Anda di halaman 1dari 53

Kerajaan Islam di Sumatera

Periode tahun tepatnya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera masih simpang siur


dan memerlukan rujukan lebih lanjut.

· Kesultanan Perlak (abad ke-9 - abad ke-13)

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan
dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini
berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak
berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja
yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz
Syah (225 - 249 H / 840 - 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada
tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah
pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin
Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M). Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam
bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua
putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari
Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).
Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan
Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian
digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat
(662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat,
Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul
Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.

Kehidupan ekonomi
Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang
sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak
(kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

Kehidupan Sosial-Budaya

Perlak dikenal dengan kekayaan hasil alamnya yang didukung dengan letaknya yang
sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu
jenis kayu yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang
membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke
daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran
Islam di kawasan ini. Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan sosio-
budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, ketika itu masyarakat Perlak mulai
diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak
dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju.

Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari
membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Kelompok
pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi dengan cara menikahi
wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran juga
dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan dari pihak pendatang di
daerah ini.

· Kesultanan Samudera Pasai (abad ke-13 - abad ke-16)

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama
pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di
daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).

Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-
raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.

1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan


berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.

2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.


Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan
Samudra Pasai.

3) Sultan Malik al Tahir II (1326 - 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini
sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri
sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam.
Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga
para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai.
Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun
1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai
kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.

Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta,
seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai
merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan
India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di
Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).

Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini
menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke
Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk
mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah
putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di
Banten.

Kehidupan Ekonomi

Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat


untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar
– bandar yang digunakan untuk :
· Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya

· Mengurus soal – soal atau masalah – masalah perkapalan

· Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri

· Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di


Indonesia

Tahun 1350 M merupakan masa puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga
merupakan masa kebesaran Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga
berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri
dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.

Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,


sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di
sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat
perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.

Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan –


aturan dan hukum – hukum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan
dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena
persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

Kehidupan Budaya

Selain penemuan dari makam – makam Raja Samudera Pasai tidak pernah terdengar
perkembangan seni budaya dari masyarakat.

· Kesultanan Malaka (abad ke-14 - abad ke-17)


Parameswara pada awalnya menjadi raja di Singapura pada tahun 1390-an. Negeri ini
kemudian diserang oleh Jawa dan Siam, yang memaksanya pinda lebih ke utara.
Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara telah tinggal di ibukota baru di Melaka
pada 1403, tempat armada Ming yang dikirim ke selatan menemuinya. Sebagai
balasan upeti yang diberikan Kekaisaran Cina menyetujui untuk memberikan
perlindungan pada kerajaan baru tersebut.

Parameswara kemudian menganut agama Islam setelah menikahi putri Pasai. Laporan
dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409 menyiratkan bahwa pada saat itu
Parameswara masih berkuasa, dan raja dan rakyat Melaka sudah menjadi muslim.
Pada 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah.

Megat Iskandar Syah memerintah selama 10 tahun, dan digantikan oleh Muhammad
Syah. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim,
tampaknya tidak menganut agama Islam, dan mengambil gelar Seri Parameswara
Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena
terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya
dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah.

Di bawah pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah Melaka melakukan ekspansi di


Semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera (Kampar dan Indragiri). Ini
memancing kemarahan Siam yang menganggap Melaka sebagai bawahan Kedah, yang
pada saat itu menjadi vassal Siam. Namun serangan Siam pada 1455 dan 1456 dapat
dipatahkan.

Di bawah pemerintahan raja berikutnya yang naik tahta pada tahun 1459, Sultan
Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah dan Pahang, dan menjadikannya negara
vassal. Di bawah sultan yang sama Johor, Jambi dan Siak juga takluk. Dengan
demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yang mengapit Selat
Malaka. Mansur Syah berkuasa sampai mangkatnya pada 1477. Dia digantikan oleh
putranya Alauddin Riayat Syah. Sultan memerintah selama 11 tahun, saat dia
meninggal dan digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.

Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan
tersebut diserang pasukan Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque.
Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511.
Sultan Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan dan mendirikan ibukota baru di sana.
Pada tahun 1526 Portugis membumihanguskan Bintan, dan Sultan kemudian
melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian. Putranya Muzaffar
Syah kemudian menjadi sultan Perak, sedangkan putranya yang lain Alauddin Riayat
Syah II mendirikan kerajaan baru yaitu Johor.

Kehidupan Politik

Raja-raja/Sultan yang pernah memerintah di Kesultanan Malaka adalah sebagai


berikut:

· Sultan Iskandar Syah (1396-1414 M)

· Sultan Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)

· Sultan Mudzafat Syah (1424-1458 M)

· Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)

· Sultan Alaudin Syah (1477-1488 M)

· Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)

Namun, sistem birokrasi dan feodalisme Sultan, pembesar, dan golongan bangsawan
berakibat pada melemahnya Malaka dibidang politik dan pertahanan. Mereka
menjadi lupa akan pertahanan negara. Dengan demikian, ketika bangsa Portugis
datang ke Malaka dan berambisi manaklukan kekuatan-kekuatan Islam, Malaka tidak
memiliki persiapan untuk menghadapinya. Dengan mudah kesultanan Malaka dapat
ditaklukan bangsa Portugis pada tahun 1511 M.

Kehidupan Ekonomi

Pada bidang ekonomi, Sultan dan Pejabat Tinggi keultanan ikut terlibat, seperti
terlibat dalam kegiatan dagang, kemudian kekayaan yang diperoleh dari perdagangan
tersebut digunakan untuk membangun istana, membangun Mesjidyang indah,
memelihara gundik, hidup mewah, serta membangun dan memelihara pelabuhan.
Berlakunya pajak bea-cukai yang dikenakan pada setiap barang dan dibedakan atas
asal barang. Kesultanan Malaka memiliki Undang-undang laut yang berisi pengaturan
perdagangan dan pelayaran di kesultanan tersebut.

Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial kesultanan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam,
dan lingkungan wilayahnya. Agar komunikasi berjalan dengan lancar maka bahasa
melayu digunakan di Kesultanan Malaka sebagai bahasa pengantar.

Berkembangnya seni sastra melayu yang menceritakan tentang tokoh pahlawan


kerajaan, seperti Hikayat Hang Tuah.

· Kesultanan Aceh (abad ke-16 - 1903)

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting
karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh. Pusat pemerintahan Kerajaan
Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri
atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan
teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan
tengku atau teungku.

Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada
masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat
menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau
Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata
pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam. Setelah Sultan Iskandar Muda,
tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran
di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan
oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh
makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta
antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.

Kehidupan Sosial Budaya

a. Agama

Dalam sejarah nasional Indonesia, Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi
Mekah, karena Islam masuk pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat
pulau Sumatera ini. Sesuai dengan namanya, Serambi Mekah, orang Aceh mayoritas
beragama Islam dan kehidupan mereka sehari-hari sangat dipengaruhi oleh ajaran
Islam ini. Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi kehidupan
masyarakat Aceh. Selain dalam keluarga, pusat penyebaran dan pendidikan agama
Islam berlangsung di dayah dan rangkang (sekolah agama). Guru yang memimpin
pendidikan dan pengajaran di dayah disebut dengan teungku. Jika ilmunya sudah
cukup dalam, maka para teungku tersebut mendapat gelar baru sebagai Teungku
Chiek. Di kampung-kampung, urusan keagamaan masyarakat dipimpin oleh seseorang
yang disebut dengan tengku meunasah.

Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan sastra Aceh.
Manuskrip-manuskrip terkenal peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya
yang berasal dari Aceh, seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi Ma‘rifatil Adyan
karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17; kitab Tarjuman al-Mustafid
yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh Abdurrauf Singkel
tahun 1670-an; dan Tajussalatin karya Hamzah Fansuri. Peninggalan manuskrip
tersebut merupakan bukti bahwa, Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi
intelektual Islam di Nusantara. Karya sastra lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi,
Hikayat Malem Diwa, Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah
Melayu, merupakan bukti lain kuatnya pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat
Aceh.

b. Struktur sosial
Lapisan sosial masyarakat Aceh berbasis pada jabatan struktural, kualitas
keagamaan dan kepemilikan harta benda. Mereka yang menduduki jabatan struktural
di kerajaan menduduki lapisan sosial tersendiri, lapisan teratasnya adalah sultan,
dibawahnya ada para penguasa daerah. Sedangkan lapisan berbasis keagamaan
merupakan lapisan yang merujuk pada status dan peran yang dimainkan oleh
seseorang dalam kehidupan keagamaan. Dalam lapisan ini, juga terdapat kelompok
yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad. Mereka ini menempati posisi
istimewa dalam kehidupan sehari-hari, yang laki-laki bergelar Sayyed, dan yang
perempuan bergelar Syarifah. Lapisan sosial lainnya dan memegang peranan sangat
penting adalah para orang kaya yang menguasai perdagangan, saat itu komoditasnya
adalah rempah-rempah, dan yang terpenting adalah lada.

c. Kehidupan sehari-hari

Sebagai tempat tinggal sehari-hari, orang Aceh membangun rumah yang sering
disebut juga dengan rumoh Aceh. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka
bercocok tanam di lahan yang memang tersedia luas di Aceh. Bagi yang tinggal di
kawasan kota pesisir, banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang. Senjata
tradisional orang Aceh yang paling terkenal adalah rencong, bentuknya menyerupai
huruf L, dan bila dilihat dari dekat menyerupai tulisan kaligrafi bismillah. Senjata
khas lainnya adalah Sikin Panyang, Klewang dan Peudeung oon Teubee. Dalam bidang
sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.

Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan


bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam.
Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu
Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari
Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga
sampai ke Jawa.

Kehidupan ekonomi
Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah
pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber
daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

Kerajaan Islam di Jawa

· Kesultanan Demak (1500 - 1550) dan Kesultanan Pajang (1568 - 1618)

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh
Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau
Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami
kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak
untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para
ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di
Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan
oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden
Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa
pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah
Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di
Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena
memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden
Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara
maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis
yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan
Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu
gagal.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak
memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang
berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa.
Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan
Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa
kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya.
Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut.
Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan


kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang
seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan
Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar
Sedolepen. Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir,
menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-
1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan
Demak ke Pajang.

Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya


kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran
melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah
berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di
daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-
masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa
Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik,
Surabaya, dan Panarukan.

Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo.
Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan
pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran
Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan
Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya
kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram. Di bidang keagamaan,
Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam.
Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.

Kehidupan Ekonomi

Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat


perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban,
Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil
rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil
pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan
pesat.

· Kesultanan Banten (1524 - 1813)

Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari
Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah
salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di
Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan
Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522,
Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin
diangkat menjadi Raja Banten.

Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri


dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522-
1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya,
Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari
Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten.
Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya
sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur
pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada
dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.

Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580). Pada


masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan. Pangeran
Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng
Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh
sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh
Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang.
Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur. Maulana Muhammad kemudian
digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam
menjalankan roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara.
Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali
Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).

Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju
dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671
mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang
bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang
tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak
berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara.
Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun
Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah
kekuasaan Belanda.

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Banten yang letaknya di ujung barat Pulau Jawa dan di tepi Selat Sunda
merupakan daerah yang strategis karena merupakan jalur lalu-lintas pelayaran dan
perdagangan khususnya setelah Malaka jatuh tahun 1511, menjadikan Banten
sebagai pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai bangsa.
Pelabuhan Banten juga cukup aman, sebab terletak di sebuah teluk yang terlindungi
oleh Pulau Panjang, dan di samping itu Banten juga merupakan daerah penghasil
bahan ekspor seperti lada.

Selain perdagangan kerajaan Banten juga meningkatkan kegiatan pertanian, dengan


memperluas areal sawah dan ladang serta membangun bendungan dan irigasi.
Kemudian membangun terusan untuk memperlancar arus pengiriman barang dari
pedalaman ke pelabuhan. Dengan demikian kehidupan ekonomi kerajaan Banten terus
berkembang baik yang berada di pesisir maupun di pedalaman.

Kehidupan Sosial Budaya


Kehidupan masyarakat Banten yang berkecimpung dalam dunia pelayaran,
perdagangan dan pertanian mengakibatkan masyarakat Banten berjiwa bebas,
bersifat terbuka karena bergaul dengan pedagang-pedagang lain dari berbagai
bangsa. Para pedagang lain tersebut banyak yang menetap dan mendirikan
perkampungan di Banten, seperti perkampungan Keling, perkampungan Pekoyan
(Arab), perkampungan Pecinan (Cina) dan sebagainya. Di samping perkampungan
seperti tersebut di atas, ada perkampungan yang dibentuk berdasarkan pekerjaan
seperti Kampung Pande (para pandai besi), Kampung Panjunan (pembuat pecah belah)
dan kampung Kauman (para ulama).

Dalam bidang kebudayaan : kerajaan Bnaten pernah inggal seorang Syeikh yang
bernama Syeikh Yusuf Makassar (1627-1699), ia sahabat dari Sultan Agung
Tirtayasa, juga Kadhi di Kerajaan Banten yang menulis 23 buku. Selain itu di Banten
pada akhir masa kesultanan lahir seorang ulama besar yaitu Muhammad Nawawi Al-
bantani pernah menjadi Imam besar di Masjidil Haram. Ia wafat dan dimakamkan di
Makkah, sedikitnya ia telah menulis 99 kitab dalam bidang Tafsir, Hadits, Sejarah,
Hukum, tauhid dan lain-lain. Melihat kajiannya yang beragam menunjukkan ia
seorang yang luas wawasannya. Salah satu contoh wujud akulturasi tampak pada
bangunan Masjid Agung Banten, yang memperlihatkan wujud akulturasi antara
kebudayaan Indonesia, Hindu, Islam di Eropa. Untuk lebih jelasnya, silahkan Anda
amati bentuk Masjid Agung Banten seperti yang tampak pada gambar 11 berikut ini.

sej107_23

Gambar 1. Masjid Agung Banten.

Bahwa arsitek Masjid Agung Banten tersebut adalah Jan Lucas Cardeel, seorang
pelarian Belanda yang beragama Islam. Kepandaiannya dalam bidang bangunan
dimanfaatkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa untuk mendirikan bangunan-bangunan
gaya Belanda (Eropa) seperti benteng kota Inten, pesanggrahan Tirtayasa dan
bangunan Madrasah.

· Kesultanan Mataram (1586 - 1755)


Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian
memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng
Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram
dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus


karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di
Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang
untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram,
seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua
daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya
dengan bantuan Sunan Giri.

Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar
Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia
wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan
Pangeran Sedo Krapyak. Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-
1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo
Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa
pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan
dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena
merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah
bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram.
Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten.

Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC
juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu
dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di
Jawa. Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti
berikut.

(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh


Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang
Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).

(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang


oleh para Bupati.

(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati
atau syahbandar.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-
1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa
pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat
digagalkan karena dibantu Belanda. Amangkurat I kemudian digantikan oleh
Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan
Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda.

Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi
berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun
1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti: Ngayogyakarta
Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja
Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang
berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian,
berakhirlah Kerajaan Mataram.

Kehidupan sosial ekonomi

Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram
maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan
Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa,
Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan
yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan
Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari
dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
· Kesultanan Cirebon (sekitar abad ke-16)

Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan
oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif
Hidayatullah. Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak
mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis
di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada
tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta
Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta. Syarif Hidayatullah kemudian
digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang
menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya. Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa
dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Dengan politik de vide at impera yang
dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan
Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian,
kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan.
Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

Kerajaan Islam di Maluku

· Kesultanan Ternate (1257 - ..... ) dan Kesultanan Tidore (1110 - 1947?)

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan
raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di
Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur
sebagai raja.

Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena
Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat
hasil rempah-rempah terutama cengkih. Ternate dan Tidore hidup berdampingan
secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis
dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya,
antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku
pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng
Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai
sekutunya.

Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi
pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin
memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa
Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama
mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan
Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo,
Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik
kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583).
Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu
tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas
daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.

Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan


Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke
Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian. Dengan masuknya
Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku
jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di
Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan
pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan. Maluku adalah
daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa.
Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara.
Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-
rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat.
Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di
berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

Kehidupan Politik
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai
pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti
persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung
memihak dan membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira ternate lebih
kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak tidore akhirnya terjadilah peperangan
antara dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan
perjanjian saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan
maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.

o Sultan Hairun

Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis mendirikan sebuah benteng yang


di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan portugis semakin lama di benci
oleh rakyat dan para penjabat kerajaan ternate. Oleh karena itu sultan hairun
secara terang-terangan menentang politik monopoli dari bangsa portugis.

· Sultan Baabullah

Sultan baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang portugis. Tahun 1575 M
Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.

Kehidupan Ekonomi

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak
memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan
pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh
merupakan komoditi yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari
maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian
perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.

Kehidupan Sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin


perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai
pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus
Xaverius.

Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang
perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis untuk memancing
pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila pertentangan sudah terjadi
maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur tangannya orang-orang
Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah yang
berkuasa.

Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk
agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin
tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari
rakyat Maluku kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang
umum berkobar, namun perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni
Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada zaman kompeni Belanda sangat
memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang Kompeni Belanda.

Kehidupan Budaya

Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu
banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk
kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui
sejak dari zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan
Tidore.

Kerajaan Islam di Sulawesi

· Kesultanan Gowa (awal abad ke-16 - 1667?)


Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia,
menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi
perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat
di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.

Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara,
Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur
yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh
terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan
laut Makassar. Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-
1669). Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas
sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan. Karena merupakan bandar utama
untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar
sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan
ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan
terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan
Aru Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari
Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah:
Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng
di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui
sebagai Raja Bone.

Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak


berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh
Sulawesi Selatan. Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum
Islam.

Kehidupan ekonomi

Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan


pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur.
Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan
seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan
sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu memenuhi semua
kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.

Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur
perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e, sebuah
tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna
Gappa.

· Kesultanan Buton (1332 - 1911)

Mpu Prapanca juga menyebut nama Pulau Buton di dalam bukunya, Negara
Kartagama. Sejarah yang umum diketahui orang, bahwa Kerajaan Bone di Sulawesi
lebih dulu menerima agama Islam yang dibawa oleh Datuk ri Bandang yang berasal
dari Minangkabau sekitar tahun 1605 M. Sebenarnya Sayid Jamaluddin al-Kubra
lebih dulu sampai di Pulau Buton, yaitu pada tahun 815 H/1412 M. Ulama tersebut
diundang oleh Raja Mulae Sangia i-Gola dan baginda langsung memeluk agama Islam.
Lebih kurang seratus tahun kemudian, dilanjutkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin
Syarif Sulaiman al-Fathani yang dikatakan datang dari Johor. Ia berhasil
mengislamkan Raja Buton yang ke-6 sekitar tahun 948 H/ 1538 M.

Riwayat lain mengatakan tahun 1564 M. Walau bagaimana pun masih banyak
pertikaian pendapat mengenai tahun kedatangan Syeikh Abdul Wahid di Buton. Oleh
itu dalam artikel ini dirasakan perlu dikemukakan beberapa perbandingan. Dalam
masa yang sama dengan kedatangan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-
Fathani, diriwayatkan bahwa di Callasusung (Kalensusu), salah sebuah daerah
kekuasaan Kerajaan Buton, didapati semua penduduknya beragama Islam.

Selain pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari Johor,
ada pula pendapat yang menyebut bahwa Islam datang di Buton berasal dari
Ternate. Dipercayai orang-orang Melayu dari berbagai daerah telah lama sampai di
Pulau Buton. Mengenainya dapat dibuktikan bahwa walau pun Bahasa yang digunakan
dalam Kerajaan Buton ialah bahasa Wolio, namun dalam masa yang sama digunakan
Bahasa Melayu, terutama bahasa Melayu yang dipakai di Malaka, Johor dan Patani.
Orang-orang Melayu tinggal di Pulau Buton, sebaliknya orang-orang Buton pula
termasuk kaum yang pandai belayar seperti orang Bugis juga. Orang-orang Buton
sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia Melayu dengan menggunakan perahu
berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang
dapat memuat barang sekitar 150 ton.

Kerajaan Buton secara resminya menjadi sebuah kerajaan Islam pada masa
pemerintahan Raja Buton ke-6, iaitu Timbang Timbangan atau Lakilaponto atau Halu
Oleo. Bagindalah yang diislamkan oleh Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-
Fathani yang datang dari Johor. Menurut beberapa riwayat bahwa Syeikh Abdul
Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani sebelum sampai di Buton pernah tinggal di
Johor. Selanjutnya bersama isterinya pindah ke Adonara (Nusa Tenggara Timur).
Kemudian beliau sekeluarga berhijrah pula ke Pulau Batu atas yang termasuk dalam
pemerintahan Buton.

Gambar 2. Sultan Buton ke 38, Muhamad Falihi Kaimuddin bersama Presiden RI


Pertama Soekarno

Di Pulau Batu atas, Buton, Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani
bertemu Imam Pasai yang kembali dari Maluku menuju Pasai (Aceh). Imam Pasai
menganjurkan Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani pergi ke Pulau
Buton, menghadap Raja Buton. Syeikh Abdul Wahid setuju dengan anjuran yang baik
itu. Setelah Raja Buton memeluk Islam, Baginda langsung ditabalkan menjadi Sultan
Buton oleh Syeikh Abdul Wahid pada tahun 948 H/1538 M.

Walau bagaimanapun. Mengenai tahun tersebut, masih dipertikaikan karena


daripada sumber yang lain disebutkan bahawa Syeikh Abdul Wahid merantau dari
Patani-Johor ke Buton pada tahun 1564 M. Sultan Halu Oleo dianggap sebagai
Sultan Buton pertama, bergelar Sultan atau Ulil Amri dan menggunakan gelar yang
khusus iaitu Sultan Qaimuddin. Maksud perkataan ini ialah Kuasa Pendiri Agama
Islam.

Dalam riwayat yang lain menyebut bahawa yang melantik Sultan Buton yang pertama
memeluk Islam, bukan Syeikh Abdul Wahid tetapi guru beliau yang sengaja
didatangkan dari Patani. Raja Halu Oleo setelah ditabalkan sebagai Sultan Kerajaan
Islam Buton pertama, dinamakan Sultan Murhum. Ketika diadakan Simposium
Pernaskahan Nusantara Internasional IV, 18 - 20 Julai 2000 di Pekan Baru, Riau,
salah satu kertas kerja membicarakan beberapa aspek tentang Buton, yang
dibentang oleh La Niampe, yang berasal dari Buton. Hasil wawancara saya kepadanya
adalah sebagai berikut:

Syeikh Abdul Wahid pertama kali sampai di Buton pada tahun 933 H/1526 M.

Syeikh Abdul Wahid sampai ke Buton kali kedua pada tahun 948 H/1541 M.

Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua di Buton pada tahun 948 H/1541 M
bersama guru beliau yang bergelar Imam Fathani. Ketika itulah terjadi pengislaman
beramai-ramai dalam lingkungan Istana Kesultanan Buton dan sekali gus melantik
Sultan Murhum sebagai Sultan Buton pertama.

Maklumat lain, kertas kerja Susanto Zuhdi berjudul Kabanti Kanturuna Mohelana
Sebagai Sumber Sejarah Buton, menyebut bahawa Sultan Murhum, Sultan Buton
yang pertama memerintah dalam lingkungan tahun 1491 M - 1537 M. Menurut Maia
Papara Putra dalam bukunya, Membangun dan Menghidupkan Kembali Falsafah Islam
Hakiki Dalam Lembaga Kitabullah, bahawa ``Kesultanan Buton menegakkan syariat
Islam ialah tahun 1538 Miladiyah.

