin oleh pangeran Cakrabuana datang 3 orang dari Irak
Timur Tengah yaitu Syarif Abdurrahman, Syarif Abdullah dan Syarifah Baghdad. Pangeran
Cakrabuana kemudian meminta kepada Syarif Abdurrahman dan Syarif Abdullah untuk
membantu penyebaran Islam di Cirebon.Pangeran Cakrabuana memberikan Arahan kepada
Syarif Abdurrahman untuk dijadikan sebagai tempat Pendidikan Agama Islam lahan tersebut
sekarang dikenal sebagai panjunan. pada perkembangan Cirebon kemudian banyak
didominasi oleh mayoritas muslim. 
  Walaupun pada awalnya terjadinya politik besar -besaran Majapahit yang sudah di akhir
masa jayanya yang dilanjutkan oleh kekuatan baru yang bernama Demak.berakhirnya
Majapahit membuat Pajajaran sebagai Sebagai satu-satunya kerajaan Hindu yang masih
berdiri di pulau Jawa dan Cirebon berada di antara kekuatan baru Demak dan kekuatan lama
Pajajaran. Pangeran Cakrabuana terus menyebarkan agama Islam. dalam perkembangannya
terjadi hubungan yang dekat antara Cirebon dengan Demak. Perkembangan Islam pesat di
Cirebon ketika itu perkembangan di bawah kekuasaan Pajajaran tahun 1479. ketika cirebon
dibawah kekuasaan Syarif Hidayatullah. Ia kemudian memperhatikan masalah ekonomi dari
Pelabuhan Cirebon dan meningkatkan pusat perdagangan. Terdapat konflik antara raja
pajajaran sri baduga dengan cirebon. Peran Syarif Hidayatullah dan murid-muridnya dalam
menyebarkan agama islam berhasil mencapai Sumedang, Bandung hingga ke Garut. Syarif
Hidayatullah menggunakan pendekatan ukur budaya sehingga ajaran yang mudah diterima
oleh masyarakat setempat.
Sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin negara Syarif Hidayatullah sangat berhati-
hati dalam menjalankan tugasnya. Mengenai penerapan pajak Syarif Hidayatullah
menerapkan pajak yang sangat rendah sehingga tidak memberatkan rakyat. pada tahun 1524
datang Portugis dari Malaka berlabuh di Banten kota pelabuhan ujung barat Jawa. Adanya
gabungan pasukan antara Demak dan Cirebon merebut Banten ketika itu masih merupakan
bawahan Pajajaran tahun 1527. pasukan Demak dan Cirebon akhirnya berhasil mengusir
Portugis di pelabuhan Pajajaran terbesar kedua kemudian diberi nama Jayakarta tersingkirnya
Portugis membuat Banten dan Jayakarta menjadi wilayah kekuasaan Demak sedangkan
Cirebon tetap menjadi negara yang berdaulat dan terus menjalin hubungan baik tahun 1568
Syarif Hidayatullah tutup usia .
 Sepeninggal Syarif Hidayatullah kepemimpinan dilanjutkan oleh Panembahan Ratu I
pada masa tersebut pulau Jawa sudah mengalami perubahan politik yang signifikan.
Panembahan Ratu pertama menjadi penerus kepemimpinan Cirebon dari Syarif Hidayatullah
Panembahan Ratu merupakan cucu dari Syarif Hidayatullah.Perdagangan telah menopang
perekonomian Cirebon dengan baik Cirebon juga sekaligus menjadi pusat penyebaran agama
Islam di Pulau Jawa bagian barat situasi politik di Cirebon cukup stabil dari masa
kepemimpinan Syarif Hidayatullah 6 pergolakan mulai dilanda masa pemerintahan
Panembahan Ratu. belahan Barat satu bangsa Eropa lainnya yaitu Belanda berhasil berlabuh
di Jakarta yang ketiga berada di bawah kekuasaan Banten bukan hanya sekedar berkunjung
ke Belanda yang ditunjukkan oleh perusahaan dagang VOC kemudian berhasil menguasai
Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. pemberontakan terjadi di Kuningan
sebuah sebuah tempat yang tidak jauh dari Cirebon itu bisa diatasi dengan mudah oleh
Cirebon setelah  itu adanya peperangan dari Panjunan yang tidak mengakui kepemimpinan
Panembahan Ratu. pada tahun 1649 Panembahan Ratu I tutup usia dilanjutkan oleh
Panembahan Ratu kedua yang merupakan cucu dari Panembahan Ratu pertama. Penambahan
Ratu kedua mengalami sakit keras yang mengakibatkan kematiannya kemudian dimakamkan
di pemakaman girilaya sehingga dia juga mendapatkan julukan pangeran girilaya.
meninggalnya Panembahan Ratu kedua membuat Cirebon memulai babak baru dengan
terpecah menjadi 3.  

  Memasuki abad ke-18 situasi politik di Jawa mengalami perubahan drastis yaitu
perubahan besar Mataram dan Banten kedua Kesultanan besar yang mengapit Cirebon
tersebut akhirnya menjadi bawahan VOC termasuk Cirebon itu sendiri. tahun 1807 saat
Keraton Kanoman yang dipimpin oleh Sultan Anom keempat terjadi perpecahan kembali
yakni anak dari sultan anom ke-4 memisahkan diri dan membuat istana dengan nama
Kesultanan kaCirebonan dan  Belanda memisahkan hal tersebut dengan mengeluarkan surat
keputusan yang menyatakan bahwa Sultan kacirebonan pada tahun 1807,tetapi para penerus
dari Sultan kacirebonan hanya boleh menggunakan gelar pangeran dan tidak berhak
menggunakan gelar Sultan. Cirebon kemudian menjadi bawahan Belanda seiring dengan
menguatnya kekuasaan dari Eropa tersebut di tanah Jawa.

b. Sistem Pemerintahan kesultanan Cirebon


   Dalam pemerintahannya kerajaan Cirebon menerapkan sistem kekuasaan yang
diberikan secara turun-temurun atau kekerabatan. pemerintahan yang dipegang oleh tetua
masyarakat yang mendapat mandat masyarakat dan legitimasi religius-magis. Ada tiga
fungsi kelembagaan kerajaan Cirebon: (a) fungsi Tarbiya, yang menjadikan kerajaan sebagai
pusat kajian Islam; (b) fungsi politik, yaitu kerajaan sebagai pusat pemerintahan yang
bertanggung jawab atas kesejahteraan, keamanan, dan ekonomi rakyat dan wilayahnya; (c)
fungsi perubahan sosial; Pemerintah memiliki tanggung jawab sosial dalam perubahan ke
arah yang lebih baik. Ada banyak istilah dan nama buku yang merujuk pada aturan yang
berlaku di Cirebon pada abad ke-18 diantaranya Pepakem, Pengacara Pepakem Pipitu,
Pepakem Tjerbon, Papakem Cerbon, Tjeribonsch Wetboek, Cerbonschesrechtboek. Istilah
pertama untuk menyebut nama kitab tersebut adalah Phipitu Jaksa, yang sering disebut
sebagai kekuasaan kehakiman Kesultanan, yang berarti "tujuh jaksa" .Menurut dr. T.E.
Behrend, naskah ini merupakan kumpulan berbagai undang-undang yang berasal dari zaman
pra-Islam dan direvisi oleh para ulama dari Jawa Barat. Naskah asli milik Sunan Kanoman
Cirebon.

C. KERAJAAN DEMAK
a. Sejarah Kerajaan Demak

Pada awalnya wilayah demak ini merupakan wilayah dibawah kekuasaan majapahit
yang saat itu majapahit hampir menguasai seluruh kawasan Nusantara. Demak merupakan
sebuah kadipaten. kemudian pada saat Majapahit mulai mengalami keruntuhan dimulai dari
permasalahan dalam kerajaan. pengaruh dalam bidang ekonomi dan sosial hingga
kedatangan Islam yang juga memberikan dampak besar,pada kondisi ini kemudian demak
memutuskan untuk memisahkan diri dari majapahit . demak kemudian menjadi kawasan
kesultanan pertama di Jawa, pada awalnya bermula dari sebuah kampung kecil yang
bernama gelagah wangi. pada masa itu kampung memiliki banyak pemukiman-pemukiman
yang menjadi tempat tinggal umat islam yang menyebarkan agama islam di wilayah tersebut
dengan didampingi oleh Raden Rahmat atau dikenal dengan Sunan Ampel. Kesultanan
demak ini dipimpin oleh Raden fatah atau pada gelarnya nanti yakni Sultan Alam Akbar Al-
Fatah yang merupakan putra dari Raja majapahit bernama Brawijaya V. Raden fatah
akhirnya menjadi pemimpin pertama  dalam kerajaan demak ini. Kawasan demak yang
dikelilingi oleh banyaknya sungai dan pantai,demak terletak di tepi sungai selat antara
pegunungan muria dan jawa  membuat wilayah ini sebagai pusat lalu lintas perdagangan dari
berbagai wilayah termasuk datangnya orang-orang arab dan Kehidupan ekonomi dari
masyarakatnya sebagai pedagang maupun nelayan.
Pada masa kepemimpinan Raden fatah kesultanan demak semakin maju ,ia
Mengembangkan pertahanan wilayah tersebut  dan memperluas wilayahnya hingga sampai
pada daerah gresik.pelabuhan di wilayah ini semakin luas diantaranya Jepara, Tuban,
Sedayu, Jarattan dan gresik. Raden fatah memiliki anak bernama fatih unus yang akan
menggantikan posisinya. Sebelum itu faith unus merupakan salah satu orang yang
ditugaskan raden fatah untuk melawan pemerintah portugis karena adamya monopoli
perdangan yang dilakukan pihak portugis di Nusnatara. Pada saat Patih unus telah
menggantikan ayahnya, Ia hanya  memerintah selama 3 tahun dan mendapat julukan
pangeran sabrang lor. Setelah itu masa kekuasaan digantikan oleh Sultan trenggana yang
merupakan adik pati unus dan pada masa pememrintahanya demak semakin mencapai
puncak kejayaanya. Mulai dari kawasan Jawa barat ke wilayah Jawa timur. pada tahun 1527
sunda kelapa berhasil ditaklukan demak dan diganti nama menjadi jayakarta. Sultan
trenggana meninggal di medan pertempuran di pasuruan pada tahun 1546. Dalam hal ini
kemudian mulai muncul konflik akibat perbutan tahta ini yang mana sultan trenggana
kemudian digantikan oleh sunan Prawoto dan penobatan tersebut membuat marah arya
penangsang membuat sunan prawoto kemudian dibunuh oleh arya panangsang ia kemudian
menjadi penerus raja demak yang ke-5. karena hal ini lah membuat beberapa adipati dari
demak tidak menyukai arya panangsang. Pada akhirnya ia pun  dibunuh karena sayembara
yang dilakukan oleh hadiwijaya .pada tahun 1554 hadi wijaya memindahkan wilayah pusat
pemerintahan demak ke pajang dalam hal ini tidak membuat kerajaan ini semakin maju.
Kerana adanya perpindahan wilayah yang mana pada awalnya merupakan wilayah maritime
berpindah ke agraris. Dalam hal ini merupakan salah satu penyebab runtuhnya kekuasaan
demak. Namun meskipun kerajaan demak berakhir. Kerajaan ini merupakan kerajaan dan
wilayah penting bagi penyebaran agama islam di pulau jawa. Berbagai peninggalan seperti
halya masjid agung yang merupakan bukti bahwa perkembangan agama islam di wilayah ini
perkembang sangat pesat dan kerajaan demak sebagai kesultanan Islam pertama di wilayah
Jawa.

b. Sistem Pemerintahan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak berpegangan pada sistem pemerintahan Teokrasi, pemerintahan ini


didasarkan pada ajaran agama yakni dalam agama Islam. Seperti yang telah dijelaskan diatas
bahwa Pengaruh Islam pada kerajaan ini sangat besar dan sebagai tempat penyebaran agama
Islam di pulau jawa. Dalam hal ini pemimpin atau raja yang menjabat pasti telah memeluk
agama islam hal ini memberikan pengaruh juga terhadap rakyat-rakyatnya yang kemudian
juga memeluk agama tersebut. Birokrasi Kerajaan ini diantaranya yakni kekuasaan raja
diwariskan hal tersebut berarti bahwa kekuasaan pemerintahan di kerajaan ini harus
memiliki keturunan darah dari raja tersebut. Penerapan pemerintahan dan termasuk hukum
yang berlaku yang menggunakan hukum islam, diantaranya mengenai permasalahan
warisan, Jinayat dan siyasah, serta muamalah . Raja pertama Demak diyakini telah
mengeluarkan kitab undang-undang yang disebut Solokantoro dan Angger Suryo Alam.
Ketentuan hukum perdata, pidana dan hal ini bersumber dari sistem hukum Islam yang
digunakan sebagai sumber hukum bagi kerajaan-kerajaan berikutnya (Pajang dan Mataram).
Hukum Islam diberlakukan di wilayah kerajaan Demak dan mampu mengadopsi dan
menghapus hukum waris Hindu dan Budha.Kerajaan Islam Demak hanya mengatur hukum
agama dan perkawinan murni. Hukum Waris, Muhammara, Jinayat, Siyasah (Pidana dan
Hukuman), (Politik), Hukum Acara Peradilan dan lain-lain yang aturannya berdasarkan
hukum Islam. Dalam hal ini dapat dijelaskan kan bahwa adanya perubahan pemerintahan
yang saat itu masih bercorak pada hindu-budha kemudian bersistem dari ajaran Islam.

D. KESULTANAN BANTEN
Banten merupakan salah satu kota yang memiliki pengaruh terhadap perjalanan
panjang sejarah Indonesia, bahkan sebelum islam masuk ke Indonesia atau tepatnya
ketika Banten masih dikuasai oleh Raja-raja Sunda. Masuknya islam ke Banten memiliki
dua versi yang berbeda. Pertama, dikatakan jika Kerajaan Banten menerima islam dengan
cara yang baik dan damai. Sementara diversi yang kedua, dikatakan jika Kerajaan Banten
menerima islam dengan cara kekerasan. Namun pada intinya adalah Kerajaan Banten
menerima islam bahkan sebagai agama panutan kerajaan.
Letak geografis yang cukup strategis sekaligus menjadi tempat persinggahan para
pedagang membuat Banten menjadi salah satu wilayah yang banyak mendapat akulturasi,
termasuk ketika islam mulai memasuki Nusantara. Diperkirakan Banten sudah menjadi
pusat pelabuhan secara ineternasional sejak abad ke-7, sehingga proses masuknya budaya
asing ke Banten bisa dikatakan cukup cepat, termasuk agama islam. Masuknya islam ke
Banten yang saat itu masih menjadi Kerajaan akhirnya berubah menjadi Kesultanan,
seperti yang saat ini dikenal sebagai Kesultanan Banten.
Islamisasi di Banten pun diawali Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan
sebutan Sunan Gunung Jati. Cerita Sunan Gunung Jati dalam proses penyebaran islam di
Banten tertulis dan terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Fase sejarah
penting menguatnya pengaruh Islam terjadi ketika Bupati Banten menikahkan adiknya,
yang bernama Nyai Kawunganten, dengan Syarif Hidayatullah yang kemudian
melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Wulung Ayu dan Hasanuddin sebagai cikal
bakal dimulainya fase sejarah Banten sebagai Kerajaan Islam.1

1. Sultan Hasanuddin
Anak dari Sunan Gunung Jati yakni Sultan Hasanuddin lah yang memegang
ahli Kerajaan Banten setelah Sunan Gunung Jati melanjutkan dakwah dalam
penyebaran agama islam. Sultan Hasanuddin bahkan dikatakan sebagai peletak
dasar Kerajaan Banten. dalam masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan
Banten semakin maju. Kemajuan Kerajaan Banten dikarenakan beberapa factor
seperti letak geografis Banten terutama setelah Malaka dikuasai oleh Portugis
sehingga menjadikan Banten sebagai bandar utama perdagangan jalur laut. Banten
juga merupakan wilayah dengan penghasil lada yang banyak, sehingga Sultan
Hasanuddin memajukan Kerajaan Banten melalui rempah yang saat itu menjadi
perdagangan utama bangsa Eropa menuju Asia.
Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku
dalam agama Islam.2 Sebagai Kerajaan yang sudah terpengaruh agama islam,
pastinya kehidupan sosial masyarakatnya berdasarkan pada apa yang diajarkan di
agama islam. Terlebih agama islam menjadi agama panutan di Kesultanan
Banten.

