Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KERAJAAN- KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A. Kerajaan Islam di Sumatra

1. Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Samudera Pasai, terletak di muara
Sungai Pasangan, pesisir Timur Laut Aceh, Lhokseumawe, Aceh Utara. Di sana terdapat dua kota
besar yang berseberangan yaitu Samudera dan Pasai, sehingga bernama Kerajaan Samudera Pasai.
Berdiri pada abad ke-11 M untuk Dinasti Meurah Khair dan abad ke-13 untuk Dinasti Meurah Silu,
sebagai hasil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang disinggahi para pedagang muslim
sejak abad ke-7 M.

Perekonomian Kerajaan Samudera Pasai didasarkan pada perdagangan nasional dan


internasional karena letaknya strategis di Selat Malaka sehingga pelabuhan Samudera Pasai ramai
dikunjungi para pedagang. Kerajaan Samudera Pasai mampu menyaingi kebesaran Kerajaan
Sriwijaya yang mulai mengalami kemunduran. Faktor lain Samudra Pasai mengalamai kemajuan
adalah memberlakukan Hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Salah satu
bukti kemakmurannya adalah cerita Tom Pires, pelancong Portugis, bahwa di Samudera Pasai
terdapat mata uang Drama/ Dirham dan setiap kapal yang singgah dikenai pajak 6 %.

Kerajaan Samudera Pasai mengalami puncak kejayaan pada abad ke-14 M yaitu masa
pemerintahan Sultan Ahmad Malik Zahir II (1346–1383 M) dan mengalami kemunduran pada masa
putranya bernama Sultan Zainal Abidin (1383-1403 M) serta berakhir pada tahun 1521 M, yang
disebabkan oleh kondisi sosial yang tidak menentu karena konflik-konflik intern serta kemerosotan
ekonomi yang dimanfaatkan oleh Portugis untuk melakukan penyerangan. Sejak Samudra Pasai
dikuasai oleh Portugis (1521-1524 M), kemudian pada tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh
bernama Ali Mughayat Syah (1511-1528 M), maka Kerajaan Samudera Pasai berada di bawah
pengaruh kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.

Dari kerajaan Pasai, Islam masuk dan berkembang di Pariaman, Malaka, Tapanuli, Riau,
Minangkabau, Kerinci dan sebagian Sumatra Selatan. Tokoh-tokoh yang berjasa dalam penyebaran
Islam di Sumatra di antaranya: Syah Baharuddin ke Sumatra barat, Sunan Ampel dan Minak Kumala
Bumi/ Raja Lampung ke Sumatra Selatan. Peninggalan Pasai diantaranya: beberapa makam
bertuliskan Arab, lembaga-lembaga Islam seperti Masjid, Mushola dan buku-buku berisi sya’ir
ajaran Islam, hikayat para raja dan pahlawan yang menyebarkan agama Islam.

Penguasa Kerajaan Samudera Pasai terdiri atas dua dinasti, yaitu:

a. Dinasti Meurah Khair (abad 11-13 M), dengan raja-rajanya:


1) Meurah Khair/ Maharaja Mahmud Syah (1042-1078 M), berkuasa 36 tahun;
2) Maharaja Mansyur Syah (1078-1133 M), berkuasa selama 55 tahun;
3) Maharaja Ghiyasuddin Syah (1133-1155 M), berkuasa selama 22 tahun;
4) Meurah Noe/ Maharaja Nuruddin/ Tengku Samudera/ Sultan Nazimuddin al-Kamil (1155-
1210 M), berkuasa selama 55 tahun, berasal dari Mesir yang ditugaskan sebagai laksamana
untuk merebut Pelabuhan Gujarat. Ia tidak memiliki keturunan, sehingga ketika wafat,
terjadi perebutan kekuasaan.

b. Dinasti Meurah Silu (13-16 M), dengan raja-rajanya:


1) Meurah Silu/ Sultan Malik as-Saleh (1285 - 1297 M), berkuasa 12 tahun;
2) Sultan Muhammad Malik Zahir (1297 - 1326 M), berkuasa 29 tahun;
3) Sultan Mahmud Malik Zahir (1326 – 1345 M), berkuasa 9 tahun;
4) Sultan Mansyur Malik Zahir (1345 – 1346 M), berkuasa 1 tahun;
5) Sultan Ahmad Malik Zahir II (1346 - 1383 M), berkuasa 22 tahun;
6) Sultan Zainal Abidin (1383 - 1406M), berkuasa 23 tahun
1) Meurah Silu/ Sultan Malik as-Saleh (1285-1297 M)
Meurah Silu adalah putra Meurah Gajah. Nama Meurah adalah gelar bangsawan di Sumatra
Utara. Setelah masuk Islam, ia dinobatkan menjadi raja Islam pertama di Kerajaan Samudera
Pasai dan diberi gelar Sultan al-Malik as-Saleh oleh Syeikh Isma’il, seorang mubaligh dari
Daulah Mamalik yang berkedudukan di Mesir yang datang melalui Malabar. Gelar ini
dipakai oleh pendiri kerajaan Mamalik I di Mesir, yaitu al-Malik as-Saleh Ayub. Ia memiliki
dua orang putra bernama Malik Zahir dan Malik Mansur dari pernikahannya dengan putri
Raja Perlak yang masuk Islam. Dalam pemerintahannya, Ia dibantu oleh Seri Kaya/ Ali
Khairuddin dan Bawa Kaya/ Sidi Ali Hasanuddin. Dalam dakwah Islam, ia dibantu oleh
Faqir Muhammad, seorang Raja Mesir yang karena mendalami tasawuf ia tinggalkan
kerajaan dan menjadi Sufi sekaligus Mubaligh, keturunan Abu Bakar Siddiq.
Jasa-jasa Sultan Malik as-Saleh pada kerajaan Samudera Pasai:
a) Meletakkan dasar-dasar pemerintahan Islam;
b) Memperkuat perdagangan dan angkatan perang;
c) Memperkuat pengaruh kerajaan Samudera Pasai di Pantai Timur Aceh;
d) Menjadikan Samudera Pasai sebagai Kerajaan Maritim di Selat Malaka;
e) Memperkokoh hubungan kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Perlak dengan
menikahi Puteri Ganggang Sari, keturunan Raja Perlak (Malaysia).

2) Sultan Muhammad Malik Zahir (1297-1326 M)


Ia adalah putra Sultan Malik as-Saleh. Gelar az-Zahir dinobatkan mengikuti gelar yang
dipakai oleh Sultan Mamalik II di Mesir yaitu Malik Zahir Baibaras (1260-1277 M). dan
gelar al-Manshur diberikan kepada adiknya mengikuti gelar Sultan Mamalik III yaitu Malik
Mansur Qalawun (1279-1290 M). ia menjabat selama 29 tahun kemudian digantikan
putranya bergelar Malik Zahir II.

3) Sultan Ahmad Malik Zahir II (1326-1383M)


Nama aslinya Ahmad Bahaim Syah. Beliau seorang raja yang alim, bijaksana, teguh
memegang ajaran Islam bermadzhab Syafi’i, giat berdakwah dan hormat kepada para
pendatang yang singgah di Pasai. Ibnu Batutah (1345 M), seorang pengembara utusan Sultan
Dehli (Syah Waliyullah ad-Dahlawiy) Tunisia Afrika Utara pernah singgah di Pasai
menceritakan keistimewaan Raja Pasai karena kealiman dan perhatiannya terhadap
pengembangan madzhab Syafi’i. Hal ini menjadi daya tarik datangnya para ulama Islam dari
Mesir, Makkah, Madinah, Yaman, Hadramaut dan Malabar. Ia tidak hanya mengendalikan
pemerintahan tapi juga menjadi tempat meminta fatwa. Ia dibantu seorang ulama dari Syiraz
(Iran). Ia berkuasa selama 37 tahun kemudian digantikan putranya bernama Zainal Abidin.
Jasa-jasa Sultan Ahmad Malik Zahir II pada Kerajaan Samudera Pasai:
a) Menjadikan Pasai sebagai pusat pengembangan Islam bermadzhab Syafi’i;
b) Giat berdakwah dan mau membayar upeti pada kerajaannya
c) Memperkuat armada kapal dagang.