Kesultanan Buton.jpg Gambar 3.

Jika kita bandingkan tahun yang saya sebutkan (1564 M), dengan tahun yang
disebutkan oleh La Niampe (948 H/1541 M) dan tahun yang disebutkan oleh Susanto
Zuhdi (1537 M), bererti dalam tahun 948 H/1541 M dan tahun 1564 M, Sultan
Murhum tidak menjadi Sultan Buton lagi kerana masa beliau telah berakhir pada
tahun 1537 M. Setelah meninjau pelbagai aspek, nampaknya kedatangan Syeikh
Abdul Wahid di Buton dua kali (tahun 933 H/1526 M dan tahun 948 H/1541 M) yang
diberikan oleh La Niampe adalah lebih meyakinkan.

Yang menarik pula untuk dibahas ialah keterangan La Niampe yang menyebut bahawa
``Kedatangan Syeikh Abdul Wahid yang kedua kali di Buton pada tahun 948 H/1541
M itu bersama Imam Fathani mengislamkan lingkungan Istana Buton, sekali gus
melantik Sultan Murhum sebagai Sultan Buton yang pertama. Apa sebab Sultan
Buton yang pertama itu dilantik/dinobatkan oleh Imam Fathani ? Dan apa pula
sebabnya sehingga Sultan Buton yang pertama itu bernama Sultan Murhum,
sedangkan di Patani terdapat satu kampung bernama Kampung Parit Murhum.

Kampung Parit Murhum berdekatan dengan Kerisik, iaitu pusat seluruh aktiviti
Kesultanan Fathani Darus Salam pada zaman dahulu. Semua yang tersebut itu sukar
untuk dijawab. Apakah semuanya ini secara kebetulan saja atau pun memang telah
terjalin sejarah antara Patani dan Buton sejak lama, yang memang belum diketahui
oleh para penyelidik. Namun walau bagaimanapun jauh sebelum ini telah ada orang
yang menulis bahawa ada hubungan antara Patani dengan Ternate. Dan cukup
terkenal legenda bahawa orang Buton sembahyang Jumaat di Ternate. Jika kita
bandingkan dengan semua sistem pemerintahan, sama ada yang bercorak Islam mahu
pun sekular, terdapat perbezaan yang sangat ketara dengan pemerintahan Islam
Buton. Kerajaan Islam Buton berdasarkan Martabat Tujuh. Daripada kenyataan ini
dapat diambil kesimpulan bahawa kerajaan Islam Buton lebih mengutamakan ajaran
tasawuf daripada ajaran yang bercorak zahiri. Walau bagaimanapun ajaran syariat
tidak diabaikan. Semua perundangan ditulis dalam bahasa Walio menggunakan huruf
Arab, yang dinamakan Buru Wolio seperti kerajaan-kerajaan Melayu menggunakan
bahasa Melayu tulisan Melayu/Jawi. Huruf dan bahasa tersebut selain digunakan
untuk perundangan, juga digunakan dalam penulisan salasilah kesultanan, naskhah-
naskhah dan lain-lain. Tulisan tersebut mulai tidak berfungsi lagi menjelang
kemerdekaan Indonesia 1945.

Kehidupan Politik

Masa pemerintahan Kerajaan Buton mengalami kemajuan terutama bidang Politik


Pemerintahan dengan bertambah luasnya wilayah kerajaan serta mulai menjalin
hubungan Politik dengan Kerajaan Majapahit, Luwu, Konawe dan Muna. Demikian juga
bidang ekonomi mulai diberlakukan alat tukar dengan menggunakan uang yang
disebut Kampua (terbuat dari kapas yang dipintal menjadi benang kemudian ditenun
secara tradisional menjadi kain). Memasuki masa Pemerintahan Kesultanan juga
terjadi perkembangan diberbagai aspek kehidupan antara lain bidang politik dan
pemerintahan dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar Kesultanan Buton yaitu
“Murtabat Tujuh” yang di dalamnya mengatur fungsi, tugas dan kedudukan
perangkat kesultanan dalam melaksanakan pemerintahan serta ditetapkannya
Sistem Desentralisasi (otonomi daerah) dengan membentuk 72 Kadie (Wilayah
Kecil).

Kehidupan Sosial

Masyarakat Buton terdiri dari berbagai suku bangsa. Mereka mampu mengambil
nilai-nilai yang menurut mereka baik untuk diformulasikan menjadi sebuah adat baru
yang dilaksanakan di dalam pemerintahan kerajaan/kesultanan Buton itu sendiri.
Berbagai kelompok adat dan suku bangsa diakui di dalam masyarakat Buton.
Berbagai kebudayaan tersebut diinkorporasikan ke dalam budaya mereka. Kelompok
yang berasal dari Tiongkok diakui dalam adat mereka. Kelompok yang berasal dari
Jawa juga diakui oleh masyarakat Buton. Di sana terdapat Desa Majapahit, dan
dipercaya oleh masyarakat sekitar bahwa para penghuni desa tersebut memang
berasal dari Majapahit. Mereka sampai di sana karena perdagangan rempah-rempah.
Dengan membuat pemukiman di sana, mereka dapat mempermudah akses dalam
memperolah dan memperdagangkan rempah-rempah ke pulau Jawa. Beberapa
peninggalan mereka adalah berupa gamelan yang sangat mirip dengan gamelan yang
terdapat di Jawa.

Imam-imam yang menjabat di dalam dewan agama juga dipercaya merupakan


keturunan Arab. Mereka dengan pengetahuan agamanya diterima oleh masyarakat
Buton dan dipercaya sebagai pemimpin di dalam bidang agama. Berbagai suku dan
adat tersebut mampu bersatu secara baik di dalam kerajaan/kesultanan Buton.
Apabila kita melihat kerajaan/kesultanan lain, perbedaan itu seringkali memunculkan
konflik yang berujung kepada perang saudara, bahkan perang agama. Sedangkan di
Buton sendiri tercatat tidak pernah terjadi perang antara satu kelompok dengan
kelompok lain, terutama bila menyangkut masalah suku dan agama.

Dapat dikatakan bahwa seluruh golongan di buton merupakan pendatang. Mereka


menerapkan sistem yang berdasarkan musyawarah. Para perumus sistem kekuasaan
atau sistem adat di Buton juga berasal dari berbagai kelompok suku dan agama. Ada
yang berasal dari semenanjung Malaysia, Si Tamanajo yang berasal dari Kerajaan
Pagaruyung. Ada pula yang berasal dari Jawa yaitu Sri Batara dan Raden Jutubun
yang merupakan putra dari Jayanegara.

Seluruh golongan tersebut berasal dari kerajaan yang otoriter dan menerapkan
sistem putera mahkota. Hampir semua peralihan kekuasaan tersebut dilakukan
dengan kudeta. Di kerajaan Buton hal tersebut tidak pernah terjadi. Asumsinya,
berdasarkan pengalaman pahit dalam jatuh-bangunnya pemerintahan tersebut, maka
mereka yang berkumpul di tanah Buton tersebut merumuskan suatu sistem yang
mampu melakukan peralihan kekuasaan tanpa harus melalui pahitnya kudeta maupun
perang saudara.

Mereka berkumpul di tanah Buton sejak Gajah Mada mengumumkan sumpah palapa-
nya. Pada masa itu Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Begitu juga Kerajaan
Singosari. Seluruh raja-raja dan panglima yang tidak takluk pada Kerajaan
Majapahit akan dijadikan budak. Pilihan mereka adalah dengan melarikan diri menuju
tempat yang aman. Pulau Buton menjadi salah satu lokasi dimana beberapa pelarian
tersebut singgah dan menetap.