2. Sultan Ageng Tirtayasa


Setelah Sultan Hasanuddin memerintah dilanjutkan beberapa Sultan lainnya,
yakni Maulana Yusuf, Maulana Muhammad, Pangeran Ratu, Sultan Abu Al-
1
Fahmi Assultoni, Menelisik Eksistensi Hukum Islam pada Masa Kerajaan Banten, hlm. 6
2
Ibid, hlm 4
Ma’ali Ahmad, lalu kemudian Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa
merupakan Sultan yang paling terkenal memerintah Kesultanan Banten. bahkan
bisa dikatakan jika Kesultanan Banten sampai pada puncak kejayaanya adalah
ketika Sultan Ageng Tirtayasa memerintah.
Pada masa pemerintahannya kondisi sosial masyarakatnya semakin meningkat
dan sangat pesat. Sultan Ageng Tirtayasa cukup memperhatikan kehidupan
masyarakatnya dan memastikan kehidupan masyarakatnya sejahtera. Usaha yang
dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa untuk mensejahterakan rakyatnya ini dengan
menerapkan sistem perdagangan yang bebas, bahkan mengusir VOC dari Batavia.
Selain itu ada beberapa hal lainnya yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa dalam
upayanya untuk memjaukan Kesultanan Banten, seperti :
a. Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten
berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian
wilayah Pulau Kalimantan.
b. Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional yang
mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
c. Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid
yang belajar agama Islam ke Banten.
d. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur
Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten
dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
e. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan
ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk menghadapi
serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan pasukan asing dari
Eropa.3

- Hukum dan Sistem Penerapannya di Kesultanan Banten


Negara atau Kerajaan yang masuk islam, maka hukum yang akan diterapkan
pun adalah hukum islam. Maka bisa dikatakan jika Kesultanan Banten menerapkan
hukum islam dalam pemerintahannya. Terutama Banten merupakan wilayah yang

3
Ibid, hlm 5
langsung tersentuh islam melalui perdagangan dan perkawinan. Dalam proses
islamisasi melalui jalur perkawinan ada beberapa hal yang dilakukan, seperti apabila
ada pedagang muslim yang ingin menikahi seorang wanita pribumi maka wanita
tersebut harus diislamkan terlebih dahulu, lalu kemudian dilangsungkan pernikahan
menurut hukum islam. Pernikahannya pun harus diatur sesuai kaidah dan aturan yang
ada dalam agama islam.
Hukum yang diterapkan dalam bidang perdagangan dan perekonomian
diberlakukan Sistem Kelembagaan Kemitraan Dagang atau juga disebut dengan
Syarikah Mufawwadhah dan juga Sistem Commenda atau Kepemilikan Modal
(Qirad, Mudharabah). Penerapan hukum perekonomian tersebut menujukkan jika
dalam perekonomian dan perdagangan dalam Kesultanan Banten juga menerepakan
sistem agama islam.
Hukum yang diterapkan di Kesultanan Banten menggunakan kaidah dan nilai
yang berlaku dalam hal islam. Hal tersebut akhirnya bercampur dengan hukum adat
yang berlaku saat itu. Karena hukum islam tidak bisa begitu saja menjadi hukum
sepenuhnya dan menggeser hukum adat yang sudah berlaku sudah lama. Pada waktu
itu, hukum islam seringnya tidak tertulis dan juga tidak berbentuk perundang-
undangan berbeda dengan hukum adat yang biasanya tertulis. Hukum adat pun
akhirnya berkembang karena akulturasi dan asimilasi budaya islam dan budaya
lokal. Hukum islam yang berlaku dalam masyarakat adalah hukum fiqih hasil dari
ijtihad para ulama dengan keyakinan dan kesadaran bahwa hukum islam adalah
hukum yang benar.
Hukum-hukum tersebut sudah dianut oleh masyarakat namun tidak dalam
bentuk pemerintahan. Sehingga jika terjadi konflik didalam masyarakat, maka akan
dipanggilkan pihak ketiga yakni seorang Muhakkam yakni seseorang yang memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam agama islam.
Penerapan hukum islam di kerajaan umunya berbeda, biasanya di sesuaikan
dengan tempat dan waktu, terutama masyarakat dan penguasanya. Beberapa
diantaranya menerapkan hukum islam secara ketat namun juga ada yang menerapkan
hukum islam secara longgar. Hal ini juga tergantung pengetahuan dari Raja yang
memerintah dalam agama islam. Namun di Kesultanan Banten, Sultan menerapkan
hukum islam secara ketat. Penerapan hukum yang ketat di Kesultanan Banten
disebabkan relasi internasional yang dimiliki oleh Banten termasuk Banten sebagai
tempat transaksi perdagangan internasional.

E. KESULTANAN TERNATE
Islam masuk ke daerah Maluku secara resmi pada abad IX, pada waktu itu dibawa
oleh orang-orang Arab, Persia dan juga Melayu yang berdatangan sejak antara abad V–
XI M. Maluku terkenal dengan semerbak bunga cengkehnya, banyak orang asing tertarik
datang ke sana untuk berdagang. Bahkan orang-orang Eropa berdatangan ingin
menguasai wilayah tersebut. Selain itu, Maluku juga dikenal dengan julukan Negeri
Seribu Pulau dan Jazirah al-Mulk (wilayah raja-raja).4
Maluku awalnya terdiri dari beberapa wilayah yakni, Ternate, Tidore, Makian dan
Moti. Keempat wilayah tersebut dikenal dengan “Moloku Kie Raha” atau yang memiliki
makna Persatuan empat Kolano (Kerajaan). Sekitar abad ke-13 Masehi, beberapa
Kerajaan di Maluku sudah muncul sebagai wilayah penting dalam bidang perdagangan.
Namun pada abad ke-14 M, terdapat perjanjian Moti yang membuat Makian pindah ke
Bacan dan Moti pindah ke Jailolo. Sehingga Maluku berubah menjadi Ternate, Tidore,
Bacan dan Jailolo.
Membahas mengenai Ternate atau Kerajaan Ternate. Raja pertamanya adalah
Masyhur Mulamo yang memerintah sejak tahun 1257-1272. Masyhur Mulamo ini belum
diketahui pasti beragama islam atau bukan, begitu juga dengan penerusnya. Sampai Sida
Arif Molamo yang digantikan oleh Bayanullah dan Marhum yang dalam masa
pemerintahannya Kerajaan Ternate masuk islam pertama kali atas seruan dakwah dari
pedagang yang berasal dari Minangkabau sekaligus murid Sunan Giri yakni Datu
Maulana Husein.
Kemudian Kerajaan Ternate jatuh kepada generasi penerusnya, yakni:

1. Zainal Abidin

4
Rusdiyanto, Kesultanan Ternate dan Tidore, hlm 3
Zainal Abidin merupakan putra Zanal Abidin yang menempati takhta
Kerajaan Ternate ketika Marhum meninggal dunia. Zainal Abidin ini
diketahui sebagai murid Sunan Ampel sekaligus lulusan sekolah agama islam
di Gresik. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin menerapkan beberapa
kebijakan.
Pertama gelar Kolano digantikan dengan Sultan, sehingga menjadikan
Zainal Abidin sebagai pemegang gelar Sultan Pertama di Penguasa Ternate.
Perubahan gelar ini juga tanda bahwa Islam telah dijadikan agama resmi
kerajaan yang sejak itu berubah menjadi Kesultanan.
Kedua, membentuk lembaga Kesultanan yaitu Bobato Akhirat atau Jolebe.
Tugasnya adalah membantu sultan dalam masalah keagamaan, lembaga ini
terdiri dari seorang kalem (Qadhi), empat orang imam, delapan yang
membantu sultan menjalankan fungsi-fungsi keagamaan dan syariat Islam.
Pakaian dari orang-orang dilembaga ini adalah jubah putih. Selain Bobato
Akhirat, juga ada Bobato Dunia yang menggunakan jubah hitam, tugas
mereka adalah membantu sultan dalam masalah pemerintahan.5
Ketiga, seorang Sultan akan dijadikan sebagai Pembina agama islam atau
Amir ad-Din yang akan membawai Jobele.
Perubahan-perubahan yang diciptakan Zainal Abidin pada masa
pemerintahannya memancing Kerajaan atau juga Kesultanan lain di “Moloku
Kie Raha” untuk ikut. Selain itu, dalam bidang sosial politik, Zainal Abidin
juga berusaha untuk memajukan Kesultanan Ternate. Dengan bantuan Bobato
yang telah mengambil sumpah setia kepada Sultan secara Islam, Kesultanan
Tertane cukup beruntung dalam perdagangan. Pemerintahan yang berubah
menjadi Kesultanan secara tidak langsung juga menarik pada pedagang
muslim dari luar untuk melakukan kerja sama di Ternate. Hal tersebut juga
membawa keuntungan dalam sisi perekonomian Kesultanan Ternate.

2. Sultan Bayan Sirrullah (Bayanullah)

5
M. Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, (Makasar:
Gora Pustaka Indah- Nala Cipta Lentera, 2007), h. 64.
Sultan Bayanullah terkenal pandai dan terpelajar, sekaligus ksatria dan
pedagang ulung. Sultan Bayanullah berusaha untuk tetap mempertahankan
kemajuan Kesultanan Ternate seperti pada masa Sultan sebelumnya, sehingga
Sultan Bayanullah memberikan kebijakan yang disebut Sivilisasi Islam yang
terbentuk dalan tiga hal. Pertama, pembatasan pernikahan. Artinya di
Kesultanan Ternate dilarang untuk melakukan poligami. Kedua, pembatasan
perkumpulan yang bukan mahram atau juga larangan untuk sepasang lawan
jenis tinggal bersama tanpa menikah (kumpul kebo/pergundilan). Ketika, etika
untuk wanita menggunakan pakaian yang sopan dan pantas, harus memakai
cawat di depan laki-laki terlarang.
Selain itu, Sultan Bayanullah juga menerapkan kebijakan untuk
pernikahan yang harus sesuai dengan hukum islam, begitu juga syarat untu
Bobato yang harus beragama islam baik di tempatkan di pusat maupun di
daerah. Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah, Portugis pertama kali
memasuki Ternate. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Portugis
dengan cara halus mulai mencampuran urusan Kesultanan yang cukup
membuat masyarakatnya geram. Sehingga pemerintahan selanjutnya tetap
terpengaruh oleh Portugis. Bahkan pergatian Sultan cukup sering terjadi
dalam waktu singkat, karena Portugis lebih dominan menguasai Kesultanan
Ternate.

3. Sultan Babullah
Sultan Babullah merupakan salah satu Sultan yang membawa Kesultanan
Ternate ke masa keemasannya. Hal ini tentunya bukan terjadi begitu saja,
setelah beberapa pemerintahan yang dipimpinoleh Sultan-sultan yang berbeda
sebelumnya, Kesultanan Ternate dipengaruhi dan bahkan cenderung
dikendalikan oleh bangsa Portugis. Namun ketika Sultan Babullah
memerintah, Portugis berhasil di usir dari Ternate, bahkan bisa melebarkan
wilayah kekuasaanya sampai ke Kepulauan Sulu yang sekarang merupakan
bagian dari negara Philipina.
- Hukum di Kesultanan Ternate
Islam yang masuk dalam Ternate sangat dijaga. Hukum Islam sangat
ditekankan di Kesultanan Ternate, hal tersebut sudah tampak sejak Zainal Abidin
memegang kekuasaan di Kesultanan Ternate. Zainal Abidin diketahui mengajarkan
islam kepada masyarakatnya bahkan juga mengenai hukum yang berlaku dalam
islam. Namun dalam penerapan aslinya di Kesultanan Ternate baru terjadi pasca
kepemimpinan Zainal Abidin. Sultan Bayanullah adalah pelopor pertama penerapan
hukum islam secara mendetail. Sultan Bayanullah menerapkan ajaran islam dan
prakteknya dirubah sesuai hukum islam. Apabila ada perilaku atau tindakan yang
tidak sesuai dengan islam maka kan langsung dikenakan hukuman. Beberapa ajaran
yang ada di Kesultanan Ternate seperti larangan untuk poligami, berkurangnya
biaya pernikahan, larangan untuk berjudi dan lainnya.

F. KERAJAAN TIDORE 
a. Sejarah kerajaan Tidore
Kesultanan Tidore terletak di kepulauan Maluku kepulauan ini berada di bagian
timur nusantara yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah.Tidore sebagai sebuah
Kerajaan yang  berdiri pada kisaran abad ke-11 masehi. Tidore di masa awal
perkembangannya beberapa catatan menunjukkan Tidore sudah ikut terlibat dalam
perdagangan rempah-rempah pada masa perdagangan klasik. perdagangan rempah-
rempah semakin marak ketika pelayaran ke timur semakin terbuka persaingan dagang
antara kerajaan-kerajaan di Maluku pun turut meningkat untuk mencegah konflik yang
berlarut-larut maka dalam sebuah pertemuan empat pemimpin dari Ternate, Tidore,jailolo
dan bacan. Mereka sepakat membentuk sebuah kerjasama. sebagai tempat yang terbuka
pengaruh agama Islam juga masuk ke Tidore. 
Pada tahun 1495,Islam secara resmi menjadi agama negara. Tidore memulai
sejarahnya sebagai sebuah Kesultanan.sebagai negara yang berbentuk Kesultanan sistem
pemerintahan pun disesuaikan,Sultan Jamaludin menciptakan sebuah sistem
pemerintahan yang dikenal sebagai Kolano se ibobato dunya se akhirat, artinya adalah
raja dan para pembantunya mengurusi masalah dunia dan akhirat.pada masa
pemerintahan Sultan Jamaludin,Islam berkembang pesat di Tidore dari Sultan Jamaludin
memerintah hingga tahun 1512 selanjutnya Tahta kesultanan Tidore dilanjutkan oleh
Sultan al-mansur dan pada tahun 1512 ,bangsa Eropa berhasil mencapai Maluku yaitu
Portugis ketika itu Portugis yang setahun sebelumnya menaklukkan Malaka mendarat di
Pelabuhan Ternate Portugis menjadi sekutu Ternate dan diizinkan membangun benteng
bukan hanya itu Portugis Diberi wewenang oleh Ternate untuk memonopoli perdagangan
rempah-rempah monopoli rempah-rempah.
Hal Ini mengakibatkan pecahnya perang di perairan Maluku yang melibatkan Dua
bangsa Eropa. kedatangan Portugis membuat Tidore mengalami tekanan Armada militer
kesultanan Tidore kewalahan menghadapi gabungan kekuatan ternate-portugis tahun
1521 bangsa Eropa lainnya datang ke Maluku Spanyol berhasil menemukan jalan ke
surga rempah-rempah melalui Manila kedatangan Spanyol di Tidore dipimpin oleh
perairan Maluku akhirnya menjadi saksi perang besar yang melibatkan Dua bangsa
Eropa. Spanyol yang berambisi menguasai rempah-rempah Maluku mengerahkan
Armada perang yang membantu Tidore menghadapi Ternate dan Portugis hampir satu
dekade lamanya akhirnya Portugis dan Spanyol mengadakan Perundingan di Saragosa
perundingan yang berlangsung pada Tanggal 22 April 1529 dikenal sebagai Perjanjian
Saragosa. 
Saat Tidore dipimpin oleh Sultan Iskandar Zulkarnain menggantikan Sultan Al
Mansur yang tutup usia. Peran rempah yang mendatangkan bangsa-bangsa imperialis ke
kepulauan Maluku mulai dari Portugis,Spanyol,Belanda dan Inggris membuat
peperangan terjadi kepulauan Maluku dan menguasai rempah-rempah. pada masa
pemerintahan Sultan Aminudin Iskandar Zulkarnain serangan Portugis berhasil mencapai
ibukota kesultanan Tidore, serangan tersebut berhasil membuat Tidore menyerah
beberapa bulan.setelah wafatnya Sultan Aminudin Iskandar Zulkarnain hingga tahun-
tahun berikutnya perang tidak berhenti melanda Tidore.  Portugis sangat berambisi
menguasai Tidore. tahun 1536 Portugis berhasil menguasai Tidore, Sultan Kyai Mansur
terpaksa mengizinkan monopoli perdagangan dengan kompensasi Portugis meninggalkan
Tidore tahun 1578. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar tsani Portugis diberi
kewenangan membangun benteng dengan perjanjian tidak akan mencampuri masalah
dalam negeri kesultanan Tidore.
 Perimbangan militer mengalami perubahan signifikan pada 26 Desember tahun
1575 ketika Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis. Maluku kembali mengalami
perubahan seiring kedatangan Eropa lainnya bangsa Belanda berhasil mencapai perairan
Maluku melalui perusahaan dagang mereka yaitu VOC Portugis dan Spanyol harus
bekerja keras menghadapi ternate-tidore dan VOC. sekaligus kedatangan VOC yang tidak
hanya karena rempah-rempah tetapi juga mencari wilayah jajahan Spanyol . mencapai
puncaknya ketika VOC dan Ternate secara terang-terangan membentuk aliansi Spanyol
dan Tidore , membentuk aliansi perang berkecamuk untuk kesekian kalinya di perairan
Maluku terpaksa terlibat dalam peperangan Dua bangsa Eropa yang bersaing untuk
berkuasa di nusantara bagian timur berlarut-larut hingga tahun-tahun berikutnya tahun
1663 setelah puluhan tahun peperangan tiada henti Spanyol menarik seluruh armada
perang yang ketika itu Tidore dipimpin oleh Sultan Saifudin yang naik tahta pada tahun
1657.  mundurnya Spanyol membuat VOC menjadi satu-satunya Armada militer paling
kuat di Maluku. VOC melakukan pengawasan yang dikenal sebagai pelayaran Hongi.
monopoli yang diberlakukan VOC  semakin memperlemah kesultanan Tidore pelan pada
akhirnya kekuasaan Tidore jatuh ke tangan VOC. Adapun juga terjadinya konflik internal
yang melanda Tidore  dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan
Kamaludin yang bertahta pada 1784 hingga 1797 .pada saat Tidore dikuasai oleh
Pangeran Amirudin dengan gelar Sultan Aceh Muhammad atau yang lebih dikenal
sebagai Sultan Nuku. Pada bulan Juli 1799 kembali adanya peperangan diTidore dari
Armada perang yang dikerahkan VOC namun harus menerima kenyataan pahit karena
dipukul mundur oleh pasukan Tidore tahun 1799.sebuah peristiwa penting terjadi yang
Selama ratusan tahun lamanya VOC berdiri kokoh dan dibubarkan karena mengalami
kebangkrutan yang selanjutnya semua kekuasaan VOC diambil alih oleh kerajaan
Belanda tahun 1801.
 Di permulaan abad ke-19 Belanda sudah mengambil alih semua tugas VOC di
Nusantara. di bawah kepemimpinan Sultan Nuku, tidore berhasil mencapai kebesarannya
kekuasaan meliputi Halmahera ,Raja Ampat hingga ke daratan Papua Tidore berhasil di
kawasan Maluku Utara. Pada tahun 1805 harus kehilangan pemimpin terbesarnya Sultan
Nuku pada usianya yang 67. kepemimpinan Tidore selanjutnya dipegang oleh Sultan
Zainal Abidin pada tahun 1806 Belanda mengerahkan segenap Armada militer untuk
menaklukkan Tidore serangan Belanda tersebut berhasil menguasai Tidore dan
menangkap Sultan Zainal Abidin. Pada tahun 1817 Belanda akhirnya berhasil menjajah
Tidore dan menjadikan negeri bawahannya Belanda. menempatkan seorang residen
sebagai perwakilannya di Tidore dan memberikan gaji tahunan kepada Sultan Tidore.
b. Sistem  pemerintahan Kesultanan Tidore
Sistem pemerintahan Kesultanan Tidore dipimpin oleh Kolano atau Sultan. pada saat itu
sultan dibantu oleh suatu dewan wazir (kementerian) yang dalam bahasa Tidore disebut
Dengan jojau. Anggota dewan wazir terdiri dari Bobato Pehak Raha (Bobato empat
pihak) dan wakil dari wilayah kekuasaan. Bobatoini untuk mengatur dan melaksanakan
keputusan dewan wazi. Ketika masa pemerintahan Sultan Nuku kesultanan Tidore
mencapai kejayaannya, pada saat itu sistem pemerintahan ditata dengan baik. Saat itu
sultan dibantu oleh suatu dewan wazir, yang dalam bahasa Tidore disebut dengan Bobato,
Dewan ini dipimpin oleh sultan dan pelaksana memberikan penyerahan kepada
Jojau.Terdapat sistem pemerintahan kesultanan Tidore lainnya, di antaranya adalah
bahwa Kesultanan Tidore tidak mengenal dengan baik Sistem Putra Mahkota
sebagaimana kerajaan-kerajaan yang lainnya di nusantara. Pemilihan Sultan dilakukan
melalui seleksi calon-calon yang diajukan oleh Dano-Dano Folaraha(wakil-wakil marga
dari Folaraha), yang terdiri dari Fola Rum, Fola Yade, Fola Ake Sahu, Dan Fola Bagus
dan dari nama-nama inilah maka dipilih salah satunya untuk menjadi Sultan Tidore.