4) Sultan Zainal Abidin (1383-1406 M)


Pada masanya, Pasai mengalami kemunduran karena beliau diangkat jadi raja ketika masih
muda terutama setelah ditaklukkan oleh Kerajaan Siam dan harus tunduk pula pada Kerajaan
Majapahit. Wilayah kekuasaannya meliputi Kedah, Semenanjung Malaya. Meskipun
demikian, Ia aktif menyebarkan Islam dengan mengirimkan da’i-da’i seperti Maulana Malik
Ibrahim dan Maulana Ishak ke Pulau Jawa dan Sulawesi, Syah Baharuddin ke Sumatra
Barat, Raden Rahmat dan Minak Kumala Bumi (Raja lampung) ke Sumatra Selatan. Pada
tahun 1405 M, utusan Raja Tiongkok pimpinan Cheng Ho mendatangi Pasai yang pada saat
itu rajanya bernama Tsai-Nu-li-a-pi-ting-ki (Zainal Abidin). Ia berjanji bahwa Tiongkok
akan membela Pasai bila ada serangan dari luar asal mau mengakui perlindungan Tiongkok.
Jasa-jasa Sultan Zainal Abidin pada Kerajaan Samudera Pasai:
a) Mengirimkan da’i-da’i untuk pengembangan agama Islam;
b) Menjadikan Pasai sebagai pusat pengembangan Islam bermadzhab Syafi’i;
c) Memperkuat perekonomian melalui perdagangan nasional dan internasional;
d) Memberlakukan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat & bernegara.
2. Kerajaan Malaka (Abad ke-14 – 15 M)
Kerajaan Malaka berpusat di Semenanjung Malaka, didirikan oleh Paramesywara putra Raja
Sam Agi dari Sriwijaya yang menganut agama Hindu. Wilayahnya meliputi Semenanjung Malaka
dan Riau. Ketika Sriwijaya mengalami kemunduran karena perebutan kekuasaan dan adanya
serangan besar-besaran dari Majapahit (1360 M) di bawah pimpinan Patih Gajah Mada (w.1364
M), menurut riwayat lain, pada tahun 1377 M di bawah pimpinan Batara Hayam Wuruk (w.1389
M) ke Palembang, Singapura dan Samudera Pasai, maka Paramesywara bersama pengikutnya
menyingkir ke Tumasik (Singapura) dan melanjutkan perjalanan hingga ke Semenanjung Malaka
dan membangun perkampungan yang diberi nama Malaka. Saat itu Malaka di bawah kekuasaan
Kerajaan Siam. Karena letaknya strategis, Malaka berkembang pesat menjadi pusat perdagangan
dan penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menjadi penghubung antara dunia Barat dengan
Timur. Paramesywara pun mendirikan Kerajaan Malaka.
Kerajaan Malaka merupakan Kerajaan Maritim, sehingga perekonomiannya berasal dari
hasil laut. Pola kehidupan sosial masyarakatnya adalah pola hidup kelautan sehingga struktur
masyarakatnya mayoritas sebagai pedagang dan nelayan. Para pedagang dan nelayan berstatus
sosial lebih tinggi dibanding petani. Hubungan sosial masyarakat diatur undang-undang yang
berlaku bagi pribumi maupun pendatang yang tinggal di Malaka.
Kerajaan Malaka bercorak Islam sebagaimana kerajaan sebelumnya yaitu Samudera Pasai.
Kerajaan Malaka mendapat dukungan dari para pedagang Islam yang berasal dari Timur Tengah,
Persia dan India sehingga Kerajaan Malaka banyak dipengaruhi kebudayaan Islam dari Arab,
Persia dan India. Kerajaan Malaka dibawah pemerintahan Iskandar Syah menetapkan agama Islam
sebagai agama negara karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Bahasa sehari-hari adalah
bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan bahasa pergaulan (lingua franca) yang ditetapkan
sebagai bahasa internasional dalam hubungan perdagangan di Asia Tenggara.
Dalam kesusasteraan, Kerajaan Malaka memiliki hikayat/ kisah budaya masyarakat Malaka
yaitu Hikayat Kepahlawanan Laksamana Hang Tuah yang hidup masa pemerintahan Sultan
Mansyur Syah. Kehidupan/ corak kebudayaan masyarakat Kerajaan Malaka sangat dipengaruhi
oleh budaya Melayu dan Islam karena:
a. Letak kerajaan berada di Semenanjung Malaya, tempat asal rumpun bangsa Melayu;
b. Kerajaan Malaka mendapat dukungan dari para pedagang Islam dari Arab, Persia dan India.
Dengan pengaruh dua budaya ini, Kerajaan Malaka memiliki corak kebudayaan yang egaliter,
terbuka, demokratis dan toleransi terhadap kebudayaan lain.

Penguasa Kerajaan Malaka :


1) Paramesywara/ Paramisora/ Iskandar Syah (1384/ 1396/ 1400 - 1414 M)
Pada masa pemerintahannya, perdagangan didominasi oleh pedagang Islam dari Timur Tenngah
yang hanya mau berdagang dengan pedagang Islam. Atas ajakan dan saran Sidi Abdul Aziz,
seorang ulama dari Jeddah, Paramesywara memutuskan untuk masuk Islam dan mengganti
namanya dengan Iskandar Syah dan merubah nama kerajaan menjadi Kesultanan Malaka. Ia
dikenal sebagai pembangun utama adat istiadat Melayu Islam. Ia berkuasa selama 14 tahun lalu
digantikan putranya bernama Sultan Muhammad Iskandar Syah.

2) Sultan Muhammad Iskandar Syah (1414 – 1424 M)


Ia melanjutkan cita-cita ayahnya memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka. Di antara
jasa-jasanya :
a) Menguasai jalur perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka;
b) Menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan Tiongkok;
c) Menaklukkan Kerajaan Samudra Pasai secara politis dengan menikahi putri raja.
Ia memiliki dua orang putra bernama Raja Kasim dan Raja Ibrahim. Namun, ia digantikan oelh
Sultan Muzaffar Syah melalui kemelut politik.

3) Sultan Muzaffar Syah (1424 – 1458 M)


Pada masa pemerintahannya, ia menggunakan gelar sultan yang merupakan gelar raja-raja
Islam. Di antara jasa-jasanya yaitu:
1) menguasai jalur perdagangan dan pelayaran di selat Malaka;
2) memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Pahang, Indragiri dan Kampar;
3) berhasil menghadapi serangan Kerajaan Siam sehingga memperkokoh kebesaran Kerajaan
Malaka.
Ia berkuasa selama 34 tahun dan digantikan putranya bernama Sultan Mansyur Syah.

4) Sultan Mansyur Syah (1458 – 1477 M)


Ia adalah putra Sultan Muzaffar Syah. Di antara jasa-jasanya adalah:
a) Memperluas wilayah kekuasaannya hingga mampu menguasai Kerajaan Siam.
b) Menjalin hubungan baik dengan kerajaan- kerajaan Islam di sekitarnya termasuk Kerajaan
Samudera Pasai.
Ia berkuasa selama 19 tahun dan digantikan putranya bernama Sultan Alaudin Syah.

5) Sultan Alauddin Syah (1477 – 1488 M)


Ia putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masanya, secara ekonomi, kerajaan Malaka dalam
kondisi stabil namun secara politik mengalami kemunduran karena banyaknya wilayah taklukan
yang melepaskan diri akibat adanya perang dan pemberontakan.
Ia berkuasa selama 11 tahun dan digantikan putranya bernama Sultan Mahmud Syah.

6) Sultan Mahmud Syah (1488 – 1511 M)


Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mengalami kemunduran baik secara politik
maupun ekonomi. Secara politik, wilayah Kerajaan Malaka hanya di Semenanjung Malaka
karena banyak wilayah yang memisahkan diri. Secara ekonomi, peranan Malaka diambil alih
oleh Kerajaan Banten yang memiliki pelabuhan di tepi Selat Sunda. Pada tahun 1511 M,
armada perang bangsa Portugis pimpinan Alfonso De Alburquerque berhasil menaklukkan
Kerajaan Malaka.

3. Kerajaan Aceh Darussalam


Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai mengilhami berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam pada
tahun 1511 M, berlokasi di daerah hulu Pulau Sumatera, ujung pantai Aceh kabupaten Aceh Besar.
Wilayah kekuasaannya dari Pidie sampai Sumatera Timur. Struktur pemerintahan Kerajaan Aceh
Darussalam terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kekuasaan kaum bangsawan dengan pembagian
daerah kehulubalangan yang dikepalai oleh Uleebalang dan alim ulama.
Perekonomian Kerajaan Aceh Darussalam didasarkan pada perdagangan rempah-rempah
dan kegiatan perdagangan ekspor-impor meliputi perdagangan beras, emas, perak, timah, tekstil,
porselen, dan minyak wangi. Pada masa Sultan Iskandar Muda (1608–1637M), Kerajaan Aceh
mencapai puncak kejayaan, dengan wilayah kekuasaannya meliputi pelabuhan pesisir timur dan
barat Sumatera, Aceh, Tanah Gayo dan Minangkabau. Kebudayaan kerajaan Aceh Darussalam
dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Sani, terdapat dua
orang sastrawan terkenal, yaitu Nuruddin ar-Raniri dan Hamzah Fansuri. Kesusastraan Aceh
Darussalam, seperti Bustan as-Salatin dan Hikayat Putrou Gumbok Meuh menunjukkkan besarnya
pengaruh agama Islam dalam sanjak khas Aceh Darussalam.
Masyarakat Kerajaan Aceh Darussalam hidup dengan perpaduan dua dasar aturan
bermasyarakat yang tidak bisa dipisahkan, yaitu adat istiadat tradisional dan ajaran Islam.
Meskipun Ajaran Islam berhasil meresap dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Aceh Darussalam
dan memengaruhi hubungan antar individu dan kelompok, tapi sistem kemasyarakatan yang
terbentuk tetap bersifat feodalistis. Masyarakat Kerajaan Aceh Darussalam memiliki kaum
bangsawan yang memiliki gelar teuku dan kaum ulama yang bergelar tengku. Antar-kelompok ini
selalu terlibat persaingan pengaruh dalam masyarakat. Akibatnya, Kerajaan Aceh Darussalam
makin lemah. Perkembangan bermacam-macam aliran Islam yang masuk ke Kerajaan Aceh
Darussalam juga menimbulkan pertentangan terutama antara aliran Syiah dan Ahlus-Sunnah wal-
Jamaah.
Kaum perempuan dalam masyarakat Aceh Darussalam dihormati dan diperlakukan sederajat
dengan kaum laki-laki aehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pertahanan kerajaan. Dalam
pernikahan, kaum perempuan tetap memiliki hartanya sendiri yang ia bawa sebelum menikah.
Kaum laki-laki harus meminta persetujuan istri untuk bercerai. Para putri raja seperti Sultanah
Tajul Alam tetap mendapat pendidikan ketatanegaraan seperti layaknya putra raja. Sekolah-sekolah
dan angkatan perang untuk perempuan dibentuk dan disempurnakan pada masa pemerintahan
Sultanah Tajul Alam.
Penguasa Kerajaan Aceh Darussalam yaitu:
a. Sultan Ibrahim/ Sultan Ali Mugayat Syah (1511-1528 M)
b. Sultan Salahuddin (1528 – 1537 M)
c. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar (1537-1568 M)
d. Sultan Hasyim
e. Sultan Zainal Abidin
f. Sultan Alaudin Mansyur Syah
g. Sultan Ali Ri’ayat Syah II
h. Sultan Iskandar Muda/ Darma Wangsa Perkasa Alam Syah (1590-1636 M)
i. Sultan Iskandar Sani (1636 - 1641 M)
j. Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675 M)
a. Sultan Ali Mugayat Syah (1511-1528 M)
Sultan Ali Mughayat Syah pendiri sekaligus sebagai raja pertama kerajaan Aceh Darussalam. Di
antara keberhasilannya:
1. Menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di Aceh seperti Peurelak (Aceh Timur), Pedir (Pidie)
Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (Sumatera Utara), ketika itu kerajaan tersebut di bawah
pengaruh Portugis (1521-1524 M).
2. Merebut benteng Portugis di Pasai (1524 M). Dengan jatuhnya Pasai, Portugis mundur ke
Peurelak lalu ke Aru hingga ke Malaka.