Kehidupan Ekonomian

Wilayah kerajaan/kesultanan Buton sangat strategis. Pedagang dari India, Arab,


Eropa maupun Cina lebih memilih untuk melalui jalur selatan Kalimantan untuk
mencapai kepulauan rempah-rempah di Maluku. Bila melalui Utara Sulawesi dan
selatan kepulauan Filipina, para pedagang akan berhadapan dengan bajak laut yang
banyak berkeliaran di sana. Selain itu, angin di selatan Kalimantan lebih kencang
daripada di sebelah utara Sulawesi. Masyarakat Buton telah menggunakan alat tukar
uang yang disebut Kampua. Kampua Sehelai kain tenun dengan ukuran 17,5 kali 8
sentimeter. Pajak juga telah diterapkan di negeri ini. Tunggu Weti sebagai penagih
pajak di daerah kecil ditingkatkan statusnya menjadi Bonto Ogena disamping
sebagai penanggung jawab dalam pengurusan pajak dan keuangan juga mempunyai
tugas khusus selaku kepala siolimbona (saat ini hampir sama dengan ketua lembaga
legislatif).
Kerajaan Islam di Kalimantan

· Kerajaan Makasar

Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat


perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :

· letak yang strategis,

· memiliki pelabuhan yang baik,

· jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak


pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional


dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris,
Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang


disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan
adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan
mengalami perkembangan yang pesat.

Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena


Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.

Kehidupan Sosial Budaya

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan
dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya,
bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran
hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan
norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar
diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan
masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial


yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya
disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan
golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak
menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

NEW

Masuknya Islam berpengaruh besar pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam


terus berkembang sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan
masyarakat Indonesia antara lain pada bidang-bidang berikut.

a. Bidang Politik

Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak


Hindu-Buddha. Tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak
Hindu- Buddha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lainnya.
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan
seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi
dimakamkan secara Islam.
b. Bidang Sosial

Kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu.


Pengaruh Islam yang berkembang pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia
memeluk agama Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat.
Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Musa, Ibrahim, Hasan,
Hamzah, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak digunakan,
contohnya rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah
(syajaratun), majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi.

Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai
pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari
seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam, Sultan
Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan
peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

pesantren

c. Bidang Pendidikan

Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren


telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi
tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata
pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.
Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal
bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai.
Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren. Kiai juga tinggal di kompleks
pesantren.
d. Bidang Sastra dan Bahasa

Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena
dalam Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat
mempelajari bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang
pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat
kecil pun mampu membaca huruf Arab.

Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah
Leran Gresik, yang diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah
masuk Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat
pada karyakarya sastra. Bentuk karya sastra yang berkembang pada masa kerajaan-
kerajaan Islam di antaranya sebagai berikut.

Hikayat, cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang
terkenal adalah Hikayat Amir Hamzah.

Babad, kisah pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah


contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.

Suluk, kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf contohnya Suluk Sukarsa,


Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang, dan lainnya.

Syair, seperti Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.

NEW

MASJID
Masjid bermakna sebagai tempat bersujud, yaitu tempat orang melaksanakan
ibadah bagi umat Islam. Ciri-ciri masjid kuno pada masa awal penyebaran Agama
Islam, yaitu:

Atap masjid berbentuk bujur sangkar dan bertingkat seperti pura

mimbar masjid berbentuk teratai

hiasan masjid umumnya berupa ukiran bermotif hewan atau tumbuh-tumbuhan

terdapat kolam atau parit yang mengelilingi masjid

menara masjid menyerupai bangunan candi

halaman masjid dikelilingi tembok dengan satu atau dua pintu gerbang

pintu gerbang masjid (gapura) menyerupai gapura kraton atau candi

masjid kuno di kota biasanya berada di tengah kota dan menghadap alun-alun
serta dekat dengan istana

masjid mempunyai denah bujur sangkar

di kiri atau kanan masjid biasanya terdapat menara untuk menyerukan adzan

di dalam masjid terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk

pada bagian barat terdapat sisi yang menonjol yang disebut mihrab

di sekitar masjid terdapat makam tokoh ulama tertentu

contohnya:

Masjid Agung Banten tahun 1933

foto: www.raddien.com
Masjid Agung Banten saat ini

Peninggalan Kerajaan Banten

foto: www.cheria-travel.com

Masjid Agung Demak tempo dulu

foto: luk.staff.ugm.ac.id

Masjid Agung Demak saat ini

Peninggalan Kerajaan Demak

foto: wisatasemarang.wordpress.com

Menara Mesjid Kudus pada awal abad ke-20

foto: majestad.wordpress.com

Mesjid Kudus

merupakan contoh akulturasi antarabudaya Hindu dengan budaya Islam

foto: kyu007.blogspot.com

2. KERATON
Keraton adalah tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting yang menyangkut
urusan kerajaan dan sebagai tempat tinggal raja beseta keluarganya. Bangunan
utama keraton dikelilingi pagar tembok, parit atau sungai kecil. Di depan keraton
terdapat halaman luas yang disebut sebagai alun-alun. Fungsi alun-alun antaralain
untuk:

pertemuan sultan / raja dengan rakyatnya

latihan perang bagi prajuritnya

tempat hiburan, pesta atau perayan-perayaan tertentu

Gerbang Keraton Surakarta

foto: history1978.wordpress.com

Keramaian di alun-alun lor Keraton Jogjakarta

foto: www.pojokejogja.com

Keraton Kasepuhan Cirebon

foto: sewamobilrentaldicirebon.blogspot.com

3. MAKAM
Makam adalah tempat kediaman terakhir seseorang yang telah meninggal dunia.
Pada zaman dahulu, pemakaman berada di perbukitan dengan bentuk dan susunan
yang berundak-undak. Makam kuno bercorak Islam terdiri dari:

Jirat atau kijing, yaitu bangunan yang dibuat dari batu yang berbentuk persegi
panjang dengan arah lintang utara atau selatan.

Batu Nisan, yaitu tonggak pendek dari batu sebagai tanda kubur yang biasanya di
ujung utara dan selatan jirat.

Cungkup, yaitu bangunan mirip rumah yang terdapat di atas jirat.

Makam Fattimah binti Maimun

Ditemukan di Leran, Gresik sebagai bukti bahwa Agama Islam sudah masuk di Pulau
Jawa pada abad ke-11 Masehi

foto: www.jaring-ide.com

Makam Sultan Malik Al-Shaleh raja pertama Kerajaan Samudra Pasai, Aceh

Bentuk makam berupa jirat, nisan, dan cungkup.

foto: mimbarkata.blogspot.com

4. SASTRA
Kesustraan pada zaman Islam berkembang di sekitar Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Berdasarkan sumber-sumbernya sastra dapat dibedakan menjadi dua yaitu sastra
yang dipengaruhi unsur lluar dari Persia atau Arab dan kelanjutan dari sastra
tersebut. Menurut cerita dan isinya, sastra dibedakan menjadi:

Hikayat, yaitu karya sastra berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai
wahana pelipur lara. Misalnya Hikayat Hang Tuah dan Hikayat Amir Hamzah.

Babad, yaitu cerita berlatar belakang sejarah yang biasanya lebih berupa cerita
daripada uraian sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi dan Babad Giyanti.

Syair, yaitu puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri dari empat baris yang
berakhiran sama. Misalnya Syair Abdul Muluk dan Gurindam Dua Belas.

Suluk, yaitu kitab-kitab yang menceritakan beberbagai hal mengenai tasawuf. Di


Pulau Jawa, suluk banyak menceritakan tentang Wali Songo misalnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.

Naskah asli Hikayat Hang Tuah

foto: kumpulan5kac.blogspot.com

Naskah Babad Tanah Jawi

foto: commons.wikimedia.org

Isi dari Gurindam Dua Belas

foto: www.tempo.co

Kitab Suluk Wujil


foto: geloranusantaraku.blogspot.com

5. KALIGRAFI

kaligrafi adalah seni melukis indah atau mengukir huruf-huruf Arab yang berisikan
tulisan-tulisan pengingat manusia kepada Allah SWT. Seni kaligrafi yang
bernafaskan Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al-Qur'an dan Hadist
Nabi Muhammad SAW.