G. KERAJAAN GOWA-TALLO
Dalam tulisn Poelinggomang, dkk (2004), Kerajaan Gowa merupakan Kerajaan
terbesar di Sulawesi Selatan dan mencapai keemasan serta kejayaan pada masanya.
Kerajaan Gowa lebih terkenal sebagai Kerajaan kembang Gowa-Tallo atau juga disebut
zusterstaten yang bermakna dua kerajaan bersaudara. Kerajaan yang disebut-sebut
sebagai Kerajaan Dwi Tunggal ini terbentuk pada pemerintahan Raja Gowa VI
Tunatangkalopi. Kedua Kerajaan telah melakukan ikrar bersama yang sulit untuk
diingkari, bahkan ikrar yang diucapkan pun terkenal dalam peribahasa yakni, rua
karaeng na sere ata yang memiliki arti dua raja, satu rakyat.
Setelah masuknya islam ke Nusantara, wilayah Sulawesi Selatan juga menjadi
wiayah yang terpengaruh islamisasi. Di Sulawesi Selatan, diketahui jika Kerajaan Gowa-
Tallo merupakan kerajaan yang resmi masuk islam. Raja Tallo adalah orang pertama
yang masuk ke dalam islam, Raja Tallo sendiri menjabat sebagai mangkubumi dalam
Kerajaan Gowa. Kemudian di susul Raja Gowa I Mangarangi Daeng Manra’bia yang
masing-masing diberikan gelar Sultan Abdullah Awwalul Islam dan Sultan Alauddin.
Raja Gowa-Tallo menjadi awal masyarakat Gowa-Tallo memeluk islam.
Dijadikannya islam sebagai agama resmi Kerajaan, menjadikan Kerajaan Gowa-
Tallo sebagai pusat penyiaran islam di seluruh Sulawesi Selatan. Terlebih lagi ada
perjanjian yang dibuat oleh Kerajaan Gowa dan kerajaan lainnya mengenai jalan yang
baik. Perajanjian siapa yang menemukan jalan yang lebih baik maka harus
memberitahukan.
- I Mangarangi Daeng Manrabbia
Islamisasi merupakan upaya yang dilakukan I Mangarangi Daeng Manrabbia
dalam melebarkan sayapnya hingga ke luar Nusantara. Keberhasilan beliau tidak
terlepas dari peran Agama Islam yang membawa kebaikan sekaligus keuntungan
yang diperoleh kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritim terbesar di Nusantara.
Tidak hanya itu, kerajaan Gowa juga menyebarkan Agama Islam ke kerajaan-
kerajaan lainnya agar dapat membangun hubungan yang didasari oleh kebaikan.
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi di kerajaan Gowa pada masa
pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabbia, terutama pada bidang ekonomi,
politik serta agama dan kebudayaan yang membuat kerajaan Gowa berada pada
masa kejayaannya.6
Kehidupan sosial dalam masa pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabbia
bisa dilihat dan diperhatikan dalam pelaksanaan upacara inisiasi atau siklus hidup.
Upacara siklus hidup ini merupakan upacara yang menandai perpindahan fase
dalam hidup seseorang, seperti kelahiran, perkawinan dan kematian.

- Hukum dan Pemerintahan di Kerajaan Gowa-Tallo


Agama Islam masuk dan mengislamkan semua masyarakat Gowa-Tallo.
Meskpun islam menjadi agama resmi, hukum dan adat di Gowa-Tallo tetap
mengacu pada leluhur. Nilai-nilai leluhur yang ada di Kerajaan Gowa-Tallo tetap
6
Mutmainnah, dkk, Kerajaan Gowa pada Masa Pemerintahan I Mangarangi Daeng Manrabbia 1593-
1639, hlm 6
di pertahankan dan menambahkan unsur islam yang dikenal sebagai Sarak dan
mengakuinya sebagai unsur serta struktur dalam pemerintahan. Pejabat tertinggi
Sarak adalah Daeng ta Kaliya yang menjadi penasehat dalam bidang keagamaan.
Seorang Daeng ta Kaliya akan selalu hadir dalam upacara-upacara kerajaan
terutama upacara yang mengandung unsur keagamaan.
Raja Gowa juga menempatkan Parewa Syara’ atau juga dikenal dengan
pejabat Syari’at/Pengadilan tingkat II) yang memiliki kedudukan yang sejajar
dengan Parewa Adek yang sudah ada sebelum masuknya islam ke Kerajaan
Gowa-Tallo. Parewa Syara’ dipimpin oleh seorang Qadhi yang menjadi penjabat
tinggi dan menjadi syariat yang berkedudukan di pusat pengadilan Tingkat III
dan lainnya.

H. KERAJAAN MATARAM ISLAM


Berdirinya Kerajaan Mataram Islam tidak terlepas dari sosok Ki Ageng
Pemanahan yang turut berjasa mengalahkan Arya Penangsang dalam sebuah sayembara
yang diadakan oleh Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Ki Ageng Pemanahan selanjutnya
memperoleh hadiah sayembara berupa Alas Mentaok (Mataram). Ki Ageng Pemanahan
mulai berkerja keras membuka Alas Mentaok untuk dijadikan wilayah pemukiman yang
tertata.7 Wilayah ini tumbuh di Jawa bagian tengah dari benih sebidang tanah yang
kembali menjadi hutan setelah lama menjadi Kerajaan Mataram Hindu (Majapahit), dan
pada perempat abad XVI tumbuh menjadi pedukuhan (pemukiman), yang kemudian
berkembang menjadi kadipaten. Di bawah Ki Ageng Pemanahan, Mataram hanya
menjadi wilayah di bawah yiridiksi Kerajaan Islam Pajang. Namun ketika Panembahan
Senopati berkuasa, Mataram mampu memperkokoh kedudukannya hingga menjadi
Kerajaan Islam independen dari kekuasaan Kerajaan Islam Pajang.8
- Sultan Agung
Sultan Agung memerintah Kerajaan Mataram Islam sangat baik pada
awalnya, namun kemudian situasi di Kerajaan berubah menjadi tidak mudah.

7
Rochmat Gatot Santoso, Kebijakan Politik dan Sosial-Ekonomi di Kerajaan Mataram Islam pada masa
Pemerintahan Amangkurat I (1626-1677), hlm 3
8
Zaid Munawar, Pengelolaan Pajak di Kerajaan Mataram Islam Masa Sultan Agung 1613-1645, hlm 1
Terjadinya ketegangan politik antara penguasa daerah di Jawa, permasalah ini
sebenarnya sudah ada sejak Panembahan Senopati dan Panembahan
Anyakrawati memimpin, namu buntut ketegangannya masih terbawa sampai
Sultan Agung memimpin. Sultan Agung berkeinginan untuk memperluas
wilayah kekuasaannya bahkan ingin sekali menguasai semua pulau Jawa.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut maka sangat diperlukan penguatan
dibidang militer. Penguatan dibidang militer ini menyebabkan bertambahnya
kebutuhan Kerajaam Mataram Islam.
Bertambahnya wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam
dibutuhkannya pengaturan sistem biokrasi. Hal tersebut pun terwujud karena
Sultan Agung telah menata sistem biokrasi dengan sangat baik. Penataan
sistem biokrasi ini juga menambah kebutuhan Kerajaan. Pengeluaran-
pengeluran yang dilakukan Sultan Agung untuk upaya memajukan Kerajaan
Mataram Islam justru memunculkan masalah baru mengenai permasalahan
finansial. Di tengah perbaikan biokrasi, muncul masalah pembiayaan kerajaan
khusunya gaji para pejabat biokrasi yang tidak dibayar dengan baik.
Tidak sampai pada itu, karena masalah eksternal pun mulai muncul.
Terutama setelah VOC datang ke Kerajaan Mataram Islam dan menjadi
sumber masalah baru. Kebijakan yang diberikan VOC melemahkan
pemerintahan, seperti sistem monopoli perdagangan yang diterapkan di
berbagai wilayah Nusantara yang semakin menjadi ancaman bagi
perekonomian kerajaan, sekaligus anacaman untuk perpolitikan kekuasaaan
Kerajaan Mataram Islam.

- Sistem dan Biokrasi Pemerintahan Kerajaan Mataram Islam


Sejak tahun 1575 M hingga 1755 M, kekuasaan raja di Kerajaan Mataram Islam
bersifat absolut. Kepala negara dipegang oleh seorang raja. Dia adalah pembuat
undang-undang, pelaksana undang-undang, dan sekaligus sebagai hakim. Sebagai
kepala negara (pemegang kekuasaan tertinggi), oleh rakyat, raja diakui sebagai
pemilik segala sesuatu yang berada dalam naungan kekuasaannya. Raja memiliki
wewenang untuk mengambil tindakan apa saja untuk kepentingan kerajaan dan segala
isi yang ada di dalamnya baik harta benda dan juga kehidupan manusia. Akan tetapi
besarnya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki oleh raja juga diimbangi dengan
besarnya kewajiban yang diembannya. Kewajiban tersebut merupakan tindakan
seorang raja untuk bersikap bijak dan bertindak adil dalam menjalankan roda
pemerintahannya.9
Sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam sangat identic dengan konsep
kekuasaan Jawa atau juga yang disebut dengan keagungbinataraan. Dalam Bahasa
pedalangan di katakana gung binathara bau dhendha nyakrawati atau yang memiliki
arti sebesar kekuasaan Dewa, pemelihara hukum dan penguasa dunia. Kekuasaan raja
yang absolut dalam pemerintahan Kerajaan Mataram islam mengacu pada sifat
sentralistik. Sistem pemerintahan ini tidak mengalami perubahan dari pengendalian
dan juga kebijakan pemerintahan yang ditentukan raja sebagai pemimpin tertinggi.
Namun struktur pemerintahan tetap mengalami perkembangan, hal tersebut juga
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang berlaku yang mengalami perkembangan
selaras dengan semakin luasnya wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam.
Pola dalam sistem biokrasi Kerajaan Mataram Islam mengarah pada pola
biokrasi Kerajaan Majapahit. Biokrasi Kerajaan Majapahit sendiri berpusat pada raja
yang dianggap sebagai Dewa. Biokrasi yang digunakan di Kerajaan Mataram Islam ini
masih bersifat tradisional yang bertujuan untuk menyatukan daerah-daerah dengan
ikatan kekeluargaan. Struktur biokrasi diatur berlandaskan konsep wilayah negara
dengan pusat yang berada di Kerataon dan berkembang meluas ke luas. Wilayah
tersebut terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
a. Kutagara (Siti Narawati), merupakan wilayah inti yakni wilayah Keraton
yang menjadi tempat tinggal pemimpin tertinggai dan para pejabat tinggi
lainnya.
b. Negara Agung, merupakan wilayah yang berada di sekitar Keraton yang
masih termasuk wilayah inti, seperti wilayah Siti Ageng, Bagelan dan
lainnya.
c. Mancanegara, merupakan wilayah yang berada di luar Negara Agung yakni
Jawa bagian Tengah dan Timur tanpa wilayah pesisiran.

9
Ibid, hlm 12
d. Pasisiran, merupakan wilayah yang terdapat di pantai utara Jawa. Pasisiran
ini dibagi menjadi dua bagian, yakni pasisiran wetan yang dimulai dari
Demak ke timur sampai Blambangan. Lalu Pasisiran Kulon yang dimulai
dari Demak ke barat sampai Karawang.

Wilayah-wilayah tersebut memiliki pejabat-pejabat yang memimpin masing-


masing wilayah. Kebijakan tersebut diterapkan untuk menciptakan wilayah
pemerintahan yang terkendali. Raja sebagai pemimpin tertinggi pun bisa dengan
mudah untuk mengetahui apa saja yang terjadi di masing-masing wilayah.

Pemerintahan dalam Kerajaan Mataram Islam dijalankan oleh seoarang Raja


yang dibantu oleh seorang Patih. Menurut Widada, pemerintahan yang berada di pusat
yakni di Keraton diserahkan kepada seorang Wedana. Para Wedana ini dipimpin oleh
seorang patih. Wedana juga dibantu oleh Kliwon atau lurah desa/asisten bupati yang
derajatnya di bawah Wedana, juga dibantu Kebayan atau asisten bupati yang
derajatnya dibawah Kliwon dan 40 mantri jajar atau priyai di lingkungan keraton.