b. Sultan Salahuddin (1528 – 1537 M)


Pada masa Sultan Salahuddin, kerajaan mengalami kemunduran karena kurangnya perhatian raja
sehingga ia dikudeta saudaranya yang bernama Sultan Alauddin.

c. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar (1537-1568 M)


Ia dikenal sebagai Peletak dasar Kebesaran Aceh. Di antara jasa-jasanya adalah:
1. Memperbaiki kondisi kerajaan;
2. Memperluas wilayah kekuasaan;
3. Merebut Pelabuhan Malaka dari Portugis meski belum berhasil;
4. Menyebarkan pengaruh Islam dengan mengirim juru dakwah seperti Syarif Hidayatullah/
Sunan Gunung Jati.
Sepeninggal Alauddin, Kerajaan Aceh kembali mengalami kemunduran, karena adanya
pergolakan politik internal dan pemberontakan yang cukup lama.

d. Sultan Iskandar Muda (1590-1636 M)


Masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang bergelar Iskandar Muda Johan Pahlawan
Meukuta Alam/ Darma Wangsa Perkasa Alam Syah, Kerajaan Aceh Darussalam mencapai masa
keemasan. Wilayah kekuasaan makin luas membentang dari pesisir barat Sumatera sampai
Bengkulu dan di pesisir timur Sumatera hingga Siak serta Daerah-daerah di Semenanjung Malaya
seperti Johor, Kedah, Pahang dan Patani (Thailand). Wilayah yang sekarang dikenal sebagai
Malaysia, dahulu adalah bagian wilayah taklukan Kerajaan Aceh Darussalam. Di antara
keberhasilannya:
1. Menguasai jalur perdagangan alternatif;
2. Menjadikan Aceh sebagai produsen rempah-rempah;
3. Melakukan perdagangan ekspor-impor berupa beras, emas, perak, tekstil, porselen dan
minyak wangi;
4. Melakukan ekspansi ke Semenanjung Malaya yang kaya akan barang tambang timah dan
hasil perkebunan lada;
Keberhasilan ini mampu menyaingi monopoli perdagangan Portugis di Kerajaan Malaka di
mana Pelabuhan Aceh hanya berdagang dengan bangsa tertentu dan membina hubungan yang
sangat baik dengan pedagang-pedagang dari Asia. Setelah wafatnya Iskandar Muda yang
kemudian digantikan menantunya, bernama Sultan Iskandar Sani, Kerajaan Aceh Darussalam
mulai mengalami kemunduran.

e. Sultan Iskandar Sani (1636 - 1641 M)


Masa pemerintahan Sultan Iskandar Sani, kerajaan Aceh Darussalam mengalami kemunduran
karena:
1. Lemahnya kontrol pemerintahan pusat;
2. Raja-raja sesudahnya tidak mampu mempertahankan wilayah Aceh yang luas;
3. Iskandar Sani menerapkan kebijakan yang lunak dari pada Iskandar Muda, sehingga banyak
daerah taklukan melepaskan diri seperti Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau dan Siak, yang
menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang otonom;
4. Terjadi perpecahan antar-kelompok dalam masyarakat Aceh, yaitu antara golongan ulama
(tengku) dengan golongan bangsawan (teuku) karena golongan bangsawan lebih dekat
dengan penjajahan kolonial Belanda.

f. Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675 M)


Pemerintahan Aceh Darussalam akhirnya dilanjutkan oleh putri Sultan Iskandar Muda, bernama
Putri Sri Alam Permaisuri yang bergelar Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah. Sultanah adalah
gelar untuk ratu Kerajaan Aceh Darussalam. Selama 59 tahun berikutnya, Kerajaan Aceh
Darussalam diperintah oleh para ratu.
B. Kerajaan Islam di Jawa
1. Kerajaan Demak, Pajang dan Mataram Islam
Kerajaan Demak didirikan oleh seorang adipati bernama Raden Patah yang bergelar
Senopati Jimbun Ngabdurrahman Sayidin Panatagama. Latar belakang berdirinya Kerajaan Demak
adalah melemahnya Kerajaan Majapahit atas pesisir utara Jawa seperti Tuban dan Cirebon yang
mendapat pengaruh Islam. Wilayahnya meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan
beberapa daerah di Kalimantan.
Perekonomian Kerajaan Demak didasarkan pada hasil pertanian berupa bahan pangan
pokok. Perekonomiannya berkembang pesat setelah Kerajaan Demak berhasil menguasai pelabuhan
di pantai utara Jawa seperti Jepara, Tuban, Sedayu dan Gresik serta membuat jalur perdagangan
melalui Pelabuhan Malaka-Demak-Makasar. Ketika Malaka dikuasai Portugis, Demak menjadi sepi,
karena pelayaran harus menyusuri pantai barat Sumatra. Maka padaTahun 1513 M, Demak
berusaha merebut Malaka, di bawah pimpinan Pati Unus sehingga bergelar Pangeran Sabrang Lor,
tapi belum berhasil. Pengaruh agama Islam tersebar di Kerajaan Demak berkat bantuan para wali
yang aktif berdakwah di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi hingga Maluku. Salah satu
peninggalan Demak adalah Masjid Demak yang salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan
kayu yang disebut Soko Tatal. Tradisi Demak yang masih berkembang sampai saat ini khususnya di
Yogyakarta dan Cirebon adalah Sekaten yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga dengan tujuan
menarik masyarakat untuk masuk Islam.
Untuk menghadapi Portugis, pasukan Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah
pimpinan Pati Unus (putra Raden Patah) sehingga ia bergelar Pangeran Sabrang Lor artinya
pangeran yang pernah menyeberangi lautan di sebelah Utara Kerajaan Demak. Setelah Raden Patah
meninggal ia digantikan Pati Unus dan Pati Unus digantikan Sultan Trenggono. Setelah Trenggono
meninggal, terjadilah pertikaian antara Prawoto (putra Trenggono) dengan Pangeran Seda ing Lepen
(adik Trenggono). Prawoto berhasil membunuh Pangeran Seda ing Lepen. Arya Panangsang (putra
Pangeran Seda ing Lepen/ bupati Jipang) berhasil membunuh Prawoto dan adiknya, Pangeran
Hadiri. Akhirnya Arya panangsang menjadi Sultan Demak ke-4. Dalam masa pemerintahannya,
penuh dengan kekacauan, hingga akhirnya Joko Tingkir/ Sultan Hadiwijaya (menantu Trenggono)
berhasil membunuh Arya Panangsang, karena dukungan dari tetua Kerajaan Demak yaitu Ki Gede
Pamanahan dan Ki Penjawi. Kerajaan Demak berpindah tangan kepada Sultan Hadiwijaya dan ia
memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Sebagai tanda terima kasih, Sultan Hadiwijaya
memberikan Mataram sebagai daerah Perdikan (otonom) kepada Ki Gede Pamanahan. Kemudian
Ki Gede Pamanahan menjadi penguasa Mataram dan disebut Ki Ageng Mataram. Pada masa
pemerintahannya, Sultan Hadiwijaya, memperluas bekas wilayah Kerajaan Demak dengan
menguasai Blora, Kediri dan Madiun. Ia wafat tahun 1587 M.
Selanjutnya, Sultan Hadiwijaya tidak digantikan putranya (Pangeran Benowo), karena ia
disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra Prawoto). Pangeran Benowo diangkat sebagai penguasa
Jipang. Pangeran Benowo kurang puas dengan keputusan ini, akhirnya ia minta bantuan Sutawijaya
(putra Ki Ageng Mataram) untuk merebut takhta Kerajaan Pajang dan berhasil merebutnya pada
tahun 1588 M. sebagai tanda terima kasihnya, ia menyerahkan hak kuasanya secara simbolis dengan
menyerahkan pusaka Pajang pada Sutawijaya, sehingga Pajang menjadi bagian kerajaan Mataram.
Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram dan berakhirlah kekuasaan Pajang.
Kerajaan Mataram Islam banyak memberikan kontribusi terhadap proses kemerdekaan NKRI dan
masih eksis di daerah Istimewa Yogyakarta di bawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono.