Kaligrafi yang membentuk sesorang sedang tahiyat akhir

foto: kisahdansejarah.blogspot.com

6. GAMELAN

Gamelan adalah seperangkat alat musik Jawa yang terdiri dari saron, bonang, rebab,
gendang, gong, dan sebagainya. Gamelan biasanya dimaikan pada perayaan-perayaan
tertentu seperti perayaan Maulid Nabi di keraton-keraton. Hal itu ditunjukkan
untuk mengumpulkan rakyat yang ada di sekitar keraton, setelah rakyat berkumpul
kemudian ulama memberikan ceramah keagamaan.
masjid demak

e. Bidang Arsitektur dan Kesenian

Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid
dan istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya
Islam ke Indonesia dan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak
memiliki kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau
atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat
serupa dengan arsitektur Hindu. Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten.

Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah
yang merupakan kata atau kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang
atau manusia (hanya bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara yang
diperindah. Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang sering dituangkan dalam
seni kaligrafi ini. Media yang sering digunakan adalah nisan makam, dinding masjid,
mihrab, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan.

NEW

Tradisi atau Upacara Pada Masa Perkembangan Islam

at 10/16/2012 05:17:00 PM Posted by irmawan hadi saputra

Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg
Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan dan waktunya merupakan budaya
Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan
menunjukkan budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut
dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, yang
menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan
adanya upacara pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti senjata
(tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-
bekas kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta.

Gerebeg Maulud

Gerebeg Maulud

Di Kerajaan Kasepuhan dan Kanoman Cirebon, kenduri wujudnya separangkat piring


dan baki untuk wadah nasi kebuli (masakan khas Timur Tengah) yang hanya pada
waktu perayaan Maulud digunakan. Pada waktu tengah malam menjelang tanggal 12
Maulud, benda yang dikeramatkan tersebut diarak dari keraton menuju masjid
dengan diringi oleh Sultan dan kerabat keraton.

Di keraton Surakarta upacara pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan


"jamasan pusaka" yang dilakukan pada malam 1 Muharam/Suro sehingga dikenal
Tradisi Sura. Acara jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab,
salah satunya adalah upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet,
merupakan sebuah simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan keselamatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk
lampah dalam acara kirab tersebut adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai
Slamet, salah satu klangenan peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10
pusaka yang diperintahkan untuk dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1
Sura). Konon menurut kepercayaan masyarakat Jawa, kerbau adalah salah satu
hewan yang dianggap memiliki tuah tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir
segala bencana.
NEW

Islam adalah agama yang mencintai kesenian. Karena Islam bukanlah agama yang
hanya mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk
lain dan manusia dengan Allah swt. Jika hubungan tersebut terjalin secara
komperehensif dan sehat, maka seluruh aspek kehidupan umat Islam akan teratur
dan islami. Sebagaimana seni adalah perpaduan antara berbagai jenis suara, olah
tubuh ataupun hal lainnya.

Seni dalam Islam bukan sesuatu yang diharamkan. Karena dengan seni, kehidupan
akan indah dan nyaman untuk dinikmati. Namun satu hal yang harus diketahui
bersama, bahwa seni memiliki dampak yang luas bagi perkembangan jiwa umat Islam.
Untuk itu diperlukan sikap hati-hati dan waspada terhadap maraknya seni yang
berkembang di Indonesia.

B. Seni budaya lokal yang bernafaskan Islam


Budaya berasal dari bahasa Sansekerta artinya buddayah bentuk jamak dari kata
budhi yang berarti perilaku, budi atau akal. Jadi kebudayaan dapat diartikan
sebagai bentuk yang berkaitan dengan budi pekerti dari hasil pemikiran. Kesenian
termasuk dalam unsur kebudayaan. Sebab perwujudan dari kebudayaan tidak
terlepas dari hasil olah pikir dan perilaku manusia lewat bahasa, sarana kehidupan
dan organisasi sosial. Kesemuanya itu sangat membantu manusia dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat.

Kesenian adalah salah satu media yang paling mudah diterima dalam penyebaran
agama Islam. Salah satu buktinya adalah menyebarnya agama Islam dengan
menggunakan wayang kulit dan gamelan oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan yang
dimaksud dengan tradisi adalah suatu adat istiadat yang biasa dilakukan namun
didalamnya mengandung ajaran-ajaran Islam. Diantara seni budaya nusantara yang
telah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam adalah :

1. Wayang

Dalam bahasa berarti ”ayang-ayang” atau bayangan. Karena yang terlihat adalah
bayangannya dalam kelir (tabir kain putih sebagai gelanggang permainan wayang).
Bisa juga diberi penjelasan wayang adalah pertunjukkan yang disajikan dalam
berbagai bentuk, terutama yang mengandung unsur pelajaran (wejangan).
Pertunjukan ini diiringi dengan teratur oleh seperangkat gamelan.

Wayang pada mulanya dibuat dari kulit kerbau, hal ini dimulai pada zaman Raden
Patah. Dahulunya lukisan seperti bentuk manusia. Karena bentuk wayang berkaitan
dengan syariat agama Islam, maka para wali mengubah bentuknya. Dari yang semula
lukisan wajahnya menghadap lurus kemudian agak dimiringkan.
Pada tahun 1443 Saka, bersamaan dengan berdirinya kerajaan Islam Demak, maka
wujud wayang geber diganti menjadi wayang kulit secara terperinci satu persatu
tokoh-tokohnya. Sumber cerita dalam mementaskan wayang diilhami dari Kitab
Ramayana dan Mahabarata. Tentunya para Wali mengubahnya menjadi cerita-cerita
keislaman, sehingga tidak ada unsur kemusyrikan didalamnya. Salah satu lakon yang
terkenal dalam pewayangan ini adalah jimad kalimasada yang dalam Islam
diterjemahkan menjadi Jimad Kalimat Syahadat. Dan masih banyak lagi istilah-
istilah Islam yang dipadukan dengan istilah dalam pewayangan.

2. Hadrah dan salawat kepada Nabi Muhammad saw

Hadrah adalah salah satu jenis alat musik yang bernafaskan Islam. Seni suara yang
diiringi dengan rebana (perkusi dari kulit hewan) sebagai alat musiknya. Sedang
lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu yang bernuansakan Islami yaitu tentang pujian
kepada Allah swt dan sanjungan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam
menyelenggarakan pesta musik yang diiringi rebana ini juga menampilkan lagu cinta,
nasehat dan sejarah-sejarah kenabian. Sampai sekarang kesenian hadrah masih
eksis berkembang di masyarakat. Pada zaman sekarang kesenian hadrah biasanya
hadir ketika acara pernikahan, akikahan atau sunatan. Bahkan kesenian hadrah ini
dijadikan lomba antar pondok pesantren atau antar madrasah.

3. Qasidah

Qasidah artinya suatu jenis seni suara yang menamilkan nasehat-nasehat keislaman.
Dalam lagu dan syairnya banyak mengandung dakwah Islamiyah yang berupa
nasehat-nasehat, shalawat kepada Nabi dan do’a-do’a. Biasanya qasidah diiringi
dengan musik rebana. Kejadian pertama kali menggunakan musik rebana adalah
ketika Rasulullah saw disambut dengan meriah di Madinah.
4. Kesenian Debus

Kesenian debus difungsikan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para


pejuang dalam melawan penjajah. Oleh karena itu, debus merupakn seni bela diri
untuk memupuk rasa percaya diri dalam menghadapi musuh.

Pengertian lain dari debus adalah gedebus atau almadad yaitu nama sebuah benda
tajam yang digunakan untuk pertunjukan kekebalan tubuh. Benda ini terbuat dari
besi dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Karena itu kata debus juga diartikan
dengan tidak tembus. Filosofi dari kesenian ini adalah kepasrahan kepada Allah swt
yang menyebabkan mereka memiliki kekuatan untuk menghadapi bahaya, seperti
yang dilambangkan dengan benda tajam dan panas.

5. Tari Zapin

Tari Zapin adalah sebuah tarian yang mengiringi musik qasidah dan gambus. Tari
Zapin diperagakan dengan gerak tubuh yang indah dan lincah. Musik yang
mengiringinya berirama padang pasir atau daerah Timur Tengah. Tari Zapin biasa
dipentaskan pada upacara atau perayaan tertentu misalnya : khitanan, pernikahan
dan peringatan hari besar Islam lainnya.