- Lembaga Keuangan Kerajaan dan Sistem Perpajakan


Dalam mengelola perekonomian di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan
Mataram Islam, Sultan Agung memberikan kepercayaan penuh kepada para pejabat
dari tingkat pusat hingga daerah. Mereka diberikan wewenang dan tanggung jawab
untuk mengatur masing-masing daerah yang dipimpinnya, baik di kutagara, negara
agung, mancanegara, maupun pasisiran, terutama berkaitan dengan kepengurusan
pajak sebagai sumber perekonomian kerajaan. Di kutagara sebagai daerah inti
kerajaan, pengelolaan pajak berada di bawah pengawasan seorang raja dan langsung
masuk ke perbendaharaan kerajaan. Di wilayah negara agung, pajak dari rakyat
dipungut oleh para kepala desa (petinggi atau bekel) dan diserahkan kepada para
atasannya, yaitu dari mulai demang, bupati, wedana, hingga patih yang kemudian
bertanggung jawab secara langsung kepada raja. Adapun di wilayah mancanegara dan
pasisiran, pajak dikelola oleh para wedana-bupati. Gelar bagi wedana-bupati
mancanegara adalah Tumenggung atau Raden Arya. Sedangkan gelar bagi wedana-
bupati pasisiran adalah Syahbandar.10
Pada masa Sultan Agung memerintah, Sultan Agung menetapkan jenis dan
besaran paja yang harus dibayarkan pada Kerajaan Mataram Islam, yakni:
1. Pajak Penduduk
Pajak ini wajib untuk penduduk asli maupun penduduk dari luar Kerajaan
Mataram Islam, penduduk asli dari jawa ataupun tidak tetap akan
berkewajiban membayar apajak selama berada dan bermukim di Kerajaan.
Orang Jawa harus membayar pajak sebesar 4,5 real, orang China yang tidak
menikah sebesar 18 real, orang China yang sudah menikah sebesar 22,5 real
dan budak baru sebesar 0,25 real. Semua pembayaran pajak harus
dibayarkan pada pejabat setempat setiap tanggal 12 Maulid Nabi dalam
kalender islam yang akan diserahkan ke kerajaan di tanggal yang sama.
2. Pajak Tanah
Pajak Tanah merupakan sector yang paling berpengaruh dalam
perkembangan Kerajaan karena pajak tanah adalah pemasukan terbesar bagi
Kerajaan. Raja di anggap sebagai pemilik tanah, sehingga semua tanah yang
di gunakan dalam sector pertanian dikenakan pajak. Semua hasil bumi dari
lahan pertanian dikenakan pajak yang harus dibayarkan petani ke bekel
berdasarkan wilayah masing-masing.
3. Pajak Upeti
Pajak Upeti ini umumnya diserahkan bersamaan dengan pajak tanah yang
berupa hasil bumi yang langsung diserahkan ke Kerajaan. Penyerahan upeti
ini di tanggungjawabi oleh Bupati dimasing-masing wilayah Kerajaan
Mataram islam.
4. Pajak Bea Cukai
Pajak ini dikenakan pada sector barang dan jasa. Pajak ini biasanya di pungut
dari para pedangan yang ada disekitaran pusat kerajaan dan juga wilayah
lainnya.

10
Ibid, hlm 16
BAB III INTERVESI BANGSA ASING: PORTUGIS, SPANYOL DAN BELANDA DI
NUSANTARA

INTERVESI BANGSA ASING

Masa kolonialisme di indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah bangsa yang
menjajahnya yaitu bangsa-bangsa di eropa. pada saat itu bangsa eropa itu tengah memasuki masa
penjelajahan dengan kapal-kapal mereka. Kendati penjelajahan samudra dikenal dilakukan oleh
bangsa eropa namun kenyataanya kawasan eropa bukanlah yang paling maju dan dinamis pada
awal abad ke 15. Kekuatan besar yang begitu berkembang pesat saat itu justru adalah kekuatan
islam dari Ottoman Turki.
Zaman penjelajahan mengacu pada abad ke 15, bermula dari jatuhnya konstatinopel
sebagai sebuah jalur perdagangan yang menghubungkan eropa dengan asia. Pada tahun 1453
kota konstatinopel jatuh ke tangan Turki utsmani, peristiwa ini berimbas pada monopoli dagang
yang dilakukan oleh Turki Utsmani diwilayah khususnya laut tengah dengan melarang para
pedangan eropa untuk berdagang khususnya komoditas rempah dari kawasan asia. Kesulitan ini
kemudian mendorong bangsa eropa dalam melakukan penjelajahan jalur baru sebagai pengganti
jalur yang telah jatuh ke tangan ottoman.

Jika dilihat dari hubungannya bangsa asing terutama bangsa eropa sendiri, wilayah
nusantara telah melakukan hubungan dagang lebih lama dari pada itu. Menurut J.C van Leur
(1960) dalam buknya yang berjudul Indonesia Trade and Society. Telah mengungkapkan bahwa
hubungan dagang antara bangsa asia dan eropa telah terjadi pada masa itu. Wilayah eropa
merupakan sebuah tempat yang secara geografis cukup sulit untuk mendapatkan hasil olahan
bumi. Jalur sutra yang sebelumnya menjadi tulang punggung dari perdagangan di Eropa,
kemudian memasuki abad ke-15 mulai beralih menggunakan Jalur laut atau disbut juga jalur
rempah (spicy road).

Rempah di kawasan eropa merupakan sebuah barang yang langka dan sangat diperlukan
sebagai bahan tambahan masakan. Saat musim dingin terjadi di eropa sebagain besar tumbuhan
tidak dapat hidup. Hewan-hewan ternak menjadi satu satunya sumber makanan ketika musim
dingin terjadi. karena daging tidak memiliki rasa yang kaya, bumbu-bumbu seperti garam dan
rempah-rempah diperlukan untuk menambah cita rasa pada makanan. Sehingga kepopuleran
rempah-rempah pada masa itu melebihi harga emas, walaupun banyak dari orang eropa sendiri
masih belum terlalu jelas bagaimana gambaran mengenai letak kepulauan rempah dan bagiaman
cara mencapai kawasan tersebut.

Portugis adalah yang mengawali masa penjelajahan. Melalui kemajuan di bidang


teknologi tertentu, portugis memulai melakukan penjelajahan samudra pertama kali sepanjang
sejarah dengan bekal ilmu geografi dan astronomi yang berkembang dari bangsa arab yang mana
juga sering tersebar pada kalangan kristen eropa melalui sarjana-sarjana yahudi.11

Buah hasil dari penjelajahan laut yang pertama adalah oleh Vasco da Gama pada tahun
1497-1498 dari Eropa ke India. Pada tahun tersebut Vasco da Gama berhasil menempuh jalur
11
(Ricklefs 2005) Hlm 61
pelayaran laut melalui Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di semenanjun selatan afrika. dari
jalur yang sama, penjelajah portugis lain yaitu Bartolomeu Dias berhasil mengitari Tanjung
harapan yang kemudian memasuki perairan samudra hindia pada tahun 1487.

Dengan jalur baru menuju asia timur ini bangsa eropa tidak perlu lagi menempuh jalur
darat melalui konstatinopel yang dikuasai oleh kekuatan Islam dan cenderung berbahaya untuk
orang orang eropa. Tidak hanya keberhasilan mereka dalam ekspansi ke wilayah lautan lain
tetapi juga mereka didorong oleh pangeran Henry “Si Mualim” dan para pelindung lainya.12
Portugis memulai perjalanan panjang menyusuri pantai barat afrika untuk menemukan emas,
mengalahkan kekuatan islam, juga berusaha mendapatkan rempah-rempah dari asia dengan
memotong jalur laut tengah venesia yang di monopoli oleh kekuatan islam.

Vasco da Gama ketika memasuki wilayah di India, mereka segera mengetahui bahwa
barang-barang yang akan mereka jual ternyata kalah saing di India sebab barang-barang yang
mengalir melalui jaringan perdagangan Asia jauh lebih canggih dibandingkan dengan yang
dimiliki oleh portugis. Oleh sebab itu mau tidak mau portugis harus mengambil jalur peperangan
untuk mengkokohkan diri.13

Cara militeristik semacam itulah yang dilakukan oleh portugis dalam menguasai
perdagangan dan asia. Tokoh yang terkenal dan memiliki usaha yang berani itu salah satunya
adalah Afonso de Albuquerque yaitu seorang panglima angkatan laut portugis. Pada tahun 1503
Albuquerque berangkat menuju daerah India yang kemudian pada tahun 1510 ia berhasil
menaklukan Goa di Inida. Di sana Afonso mendirikan pangkalan militer tetap portugis.
Tujuannya adalah menguasai lokasi sentris dengan menempatkan teknologi militer portugis yang
tinggi.14 beberapa pangkalan militer juga telah dibangun oleh portugis sebelumnya, tujuannya
pun juga sama yaitu untuk menguasai wilayah strategis.

Setelah dari wilayah asia bagian barat portugis kemudian melanjutkan ekspansi lautnya.
Tujuan selanjutnya yang sedang dituju adalah kawasan malaka yang menurut laporan-laporan
dari pedangan di asia merupakan kawasan yang sangat kaya.

12
ibid
13
Ibid hlm 62
14
ibid
Melalui laporan tersebut raja Portugal mengutus Diogo lopes de sequeria untuk
menemukan malaka, menjalin hubungan persahabatan dan juga menetap di malaka sebagai
seorang perwakilan dari portugis. Ketika tiba di malaka pada tahun 1509 Diogo disambut baik
oleh sultan Mahmud syah, tetapi atas saran dari komunitas dagang Islam yang terlebih dulu
menetap di semenanjung malaka, mereka meyakinkan bahwa Portugis adalah sebuah ancaman
yang besar terhadap malaka. Sehingga tindakan yang diambil sultan selanjutnya adalah menawan
Diogo dan beberapa anak buahnya serta menghabisi anggota lainya.

Akibat kejadian ini portugis kembali mengetahui bahwa satu satunya jalan dalam
melakukan penaklukan adalah secara militer seperti sebelumnya yang mereka lakukan. Pada
tahun 1511, Albuquerque berlayar dari Goa India menuju malaka dengan kekuatan sekitar 17-18
kapal berjumlah awak kapal 1200-a personil. Peperangan pecah di Malaka. Portugis dengan
kebulatan tekadnya untuk menguasai malaka mendorong mundur pasukan Malaka. Kendati
daerah malaka pada saat itu yang merupakan wilayah dengan benteng-benteng dan meriam di
ujungnya. Tetapi konflik internal kerajaan antara sultan Mahmud dan putranya yaitu sultan
Ahmad membuat lemah malaka dari dalam.

Malaka berhasil ditaklukan oleh Alberoqueque pada tahun 1511 setelah pertempuran
sengit selama bulan juli hingga awal agustus di malaka. Dalam waktu itu juga Alberoqueque
juga telah mempersiapkan pertahanan guna mencegah serangan balasan dari orang-orang
melayu.

Kendati Malaka telah jatuh ke tangan portugis, perdangangan di kawasan asia justru tak
terlihat dikuasai oleh portugis. Masalah demi masalah setelah menguasai malaka kian muncul.
Merekat tidak dapat mencukupi kebutuhan pasokan makanan sendiri sehingga sangat bergantung
kerpada pemasok lain seperti yang dilakukan penguasa melayu sebelumnya. Portugis sangat
kekurangan dana dan sumber daya manusia. Aturan-aturan yang diberlakukan portugis sangat
tidak efisien, satu demi satu saling tumpang tindih dan membuat bingung. Hal ini juga
diperparah oleh para pejabat dan petinggi portugis di malaka yang melakukan korupsi, ikut
berdagang demi keuntungan pribadi di pelabuhan malaya dan johor karena pajak dan harga
barangya jauh lebih murah dibandingkan dengan yang ditawarkan oleh portugis sendiri. Para
pedagang di wilayah asia pun dengan mudah juga mengalihkan dagangan mereka ke pelabuhan-
pelabuhan yang bebas dari monopoli portugis.
Kekuatan militer Portugis di wilayah Nusantara khususnya malaka kian waktu semakin
tidak menjadi yang paling revolusioner. Berbagai teknologi militer dan pelayaran yang menjadi
keunggulan militer portugis di malaka dengan mudah ditiru oleh musuh-musuh mereka. seperti
meriam portugis dengan cepat dapat direbut oleh kekuatan pribumi. Saingan portugis tidak hanya
msayrakat setempat. Negeri Johor dan aceh pada saat itu juga saling bersaing satu sama lain,
saling mengalahkan untuk menjadi penguasa malaka yang sesungguhnya. Tentu persaingan ini
berbanding terbalik dengan portugis di barat nusantara yang kian mengalami masalah.

Meskipun pengaruh dari portugis di malaka sendiri sedikit tetapi beberapa hal yang juga
tidak dapat dianggap remeh. Pelabuhan dagang malaka selama berada dalam tangan portugis
tidak pernah berkembang dengan baik. Wilayah yang dulunya dikuasai oleh satu kekuasaan
tunggal sebagai penjaga keamanan daerah selat malaka berubah menjadi berbagai komunitas
dagang yang saling bersaing dan beberapa kali bertempur di wilayah selat malaka.

Berbeda dengan di wilayah barat. Kondisi portugis di wilayah timur nusantara terbilang
cukup baik. Di wilayah Maluku sebagai wilayah yang merujuk pada nama “kepulauan rempah”
yang dicari cari bangsa eropa. Pada tahun 1512 segera setelah malaka ditaklukan, dibawah
pimpinan Francisco Serrao Portugis memulai misi penyelidikan ke wilayah maluku untuk
mencari pulau rempah. Serrao mendarat di Hitu wilayah ambon bagian utara. disana ia
menunjukan kemampuan berperang armadanya melawan sebuah pasukan penyerang. Hal ini
tentusaja menarik perhatian penguasa setempat, juga penguasa Ternate dan tidore yang pada saat
itu tengah bersaing.

Pada tahun 1511 sendiri pelayaran dari jawa dan malaya ke wilayah nusantara berkurang.
Sehingga pelayaran ke arah timur nusantara cukup sepi. Portugis yang datang disambut baik oleh
para penguasa setempat karena selain mereka membeli rempah, mereka juga membawakan
bahan pangan.

Pada tahun 1522 sultan ternate Abu Lais yang tertarik dengan keterampilan pasukan
portugis dalam berperang membujuk mereka untuk mendukungnya. dan pada tahun itu juga
ternate membangun sebuah benteng pertahanan. Tak mau kalah sutlan Mansur dari Tidore
mengambil keuntungan dari kedatangan sisa ekpedisi pelayaran keliling dunia Magellan dengan
membentuk sebuah aliansi dengan bangsa spanyol.
Hubungan antara ternate dan portugis sedikit menjadi lebih tegang setelah adanya upaya
misionaris kristen untuk menyebarkan agama kristen di tanah ternate. Kemudian juga pada tahun
1535 portugis di ternate menurunkan raja Tabariji dan mengirimnya ke Goa yaitu daerah
kekuasaan portugis.

Sekembalinya setelah dari Goa Raja Tabariji masuk kristen dengan nama Dom Manuel.
Setelah diputuskan tidak bersalah oleh portugis raja Tabariji dikirim kembali ke Ternate Untuk
kembali menduduki kekuasaanya. Tetapi dalam perjalanan raja tabariji meninggal dan
menyerahkan kekuasaan pulau ambon kepada ayah baptisnya, Jordao de Freitas yang merupakan
orang portugis pada tahun 1545.

Kekuasaan portugis di wilayah timur pada tahun 1570 mulai berpindah ke Tidore setelah
diusrinya orang orang portugis dari Ternate setelah orang orang portugis terindikasi melakukan
pembunuhan terhadap sultan Ternate Hairun. Namun tidak berlangsung lama pada tahun 1575
kekuasaan portugis kembali dipindah untuk berada di wilayah pulau Ambon. Ternate yang
ditinggalkan oleh Portugis dibawah kekuasaan Sultan Baab Ullah menjadi sebuah kekuatan yang
gigih memperjuangkan nilai keislaman.15

Pada abad ke-16 bangsa portugis berhasil melakukan monopoli perdagangan terhadap
suplai rempah-rempah di eropa dengan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Kota Antwerp pada
sebelum terjadinya revolusi di belanda menjadi kota distributor utama di eropa utara. Tetapi
setelah tahun 1591 portugis setuju untuk bekerjasama dengan kongsi dagang lain dari jerman,
Spanyol, dan Italia dengan memakai kota Hamburg sebagai pelabuhan utama untuk
mendistribusi barang-barang yang berasal dari asia.

Sebelum itu, setelah dibentuknya Iberian Union antara spanyol dan portugis pada tahun
1580 dengan bersatunya keluarga kerajaan menjadi satu, kekuatan ini menjadi sebuah kerajaan
dominan dalam perdagangan rempah di eropa. Tentunya dominasi ini juga menyulitkan bangsa
belanda untuk memperoleh rempah dan kekayaan di wilayah timur. untuk itu secara independen
belanda ingin membentuk sebuah kongsi dagang mereka sendiri.

Seperti bangsa eropa lain yang telah menaruh ketertarikan kepada wilayah timur, belanda
melakukan pelayaran ke timur untuk mencari daerah baru penghasil rempah-rempah. Pelayaran

15
Ibid
bangsa belanda dimulai sekitar akhir abad ke 16 ketika rute langsung dari belanda ke asia telah
dibuka. Setelah kegagalan mencapai asia melalui jalur timur laut, belanda terpaksa mengikuti
jalur sama yang dilalui oleh portugis menuju asia yaitu melalui Cape of Good Hope atau tanjung
harapan. Kekuatan portugis di asia tidak hanya dominan dalam perdagangan rempah, tetapi juga
merupakan musuh belanda semenjak bersatunya portugal dan spanyol dalam satu keluarga
kerajaan yang mana belanda sedang berperang dengan spanyol. 16

Pada tahun 1596 pelayaran bangsa belanda dimulai, empat kapal ekpedisi dipimpin oleh
Cornelis de Houtman berlayar dari Amsterdam menuju banten setelah mendengar kabar dari
pedagang-pedangan bahwa terdapat kepulauan rempah-rempah di asia. Ekpedisi ini pertama kali
sampai ke nusantara di wilayah Banten. Walaupun mendarat di wilayah banten tetapi Jawa
sebenarnya bukanlah tujuan utama dari berlayarnya kapal belanda pada awal 1590-an. Tujuan
awal belanda pada saat itu justru untuk menemukan rute langsung menuju China melalui rute
timur laut dengan mengelilingi asia. Karena iklim yang cukup dingin di wilayah kutub, kapal-
kapal pada abad 16-17 saat itu belum mampu untuk memutar melewati kutub utara. Sehingga
pilihan jalur lain adalah melalui rute selatan seperti yang portugis gunakan.