Penguasa Kerajaan Demak:


a. Raden Patah (1500 – 1518 M)
b. Pati Unus (1518-1522 M)
c. Sultan Trenggono/ Sultan Ahmad Abdul Arifin (1522-1546 M)
Sultan Trenggono adalah adik Pati Unus. Ia dilantik oleh Sunan Gunung Jati. Pada masanya,
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan.
d. Arya Panangsang
e. Joko Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya/ Mas Karebet

Penguasa Kerajaan Pajang:


a. Joko Tingkir/ Sultan Hadiwijaya pendiri sekaligus raja pertamanya (1587 M)
b. Arya Pangiri
c. Pangeran Benowo

Penguasa Kerajaan Mataram Islam:


a. Sutawijaya (1575–1601 M)
Bergelar Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama (panglima perang dan pembela agama).
b. Mas Jolang/ Panembahan Sedo Krapyak (1601 – 1613 M).
Usahanya: menyatukan Kerajaan Mataram.
c. Sultan Agung Hanyokrokusumo/ Raden Rangsang (1613 – 1646 M)
Pada masanya, Mataram mencapai puncak kejayaan. Usahanya: menyatukan Pulau Jawa. Pada
tahun 1628–1629 M, ia berusaha menguasai Batavia dengan mengirim pasukan pimpinan
Baureksa dan dibantu Adipati Ukur dan Suro Agul-Agul, namun usaha ini gagal. Sultan Agung
wafat (1645M) dan dimakamkan di Imogiri.
d. Amangkurat I (1646 – 1677 M)
Pada masanya, Kerajaan Mataram bekerjasama dengan Belanda dan mengizinkan Belanda
untuk membangun benteng di Kerajaan Mataram. Pendirian benteng dan tindakan sewenang-
wenang Belanda menyulutkan rasa tidak puas kalangan Kerajaan Mataram. Pangeran
Trunojoyo/ Pangeran Alit dari Madura dan dibantu para bupati pesisir pantai melakukan
pemberontakan terhadap Belanda. Amangkurat I menderita luka-luka dan dilarikan ke
Tegalwangi hingga meninggal di sana (1677 M).
e. Amangkurat II (1677 – 1703 M)
Pada masa pemerintahannya, sebagian besar wilayah Kerajaan Mataram dikuasai Belanda. Ia
menyingkir ke Wonokerto dan mendirikan ibu kota Kerajaan Mataram baru bernama Kartasura.
Sepeninggal Amangkurat II (1703 M), berdasarkan Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram
terbagi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta/ Ngayogyakarta dan Kasuhunan Surakarta. Tahun
1757 M, berdasarkan Perjanjian Salatiga, Kerajaan mataram terbagi tiga yaitu Kesultanan
Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Mangkunegaran. Pada tahun 1813 M, Kesultanan
Yogyakarta terbagi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kerajaan Pakualaman. Sehingga
Kerajaan Mataram terbagi 4, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Kerajaan
Mangkunegaran dan Kerajaan Pakualaman.
f. Raja Mangkubumi bergelar Hamengkubuwono I (raja Kesultanan Yogyakarta)
g. Susuhunan Pakubuwono III (raja Kasuhunan Surakarta)
h. Mas Said bergelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran
i. Paku Alam, asalnya seorang Adipati Kesultanan Yogyakarta.

2. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon didirikan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) abad ke 15-16
M, terletak di pantai utara pulau Jawa, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Cirebon menjadi
jembatan antara dua Kebudayaan Jawa dan Sunda sehingga tercipta Kebudayaan Cirebon yang tidak
didominasi oleh Kebudayaan Sunda maupun Jawa. Awalnya, Cirebon merupakan daerah di bawah
kekuasaan Pakuan Pajajaran. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam di Jawa
Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali/ Galuh, Sunda Kelapa dan Banten.

Awal mula nama Cirebon adalah Caruban (campuran), karena bercampurnya para pendatang
dari berbagai suku, bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan mata pencaharian. Cirebon didirikan
oleh Ki Gedeng Tapa, seorang saudagar di Pelabuhan Muarajati, pada tahun 1445 M. Kepala desa
pertamanya bernama Ki Gedeng Alang-alang dan wakilnya bernama Walangsungsang (Cakrabumi),
putra Prabu Siliwangi dan Nyi Mas Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa). Setelah Ki Gedeng
Alang-alang meninggal, Walangsungsang menjadi kepala desa dan bergelar Pangeran Cakrabuana.
Ia mendirikan istana Pakungwati. Setelah menunaikan ibadah haji, ia disebut Haji Abdullah Iman
dan tampil sebagai raja Cirebon yang memerintah di istana Pakungwati dan aktif menyebarkan
Islam. Pada tahun 1479 M, Cakrabuana digantikan keponakannya bernama Syarif Hidayatullah/
Sunan Gunung jati (1448 – 1568 M).

Mayoritas mata pencahariannya adalah nelayan yang menangkap ikan dan rebon (udang
kecil) juga membuat terasi, petis dan garam. Cirebon tumbuh menjadi cikal bakal pusat penyebaran
Islam di Jawa Barat. Dengan bantuan Fatahillah, Kesultanan Cirebon dapat meluaskan
kekuasaannya meliputi Jayakarta dan Pajajaran. Berbagai kemenangan yang diraih Fatahillah,
membuat Sunan Gunung Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu.
Fatahillah adalah utusan Sultan Trenggono untuk menaklukkan Banten yang singgah di Cirebon
untuk menemui Sunan Gunung Jati dan bersama pasukan Cirebon, Fatahillah dapat menaklukkan
Banten dan Pajajaran pada tahun 1524/1525 M.

Ketika Sunan Gunung Jati menua, Cirebon diserahkan kepada putranya, Pangeran
Muhammad Arifin/ Panembahan Ratu I. Sepeninggal Panembahan Ratu I, Cirebon diserahkan
kepada Maulana Hasanuddin/ Panembahan Ratu II/ Panembahan Girilaya. Panembahan Girilaya
adalah menantu Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pangeran Girilaya memiliki tiga orang putra
bernama Martawijaya, Kartawijaya dan Wangsakerta. Pada abad ke-17, terjadi perselisihan
sehingga Kesultanan Cirebon terbagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Perubahan gelar
Panembahan menjadi Sultan kepada dua putra tertua Girilaya dilakukan di Banten oleh Sultan
Ageng Tirtayasa. Sebagai Sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan, rakyat dan kraton
masing-masing. Sedangkan sebagai Panembahan tidak mempunyai wilayah kekuasaan, kraton
sendiri akan tetapi beerdiri sebagai keprabonan (paguron) yaitu tempat belajar ilmuwan keraton.

Setelah masa Sultan Anom IV (1798–1803 M), Kesultanan Cirebon bertambah satu yaitu
Kesultanan Kacirebonan karena salah seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, ingin
memisahkan diri karena ada dukungan Belanda (1807 M). Tahta Sultan kanoman V jatuh pada
Putra Sultan Anom IV bernama Sultan Abu Soleh Imamuddin (1803–1811 M). Belanda semakin
turut campur dalam mengatur Cirebon. Puncaknya terjadi pada tahun 1906-1926 M, Kesultanan
Cirebon secara resmi dihapus dengan pengesahan berdirinya Kota Cirebon.

Penguasa Kesultanan Cirebon


a. Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung jati (1479–1568 M)
b. Fatahillah (1568– 570 M), hanya mengisi kekosongan penguasa.
c. Pangeran Muhammad Arifin/ Pangeran Pasarean/ Pangeran Emas/ Panembahan Ratu I (1570 -
649 M)
d. Sultan Maulana Hasanuddin/ Pangeran Sebakingking/ Pangeran Karim/ Panembahan Ratu II/
Panembahan Girilaya (1649–1677 M)
e. Pangeran Martawijaya/ Sultan Kasepuhan/ Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad
Syamsuddin (1677-1703 M)
f. Pangeran Kartawijaya/ Sultan kanoman/ Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badruddin
(1677–1723 M)
g. Pangeran Wangsakerta/ Panembahan Cirebon/ Sultan Kraton Cirebon/ Pangeran Abdul Kamil
Muhammad Nasaruddin/ Panembahan Tohpati (1677 – 1713 M).