6. Suluk

Suluk adalah tulisan dalam bahasa jawa dengan huruf jawa maupun huruf arab yang
berisikan pandangan hidup masyarakat jawa. Suluk berisi ajaran kebatinan
masyarakat jawa yang berpegang teguh pada tradisi jawa dan unsur-unsur Islam.
Suluk sewelasan tergolong ritual yang sudah langka dalam tradisi budaya Islam di
Jawa. Berbagai bentuk seni budaya Islam yang berkembang di Jawa tak terdapat di
Arab sana Tradisi yang dibawa dari Persia ini untuk memperingati hari lahir Syekh
Abdul Qadir Jaelani, tokoh sufi dari Baghdad, Irak, yang jatuh pada tanggal 11
(sewelas). Suluk dalam bahasa Jawa dan Arab, terdiri dari salawat dan zikir—zikir
zahir (fisik) dan zikir sirri (batin). Ketika zikir mereka terdengar mirip dengungan,
orang-orang itu seperti ekstase. Jari tangan tak henti memetik butir tasbih. Ketika
jari berhenti, zikir dilanjutkan di dalam batin. Pada titik ini terjadi ”penyatuan”
dengan Yang Maha Esa. Lewat suluk ini akan mempertebal keyakinan kepada Allah
swt.

7. Seni Bangunan

Peninggalan Islam yang berupa fisik adalah arsitektur bangunan masjid, seni ukir
dan seni kaligrafi. Masjid yang di bangun di Indonesia tidak serta merta
melambangkan keislaman. Arsitektur yang digunakan adalah perpaduan antara Islam
dan Hindu atau Jawa. Diantara bangunan masjid yang memadukan dua unsur
tersebut adalah :

8. Arsitektur Masjid

Pada masjid agung Demak bentuk atapnya memiliki ciri atap yang berbentuk
tumpang. Atap tersebut tersusun ke atas semakin kecil dan tingkat teratas disebut
dengan limas. Jumlah tumpang biasanya gasal. Bentuk masjid seperti ini disebut
dengan meru. Masjid lain yang memiliki corak hampir sama dengan masjid Demak
adalah Masjid Agung Banten, Masjid Raya Baiturrahman dan masjid Ternate.
Berbeda dengan masjid Kudus, dimana menara masjid Kudus memiliki ciri khas Hindu
sangat kuat dan tercermin dari bentuk menara seperti candi.
9. Makam-makam para Raja

Hasil seni bangunan lainnya dapat terlihat dengan jelas pada bentuk makam-makam
para tokoh Islam di berbagai tempat. Di beberapa wilayah seperti Kalimantan,
Sulawesi dan Sumatera terdapat nisan yang terpengaruh oleh adat setempat.
Pengaruh budaya arab dapat terlihat dari beaneka ragam hiasan pada nisan. Selain
itu, bentuk gapura makam para Sunan atau tokoh Islam lainnya berbentuk Candi
bentar atau kori agung merupakan corak pintu yang dikenal pada zaman sebelum
Islam ke Indonesia.

10. Seni kaligrafi

Ditunjukkan dalam bentuk hiasan yang berbentuk manusia atau hewan yang
bertuliskan arab. Dalam kaligrafi tersebut selain diperindah bentuknya, juga berisi
tentang kalimah-kalimah suci yang menyangkut tentang Tauhid. Perkembangan hasil
kesenian pada masa kerajaan Islam baik di Jawa maupun di luar Jawa menunjukkan
bahwa melalui aspek-aspek tersebut proses islamisasi dapat diterima secara damai.
Karya sastra juga ikut mewarnai perkembangan Islam di Indonesia. Seni sastra yang
berkembang dipengaruhi oleh hasil budaya dari Persia dan seni sastra pra-Islam.
Karya sastra pada masa kerajaan Islam adalah Hikayat, babad, syair dan suluk.

Hikayat berisi tentang cerita atau dongeng tentang peristiwa yang menarik dan hal
yang tidak masuk akal. Diantara hikayat yang terkenal adalah hikayat Raja-raja
Pasai, Hikayat 1001 malam, Hikayat Bayan Budiman dan lain-lain. Sedangkan babad
adalah tulisan yang menyerupai sejarah, namun isinya tidak selalu berdasarkan
fakta. Babad merupakan campuran antara fakta sejarah, mitos dan kepercayaan.
Contoh babad adalah Babad Tanah jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram dan Babad
Surakarta.
Syair adalah karya sastra yang berupa sajak atau pantun. Contoh syair yang ada
terdapat di batu nisan makam Putri Pasai di Minje Tujoh. Sedangkan yang dimaksud
dengan suluk adalah karya sastra yang berupa kitab. Kitab ini hasil karangan para
ahli tasawuf. Isinya berupa uraian mistik yang berbentuk tembang dan berupa tanya
jawab. Contoh suluk adalah Suluk sukarsa, Suluk Wujil dan Suluk Malang Sumirang.

C. Tradisi lokal yang bernafaskan Islam

Banyak tradisi-tradisi lokal bangsa Indonesia sudah mengandung nilai-nilai


keislaman. Diantara tradisi-tradisi tersebut adalah :

1. Penanggalan hijriyah

Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak langsung membawa pengaruh pada
sistem penanggalan. Agama Islam menggunakan perputaran bulan, sedangkan
kalender sebelumnya menggunakan perputaran matahari. Perpaduan antara
penanggalan Islam dengan penanggalan jawa adalah sebagai berikut :

No Nama bulan dalam Islam Nama bulan dalam Jawa

1 Muharram Sura

2 Safar Sapar

3 Rabiul awwal Mulud

4 Rabiul akhir Ba’da mulud

5 Jumadil awal Jumadil awal


6 Jumadil akhir Jumadil akhir

7 Rajab Rajab

8 Sya’ban Ruwah

9 Ramadhan Pasa

10 Syawal Syawal

11 Zulqaidah Kapit

12 Zulhijjah Besar

2. Mauludan

Setiap bulan Rabi’ulawwal tahun Hijriyah, sebagian besar umat Islam Indonesia
menyelenggarakan acara mauludun. Maksud dari acara tersebut adalah untuk
mengenang hari kelahiran Rasulullah saw. Dalam acara tersebut diadakan pembacaan
sejarah hidup Nabi Muhammad saw melalui kitab Al- Barzanji atau Situddurar.
Puncak acara biasanya terjadi pada tanggal 12 rabiulawwal, dimana tanggal tersebut
Rasulullah saw dilahirkan. Di Aceh tradisi mauludun adalah sebagai pengganti upeti
atau pajak bagi kerajaan Turki, karena Kerajaan Aceh memiliki hubungan diplomasi
yang baik dengan Turki.

3. Grebek

Tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebek pertama kali
diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwana ke-1.
Grebek dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra
mahkotanya. Grebek di Yogyakarta di selenggarakan 3 tahun sekali yaitu : pertama
grebek pasa, syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati
Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, kedua grebek besar, diadakan setiap tanggal 10
dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban dan ketiga grebek maulud setiap
tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad saw.
Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan pesta grebek adalah kota Solo,
Cirebon dan Demak.

4. Sekaten

Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali
terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada
mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan
gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang pada
akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah
syahadatain.

Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara
sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan
oleh ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan
makanan baik sedikit ataupun banyak dari gunungan itu akan mendapatkan
keberkahan dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten
diselenggarakan pesta rakyat.

5. Selikuran

Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan.


Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Selikuran berasal dari kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam
rangka menyambut datangnya malam lailatul qadar, yang menurut ajaran Islam
lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan ramadhan.

6. Megengan atau Dandangan

Upacara untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan utamanya adalah


menabuh bedug yang ada di masjid sebagai tanda bahwa besok hari sudah memasuki
bulan Ramadhan dan semua wajib melaksanakan puasa. Upacara tersebut masih
terpelihara di daerah Kudus dan Semarang.