Kedatangan cornelis di tanah banten ini tidak berjalan mulus, konflik dengan portugis
sebagai penguasa perdagangan rempah di asia juga dengan para penduduk lokal terjadi. waktu
yang ditempuh kapal dari amsterdam menuju banten menghabiskan total 15 bulan. setelah tiga
tahun, armada kapal kembali dengan cukup rempah-rempah untuk menutupi ongkos biaya
penjelajahan bahkan terbilang cukup untung.

Dari pengalaman penjelajahan yang pertama dengan kembalinya jumlah kru yang dari
awalnya adalah 249 tersisa 87 orang bertahan, kemudian salah satu kapal harus ditinggalkan
karena tidak cukup awak. ternyata tidak membuat surut semangat orang orang belanda untuk
melakukukan penjelajahan. sekembalinya ekspedisi pertama ini tidak dimaknai sebagai sebuah
kegagalan melainkan sebuah bukti bahwa kapal-kapal belanda beserta awaknya mampu untuk
berlayar ke penjuru dunia.

Keberhasilan dari ekspedisi pertama belanda ini kemudian memunculkan ide untuk
dibentuknya kongsi dagang independen bernama VOC (Vereenigde Oostindiche Compgnie).

16
(Parthesius 2010) Hlm 33.
VOC atau Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindiche Compgnie)
merupakan sebuah persekutuan pedagang dari belanda yang beraktivitas dagang di wilayah asia
khusunya wilayah kekuasaan belanda di Timur. Didirikan pada tanggal 20 Maret 1602, VOC
yang dari awalnya merupakan sebuah kongsi dagang belanda pada waktu kemudian menjelma
menjadi sebuah badan organisasi yang istimewa. Pasalnya hak-hak yang dimiliki oleh VOC
sendiri hampir menyerupai sebuah negara jika dibandingkan dengan sebuah lembaga dagang.
Mereka memiliki tentara sendiri, beberapa hak istimewa, juga difasilitasi oleh negara.

Pada Awalnya VOC didirikan oleh enam perusahaan kecil belanda sebagai sebuah bagian
dari misi ekpedisi, sehingga seluruh pengeluaran dari VOC pada awal penjelajahan ditanggung
sepenuhnya oleh beberapa perusahaan.

Ketika dibentuk pertama kali VOC telah memiliki kongsi dagang saingan seperti East India
Company (IEC) yang dibentuk oleh inggris di London pada tahun 1600. Juga dari prancis
compagnie francaise des indes orientales. Tetapi jika dilihat dari pertumbuhannya kompeni dari
belandalah yang berkembang lebih cepat dibandingkan beberapa saingannya.

Beberapa faktor yang menyebabkan VOC mampu bertumbuh cepat adalah, pertama
melimpahnya modal. Dengan modal yang tidak sedikit VOC mampu membiayai operasi-operasi
militer di belahan timur demi mendapatkan posisi strategis sebagai pemonopoli perdagangan
rempah di eropa. Kemudian penaklukan Kepulauan Banda pada tahun 1622 menyebabkan
monopoli pala tak terelakan.(Gaastra 2007) Tentu saja penaklukan wilayah melalui operasi
militer tidak berhenti sampai itu saja. Penaklukan lain yang dilakukan VOC adalah monopoli
cengkeh di wilayah kepulauan maluku. Melalui pelabuhan Makassar sebagai belabuhan yang
sangat strategis di wilayah timur pada tahun 1667 ditaklukan oleh VOC. Siapa saja yang
melakukan perdagangan dikawasan makassar tanpa perantara dari VOC akan dilabeli sebagai
penyelundup.

Kemudian VOC tidak hanya mendapatkan modal dari negerinya belanda sendiri tetapi VOC
juga berhasil mengumpulkan modal dari wilayah asia sendiri, sehingga dengan akumulasi dana
sebesar itu VOC dapat membangun jalur perdagangan mereka sendiri di asia bersanding dengan
kongsi dagang negara lain atau bahkan mendominasi perdagangan rempah.
Sekitar akhir abad ke-17 jumlah perdagangan dan pelayaran asia dan eropa meningkat
dengan pesat. Komoditas dan hasil olahan seperti kain dai india, kopi jawa dan teh dari cina
mampu merebut pasar eropa. VOC sebagai sebuah konsi dagang yang melakukan monopoli
terhadap komoditas rempah-rempah tentu akan cepat dilupakan karena berpindahnya trend
barang yang laku di pasar internasional. Dengan perpindahan trend ini memasuki abad ke-18
kegiatan penjualana rempah-rempah VOC dari perdagangan di Asia mengalami banyak
kerugian. Penjualan barang dari nusantara ternyata masih cukup untuk menutup kerugian dan
pembekalan kapal. Tetapi simpanan kas negara makin tipis karena uang yang masuk semakin
sedikit.

Untuk itu VOC pada awal abad ke-18 mulai menggeser bentuk produksi komoditasnya yang
pada awalnya adalah rempah-rempah kemudian berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan
yaitu perkebunan.

Hingga pada tahun 1796 beriringan dengan pendudukan negeri belanda oleh tentara prancis
tranformasi politik belanda menentukan nasib VOC itu sendiri. Sehingga tidak lama setelah
berdirinya Bataafase Republiek, direksi dari VOC harus mundur dan menyerahkan jabatannya
kepada comite tot de zaken van de oost-indische handel en bezittingen (Komite Untuk urusan
perdagangan dan Jajahan di Hindia Timur).

Sehingga mulai tanggal 1 januari hak oktroi yang menjadi dasar berdirinya VOC, mulai tidak
berlaku lagi. Perubahan yang besar terhadap susuan ini menandakan akhir dari era VOC setelah
berabad abad berpartisipasi dalam kancah perdagangan internasional.

DAFTAR GUBERNUR JENDERAL MASA VOC

Daftar Gubernur Jendral VOC (1610-1799)

1. Pieter both
2. Gerard Reynist
3. Kayrebs Reael
4. Jan Pieterszoon Coen
5. Pieter de Carpentier
6. Jan Pieterszoon Coen
7. Jacques Specx
8. Hendrikx Brouwer
9. Antonio van Diemen
10. Carel Reyniersz
11. Joan Maetsuycker
12. Rijcklof van Goens
13. Cornelis Speelman
14. Johannes Camphuys
15. Willem van Outhoorn
16. Joan van Hoorn
17. Abraham van Rieveeck
18. Chirstoffel van swoll
19. Mattheus de Haan
20. Diederik Durven
21. Dirk van Cloon
22. Abraham Patras
23. Adriaan Valckenier
24. Johannes Thedens
25. Gustaaf Willem baron van imhoff
26. Jacob mossel
27. Petrus Albertus van der Parra
28. Jeremias van Riesmsdijk
29. Willem Arnold Alting
30. Pieter Geradus van Overstarten

KEBIJAKAN PENTING ERA VOC

1. Hak Ekstirpasi
Hak ekstirpasi adalah hak dari VOC untuk melakukan pembabatan tumbuhan-
tumbuhan seperti melakukan penebangan hingga habis dan juga dapat melakukan
pembabatan terhadap tumbuhan rempah-rempah ketika panen berlebih. Pembabatan ini
dimaksudkan untuk mencegah merosotnya harga rempah-rempah di pasaran ketika
jumlah panen yang melebihi kapasitas.

2. Contingenten
Contingenten sendiri adalah pemberlakuan kewajiban kepada rakyat pribumi
untuk membayar pajak berupa hasil bumi dengan jumlah yang sudah ditentukan oleh
VOC. Pemberlakuan pajak ini semakin memperlihatkan bahwa VOC hampir mirip
seperti sebuah negara yang memberlakukan pajak dibandingkan sebuah kongsi dagang.

3. Verplichte Leverantie
Selain pemberlakuan pajak, VOC juga memberlakukan Verplichte Leverantie
yaitu kewajiban untuk menjualkan hasil bumi kepada VOC, dan melarang penjualan
kepada selain VOC. Tentu saja harga yang diberikan dibawah harga semestinya. Untuk
memperkuat daya saing VOC di eropa dikenal dengan harga rempahya yang cenderung
lebih murah jika dibandingkan dengan portugis dan negara lain di eropa.

4. Hak oktroi
Oktroi merupakan sebuah hak istimewa VOC yang diberikan oleh belanda. melalui
hak ini VOC menjadi sebuah negara dalam negara. Beberapa hak oktroi yang VOC
adalah
a. Memiliki angkatan bersenjata
b. Memiliki mata uang sendiri
c. Memiliki susudan pegawai mereka sendiri
d. Melakukan monopoli perdagangan
e. Membuat perjanjian dengan raja atau pemimpin negeri lain
f. Memiliki hak untuk berperang
g. Dan memegang pemerintahan di negeri jajahan

5. Pelayaran Hongi (Hongi Tochten)


Monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di nusantara sangat luas
mencangkup wilayah wimur seperti ambon, maluku, ternate dan tidore. Dengan demikian
untuk mengawasi jalanya monopoli VOC memberlakukan ekpedisi laut menggunakan
kapal kora-kora yang dipersenjatai dengan meriam-meriam dan militer yang menjaganya.
Kapal kora-kora sendiri disediakan oleh penguasa setempat yaitu ambon dan maluku
yang mana telah menjalin kerjasama dengan VOC.

6. Preangerstelsel
Preangenstelsel berasal dari kata Preangan yaitu daerah dimana VOC
memberlakukan kebijakan untuk menjadikan daerah priangan sebagai ladang kopi.
Kebijakan ini tidak hanya dilakukan oleh VOC sendiri, melainkan bersama para
bangsawan dan penguasa dengan mewajibkan rakyatnya untuk menanam kopi yang
kemudian diserahkan kebelanda untuk diteruskan diperdagangkan ke eropa.

7. Indirect rule
Penguasaan secara tidak langsung VOC dilakukan sebab wilayah timur sendiri
sangtlah luas. Melalui tangan tangan para raja-raja atau penguasa setempat, VOC
memberikan komisi besar untuk melakukan perjanjian dan juga kesepakatan baik
perdagangan maupun politik. Dengan demikian secara tidak langsung VOC mengatur
jalannya kekuasaan meskipun terdapat kerajaan yang mengatur diwilayah itu sendiri.
Para penguasa yang dipilih biasaya didasarkan pada aturan daerah tersebut sendiri
seperti memilih raja yang menerapkan sistem keturunan, ataupun wakil yang dipilih oleh
rakyat pribumi itu sendiri.

8. Politik Devide et impera


Politik memecah belah sendiri dilakukan oleh VOC lantaran banyaknya
perselisihan politik antara bangsa pribumi di nusantara. Untuk mendapatkan kekuasaan
sepenuhnya VOC mengadu domba kerajaan-kerajaan yang tengah berselisih, misalnya
saja kerajaan mataram yang tengah terbagi menjadi 4 kerajaan.

9. Pengangkatan Gubernur Jendral


Wilayah kekuasaan VOC yang jauh berada di timur menjadikan VOC
Mengangkat Gubernur Jendlar sebagai wakil pemerintahan Belanda di Hindia Belanda.
Gubernur jendral ini dapat mengatur dan membuat kebijakan yang menguntungkan VOC.

KONFLIK VOC DENGAN KEKUATAN LOKAL

VOC dengan hak istimewanya selayaknya sebuah negara membuatnya berubah tujuan
yang sebelumnya adalah sebuah kongsi dagang biasa berubah menjadi kekuatan kolonial yang
menguasai dan memonopoli perdagangan di nusantara. Tak ayal kekuasaan yang dimiliki oleh
VOC sering kali memicu konflik dengan penduduk lokal yang berujung kepada perlawanan
diantaranya yaitu,

1. Perlawanan Mataram
Di mataram VOC mendapatkan perlawanan ketika memasuki masa kekuasaan
Sultan Agung yaitu raja Mataram ke III pada periode masa 1613-1645. Konflik antara
VOC dan Mataram terjadi pada tahun 1618, ketika Gubernur Jendral J.P Coen
memerintahkan pasukannya untuk menyerang jepara. Penyerangan yang dilakukan VOC
di jepara menyebabkan kerugian yang besar terhadap mataram. Hingga kedua kekuatan
ini saling berselisih satu sama lain.
Sultan ageng menyerang VOC dalam 2 kali penyerangan. Yang pertama adalah
pada tahun 1628 dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa dengan jumlah pasukan sekitar
10.000 prajurit, tetapi penyerangan ini gagal karena meriam meriam VOC memborbardir
tidada henti pasukan mataram. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu 1629 sultan ageng
kembali melakukan penyerangan ke VOC dengan jumlah kekuatan sekitar 14.000
prajurit, dipimpin oleh Kiai Adipati Juminah, K.A Puger, Dan Ka Purabaya tetapi
penyerangan tersebut masih gagal untuk mendapatkan kemenangan.
Hingga sepeninggal sultan agung pada tahun 1645 mataram jatuh kedalam
kekuasaan VOC. Hal ini juga ditandai dengan dipindahkannya kekuasaan VOC yang
sebelumnya berada di wilayah ambon. Setelah dikuasainya wilayah mataram, pusat
kekuasaan dari VOC beralih ke wilayah Batavia.

2. Perlawanan Banten
Hubungan antara VOC dengan kekuasaan Banten telah bermula sejak tahun 1676
ketika banten masuk ke dalam keraton corebon. Hingga tahun 1681 ketika cirevon
menjalin hubungan kerja sama dengan VOC yang mana setelah Amangkurat II
menandatangani sebuah perjanjian dengan VOC. Perjanjian tersebut dinilai sangat
merugikan mataram, sultan Ageng kemudian mendesak sultan Mataram untuk tidak
mendekati VOC. Tetapi upaya dari sultan ageng untuk memtus hubungan VOC dengan
amangkurat II. Setelahnya gerakan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC di
Cirebon mulai bangkit. (Ulfah 2016)
Sutlan Ageng dalam gerakan perlawananya yang pertama berhasil digagalkan
oleh belanda. kemudian Banten sendiri bersamaan dengan peristiwa tersebut mengalami
perpecahan sendiri dalam internal kerajaan. Putra Mahkota Sultan Abu Nasr Abdul kahar
diangkat menjadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri sementara urusan
luar negeri diserahkan kepada sultan ageng.
Perpecahan antara kedua kubu kerajaan ini dimanfaatkan oleh VOC dengan
menghasut sultan abdul nasr. Sultan abdul nasr khawatir dia tidak akan bisa naik tahta
apabila masih ada punggawa lain dari putra mahkota. Sehingga ia bersama VOC
bersengkongkol untuk merebut tahta kekuasaan banten.
Tetapi bantuan dari VOC tidaklah gratis. VOC hanya mau melakukan dengan
beberapa syarat yaitu diantaranya,
1. Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC
2. VOC mendapat monopoli lada di banten dan harus menyingkirkan pedagang
india, persia dan cina
3. Banten diharuskan membayar 60.000-ringgit apabila melanggar janji.
4. Pasukan banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman harus segera
ditarik mundur.

Setelah sepeninggal Sultan Abdul Nasr belanda memiliki kekuasaan penuh


atas banten. Sehingga penerus dari sultan di Banten haruslah mendapat
persetujuan dari pemerintah Hindia belanda sepenuhnya.

3. Perlawanan Gowa (Makassar)


Pada saat pertama kali menuju ke kepulauan nusantara, belanda hanya
menyinggahi wilayah Jawa serta maluku. Untuk wilayah sulawesi tidak ada rencana sama
sekali untuk dikuasai. Setelah mengetahui lokasi makassar yang begitu strategis sebagai
sebuah pelabuhan singgah barulah keinginan dari VOC untuk menguasai makassar
bermula.
Perhatian belanda dimulai dengan mengirimkan surat kepada raja Gowa untuk
mengijinkan belanda berdagang di makassar. Permohonan tersebut dikabulkan, tetapi
hanya sebagai urusan dagang saja. Raja gowa mengetahui bahwa Belanda adalah musuh
dari Portugis, dengan demikian ia tidak ingin makassar menjadi sebuah wilayah tempur
dan benteng pertahanan kedua kerajaan.
Tetapi ambisi belanda untuk memonopoli perdagangan di makassar tidak berhenti
sampai saat itu. Belanda menghalau kapal kapal portugis dari ambon dan kemudian
menguasai maluku dengan mengusir orang orang portugis dan spayol dari wilayahnya.
Dan juga menyuruh makassar melalui perwakilanya untuk berhenti menjual beras
kewilayah malaka. Hal ini tentunya ditolah oleh penguasa makassar pada saat itu.
(Firmansyah 2015)
Hingga memasuki kekuasaan Sultan Hasanuddin monopoli belanda atas wilayah
timur ini tetap ditolak. Sehingga kian lama hubungan VOC dengan kerajaan Gowa makin
memburuk.
Pada april 1655 armada Gowa yang dipimpin langusng oleh sultan Hasanuddin
menyerang pasukan belanda yang telah menduduki kerajaan Buton. Belanda menghasut
raja buton untuk mempertahankan wilayahnya sendiri dan akan membantu sebisa
mungkin. Sehingga dengan pasukan gowa yang begitu kuat buton dengan mudah direbut
oleh gowa.
Ketika laksamana de vlamingh tiba di buton dan menyaksikan sisa tertempuran
yang terjadi. ia melihat bahwa perang ini menelan biaya yang sangat besar dan akan
merugikan belanda. untuk itu pada 1655 VOC melakukan perundingan perdamaian
kepada Gowa. Tetapi usulan tersebut ditolak oleh sultan Hasanudin karena mengaggap
belanda akan mengingkari janji yang akan dibuatnya. Sehingga ketegangan dan konflik
terus saja terjadi hingga tahun tahun berikutnya.
Pada tahun 1660-1670 sultan Hasanuddin melakukan perlawanan terhadap VOC.
Hingga pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin kalah dalam peperangan dan terpaksa
menandatangani perjanjian Bongaya. Perjanjian bongaya sendiri sangat mengekang
kekuasaan dari Gowa juga begitu merugikanya. Sehingga secara tidak langsung belanda
memenangkan pertempuran melawan Gowa di kancah timur makasar.