3. Kesultanan Banten
Kesultanan Banten berdiri sejak lepas dari Kerajaan Demak masa pemerintahan Sultan
Hadiwijaya. Raja pertamanya Sultan Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah/ Sunan Gunung Jati
(1552 – 1570 M). Wilayah kekuasaannya meliputi wilayah sebelah barat pantai Jawa sampai ke
Lampung. Wilayah ini merupakan tetangga dari Kerajaan pajajaran bernama Wahanten Girang.
Awalnya, Syarif Hidayatullah datang ke Banten (1526 M) untuk menaklukkan Banten, Pajajaran
dan Pelabuhan Sunda Kelapa dan menjadikan Banten sebagai basis penyerangan. Penyerangan ini
dilakukan, karena Pajajaran menolak untuk penyebaran agama Islam dan mengakui bahwa
Kerajaan Pajajaran merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Demak.
Perekonomian masyarakat Kerajaan Banten didasarkan pada perdagangan, pertanian dan
perkebunan terutama budi daya lada. Kerajaan Banten menjadikan Pelabuhan Banten sebagai
pelabuhan alternatif setelah Pelabuhan Malaka dikuasai Portugis. Ramainya Pelabuhan Banten dan
Sunda Kelapa menyebabkan lahirnya perkampungan etnis dan profesi yang berkembang bebas
meskipun Banten menerapkan hukum adat berdasarkan ajaran Islam. Penduduk Kerajaan pajajaran
yang tidak mau masuk Islam, mengasingkan diri ke pedalaman Jawa Barat yang disebut Suku Baduy
dan menganut system kepercayaan Pasundan Kawitan/ Sunda Wiwitan artinya pasundan yang
pertama yaitu perpaduan agama Hindu dengan kepercayaan tradisional suku Sunda.Peninggalan
budaya Kerajaan Banten tidak banyak ditemukan, namun pengaruh Islam dalam seni bangunan
Banten dapat dilihat pada bangunan Masjid Agung Banten dan kompleks Makam Raja-Raja Banten
di Kenari.

Peran Maulana Hasanuddin di antaranya: menyebarkan agama Islam; meningkatkan


hubungan perdagangan dengan menguasai Lampung dan Selat Sunda; menjalin persahabatan
dengan Kerajaan Indrapura di Sumatra; menjalin hubungan diplomatik melalui pernikahan politik
antara Hasanuddin dengan putri raja Indrapura. Sepeninggal Maulana Hasanuddin, ia digantikan
oleh putranya bernama Maulana Yusuf (1570–1580 M). Peran Maulana Yusuf di antaranya:
menaklukkan Pajajaran dan ibu kotanya, Pakuan (1579 M) dan menerpakan kebijakan tidak
mencabut gelar para pembesar negeri taklukan yang mau memeluk agama Islam.
Sepeninggal Maulana Yusuf, ia digantikan oleh puteranya yang berusia 9 tahun, bernama
Maulana Muhammad (1580–1596 M). Untuk menjalankan pemerintahannya, dibentuklah badan
perwalian yang terdiri dari Kali (jaksa agung) dan empat Menteri sampai Maulana Muhammad
dianggap dewasa dan mampu mengendalikan pemerintahan. Pada tahun 1596 M, Maulana
Muhammad meninggal dunia ketika memimpin pasukan menyerbu Palembang.

Lalu ia digantikan Abu Mufakhir (1596–1651 M) yang berusia 5 tahun, dan roda
pemerintahan dipegang oleh badan perwalian, dengan ketuanya Jayanegara dan pengasuh pangeran,
Nyai Emban Rangkung. Saat itu, pedagang Belanda yang dipimpin oleh Cornelius De Houtman
datang ke Kerajaan Banten. Abu Mufakhir resmi berkuasa pada tahun 1606 M. pada tahun 1638 M,
ia mendapat gelar Sultan dari Khalifah Makkah dan tahun 1651 M ia wafat dan digantikan putranya,
bernama Sultan Abu Ma’ali Ahmad Rahmatullah.
Sultan Abu Ma’ali Ahmad Rahmatullah tidak lama berkuasa. Ia digantikan oleh Sultan
Ageng Tirtayasa yang mengalami masa keemasan. Peran Sultan Ageng Tirtayasa diantaranya: gigih
melawan penjajah dan mengusir VOC (armada dagang Belanda) dari Batavia meski belum berhasil.
Akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa ditandai dengan munculnya persengketaan dengan
putranya Sultan Haji/ Abdul Qahar yang bersekongkol dengan VOC Belanda. Pada tahun 1683 M,
Belanda menangkap dan memenjarakan Sultan Ageng Tirtayasa di Batavia hingga wafat (1692 M),
akhirnya Kerajaan Banten menjadi kerajaan boneka Belanda.
Penguasa Kerajaan Banten :
a. Sunan Gunung Jati, Pendiri Kerajaan Banten
b. Sultan Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, Raja I (1552 – 1570 M)
c. Maulana Yusuf (1570 – 1580 M)
d. Maulana Muhammad bergelar kanjeng Ratu Banten (1580 – 1596 M)
e. Abu Mufakhir (diangkat 1596/ berkuasa resmi1606 – 1651 M)
f. Sultan Abu Ma’ali Ahmad Rahmatullah (1651M)
g. Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1682 M) mencapai masa keemasan Kerajaan Banten.
h. Sultan Haji (1683–1687 M), mengkhianati ayahnya dan bersekongkol dengan VOC.

C. Kerajaan Islam di Kalimantan


Meskipun tidak banyak literatur yang menjelaskan sejarah keberadaan kerajaan Islam di Kalimantan,
namun ada titik terang tentang keberadaan Kerajaan Daha (Banjar). Pada awal abad ke-16 M, Islam
masuk ke Kalimantan Selatan yaitu di Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Berkat bantuan Sultan
Demak, Trenggono (1521 -1546 M), Raja Daha dan rakyatnya masuk Islam sehingga berdirilah
kerajaan Islam Banjar dengan rajanya bernama Pangeran Samudera yang bergelar Pangeran
Suryanullah/ Suriansyah. Setelah naik takhta, daerah-daerah di sekitarnya mengakui kekuasaanya
seperti Batangla, Sukaciana dan Sambangan. Di Kalimantan Timur, Tunggang parangan
mengislamkan Raja Mahkota sehingga terjadilah islamisasi di Kutai dan sekitarnya.

D. Kerajaan Gowa-Tallo
Pada abad ke-16 M, di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan, yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan
itu Bersatu dengan nama Kerajaan Goa-Tallo dan dikenal dengan Kerajaan Makassar. Makassar adalah
ibu kota Kerajaan Gowa yang juga disebut Ujungpandang. Sebelum abad ke-16 M, raja-raja Makassar
belum memeluk Islam. Baru setelah datangnya Dato’ Ri Bandang, Mubaligh dari Sumatra, Makassar
berkembang menjadi Kerajaan Islam. Raja Goa, bernama Daeng Manrabia yang bergelar Sultan
Alauddin dan sebagai mangkubumi (Perdana Menteri)nya adalah Raja Tallo, bernama Daeng Matoaya
bergelar Sultan Abdullah yang pada masanya mencapai kejayaan. Gowa dikenal sebagai Serambi
Madinah karena Kerajaan ini menerapkan Syariat Islam.

Perekonomian Kerajaan Makassar didasarkan pada perdagangan dan hasil laut, karena letaknya yang
strategis di perairan timur Indonesia, di semenanjung barat daya Sulawesi, sehingga Kerajaan Makassar
menjadi kerajaan maritim. Para pelaut Makassar mengembangkan perahu layar jenis Pinisi, Lambo dan
Padelawang yang mampu berlayar sampai ke India dan China. Selain itu, Makassar dikenal sebagai
penghasil rempah-rempah karena letaknya berdekatan dengan Maluku, pusat penghasil rempah-rempah.
Kerajaan Makassar menjadi pelabuhan penyalur dan Gudang penyimpanan sehingga Makassar berniat
mengusir Belanda dari Maluku, awal abad ke-17 M.

Seperti kerajaan Islam lainnya, Kerajaan Makassar juga mengadopsi hukum dan ajaran Islam dalam
kehidupan bermasyarakat serta menjalin kerjasama antar-kerajaan Islam seperti Demak dan Malaka.
Demi mengatur perdagangan di wilayahnya, Makassar memiliki hukum perdagangan yang disebut Ade
Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e yang bertujuan menata aktivitas perdagangan di wilayah kekuasaan
Kerajaan Makassar..Teknologi perkapalan Makassar menunjukkan salah satu kehidupan budaya
Makassar yang cukup tinggi.

Sultan Alauddin adalah Raja Makassar pertama yang memeluk Islam. Di bawah kepemimpinannya,
Makassar menjadi kerajaan maritim. Setelah Alauddin wafat, ia digantikan Muhammad Said, namun
catatan sejarah tentangnya tidak banyak ditemukan. Kemudian, ia digantikan oleh Sultan Hasanuddin
(1653–1669 M). Pada masa Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaan melalui
kemajuan perdagangan dan ekspansi wilayah. Kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan-kerajaan
kecil di Sulawesi Selatan seperti: Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone.

Hasanuddin berniat menjadikan Makassar sebagai penguasa tunggal di jalur perdagangan Indonesia
bagian timur dengan menghadapi kekuatan armada VOC Belanda sebelum menguasai Maluku karena
Maluku sudah dikuasai Belanda. Hasanuddin dijuluki Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya
menentang Belanda. Belanda berusaha keras menghentikan serangan Hasanuddin. Karena itu, ia
bersekutu dengan Raja Bone, yaitu Aru Palaka (Tuan Palaka). Aru Palaka bersedia membantu dengan
syarat Kerajaan Bone diberikan kemerdekaan. Dengan bantuan Bone, Belanda berhasil menekan
Makassar untuk menyetujui Perjanjian Bongaya yang berisi:
1. VOC mendapat hak monopoli dagang di Makassar;
2. Belanda dapat mendirikan benteng Rotterdam di Makassar;
3. Makassar harus melepas daerah yang dikuasainya seperti Bone dan Soppeng serta mengakui Aru
Palaka sebagai Raja Bone.