7. Pesta Tabot

Upacara untuk memperingati gugurnya Husen bin Ali ra. Husein gugur saat
mempertahankan haknya sebagai pewaris tahta ayahnya yang pro pada khalifah Ali
bin Abi Thalib. Pesta tabuik diselenggarakan di Sumatera dengan pertunjukan
berbentuk prosesi benda ritual.

8. Suranan

Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan tersebut
masyarakat berziarah ke makam para wali. Selain itu mereka membagikan makanan
khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.

D. Apresiasi terhadap seni budaya dan tradisi lokal yang bernafaskan Islam
Seni budaya dan tradisi lokal yang bernafaskan Islam sangat banyak dan memiliki
manfaat terhadap penyebaran agama Islam. Untuk itulah sebagai generasi Islam,
maka kamu harus mampu mengapresiasikan diri terhadap permasalahan tersebut.
Bentuk dari apresiasi terhadap seni budaya dan tradisi tersebut adalah dengan
merawat, melestarikan, mengembangkan, simpati dan menghargai secara tulus atas
hasil karya para pendahulu.

Pada zaman sekarang, ada sebagian kelompok umat Islam yang mengharamkan dan
yang membolehkan seni budaya dan tradisi yang ada. Mereka mengharamkan karena
pada zaman Rasulullah saw tidak pernah diajarkan seni dan tradisi tersebut. Yang
membolehkan dengan dasar bahwa semua tersebut adalah sebagai sarana dakwah
penyebaran agama Islam. Sebagai generasi Islam, kamu harus mampu mensikapi
secara bijaksana dan penuh toleransi.

Para ulama’ dan wali pada zaman dahulu bukanlah manusia yang bodoh dan tidak tahu
hukum agama. Mereka mampu menerjemahkan pesan Islam ke dalam seni budaya dan
tradisi yang ada pada masyarakat Indonesia. Sehingga dengan mudah praktek
keagamaan umat Islam dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia. Untuk itulah perlu adanya pemahaman secara bersama, bahwa seni
budaya dan tradisi tidak harus diharamkan secara total karena memang mengandung
nilai-nilai keislaman.

Umat Islam adalah umat yang tidak hanya memikirkan urusan akherat, tetapi juga
memikirkan kehidupan dunia. Kehidupan di dunia tidak hanya kebutuhan yang
bersifat fisik. Manusia juga membutuhkan sentuhan-sentuhan rohani dan kebutuhan
tersebut bisa melalui musik atau seni. Karena seni yang baik mengandung keindahan.

Tradisi lokal juga ada yang baik dan yang buruk. Tradisi yang baik kita pelihara
sehingga menjadi warisan budaya nasional. Dan tradisi yang buruk dibuang agar
tidak ditiru oleh generasi berikutnya. Kamu bisa memperhatikan bentuk paduan
antara budaya lokal dan budaya Islam berikut ini.

Pernikahan

Pelaksanaan acara akad nikah atau ijab qabul biasanya diselenggarakan dengan
syariat Islam. Tetapi dalam upacara pernikahan atau resepsi menggunakan budaya
jawa. Sebagaimana bisa kamu lihat, ketika ada pengantin perempuan sebelum akad
nikah diadakan siraman kembang setaman, kemudian dalam rumah untuk resepsi ada
hiasan dekorasi yang berisi bunga-bunga. Didepan gapura juga ada janur kuning dan
lain sebagainya.

Kamu tidak perlu khawatir hal itu meninggalkan syariat agama Islam. Kamu dapat
mencari nilai filosofi yang ada dalam simbol-simbol jawa tersebut. Siraman kembang
setaman artinya supaya wanita yang akan menikah mandi taubat dengan bunga,
bunga dilambangkan sebagai kesucian dan harum, jadi wanita yang hendak menikah
benar-benar dalam keadaan suci dan harum ketika hendak ijab kabul. Sedangkan
dekorasi bunga-bunga adalah wujud dari kasih sayang sepasang pengantin, bunga
sebagai perlambang bahwa pernikahan adalah kebahagiaan suami dan istri. Untuk
janur kuning yang dipasang di depan rumah adalah dengan tujuan agar acara resepsi
mendapatkan cahaya barakah dari Allah swt. Janur berasal dari lafadz bahasa arab
ja a nurun artinya telah datang cahaya. Dan masih banyak lagi adat-adat yang perlu
kalian ketahui dan mengambil hikmah dari sana. Demikian simbol-simbol yang perlu
kamu ketahui. Hal ini bukanlah musyrik, semuanya adalah simbol sebagai bentuk
ungkapan kebahagiaan dari pasangan pengantin.

Lelayu atau kematian


Kewajiban umat Islam terhadap orang Islam yang meninggal ada empat yaitu
memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburkan. Keempat ini harus segera
dikerjakan agar si mayit merasa tenang dialamnya.

Tradisi di Indonesia ketika ada kematian atas seorang Islam, maka akan diadakan
pembacaan talqin dan tahlil. Hal ini bertujuan untuk mendoakan agar arwah yang
meninggalkan dunia selamat dan diterima disisi-Nya. Tradisi selanjutnya adalah
menyelenggarakan upacara selamatan atau mendoakan pada waktu tertentu, seperti
3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari sampai 1000 harinya. Tradisi ini oleh para ulama’
diselaraskan dengan agama Islam. Pada upacara selamatan biasanya hanya duduk-
duduk, minum dan makan-makan, maka setelah Islam datang ditambah dengan
memperdengarkan ayat Al- Qur’an, dzikir-dzikir kepada Allah swt. Maksud dan
tujuannya adalah untuk menghibur keluarga dan mendoakan mayyit. Kamu harus
mengetahui bahwa kewajiban mendoakan saudara bukan yang masih hidup saja
tetapi yang sudah meninggal pun harus didoakan.Sedangkan dalam tradisi ziarah
juga mengalami perpaduan, orang Islam pergi ziarah hanya mendoakan mayit,
sedangkan dalam tradisi jawa kuno menggunakan bunga atau sesaji lainnya.

Kelahiran

Tradisi kelahiran di Jawa ada istilah ngapati, mitoni . artinya upacara itu diadakan
ketika kandungn seorang wanita mencapai umur 4 bulan. Dalam upacara 4 bulan
seorang wanita melakukan adat siraman untuk melindung bayi dan ibunya. Hal ini
adalah kepercayaan dalam adat Jawa, namun Islam mengikuti tradisi ini karena pada
saat kandungan 4 bulan itulah calon bayi akan ditiupkan rohnya oleh Allah swt, dan
ditentukan takdirnya baik rejeki, jodoh dan kematiannya. Sehingga pada tradisi 4
bulanan ini diadakan sedekah dan pembacaan doa-doa atau dibacakan ayat suci al-
Qur’an.
Kemudian pada usia kandungan 7 bulan, masa ini adalah masa dimana kandungan
sudah siap untuk menerima segala proses kehidupan di dunia. untuk itulah diadakan
tradisi pembagian sedekah, karena sedekah adalah salah satu cara untuk menolak
balak. Berikutnya ketika bayi sudah lahir diadakan upacara sepasaran atau lima hari,
dengan tujuan untuk keselamatan bayi dan membagikan masakan kudapan kepada
tetangga. Dalam Islam sebelum makanan dibagikan ada tradisi membacakan doa.
Setelah itu pada hari ke tujuhnya diadakan akikah, hal ini bersumber dari ajaran
Islam. Akikah artinya menyembelih hewan kambing untuk anak yang baru saja
dilahirkan. Sampai sekarang masih banyak masyarakat yang memegang tradisi
perpaduan Islam dan Hindu. Hal ini tidaklah mengapa, karena sekali lagi masyarakat
jawa terkenal dengan simbol-simbol yang dapat melambangkan makna kehidupan
yang sejati. Hal ini bukanlah bentuk kemusyrikan. Karena tradisi tersebut adalah
upaya untuk menyiarkan Islam secara damai.

Anda mungkin juga menyukai