Kedatangan VOC

VOC merupakan salah satu perserikatan dagang yang berdiri pada abad ke-17 dan ke-18.
Dimana lembaga ini merupakan yang paling sukses pada zamannya. VOC didirikan pada tahun
1602 dan tidak lama dari setelah berdirinya, badan ini berhasil menyingkirkan bangsa Portugis
yang sebelumnya telah membangun imperium perdagangan di Asia satu abad sebelumnya.
Kejayaan VOC membangun kekuasaan di Asia sendiri juga hamper menyisihkan saingan di
perdagangan Asia-Eropa tersebut. VOC memiliki saingan utama yaitu East India Company
(EIC), yang didirikan pada tahun 1600 di London. Hingga pada tahun 1800 VOC merupakan
perusahaan dagang terbesar di Asia. Perkembangan ini didukung oleh beberapa faktor. Pertama
sekali, VOC memiliki modal berlimpah dari republik sehingga membuat mereka lebih maju
dibandingkan lawannya. Dengan demikian VOC mampu membiayai operasi militer untuk
mendapatkan kedudukan sebagai pemegang monopoli perdagangan rempah-rempah sedunia
VOC menaklukkan Kepulauan Banda pada tahun 1622 dan mereka mendapatkan monopoli pala
dan kembang pala. Selang beberapa tahun kemudian, VOC berhasil menguasai Kepulauan
Maluku dan memusatkan perdagangan rempah-rempahnya di Maluku.

Pada tahun 1602 terbentuklah VOC yang merupakan gabungan dari enam perusahaan
kecil. Setelah Compagnie van Verre yang berkantor di Amsterdam mengadakan ekspedisi yang
pertama ke Asia (1595-1597) dan hal tersebut mengungkapkan bahwa orang Belanda bisa
melakukan pelayaran hingga ke Asia, kemudian perusahaan-perusahaan didirikan di beberapa
daerah seperti Amsterdam, Rotterdam, dan di provinsi Zeeland. Perusahaan-perusahaan tersebut
terbiasa memberikan modal pada satu ekspedisi sekali. Namun demikian terdapat
kesinambungan dalam susunan direksi, sebab ada usulan untuk melakukan ekspedisi secara
berturut-turut oleh para saudagar atau anggota pengurus itu. Setiap kapal yang berlayar ke Asia
telah kembali maka para penanam modal, baik anggota pengurusnya maupun para pemegang
saham atau partisipan lainnya, akan mendapatkan kembali modal yang sebelumnya mereka telah
tanam dan sebagian keuntungan yang telah diraih. Para perusahaan ini melakukan persaingan
antara satu sama lain dengan seru dan mengakibatkan menurunnya persentase laba. Keuntungan
yang mengalami pengurangan ini akan membuat para penanam modal jera dan membuat
keberlanjutan pelayaran ke Asia terancam.17

Para pemimpin perusahaan tersebut tentu menyadari perkembangan ini. Pada tingkat
lokal terbentuk sebuah kerja sama dalam waktu singkat. Pada tahun 1600 kompeni yang
bermarkas di Amsterdam melebur menjadi satu yaitu Geunieerde Amterdamse Oostindische
Compagnie (Kompeni Hindia Timur Serikat Amsterdam), yang diberikan oleh walikota
Amsterdam berupa hak monopoli untuk melakukan pelayaran dari Amsterdam menuju Asia.
Meleburnya semua perusahaan menjadi satu kompeni tidak terjadi secara spontan, tetapi hal ini
karena bentuk paksaan dari pemerintah Belanda. Pada masa itu Republik Belanda sedang
melakukan perang dengan Raja Spanyol dan Portugal. Berdirinya kompeni ini yang kemudian
disebut sebagai voorcompagnien atau pra-kompeni belum mampu menggunakan perannya dalam
perjuangan melawan Portugal dan Spanyol. Pemerintah provinsi Holland, dibawah
kepemimpinan oleh Johan van Oldenbarnevelt, kemudian juga pemerintah negeri Belanda.
Akhirnya setelah Pangeran Maurits ikut campur tangan maka perusahaan-perusahaan dari
Zeeland ini tidak dapat menghindar lagi.

Staten-Generaal mengeluarkan oktroi pada tanggal 20 Maret 1602, yang kemudian


memprakarsai berdirinya Generale Vereenichde Geoctroyeerde Compagnie. Masa berlakunya
oktroi ini memiliki jangka waktu hingga 21 tahun. Melalui kebijakan ini maka dapat
menyingkirkan unsur persaingan, kemudian menetapkan bahwa tidak ada pihak lain selain VOC
untuk melakukan pengiriman kapal-kapal dari Belanda ke daerah di sebelah timur Tanjung
Harapan dan di sebalah barat Selat Magelan atau mengadakan kegiatan perdagangan di wilayah
tersebut. Dalam oktroi terdapat butir-butir lain yang berisi mengatur tata cara Kompeni,
kedudukan para direktur dan para partisipan, serta cara mengumpulkan modal. Pada naskah
artikel ini masih terlihat akan rumitnya perundingan umtuk menetapkan butir-butir dalam oktroi
ini. Menurut oktroi, semua pra-kompeni menjadi cabang dalam kerangka VOC. Cabang tersebut
berjumlah enam yaitu Amsterdam, Zeeland, Delft, Rotterdam, Hoorn, dan Enkhuizen. Ternyata

17
F.S. Gaastra, Organisasi VOC, hal 29.
cukup mudah untuk mencapai suatu kesepakatan tentang andil dalam menjalankan sebuah usaha
bersama pada bidang pelayaran dan perdagangan di Asia. Kamer Amsterdam mendapatkan
separuh, berbeda dengan Zeeland yang hanya diberikan seperempat, dan keempat kamer kecil ini
mendapat sepernambelas bagian masing-masing. Pembagian kunci ini yang disebut dalam
naskah oktroi, berhasil menenangkan para pengusaha dari Zeeland. Sebelumnya mereka khawatir
jika modal ditaruh oleh kamer dijadikan sadar bagian masing-masing dalam pelaksanaan
kegiatan, lebih dari separuh akan diraih oleh Kamer Amsterdam.

Sudah tentu para pengurus pra-kompeni menjadi pengurus kamer di daerahnya. Di atas
kamer tersebut dibentuk badan pengurus umum, yang bertugas menyelenggarakan pimpinan
tertinggi dan yang akan terdiri atas wakil-wakil kamer masing-masing. Di sini timbul masalah
besar. Bagaimana perbandingan antar-kamer harus diterapkan dalam pimpinan tertinggi?
Zeeland ingin supaya dalam badan pengurus umum dilakukan pemberian suara menurut kamer,
sehingga bobot setiap kamer sama saja. Mula-mula tuntutan ini menyebabkan tidak mungkin
mencapai kesepakatan. Pada akhirnya Zeeland harus puas dengan pemungutan suara perorangan,
sedangkan badan pengurusnya ditetapkan akan terdiri atas tujuh belas orang. Dalam badan ini
Amsterdam akan diwakili oleh delapan utusan, Zeeland mendapat empat wakil, dan keempat
kamer lainnya masing-masing satu wakil, sedangkan wakil yang ketujuh belas akan ditunjukkan
secara bergilir oleh salah satu kamer di luar Amsterdam. Wakil-wakil dari Amsterdam
menganggap wajar bahwa badan pengurus umum ini, yang biasanya disebut dengan nama
singkat Heren Zeventien (Tujuh Belas Tuan), akan berkumpul di Amsterdam, tetapi dalam hal
ini mereka melakukan konsesi untuk menenggang rasa Zeeland. Diputuskan untuk menetapkan
putaran delapan tahunan. Selama enam tahun berturut-turut Amsterdam akan menjadi tempat
persidangan dan selama jangka waktu itu Kamer Amsterdam akan bertindak selaku ketua sidang;
sesudah itu untuk dua tahun lamanya Middelburg akan menjadi tempat kedudukan Heren
Zeventien dan jabatan ketua akan dipangku oleh pengurus Kamer Zeeland.18

Dengan demikian dalam naskah oktroi sudah ditetapkan seberapa besar pengaruh dan hak
suara yang dimiliki setiap kamer. Di atas kertas semuanya beres. Akan tetapi, bagaimana struktur
yang lumayan rumit ini berfungsi dalam praktek nyata? Selama abad ke-17 sedikit demi sedikit
berkembanglah bentuk pemerintahan yang juga terdapat dalam pemerintah Republik Belanda

18
Ibid. hal 30
sendiri. Perkembangan ini tidak mengherankan, karena sebagian besar para direktur VOC
termasuk elite politik dan mengenal baik seluk-beluk pemerintahan Republik itu. Hubungan
badan-badan pengurus pada tingkat kamer dengan sidang Heren Zeventien, yang memang terdiri
atas wakil-wakil dari badan-badan tersebut, dalam banyak hal dapat disamakan, umpamanya,
dengan hubungan badan-badan pemerintah organisasi VOC 31 kota di Holland, yang mengutus
wakil-wakil mereka ke rapat Staten van Holland (pemerintah daerah Holland), dengan Staten itu.
Menjelang setiap sidang Heren Zeventien, kamer van menjabat ketua mengirim agenda rapat ke
kamer-kamer lain. Selanjutnya setiap kamer merumuskan petunjuk mengenai sikap yang harus
diambil oleh wakilnya bila akan terjadi pemungutan suara, dan menitipkan instruksi tersebut
kepada wakil itu. Jika kemudian dalam sidang Heren Zeventien ternyata muncul urusan-urusan
penting yang tidak tercantum dalam agenda, para wakil harus berembug dulu dengan kamernya
sendiri.

Oktroi VOC mengandung kompromi dalam hal lain juga, yaitu dalam hal modal. Karena
oktroi ini memiliki masa berlaku 21 tahun, VOC bukanlah perusahaan tambal sulam yang
melakukan satu ekspedisi saja, seperti halnya pra-kompeni. Akan tetapi, dalam menetapkan
peraturan untuk pengumpulan modal, orang tidak mau atau tidak berani menghadapi konsekuensi
kenyataan itu.

Sudah sebelum terbentuknya VOC prakompeni mengumpulkan dana untuk membiayai


perlengkapan kapal-kapal yang hendak berlayar ke Asia. Kini kapal-kapal itu digabungkan
menjadi satu armada; ‘armada empat belas kapal’ ini merupakan ekspedisi pertama ke Asia yang
dibiayai oleh VOC. Selanjutnya, begitulah yang tertulis di dalam oktroi, masyarakat akan diberi
kesempatan melakukan penanaman modal yang baru, tidak hanya untuk satu ekspedisi, tetapi
untuk jangka waktu sepuluh tahun. Selama masa itu modal tersebut akan dipakai untuk
memperlengkapi beberapa armada. Pada tahun 1612 para pemegang saham atau partisipan dapat
menerima kembali uang yang mereka tanam, ditambah keuntungan yang telah diraih sampai saat
itu, dan sekali lagi akan diadakan pendaftaran bagi para penanam modal untuk sepuluh tahun
mendatang. Selain itu, telah ditetapkan pula bahwa sesegeranya lima persen modal awal masuk
lagi ke kas Kompeni sebagai hasil penjualan barang-barang yang dibawa oleh kapal-kapal yang
kembali dari Asia ke negeri Belanda, haruslah dilakukan pembayaran dividen kepada para
pemegang saham.19

Ketentuan-ketentuan ini mencegah VOC membangun modal sendiri. Hal ini tidak
seirama dengan cita-cita mereka yang telah mengupayakan fusi sejumlah perusahaan kecil
menjadi satu Kompeni besar, yaitu penciptaan basis yang kukuh-kuat bagi perdagangan dengan
Asia. Maka pengurus VOC tidak berpegang padanya. Pembayaran dividen kepada para
partisipan baru dilakukan terjadi sesudah waktu yang lama, dan setelah sepuluh tahun berlalu
tidak terjadi pengembalian modal awal kepada para penanamnya. Sepanjang berdirinya VOC
jumlah modal yang disediakan pada awalnya tidak pernah berubah. Pemerintah Belanda, yang
telah menetapkan oktroi tersebut, mendukung kebijakan pimpinan pusat VOC dalam hal ini.

Pada tahun 1622/23 oktroi VOC diperpanjang untuk waktu dua puluh satu tahun lagi. Di
dalamnya keluhan yang telah diajukan oleh para partisipan dihiraukan; hak mereka
mengeluarkan pendapat diperluas, tetapi oktroi tidak mengalami perubahan penting. Dalam
perpanjangan oktroi di kemudian hari sering diskusi-diskusi politik yang rumit. Berbagai kota
dan provinsi-provinsi lain menggunakan kesempatan itu dan sebagai imbangan persetujuan
mereka menuntut hak-hak istimewa, umpamanya kursi luar biasa dalam salah satu kamer.
Pemerintah Belanda (StatenGeneraal) juga dapat saja pada kesempatan itu, khususnya pada
waktu perang, meminta dukungan berupa uang atau kapal-kapal. Baru dalam bagian terakhir
abad ke-18 timbullah keraguan akan keadaan Kompeni, sehingga pada saat oktroi harus
diperpanjang situasi di Asia sendiri dijadikan pokok pembicaraan. Meski demikian, pada waktu
itu pun tidak dikeluarkan kritik mendasar. Secara keseluruhan VOC selalu mendapat dukungan
Pemerintah Belanda, yang tetap mempertahankan pula monopoli Kompeni dengan ketat.

Adanya oktroi yang diberikan oleh parlemen ini, maka VOC memiliki wewenang untuk
mempunyai personel atas dasar sumpah setia, menyatakan perang, membangun benteng, dan
mengadakan perjanjian di seluruh Asia. Dapat diketahui bahwa personel VOC di Asia tidak
selalu berkualitas tinggi, seperti yang banyak orang duga, terutama pada akhir dari masa
kekuasaannya yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan orang yang memiliki visi untuk
menempuh jejaknya di Asia. Meskipun VOC merupakan organisasi milik Belanda tetapi
sebagian besar personel mereka bukan orang Belanda, melainkan terdiri dari para petualang,

19
Ibid, hal 31
gelandangan, penjahat, dan orang-orang yang bernasib buruk dari seluruh Eropa. Pada kalangan
VOC telah tersebar luas berupa hal buruk seperti inefisiensi, ketidakjujuran, nepotisme, dan
alkoholisme. Lalu diikuti dengan banyak tindakan kekejaman yang banyak orang modern saat ini
berpikir itu menjijikkan.

Pada tahun pertama, Heeren XVII menangani seluruh urusan VOC, tetapi mereka
menyadari bahwa mereka tidak mampu untuk mengelola seluruh urusan tersebut di Asia karena
melihat jarak yang sangat jauh sehingga pertukaran informasi antara Amsterdam dan Indonesia
dapat memakan waktu dua sampai tiga tahun. Bagi kita tidak mungkin untuk dapat
menyimpulkan bahwa pada tahun awal-awal ini VOC telah meraih keuntungan karena parlemen
Belanda sendiri memberi izin pada perusahaan ini tidak membuat laporan keuangan seperti yang
berada di syarat oktroi yang dibuatnya untuk sepuluh tahun pertama. Namun VOC secara pasti
hanya meraih sedikit keberhasilan militer saat menghadapi orang Portugis dan Spanyol . Salah
satu keberhasilan terbesar yang dimiliki oleh VOC adalah pendudukan atas Ambon pada tahun
1605.20

Orang Portugis di Ambon telah mendapatkan tekanan berat yang diberikan oleh para
musuh lokal mereka pada akhir abad XVI. Pada tahun 1600, mereka berhasil meraih
kemenangan pada pertempuran laut yang besar di Teluk Ambon, tetapi mereka untuk mencapai
hal tersebut tentu melewati perjuangan yang sangat berat. Nasib mereka pun ditentukan oleh
kedatangan orang Belanda. Orang Belanda ini bergabung dengan penduduk Hitu dalam sebuah
persekutuan anti-Portugis dan untuk itu Belanda mendapatkan imbalan berupa hak tunggal untuk
membeli rempah-rempah dari Hitu. Pada tahun 1602, pihak Portugis memberikan reaksi terhadap
situasi yang semakin buruk buat mereka ini dengan mengirimkan pasukan ekspedisi yang besar
dari Malaka yang membuat sementara waktu berhasil mempertahanakan kekuasaan Portugis di
sebagian besar wilayah Maluku. Akan tetapi, pada bulan Februari 1605 armada VOC membuat
kembali persekutuan dengan orang Hitu dan siap menyerang kubu pertahanan Portugis di
Ambon. Pada akhirnya VOC berhasil membuat orang Portugis menyerah dan berhasil
menduduki benteng Portugis di Ambon lalu menggantinya dengan nama Victoria. Kemudian
mereka segera mengusir kaum misionaris Katolik dan mulai mendorong penduduk setempat
untuk berpindah keyakinan dari Katolik menjadi Calvinisme. Walaupun itu, pendudukan atas

20
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hal. 40
Ambon ini merupakan suatu keberhasilan berdiri sendiri. Pada tahun 1606, armada Spanyol
menduduki Ternate dan Tidore yang membuat Sultan Said dan para petinggi lainnya menjalani
kehidupan mereka dalam pengasingan di Manila. Pendudukan Spanyol di Ambon ini bertahan
hingga tahun 1660-an.