Setelah Hasanuddin turun takhta (1669 M), putranya yang bernama Mapasomba meneruskan
perjuangan melawan Belanda. Meskipun akhirnya Pasukan Kerajaan Makassar dapat dipukul mundur
oleh Belanda sehingga Makassar dan jalur perdagangannya dikuasai oleh Belanda.

Penguasa Kerajaan Gowa-Tallo:


a. Karaeng Ma’toaya Tumamenangari Agamanna/ Sultan Alauddin (1591 – 1638 M)
b. Sultan Muhammad Said (1639 – 1653 M)
c. Sultan Hasanuddin/ Ayam Jantan dari Timur/ puncak kejayaan (1653 - 1669 M)
d. Mapasomba/ putra Hasanuddin

E. Kesultanan Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Maluku Utara, sebelah barat Pulau Halmahera yang berpusat
di Ternate dan Tidore. Berdiri kira-kira abad ke-13M. Wilayah kekuasaannya meliputi Kepulauan
Maluku dan sebagian Papua. Tanah Maluku yang kaya rempah-rempah menjadikannya terkenal di dunia
internasional dengan sebutan Spice Island. Kesultanan Ternate (Kerajaan Gapi) adalah salah satu
kerajaan tertua di Maluku yang berpusat di Ternate. Didirikan oleh Momole Ciko bergelar Baab Mashur
Malamo (1257 - 1272 M), pemimpin sampalu yang diangkat jadi Kolano/ raja pertama. wilayahnya
meliputi Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Timur, Sulawesi Tengah, bagian selatan Kepulauan Filipina
hingga kepulauan Marshall di Pasifik. Awalnya, penduduk Ternate adalah eksodus dari Halmahera.
Selain Ternate, di Maluku terdapat lima kerajaan lain yang bersaing memperebutkan hegemoni di
Maluku, yaitu Tidore, Bacan, Jailolo, Obi dan Lolada.

Perekonomian kerajaan Ternate dan Tidore, didasarkan pada perkebunan dan perdagangan rempah-
rempah. Abad ke-12 M, dengan meningkatnya permintaan rempah-rempah dari Eropa, maka dibukalah
perkebunan di daerah pulau Buru, Seram dan Ambon yang menghasilkan cengkeh dan pala. Para
pedagang dari Jawa Timur datang dengan membawa beras, garam dan kacang-kacangan untuk ditukar
dengan rempah-rempah. Karena kekayaan rempah-rempah ini, setiap kerajaan di Maluku ingin menjadi
penguasa tunggal dalam perdagangan. Demi mempersatukan kerajaan-kerajaan tersebut, Raja Ternate,
Kolano Sida Arif Malamo (1322 – 1331 M) mengundang raja-raja Maluku untuk membentuk
persekutuan yang dikenal dengan Persekutuan Moti/ Moti Verbond. sehingga terjadilah persekutuan
daerah antar-kerajaan seperti Uli Lima (Persekutuan Lima), yaitu persekutuan lima saudara yang
dipimpin Ternate meliputi Obi, Bacan, Seram dan Ambon serta Uli Siwa (Persekutuan Sembilan), yaitu
persekutuan antar sembilan bersaudara yang wilayahnya meliputi Tidore, makyan, Jailolo, Halmahera
dan pulau-pulau di daerah itu sampai Papua.

Kehidupan masyarakat Maluku dipengaruhi oleh kedatangan para pedagang asing dari Portugis dan
Belanda. Sebelumnya, masyarakat Maluku sudah mengenal budaya dan agama Islam. Pengaruh Islam
sangat terasa di pusat penyebarannya di Maluku Utara (Ternate dan Tidore). Perkembangan politik anti
imperialisme Sultan Babullah menyebabkan pengaruh budaya Portugis dan Belanda lebih terpusat di
luar Ternate dan Tidore, yaitu di Kepulauan Maluku bagian selatan seperti Ambon menjadi pusat
penyebaran Agama Katolik dan Protestan yang dibawa bangsa Portugis dan Belanda.
Kolano Marhum (1465–1486 M) raja Ternate ke-18, merupakan raja pertama yang memeluk Islam.
Ia digantikan putranya yang bernama Zainal Abidin (1486–1500 M). perannya: mengganti gelar Kolano
menjadi Sultan, menjadikan ulama figur penting dalam kerajaan dan mendirikan madrasah pertama di
Ternate. Ia berguru ke Sunan Giri di Pulau Jawa. Ia dikenal sebagai Sultan Bualawa (Sultan Cengkih).
Pada masa Sultan Bayanullah (1500–1521 M), Ternate semakin berkembang. Perannya mewajibkan
rakyatnya berpakaian islami dan memperkuat pasukan Ternate dengan mengembangkan teknik
pembuatan perahu dan senjata yang diperolehnya dari orang Arab dan Turki. Pada masa
pemerintahannya, para pedagang Eropa mulai berdatangan ke Maluku. Loedwijk de Bartomo/ Ludovico
Verthama adalah orang Eropa pertama yang datang ke Maluku tahun 1506 M. Pada tahun 1512 M,
Portugis datang ke Ternate di bawah pimpinan Fransisco Serrao dan pada tahun 1521 M, Spanyol
datang ke Tidore . Pada tahun 1522 M, atas persetujuan sultan, Portugis mendirikan Benteng Sao Paolo.
Menurut Portugis, benteng itu berguna untuk melindungi Kerajaan Ternate dari serangan Kerajaan
Tidore. Pernyatan ini hanya taktik Portugis agar dapat bertahan untuk berdagang & menguasai Ternate.
Pembangunan Benteng sao Paolo ditentang oleh Sultan Khairun (1559 – 1570 M) karena dianggap
menunjukkan adanya niat buruk Portugis atas Ternate juga Sultan Khairun tidak ingin perekonomian
dan pemerintahannya dikendalikan oleh bangsa lain. Pada tahun 1570 M, Sultan Khairun bersedia
berunding dengan Portugis di Benteng Sao Paolo namun perundingan ini, dimanfaatkan Portugis untuk
menahannya bahkan membunuhnya. Kematian Sultan Khairun, menyebabkan kebencian rakyat Maluku
kepada Portugis. Naiklah Sultan Babullah menjadi Raja Ternate berikutnya dan memimpin perang
melawan Portugis. Pada tahun 1575 M, ia berhasil memukul mundur Portugis dan meninggalkan
Bentengnya di Ternate. Portugis bergerak ke selatan menaklukkan Timor pada tahun 1578 M. sejak itu,
Portugis menguasai Timor sampai tahun 1976 M. sultan Babullah akhirnya meluaskan kekuasaannya
hingga ke Maluku, Sulawesi, Papua, Mindanao dan Bima. Keberhasilannya membuat Sultan Babullah
dijuluki Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau.
Penguasa Kesultanan Ternate dan Tidore
1. Kolano Marhum (1465 – 1486 M)
2. Sultan Zainal Abidin/ Sultan Bualawa (1486 – 1500 M)
3. Sultan Bayanullah (1500 – 1521 M)
4. Permaisuri Nukila
5. Pangeran Tarruwese, bersekongkol dengan Portugis
6. Pangeran Hidayat/ Sultan Dayalu
7. Pangeran Abu Hayat/ Sultan Abu Hayat II
8. Sultan Khairun (1534 – 1570 M)
9. Sultan Babullah/ Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau (1570–1583 M), mencapai puncak kejayaan

F. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Islam masuk ke Nusa Tenggara pada abad XVI M dibawa oleh Sunan Prapen (1605 M), putra Sunan
Giri. Berpusat di Lombok kemudian menyebar ke Pejanggik, Parwa, Sokong, Bayan hingga seluruh
Lombok memeluk Islam. Dari Lombok Sunan Prapen berdakwah hingga Sumbawa. Di Lombok berdiri
kerajaan Selaparang dengan rajanya bernama Prabu Rangkeswari yang menjalin kerjasama dengan
kerajaan Demak juga dengan para pedagang muslim. Pada masanya, Selaparang mencapai kejayaan.
Ketika VOC berusaha menguasai perdagangan, Kesultanan Gowa berusaha menutup jalur
perdagangan ke Lombok dan Sumbawa. Banyak kerajaan di Sumbawa masuk dalam kesultanan Gowa
seperti Bima (1633M) dan Selaparang (1640M). Kesultanan Bima merupakan kerajaan Islam yang
menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya bernama Ruma Ma Bata Wadu bergelar Sultan Bima I/ Sultan
Abdul Khair (1611 – 1640 M).
Literatur sejarah Kesultanan Bima abad ke-20 M, terdapat pada gambaran Syair Kerajaan Bima yang
mengisahkan peristiwa yang terjadi di Kesultanan Bima kurun waktu 1815-1829 M. Ada empat
kejadian yang diceritakan pada syair tersebut, yaitu wafatnya sultan, pengangkatan penggantinya,
serangan perompak dan meletusnya Gunung Tambora. Pengarangnya ialah Lukman,seorang khatib,
kerabat Sultan Bima tahun 1830M.
G. Peranan Kerajaan terhadap Perkembangan Islam di Indonesia:
1. Ketika Islam dianut raja, pejabat istana/ bangsawan, maka diikuti oleh keluarga& lapisan masyarakat
2. Ketika agama Islam jadi agama resmi kerajaan, maka terjadi perubahan sendi-sendi kerajaan dari
aspek sosial, politik dan budaya;
3. Terciptanya tatanan kehidupan yang baru sesuai dengan ajaran Islam yang lebih adil tanpa
membedakan latar belakang budaya, suku dan keturunan.
4. Dengan adanya kerajaan Islam, maka ada kesamaan budaya sehingga memudahkan transaksi dengan
pedagang dari Timur Tengah;
5. Kerajaan Islam mengubah budaya upeti yang digunakan di zaman kerajaan sebelumnya;
6. Kerajaan Islam memiliki kewajiban menciptakan keamanan dan kedamaian rakyatnya.
7. Kegiatan politik dan ekonomi kerajaan jadi sarana dakwah;
8. Dakwah Islam menjadi spirit dalam mengusir penjajah di Indonesia.
LKPD 2 (Lembar Kerja Peserta Didik)