Meski telah meraih keberhasilan di Ambon, tetapi menurut mereka masih belum
mencapai tujuan yang sebenarnya yaitu memonopoli seluruh rempah-rempah dengan mengusir
bangsa Eropa yang menjadi saingannya, dan mencegah agar rempah-rempah tidak tersebar luas
di Eropa. Maka untuk mewujudkan tujuan ini perlu untuk melakukan langkah-langkah yang
lebih keras. Untuk mengelola segala urusan VOC di Asia dengan tegas maka pada tahun 1610
diciptakannya jabatan gubernur jenderal. Kemudian diikuti dengan pembentukan Dewan Hindia
(Raad van Indie) sebagai penasihat dan pengawas untuk mencegah kemungkinan kekuasaan
gubernur jenderal yang bersifat despostis. Walaupun Heeren XVII masih tetap memegang
seluruh kekuasaan serta mengangkat dan memecat gubernur jenderal, namun tampak jelas bahwa
mulai tahun 1610 sebagian besar gubernur jenderal telah menentukan seluruh kegiatan VOC di
Asia.

Selama masa jabatan tiga gubenur jenderal pertama, pusat VOC pada saat itu berada di
Ambon tetapi tempat ini tidak cocok untuk dijadikan sebagai markas besar. Meskipun Ambon
berada di wilayah rempah-rempah, namun tempat ini berada jauh dari jalur perdagangan
internasional dan oleh hal ini maka jauh dari kegiatan VOC di tempat lain mulai dari Afrika
sampai Jepang. Belanda pada akhirnya berusaha mencari suatu tempat yang strategis dan cocok
untuk dijadikan sebagai suatu pusat kegiatan, suatu pelabuhan yang aman untuk didirikan kantor,
gudang, dan fasilitas bagi angkatan laut mereka. Kemudian perhatian mereka beralih ke
Nusantara bagian barat, dimana tempat tersebut berada di dekat Selat Malaka yang merupakan
jalur perdagangan penting atau Selat Sunda yang kemudian menjadi jalur yang sangat penting
sejak Selat Malaka menjadi jalur tidak aman akibat datangnya bangsa Portugis. Pusat
perdagangan VOC pertama dibangun di Banten pada tahun 1603, tetapi tempat ini tidak cocok
untuk mendirikan markas besar karena mereka mendapatkan pesaing hebat dari para pedagang
Cina dan Inggris, dan kota ini berada di bawah pemerintahan wangsa Banten yang kuat dan
kaya.21

21
Ibid, hal. 41
Kebutuhan untuk mendirikan suatu markas besar yang tetap di Nusantara bagian barat
menjadi semakin besar karena meningkatnya ancaman persaingan dari Inggros. Sir Francis
Drake dalam pelayarannya mengelilingi dunia ke arah Barat telah mengadakan kontak pertama
dengan Indonesia pada tahun 1577-1580. Dia singgah di Ternate dan membawa muatan cengkih
ke negaranya. Seperti orang Belanda, orang Inggris didorong untuk terlibat langsung dalam
perdagangan rempah-rempah. Perang Belanda–Spanyol menyebabkan kekacauan arus rempah-
rempah melalui Antwerp, sedangkan Inggris juga terganggu oleh Spanyol dan Portugal dalam
perdagangan dengan Syria di kawasan Selat Gibraltar. 22 Pada tahun 1604 Maskapai Hindia
Timur melakukan pelayaran kedua dan berhasil sampai di Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda.
Namun pada wilayah ini mereka mendapatkan serangan dari pihak VOC sehingga
mengakibatkan sengitnya persaingan Inggris-Belanda untuk mendapatkan rempah-rempah. VOC
brusaha melakukan pemaksaan terhadap perjanjian monopoli dengan penguasa kepulauan
penghasil rempah-rempah ini dan mereka sangat marah terhadap apa yang mereka namakan
sebagai ‘komplotan penyelundup’ Inggris di Maluku. Selama tahun 1611-1617 Inggris telah
kantor dagangnya di beberapa daerah Indonesia seperti Sukadana, Makassar, Jayakarta dan
Jepara, serta Aceh, Pariaman, dan Jambi. Konflik Inggris-Belanda memuncak saat orang Belanda
merasa tujuan monopoli mereka terancam lepas.

Berlangsung sebuah kisah singkat mengenai kerjasama VOC dengan pihak Inggris secara
terpaksa dilakukan oleh VOC karena pertimbangan diplomatic di Eropa pada tahun 1620. Orang-
orang Inggris diperbolehkan untuk mendirikan kantor dagangnya di Ambon. Akan tetapi terjadi
peristiwa Pembantaian Amboyna pada tahun 1623, membuat seluruh gagasan tentang kerjasama
menjadi pupus. Kemudian terjadi penangkapan dua belas orang agen perdagangan Inggris di
Ambon dan mereka pun mengalami penyiksaan yang kejam, lalu mereka mengakui telah
membentuk sebuah persekongkolan untuk melawan VOC hingga terjadi pemenggalan terhadap
sepuluh orang Inggris dan juga sepuluh orang Jepang serta seorang Portugis). Akibat dari
peristiwa ini mengakibatkan terjadinya pertikaian diplomatik di Eropa, namun tidak memberi
efek hingga menjadi peristiwa yang lebih gawat. Sejak saat itu Inggris mulai memindahkan fokus
mereka ke negara Asia lainnya dan secara perlahan mereka menarik diri dari Indonesia kecuali
perdagangan mereka di Banten.

22
Ibid, hal 42
Orang Inggris tidak lagi menentang peranan penting orang-orang Belanda sampai akhir
abad XVIII. Memang pada awal abad XVII pun pihak VOC hanya mendapat ancaman militer
yang kecil dari pihak Inggris apabila dibandingkan dengan ancaman dari pihak Portugis dan
Spanyol. Namun demikian, kegiatan dari Kompeni Inggris telah membuat VOC untuk
memperbesar keinginannya mendapatkan suatu ‘pusat pertemuan’. Kegiatan orang Inggris
tersebut memberi kesan kepada VOC mengenai perlunya meningkatkan kembali langkah-
langkah yang keras apabila mereka ingin meraih tujuannya yaitu memonopoli rempah-rempah.
Pada tahun 1619 Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1619-1623, 1627-1629), dan
beliau yang membuat VOC mendapatkan tempat yang kokoh untuk berpijak. Apabila gubernur
jenderal terdahulu enggan melakukan kekerasan, sedangkan Coen tidak memiliki rasa segan
sama sekali. Pada tahun 1614 beliau memberi tahu kepada Tuan-tuan XVII bahwa apabila tidak
melakukan perang maka akan sulit untuk menguasai perdagangan. Sejak Coen menjadi gubernur
jenderal ini VOC di Asia menyadari bahwa hanya ada satu cara untuk mempertahankan
kekuasaannya yaitu dengan membasmi seluruh pihak yang menrintanginya.23

Kebijakan yang dilakukan oleh Coen dan diteruskan oleh penggantinya tentu tidak lunak
sama sekali. VOC di Maluku telah mencapai kemajuan dalam mencapai tujuan mereka yaitu
memonopoli perdagangan rempah-rempah. Di wiliayah ini hampir penduduk setempat tidak
mampu untuk mengadakan perlawanan terhadap angkatan laut VOC. Pada akhirnya mereka
melakukan satu-satunya bentuk perlawanan terhadap VOC dengan melakukan penyelundupan
yang tentu melanggar peraturan VOC sehingga membuat VOC bergerak untuk menguasai
sumber penyelundupan dengan membuang, mengusir, atau membentai seluruh penduduk Banda
pada pada tahun 1620-an dan mengganti mereka dengan mendatangkan orang Belanda yang
memperkerjakan tenaga kerja kaum budak. Rempah-rempah yang dikirim ke Eropa oleh Belanda
ini semakin banyak yang kemudian membuat jaringan rempah-rempah Asia semakin haus untuk
mendapatkan pasaran. Namun yang masih dipertanyakan apakah kebijakan seperti itu dapat
memberikan keuntungan bagi VOC karena melihat cara pembukuan VOC sendiri tidak
memperlihatkan hitungan yang jelas terkait laba dan rugi dari kegiatan-kegiatan VOC di Maluku.
Akan tetapi, terdapat kemungkinan bahwa kerugian yang diberikan pada setiap kebijakan mereka
itu masih sebanding dengan keuntungan yang mereka dapat.

23
Ibid, hal 43
Coen juga berhasil mendapatkan ‘pusat pertemuan’ bagi VOC, sehingga bisa
disimpulkan bahwa kemungkinan dia juga menaburkan benih kebangkrutan. Kegiatan
perdagangan telah dilakukan VOC di Banten sejak tahun 1603 dan sejak tahun 1611 telah
mendirikan pos bagi mereka di Jayakarta (sekarang Jakarta). Coen lebih menyukai apabila
markas besar VOC yang tetap di Jayakarta karena di wilayah ini memiliki pelabuhan yang sangat
bagus dan juga Tome Pires telah memujinya, dimana pelabuhan ini menjadi paling baik di Jawa
sejak satu abad sebelumnya dan Coen berpikir bahwa VOC dapat berkuasa secara sepenuhnya di
sana. Jayakarta pada saat itu berada dibawah pemerintah seorang pangeran bernama Pangeran
Wijayakrama yang merupakan vassal Banten. Pada waktu itu sering terjadi ketegangan antara
Banten dan Jayakarta yang kemudian orang Belanda maupun Inggris ikut terlibat juga.

Pada bulan Desember 1618 Banten memutuskan untuk menyerang Jayakarta dan VOC.
Thomas Dale sebagai laksamana Inggris didesak untu bersedia pergi ke Jayakarta untuk
mengusir orang Belanda yang berada di sana. Di pelabuhan beliau dihadang oleh Coen bersama
armadanya, namun Dale berhasil memukul mundur Coen sehingga Coen memutuskan berlayar
ke Maluku untuk mengumpulkan armada yang lebih kuat sedangkan Wijayakrama dan Dale
bersama-sama mengepung benteng Belanda. Ketika personel VOC mengambil keputusan untuk
menyerah pada akhir tahun 1619, namun secara tiba-tiba niat mereka dihalangi oleh balatentara
Banten. Tampaknya Banten tidak ingin melihat pos VOC digantikan pos Inggris yang tentu
semakin membuat banyak kesulitan bagi Banten. Pada akhirnya Thomas Dale memutuskan
untuk melarikan diri menuju kapalnya dan segera setelah itu Pangeran Wijayakrama dipukul
mundur oleh pasukan Banten ke wilayah pegunungan. VOC tetap berada di dalam pos mereka
yang dikelilingi benteng, sedangkan bagian kota diduduki balatentara Banten. Selama dua bulan
tidak terjadi banyak peristiwa kecuali personel VOC yang menghabiskan waktunya dengan pesta
mabuk dan amoral bersama berdoa supaya diselamatkan. Pada tanggal 12 Maret 1619 diambil
sebuah keputusan untuk merubah nama kota yaitu Batavia, sesuai dengan nama suku bangsa
Jerman kuno di negeri Belanda.24

Untuk mengatasi tekanan yang disebabkan oleh kelebihan pasokan di Eropa dan
tingginya biaya operasi di Asia, para bewindhebbers VOC memiliki sejumlah opsi strategis, yang
mereka kembangkan dalam perjalanan waktu, tetapi juga saling tumpang tindih. Di Eropa

24
Ibid, hal. 45
elastisitas harga permintaan lada dan rempah-rempah sangat rendah, dengan kata lain,
menurunkan harga tidak banyak berpengaruh pada permintaan. Karena itu, dua opsi tetap
terbuka. Pertama-tama, VOC dapat mencoba membuat kesepakatan dengan para pesaing untuk
menjaga volume yang dipasok ke pasar Eropa dalam batas-batas dan menyepakati cara
pembagian volume ini. Membuat kesepakatan dengan Portugis tentu saja tidak mungkin, tetapi
negosiasi dengan Perusahaan India Inggris (EIC) untuk kerjasama angkatan laut dan pembagian
produk antara kedua perusahaan dimulai pada tahun 1613. Kedua, VOC dapat memperpanjang
pasar untuk memasukkan Mediterania. Strategi ini diadopsi selama 1610-an. Pasar Mediterania
dibanjiri lada dan rempah-rempah dengan harga yang rendah atau kondisi pembayaran yang
menguntungkan, sehingga persaingan harus dihentikan dan bahkan pasokan darat melalui
Alexandria dihentikan.25

Di Asia, VOC pertama-tama mencoba untuk mendapatkan kendali penuh atas


memperdagangkan sumber pasokan asli, atau bahkan atas produksi itu sendiri. Strategi ini
diterapkan dengan kejam di Banda, tetapi, seperti dibahas di atas, gagal untuk beberapa waktu di
Maluku. Seperti yang akan ditunjukkan di bawah ini, upaya VOC untuk meletakkan tangannya
di perdagangan sutra Cina, dengan menggunakan kekuatan, juga gagal. Perang strategis melawan
Portugis, yang dimulai pada 1636 dengan pengepungan Malaka dan berakhir dengan
penangkapan Cochin pada tahun 1663, memiliki tujuan yang sama, tetapi berada di luar cakupan
artikel ini. Kedua, mereka dapat membangun kehadiran militer dan angkatan laut di Timur dan
menjauhkan para pesaing dari sumber pasokan Asia, atau mengejar dan menangkap kapal
mereka begitu mereka memuat produk yang diinginkan. Untuk memerangi persaingan Portugis,
Heeren XVII tidak punya pilihan selain mengadopsi strategi ini khususnya terhadap pedagang
swasta Portugis dan rekanan pribumi mereka.26 Bahwa swastanisasi akan menciptakan
pendapatan dan bahkan mungkin arus kas positif di Asia akan menjadi keuntungan tambahan.26

Terlepas dari Gencatan Senjata Dua Belas Tahun yang berlaku, tetapi atas prakarsa
Heeren XVII, pada tahun 1614 Jenderal Negara menegaskan dukungan penuh mereka untuk
pendekatan yang terakhir, dengan mengeluarkan komisi umum kepada Kompeni untuk
melakukan privateering terhadap kapal-kapal Portugis dan Spanyol di Asia. Privateering
sekarang tidak lagi menjadi kewajiban para kapten individu, tetapi menjadi kegiatan VOC yang
25
Ernest Van Veen, “VOC STRATEGIES IN THE FAR EAST (1605-1640)”, BPJS, Vol. 3 (2001), hal. 90
26
Ibid, hal. 91
disetujui dan didukung secara resmi. Selama dua puluh tahun pertama keberadaan perusahaan,
antara seratus dan lima puluh dan dua ratus hadiah besar dan kecil diambil di Asia, dengan
perkiraan pendapatan kotor pada lelang 10 sampai 20 juta gulden28 (rata-rata 5-10 ton perak per
tahun). Jumlah ini diambil dari perdagangan Portugis melalui Makasar (yang memiliki nilai total
18 ton perak per tahun), Perdagangan Cina dengan Filipina (dengan nilai total 35 ton perak per
tahun) dan dari pengiriman Portugis dan pribumi lainnya di Selatan dan Timur benua India.

Sampai tahun 1622 pendapatan VOC dihasilkan dari privateering, setelah dikurangi
persentase yang harus dibayarkan ke kas Belanda, Yang Mulia Pangeran dan sebagai hadiah
kepada para perwira dan pelaut, akan berjumlah 10 juta gulden.29 Pada 1623 Belanda memiliki
dua puluh satu benteng, lebih dari seratus kapal dan sekitar dua ribu personel sipil dan militer di
Asia dan selama tahun 1621-1623 sekitar sepertiga dari kapal yang tersedia terlibat dalam
blokade dan kegiatan privateering. Biaya selama sepuluh tahun terakhir telah meningkat menjadi
9 juta gulden (rata-rata 10 ton perak per tahun). Ini sedikit lebih banyak daripada nilai barang
dagangan yang dikirim dari Hindia Belanda kembali ke Belanda. Oleh karena itu, dalam hal
perak (110 ton selama dua puluh tahun, atau lebih) rata-rata 5,5 ton per tahun) pendapatan yang
dihasilkan dengan privateering cukup untuk menutupi lebih dari setengah biaya operasi VOC di
Asia. Namun, selain mungkin tidak terlalu akurat, angka tersebut tidak memperhitungkan
kerugian kapal dan awak kapal Belanda, yang pasti cukup besar. Penanaman modal di Asia,
seperti pembangunan benteng-benteng baru dan pembelian barang dagangan, tentu tidak dapat
ditutupi dengan cara ini dan masih membutuhkan impor perak dalam jumlah besar dari Eropa
(selama 1610-an 11 ton perak per tahun) sedangkan pembangunan kapal baru harus dibayar dari
pendapatan31 atau subsidi di Eropa.

Akhirnya, tetapi tidak sampai tahun 1630-an, VOC belajar untuk mengembangkannya
secara maksimal strategi yang berhasil: diplomasi terhadap penguasa Asia, yang merugikan
Estado Portugis dan komunitas pedagang. Keberhasilan pendekatan ini terutama disebabkan oleh
banyaknya perubahan politik yang terjadi di Asia.27

Batavia sebagai pusat administratif VOC

Semua kantor VOC di Asia (dan yang di Tanjung Harapan) tunduk pada Hoge Regering
di Batavia. Selain itu, Batavia menjadi pelabuhan yang paling penting; di sana sebagian besar
27
Ibid, hal. 92
(selama sebagian abad ke-17 bahkan semua) kapal yang masuk dari Eropa membuang sauh dan
dari sana pula kapalkapal itu berangkat lagi. Maka komunikasi direksi di negeri Belanda dengan
kantor-kantor yang tersebar jauh itu untuk sebagian besar berjalan lewat Hoge Regering dan
aparat administratifnya.

Akan tetapi, ada beberapa kekecualian. Kantor VOC di Gamron (Persia), sekali-sekali
juga yang di India, melakukan surat-menyurat dengan direksi di tanah air lewat jalan darat,
artinya melalui Timur Tengah. Di samping itu, setelah VOC mendirikan pemukiman di Tanjung
Harapan terus berlangsung surat-menyurat langsung para penguasa setempat dengan Heren
Zeventien. Akhirnya, bilamana VOC memasukkan pelabuhan-pelabuhan selain Batavia dalam
jalur pelayaran Eropa-Asia maka kantor-kantor yang bersangkutan dan direksi di negeri Belanda
berkirim-kiriman surat-surat dan laporan-laporan secara langsung.28

Di mata Hoge Regering, izin berlayar ke Eropa dengan tidak singgah di pelabuhan
Batavia menggerogoti kedudukannya sendiri. Mereka berpendapat pula, penciptaan perhubungan
langsung itu menyebabkan Batavia tidak dapat lagi memainkan peranannya sebagai titik temu
berbagai jalur pelayaran dengan semestinya. Oleh sebab itu, para penguasa di Batavia
sungguhsungguh puas ketika direksi VOC, pada tahun 1636, menghentikan pelayaran langsung
ke pantai Koromandel, Surat, dan Gamron, yang telah dimulai sebelum kota Batavia didirikan.
Akan tetapi, tiga puluh tahun kemudian gubernur jenderal dan Raad van Indië terpaksa menerima
peningkatan status Sri Lanka menjadi pangkalan kedua, di samping Batavia, bagi kapal-kapal
yang masuk dari Eropa atau berangkat ke sana. Heren Zeventien mengizinkan perhubungan
langsung Sri Lanka-negeri Belanda agar VOC dapat memenuhi kebutuhan akan merica di
pasaran Eropa, yang sedang bertumbuh dengan pesat. Kini merica dari Malabar, yang
bagaimanapun dibawa lebih dahulu ke Sri Lanka, dapat diangkut ke negeri Belanda dengan lebih
cepat. Di samping itu, dengan cara ini kayu manis dari Sri Lanka sendiri tidak usah lagi
dipindahkan di Batavia ke kapal yang akan membawanya ke Eropa, sehingga lebih cepat sampai
dan mutunya lebih terjamin.

Tidak lama setelah Sri Lanka mendapat perhubungan langsung dengan negeri Belanda
timbullah persaingan sengit antara gubernur pulau tersebut, Rijklof van Goens, dengan Hoge
Regering. Menurut Van Goens, sebaiknya Sri Lanka, tegasnya kota Galle, yang menjadi tempat

28
F.S. Gaastra, op. cit, hal. 41
kapalkapal VOC berangkat ke tanah air, dijadikan titik temu kapal-kapal yang hendak berlayar
bersamasama ke Eropa. Berkat upayanya, sekali-sekali armada yang berangkat dari Sri Lanka
membawa muatan lebih kaya dibandingkan kapal-kapal dari Batavia. Lalu direksi VOC
membuka pula jalur pelayaran langsung dari pantai Koromandel dan dari Benggala. Tetapi, jalur
ini tidak sukses, mungkin karena Batavia tidak mendukung kebijakan ini atau bahkan
menyabotnya. Bagaimanapun, sedikit demi sedikit Hoge Regering berhasil memperoleh kembali
kedudukannya yang semula. Sekitar tahun 1700, selain Batavia hanya Galle yang masih
mempunyai perhubungan langsung dengan tanah air.

Pergeseran pola perdagangan dalam abad ke-18 menyebabkan perubahan lain lagi dalam
lalu lintas pelayaran. Selama kurun waktu 1700- 1730 secara berkala berangkatlah kapal-kapal
(yang dijuluki ‘kapal-kapal kopi’) dari Moka di pantai Laut Merah menuju negeri Belanda, lewat
Galle. Ada juga perkembangan lain, yang lebih penting lagi: pada tahun 1728, setelah bentrokan
sengit Heren Zeventien dengan Hoge Regering, tercipta perhubungan langsung antara negeri
Belanda dan Kanton (Guangzhou). Sampai tahun 1733 Kamer Amsterdam dan Kamer Zeeland
mengirim tiga belas kapal ke Kanton, tetapi tidak satu pun yang mencapai pelabuhan di Cina
Selatan itu. Maka pengiriman kapal ke sana dipercayakan lagi kepada Batavia, dengan
pengertian bahwa di antara dua atau tiga kapal yang setiap tahun berlayar dari Batavia ke Cina
hanya satu yang akan kembali ke pelabuhan asal; yang lain akan mengangkut muatannya berupa
teh dan perselen langsung ke tanah air, lewat Selat Sunda. Akhirnya, pada tahun 1756,
bersamaan dengan pembentukan Chinase commissie (Komisi Cina), lalu lintas kapal ke Cina
diurus di negeri Belanda sendiri; pelayaran langsung ke sana tetap dipertahankan.

Sesudah Galle dan Kanton, dalam abad ke18 kantor VOC di Benggala, Hooghly, menjadi
pelabuhan yang ketiga yang mempunyai perhubungan langsung dengan tanah air. Mulai 1734
setiap tahun dua (sejak 1742: empat) kapal berlayar dari Benggala ke negeri Belanda. Selain itu,
sejak tahun 1750 setiap tahun Kamer Amsterdam mengirim satu kapal langsung ke Hooghly.
Mulai tahun 1770 Koromandel juga termasuk jaringan pelayaran ini.

Meski demikian, adanya perhubungan langsung dan surat-menyurat pimpinan di negeri


Belanda dengan kantor-kantor di Asia pada hakikatnya tidak mengganggu posisi Batavia sebagai
kantor pusat VOC di Asia. Batavia tetap menjadi pusat administrasi dan pembukuan. Lagi pula,
direksi di tanah air tetap menerima salinan-salinan suratmenyurat antara Hoge Regering di
Batavia dengan semua kantor yang tunduk padanya, termasuk yang dengan Sri Lanka, Kanton,
dan Benggala.29

Akhir VOC

Setelah VOC hidup dengan segan dan mati tidak hendak. Pada bulan Desember 1780
terjadi perang antara Belanda dengan Inggris. Adanya perang trsebut mengakibatkan kompeni
mengalami krisis keuangan yang begitu parah, hal ini membuat semua kamer di daerah Belanda
terpaksa meminta penangguhan pembayaran. Diantara beberapa kamer hanya di Zeeland yang
masih bertahan karena telah berhutang besar kepada kamer Amsterdam, tetapi pinjamannya dari
pihak ketiga tidak seberapa. Permohonan Kamer di Holland pada akhirnya dikabulkan akan
tetapi VOC serta merta kredibilitasnya mengalami kehilangan. Perusahaan tersebut tidak dapat
bertahan lagi jika tidak terdapat bantuan dari luar. Bantuan itu datang dari pemerintah Belanda,
yang memberikan jaminan pada pembayaran pelunasan hutang lama dan bunga hutang yang
baru. Melalui cara tersebut direksi VOC dapat melanjutkan jalannya perusahaan.

Adanya ketergantungan dari pemerintah ini mengakibatkan penambah kekuatan pada


direksi dengan Vijfde Departement. Pada tahun 1790 telah diangkat Staatscommissie atau Komisi
Negara bertugas untuk melakukan supervise politik. Komisi ini memiliki anggota berjumlah
empat orang dari Holland dan dua orang dari Zeeland, yang kemudian ditunjuk oleh Staten
(pemerintah) daerah masing-masing. Sesudah tentara Prancis masuk dan menumbangkan rezim
lama pada tahun 1795, empat anggota dari Holland digantikan oleh tokoh-tokoh pemerintahan
yang termasuk partai patriot, kemudian diangkat enam orang patriot pada beberapa bulan
kedepan. Dengan demikian dibawah pengampuan telah ditempatkan seorang direksi. Bagi
mereka tinggal menunggu untuk diberhentikan. Sebab, komisi tersebut memberi usulan agar
direksi lama diganti oleh Komite untuk Urusan Perdagangan dan Jajahan di Hindia Timur.
Pemerintah Belanda menerima ini usulan ini dan pada tanggal 1 Maret 1796 para direktur lama
meletakkan jabatannya. Dengan demikian saat itu dilakukan perpanjangan oktroi lama VOC dari
sebelumnya akhir tahun 1798 menjadi hingga 31 Desember 1800 sehingga VOC tetap berdiri.
Namun, diberlakukan penurunan kegiatan kamer sampai tingkat minimum diikuti dengan
pemberhentian sejumlah pegawai dan dibongkarnya bengkel-bengkel. Pada tahun 1803 telah
dibubarkan sebanyak tiga kamer yaitu Delft, Hoorn, dan Enkhuizen. Di daerah lain seperti
29
F.S. Gaastra, op.cit, hal. 42
Rotterdam dan Middelburg hanya menyisakan kantor penjualan. Oktroi tidak diperpanjang lagi
sehingga perusahaan tidak memiliki dasar hukum lagi. Selama tidak terdapat peraturan baru,
maka komite tersebut digantikan oleh suatu badan yaitu Dewan Urusan Jajahan dan Kantor-
kantor di Asia yang berpedoman pada peraturan yang berlaku pada masa orde lama.

Di Asia, dampak perubahan yang sedang diupayakan oleh pimpinan VOC bahkan lebih
kecil lagi. Pada tahun 1793 dikirim dua komisaris umum yaitu S. Frijkenius dan S.C.
Nederburgh. Mereka diutud bertujuan untuk menghentikan penurunan perusahaan. Akan tetapi,
dua tahun kemudian Belanda terseret dalam perang antara Perancis dan Inggris. Dimana orang
Inggris merebut sebagian besar kamtor milik VOC. Orang Belanda masih bertahan di Pulau Jawa
dan bendera Belanda tetap berkibar di Kanton dan Nagasaki. Perang ini memberikan dampak
besar pada perdagangan dan lalu lintas kapal antara Eropa dan Jawa yang tidak berjalan seperti
biasanya. Perubahan institusional secara besar-besaran di Batavia dan Pulau Jawa harus
menunggu kedatangan Gubernur Jenderal H. W. Daendels (1807-1810), yang menyelenggarakan
perombakan organisasi secara total. Namun, perubahan secara radikal pada tahap baru terjadi
ketika orang Inggris menguasai Pulau Jawa (1811).30

DAFTAR PUSTAKA

Agus Susilo, Y. A., 2022. Sultan Hanyakrakusuma dan eksisitensi Kesultanan Maram.
Diakrona, Volume 21.

Amal, M. A., 2007. Kepulauan Rempah-Rempah Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950.
Makasar: Gora Pustaka Indah - Nala Cipta Lentera.

Arif, I. G., 2017. Kesultanan Ternate pada Abad XVI-XVII (Kajian Historis tentang Perananya
terhadap Perkembangan Islam). pp. 1-72.

Assulthoni, F., 2021. Menelisik Eksistensi Hukum Islam pada Masa Kerajaan Banten. Kajian
Hukum dan Osial, Volume 1, pp. 1-13.

30
F.S. Gaastra, op.cit, hal. 43
Bahtiar, 2019. Hubungan Politik Antar Kerajaan: Gowa dengan Bone, Soppeng, Wajo
(Tellumpocco). Walasuji, Volume 10, pp. 251-267.

Dinda Samego Anggaraheni, H. A. J., 2020. Perkembangan Kerajaan Islam di Banten pada Masa
Sultan Ageng Tirtayasa dalam Aspek Politik dan Sosial. Pemikiran Pendidikan dan Penelitian
Kesejarahan, Volume 7, pp. 146-159.

Hafizd, J. Z., 2021. Sejarah Hukum Islam di Indonesia: Dari Masa Kerajaan Islam sampai
Indonesia Modern. Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam, Volume 9, pp. 1-20.

Ihwan Wahid Minu, Rahmat, R., & Muhammad Rafli HI Taher. (2022). Sistem Pemerintahan
Kesultanan Tidore Perspektif al-Siyāsah al-Syar’iyyah di Kota Tidore Kepulauan. BUSTANUL
FUQAHA: Jurnal Bidang Hukum Islam, 3(1), 81–99. https://doi.org/10.36701/bustanul.v3i1.524

Keislaman, I. S.-S. I. J. K., & 2017,  undefined. (2014). Produk Pemikiran Hukum Islam Di
Kerajaan Islam Cirebon Abad Ke-18 M. Jurnal.Uinbanten.Ac.Id, 1(2), 110–138.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/download/271/268

M. Irfan Riyadi, K. U. (2021). INTEGRASI HUKUM ISLAM DI KERAJAAN DEMAK ABAD


XVI M. Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Maftuh, 2015. Islam pada Masa Kesultanan Banten: Perpekstif Sosio-Historis. ALQALAM,
Volume 32, pp. 83-115.

Maryam. (2019). Transformasi Islam Kultural Ke Struktural (Studi Atas Kerajaan Demak).
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Munawar, Z., 2021. Tanah, Otoritas Publik dan Stabilitas Ekonomi Kerajaan Mataram Islam.
Diakronika, Volume 21.

Munawar, Z., 2022. Pengelolaan Pajak di Kerajaan Mataram Islam. Sejarah Peradaban Islam,
Volume 4, pp. 10-23.

Mutmainnah, N. M. R. R., 2021. Kerajaan Gowa pada Masa Pemerintahan I Mangarangi Daeng
Manrabbia 1593-1639. Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah, Volume 19, pp. 1-10.

Putri, Z. (2021). Sejarah Kesultanan Demak: Dari Raden Fatah Sampai Arya Penangsang. Jurnal
Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 9(1).
https://doi.org/10.24235/tamaddun.v9i1.8082

Putuhena, M. S., 2006. Interaksi Islam dan Budaya Maluku. Bandung: Mizan.

Rusdiyanto, 2018. Kesultanan Ternate dan Tidore. Aqlam: Journal of Islam and Plurality,
Volume 3, pp. 44-53.

Rustam Hasim, J. A. S. M., 2022. Perdangangan dan Politik di Kesultanan Ternate pada era
Pemerintahan Belanda. Ilmu Budaya, Volume X, pp. 1-14.

Salihima, S., 2015. Peta Politik di Sulawesi Selatan pada Awal Islamisasi. Rihlah, Volume II, pp.
33-44.

Santoso, R. G., 2016. Kebijakan Politik dan Sosial-Ekonomi di Kerajaan Mataramislam pada
masa Pemerintahan Amangkurat I.

Syifa, N. S. N. N. H., 2017. Politik Hukum Islam Era Kesultanan. Reflektika, Volume 13, pp. 1-
19.

Firmansyah, Husni. 2015. Perlawanan SUltan Hasanuddin Terhadap VOC 1660-1669.


Surabaya: UIN sunan Ampel.

Gaastra, F. S. 2007. “Organisasi VOC.” Sejarah Nusantara ANRI hlm 29.

Parthesius, Robert. 2010. “Dutch Ships in Tropical Waters.” The Development of the Dutch East
India Company (VOC) Shipping Network in Asia, 1595-1660.

Ricklefs, Merle Calvin. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004.

Ulfah, Siti Maria. 2016. “Perlawanan Banten Terhadap Belanda.” Jurnal Ilmu Sejarah 1–13.

Anda mungkin juga menyukai