A. PENILAIAN
1. Penilaian Sikap (Observasi/ Pengamatan)
Sikap yang dinilai: Jujur, Disiplin, Gigih, Tanggung Jawab

2. Penilaian Pengetahuan (Tes Tertulis/ Lisan)


Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1) Manakah pernyataan berikut ini yang paling tepat berkaitan dengan kerajaan Samudera Pasai?
a. Didirikan oleh Meurah Khair/ Maharaja Mahmud Syah pada abad XIII
b. Kerajaan Samudera Pasai mampu menyaingi kebesaran Kerajaan Majapahit
c. Terletak di muara Sungai Pasangan Pesisir Timur Laut Aceh Lhokseumawe Aceh Utara
d. Memberlakukan hukum Adat dan hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat & bernegara
e. Penguasa Kerajan Samudera Pasai dipegang oleh dua dinasti, yaitu dinasti pertama Meurah Silu
dan dinasti kedua Meurah Khair

2) Karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka sebagai jalur penghubung
antar berbagai Negara yang ramai dikunjungi para pedagang, maka perekonomiannya didasarkan
pada …
a. Hasil pertanian
b. Perdagangan dan hasil laut
c. Perdagangan rempah-rempah
d. Perdagangan, pertanian dan perkebunan
e. Perdagangan nasional dan internasional

3) Penguasa Kerajaan Samudera Pasai terdiri dari dua dinasti, yaitu …


a. Gowa dan Tallo
b. Ternate dan Tidore
c. Meurah Silu dan Meurah Noe
d. Meurah Noe dan Meurah Khair
e. Meurah Khair dan Meurah Silu

4) Dari nama-nama raja Samudera Pasai berikut ini, manakah nama raja yang bukan dari Dinasti
Meurah Khair?
a. Maharaja Mahmud Syah
b. Maharaja Mansyur Syah
c. Maharaja Giyasuddin Syah
d. Sultan al-Malik as-Saleh
e. Tengku Samudra/ Sultan Nazimuddin al-kamil

5) Siapakah nama raja pertama kerajaan Samudera Pasai dari Dinasti Meurah Silu?
a. Sultan al-Malik as-Saleh
b. Sultan Muhammad Malik Zhahir
c. Sultan Ahmad/ Malik Zahir II
d. Sultan Zainal Abidin
e. Sultan Nazimuddin al-Kamil

6) Raja terakhir Samudera Pasai dari Dinasti Meurah Khair yang merupakan seorang Laksamana dari
Mesir yang ditugaskan untuk menaklukkan Gujarat ialah …
a. Meurah Khair/ Maharaja Mahmud Syah
b. Maharaja Mansyur Syah
c. Maharaja Giyasuddin Syah
d. Meurah Noe/ Maharaja Nuruddin Syah
e. Meurah Silu/ Sultan al-Malik as-Shaleh
7) Kerajaan Samudera Pasai mengalami puncak kejayaan pada abad ke-14 M, yaitu pada masa
pemerintahan …
a. Maharaja Mahmud Syah
b. Sultan Malik as-Saleh
c. Sultan Muhammad Malik Zhahir
d. Sultan Ahmad Malik Zahir II
e. Sultan Zainal Abidin

8) Masa Sultan Zainal Abidin, Samudera Pasai mengalami kemunduran terutama setelah ditaklukkan
Portugis selama tiga tahun, lalu dianeksasi oleh raja Aceh yang bernama …
a. Sultan Ali Mughayat Syah
b. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah
c. Sultan Iskandar Muda
d. Sultan Iskandar Tsani
e. Sultanah Tajul Alam Syafiatuddin Syah

9) Berikut ini yang bukan menunjukkan peninggalan Kerajaan Samudera Pasai adalah ...
a. Beberapa makam bertuliskan Arab
b. Buku-buku sya’ir tentang ajaran Islam
c. Hikayat kepahlawanan Laksamana Hang Tuah
d. Lembaga-lembaga Islam seperti masjid dan mushalla
e. Hikayat raja-raja dan para pahlawan yang mengembangkan Islam

10) Pendiri Kerajaan Islam Malaka sekaligus sebagai raja pertamanya bernama …
a. Meurah Khair/ Maharaja Mahmud Syah
b. Meurah Silu/ Sultan al-Malik as-Saleh
c. Paramesywara/ Sultan Iskandar Syah
d. Sultan Ibrahim/ Sultan Ali Mughayat Syah
e. Raden Patah/ Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panatagama

11) Manakah Pernyataan berikut ini yang tidak berkaitan dengan Kerajaan Islam Malaka?
a. Terletak di muara Sungai Pasangan pesisir Timur Laut Aceh Lhokseumawe
b. Dalam kesusasteraan, Memiliki Hikayat Kepahlawanan Laksamana Hang Tuah
c. Kehidupan masyarakat Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Islam
d. Dikenal sebagai Kerajaan Maritim dan masyarakatnya sebagai pedagang dan nelayan
e. Berpusat di Semenanjung Malaka dengan wilayah kekuasaannya Semenanjung Malaka dan Riau

12) Siapa Raja Malaka yang dikenal sebagai pembangun utama adat istiadat Melayu Islam?
a. Paramesywara/ Iskandar Syah
b. Sultan Muhammad Iskandar Syah
c. Sultan Muzaffar Syah
d. Sultan Mansyur Syah
e. Sultan Alauddin Syah

13) Masa Sultan Mahmud Syah, Kerajaan Malaka mengalami kemunduran terutama setelah armada
perang bangsa Portugis berhasil menaklukkannya (1511M) di bawah pimpinan …
a. Alfonso De Abulquerque
b. Cornelius De Houtman
c. Ludovico Verthama
d. Loedwijk Bartomo
e. Fransisco Serrao
14) Manakah pernyataan yang tidak berkaitan dengan kehidupan masyarakat Kerajaan Malaka yang
sangat dipengaruhi oleh Budaya Melayu dan Islam?
a. Kerajaan Malaka memiliki Hikayat Kepahlawanan Hang Tuah
b. Letak kerajaan berada di Semenanjung Malaya yang merupakan tempat asal rumpun bangsa
Melayu
c. Kerajaan Malaka mendapat dukungan dari para pedagang Islam yang menyebarkan Islam yang
berasal dari Arab
d. Kerajaan Malaka mendapat dukungan dari para pedagang Islam yang menyebarkan Islam yang
berasal dari Persia
e. Kerajaan Malaka mendapat dukungan dari para pedagang Islam yang menyebarkan Islam yang
berasal dari Gujarat

15) Pernyataan manakah yang tidak menunjukkan gambaran kondisi kerajaan Aceh Darussalam?
a. Kaum perempuan dihormati dan diperlakukan sederajat dengan kaum laki-laki
b. Adanya pertentangan antara aliran Syi’ah dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah
c. Adanya perpaduan dua aturan bermasyarakat yang tidak dapat dipsiahkan yaitu adat istiadat
Kejawen dan ajaran Islam
d. Berdiri tahun 1511 M dan diilhami oleh berdirinya Kerajaan Samudera Pasai Wilayahnya
meliputi Pidie samapai Sumatera Timur
e. Terdapat dua struktur masyarakat yaitu Kaum Bangsawan/ Uleebalang (Teuku) dan Alim Ulama
(Tengku) yang saling berebut Pengaruh

16) Kerajaan Aceh Darussalam mencapai puncak kejayaan pada masa …


a. Sultan Ali Mughayat Syah
b. Sultan Alauddin Riayat Syah
c. Sultan Iskandar Muda
d. Sultan Iskandar Sani
e. Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah

17) Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Sani, terdapat dua sastrawan terkenal, yaitu …
a. Dato Ri Bandang dan Sunan Prapen
b. Syah Baharuddin dan Sidi Abdul Aziz
c. Sunan Ampel dan Minak Kumala Bumi
d. Nuruddin ar-Raniri dan Hamzah Fansuri
e. Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak

18) Nama Raja Aceh yang dikenal sebagai Peletak Dasar Kebesaran Aceh ialah …
a. Sultan Ali Mughayat Syah
b. Sultan Alauddin Riayat Syah
c. Sultan Iskandar Muda
d. Sultan Iskandar Sani
e. Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah

19) Manakah pernyataan yang tidak menunjukkan gambaran tentang Kerajaan Demak?
a. Perekonomian Kerajaan didasarkan pada hasil pertanian berupa bahan pangan
b. Didirikan oleh Raden Patah bersamaan dengan melemahnya Kerajaan Majapahit
c. Wilayah kekuasaan meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan sebagian Kalimantan
d. Pengaruh budaya dan ajaran Islam tersebar di kerajaan Demak berkat bantuan para wali
e. Perekonomian kerajaan didasarkan pada hasil perdagangan, pertanian dan perkebunan terutama
lada

20) Pada tahun 1513 M, Pasukan Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan Pati
Unus, karenanya ia dikenal dengan sebutan …
a. Sultan Bualawa
b. Pangeran Sabrang Lor
c. Ayam Jantan dari Timur
d. Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau
e. Senopati Jimbun Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama
21) Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan pada masa …
a. Raden Patah
b. Pati Unus
c. Sultan Trenggono
d. Arya Panangsang
e. Joko Tingkir/ Sultan Hadiwijaya

22) Siapakah nama Raja Demak yang memindahkan pusat kerajaan ke Pajang sekaligus sebagai raja
Pajang pertama?
a. Rade Patah
b. Pati Unus
c. Sultan Trenggono
d. Arya Panangsang
e. Joko Tingkir/ Sultan Hadiwijaya

23) Siapakah nama putra Ki Ageng Mataram/ Ki Gede Pamanahan yang berhasil membantu Pangeran
Benowo untuk merebut Kerajaan Pajang dari tangan Arya Pangiri?
a. Hadiwijaya
b. Sutawijaya
c. Sultan Agung Hanyokrokusumo
d. Amangkurat I
e. Amangkurat II

24) Berikut ini nama raja dari Kerajaan Mataram Islam yang menentang Belanda, kecuali:
a. Sutawijaya
b. Mas Jolang
c. Sultan Agung Hanyokrokusumo
d. Amangkurat I
e. Amangkurat II

25) Sepeninggal Amangkurat II, terjadi Perjanjian Giyanti yang menyebabkan Kerajaan Mataram terbagi
menjadi …
a. Kesultanan Yogyakarta dan Kasuhunan Surakarta
b. Kesultanan Yogyakarta dan Kerajaan Pakualaman
c. Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta dan Kerajaan Mangkunegaran
d. Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Pakualaman dan Kerajaan Mangkunegaran
e. Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Mangkunegaran dan Kerajaan Pakualaman

26) Tokoh Pendiri Kesultanan Cirebon ialah …


a. Syarif Hidayatullah
b. Ki Gede Tapa
c. Fatahillah
d. Martawijaya
e. Kartawijaya

27) Pernyataan manakah yang tidak berkaitan dengan Kerajaan Banten?


a. Raja pertamanya Maulana Hasanuddin
b. Menerapkan hukum adat berdasarkan ajaran Islam
c. Menerapkan hukum perpaduan budaya melayu dan Islam
d. Adanya Suku Baduy yang menganut system kepercayaan Pasundan Kawitan
e. Perekonomian kerajaan berasal dari perdagangan, pertanian dan perkebunan terutama lada

28) Nama raja Kerajaan Banten yang mencapai masa keemasan ialah …
a. Maulana Hasanuddin
b. Maulana Yusuf
c. Maulana Muhammad
d. Sultan Ageng Tirtayasa
e. Abdul Kahar/ Sultan Haji

29) Siapakah nama raja Banten yang mengkhianati ayahnya dan bersekongkol dengan Belanda?
a. Maulana Hasanuddin
b. Maulana Yusuf
c. Maulana Muhammad
d. Sultan Ageng Tirtayasa
e. Abdul Kahar/ Sultan Haji

30) Raja pertama kerajaan Islam Banjar di Kalimantan Selatan Bernama Pangeran Samudera yang
dikenal dengan...
a. Pangeran Suryanullah atau Suriansyah
b. Daeng Manrabia/ Sultan Alauddin
c. Daeng Matoaya/ Sultan Abdullah
d. Sultan hasanuddin
e. Raja Mahkota

31) Kerajaan Islam yang berada di Sulawesi Selatan yang lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan
Makassar adalah …
a. Kerajaan Ternate dan Tidore
b. Kerajaan Goa dan Tallo
c. Kerajaan Selaparang
d. Kesultanan Bima
e. Kerajaan Daha

32) Dari nama-nama penguasa kerajaan Makasar berikut ini, siapakah nama raja yang mencapai puncak
kejayaan?
a. Sultan Alauddin
b. Karaeng Ma’towaya Tumamenanga
c. Sultan Muhammad Said
d. Sultan Hasanuddin
e. Mapasomba

33) Sultan Hasanuddin sebagai raja Makassar, pada masa kepemimpinannya mampu menguasai
perdagangan dan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan
Bone, hingga beliau dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Faktor apa yang melatar belakangi beliau
mendapat julukan tersebut?
a. Keberaniannya menentang Belanda
b. Bekerjasama dengan Portugis dan Spanyol
c. Keberaniannya menentang Portugis danSpanyol
d. Menguasai kerajaan- kerajaan kecil di Sulawesi Selatan
e. Menjadikan Sulawesi sebagai penguasa tunggal jalur perdagangan Indonesia bagian Timur

34) Dengan adanya Perjanjian Bongaya menunjukkan bahwa Belanda berhasil memukul mundur
pasukan kerajaan Makassar. Manakah pernyataan di bawah ini yang menjadi faktor keberhasilan
Belanda tersebut?
a. Lemahnya para penguasa Makasar
b. Adanya Benteng Rotterdam di Makassar
c. Kuatnya armada dagang VOC di Makasar
d. Sultan Hasanuddin mampu menguasai pasar dan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan
e. Adanya bantuan dari Raja Bone bernama Tuan Aru Palaka dengan syarat kerajaannya
dimerdekakan
35) Nama penguasa Kerajaan Ternate dan Tidore yang mencapai puncak kejayaan ialah …
a. Sultan Hairun
b. Sultan Babullah
c. Kolano Marhum
d. Sultan bayanullah
e. Sultan Bualawa/ Zainal Abidin

36) Sejak tahun 1570 M, Sultan Babullah menggantikan Sultan Hairun hingga berhasil menyingkirkan
bangsa Portugis. Pernyataan manakah yang tidak berkaitan dengan kepemimpinan Sultan Babullah?
a. Dijuluki Tuan dari Tujuh Puluh Dua Pulau
b. Mencapai puncak kejayaan Kesultanan Ternate dan Tidore
c. Memukul mundur Portugis dan meninggalkan Benteng Sao Paolo
d. Membangun Benteng Sao Paolo untuk melindungi Kerajaan Ternate dan Tidore
e. Meluaskan kekuasaannya hingga ke Maluku, Sulawesi, Papua Mindanao dan Bima

37) Nama kerajaan Islam yang berada di Nusa Tenggara adalah …


a. Kerajaan Gowa dan Tallo
b. Kerajaan Banjar dan Kutai
c. Kerajaan Bacan dan Jailolo
d. Kerajaan Ternate dan Tidore
e. Kerajaan Selaparang dan Kesultanan Bima

38) Literatur sejarah Kesultanan Bima berupa Syair Kerajaan Bima yang dikarang oleh seorang khathib
bernama Lukman menceritakan 4 peristiwa yang terjadi di Kesultanan Bima kurun waktu 1815-1829
M. manakah peristiwa berikut yang tidak diceritakan pada syair tersebut?
a. Wafatnya sultan
b. Serangan perompak
c. Kedatangan bangsa Eropa
d. Meletusnya Gunung Tambora
e. Pengangkatan pengganti sultan

39) Manakah pernyataan yang tidak menunjukkan peranan kerajaan terhadap perkembangan Islam di
Indonesia?
a. Kegiatan politik dan ekonomi menjadi sarana dakwah Islam
b. Ketika raja masuk Islam maka diikuti oleh keluarga dan lapisan masyarakat
c. Dakwah Islam menjadi motivasi dan spirit dalam mengusir penjajah di Indonesia
d. Kerajaan Islam melestarikan budaya upeti dan pengabdian rakyat kepada kerajaan
e. Terciptanya tata kehidupan yang baru sesuai ajaran Islam yang lebih mengedepankan keadilan
dan persamaan derajat di sisi Allah Swt.

40) Manakah yang menunjukkan pasangan nama kerajaan Islam dengan nama raja pertamanya?
a. Kerajan Malaka, Paramesywara
b. Kerajaan Demak, Sultan Trenggono
c. Kerajaan Gowa-Tallo, Sultan Hasanuddin
d. Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Nazimuddin al-Kamil
e. Kerajaan Aceh Darussalam, Sultanah Tajul Alam Safiatuddin

Soal Essay
1) Tulislah nama-nama kerajaan Islam yang ada di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan
Nusa Tenggara lengkap dengan nam raja pertamanya!
2) Tulislah nama-nama raja Islam di Indonesia yang mencapai puncak kejayaan lengkap dengan nama
kerajaan dan peranannya yang kalian ketahui!
3) Apa latar belakang Aceh disebut Serambi Makkah dan Gowa disebut Serambi Madinah?
4) Jelaskan latar belakang Sultan Baabullah dijuluki “Tuan dari tujuh puluh dua pulau”!
5) Jelaskan peranan penting kerajaan Islam di Indonesia!
3. Penilaian Keterampilan (Portofolio)
1) Membuat tabel tentang kerajaan Islam di Indonesia mencakup: Nama Kerajaan, pusat pemerintahan/
Ibukota, masa berdirinya, nama-nama raja, puncak kejayaan, wilayah kekuasaan dan peranannya.
2) Membuat peta konsep tentang Kerajaan Islam di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai