Anda di halaman 1dari 24

sejarah kerajaan samudra pasai secara singkat

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai


Samudera Pasai didirikan oleh Nazimudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nazimudin Al-Kamil
adalah seorang laksmana angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia
ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M
Setelah itu, ia mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada
Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa
pada waktu itu Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada ekspansi ke
daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nazimudin Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk
yang bermadzhab SyafiI berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai
Selain untuk menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai
pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama Fakir
Muhammad menunaikan tugas tersebut
Mereka akhirnya dapat merebut Pasai. Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja
Samudera Pasai yang pertama oleh Syekh Ismail.
Setelah Meurah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia diberi gelar Malik al
Saleh pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang dipakai oleh pembangunan kerajaan
Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu Al Malikus Shaleh Ayub.

Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia
Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada tahun 1267 M
Bukti-bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai
di kampung Geudong, Aceh Utara.
Makam ini terletak di dekat reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudera di desa
Beuringin, kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.
Di antara makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja Pasai pertama.
Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah ia masuk Islam, dan merupakan sultan
Islam pertama di Indonesia
Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M)
Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja
pertama Malik al-Saleh

Raja-raja yang memerintah di Samudera Pasai


1. Sultan Malik al Saleh
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir
3. Sultan Malikul Mahmud
4. Sultan Malikul Mansyur
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir
6. Sultanah Nahrisyah

Sultan Malik al Saleh


Sebelum memeluk agama Islam, nama asli Malik Al Shaleh adalah Meurah Silu atau Meurah
Silo
Meurah adalah panggilan kehormatan untuk orang yang ditinggikan derajatnya, sementara
Silo dapat dimaknai sebagai silau atau gemerlap
Dalam Hikayat Raja Pasai diceritakan bahwa Marah Silu putra dari pasangan Marah Gadjah
dan Putri Betung
Nama Malik Al Saleh setelah masuk islam ada beberapa versi yaitu Malik ul Salih, Malik Al
Saleh, Malikussaleh, Malik as Salih atau Malik ul Saleh
Ia mendirikan kerajaan Islam pertama di nusantara, yaitu Samudera Pasai pada tahun 1267
Di bawah kepemimpinan Malik al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang
Selain dikenal sebagai pendiri dan raja pertama dari Kesultanan Samudera Pasai, Malik al-
Saleh juga merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah nusantara dan Asia Tenggara
pada abad ke-13 M. Karena pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik al-Saleh, Islam
bisa berkembang luas di wilayah nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia
Tenggara
Pada masa pemerintahan Malik al-Saleh, Samudera Pasai memiliki kontribusi yang besar
dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air.
Sultan Muhammad Malikul Zahir
(Sultan Malik Al Tahir)
Dia merupakan putra dari Sultan Malik Al Saleh
Di bawah pimpinan Sultan Muhammad Malikul Zahir, Kerajaan Pasai mengalami masa
kejayaan
Masa kejayaan Sultan Muhammad Malikul Zahir dikuatkan dengan bukti catatan Ibnu
Batutah
Ibnu Batutah mencatat bahwa tanah-tanah di wilayah Kerajaan Pasai begitu subur, aktivitas
perdagangan dan bisnis di kerajaan itu sudah cukup maju, dibuktikan dengan sudah
digunakannya mata uang (mata uang dari Emas)
Masih menurut catatan Ibnu Batutah, Sultan Muhammad Malikul Zahir merupakan sosok
pemimpin yang memiliki semangat belajar yang tinggi dalam menuntut ilmu-ilmu Islam
Ibnu Batutah bahkan memasukkan nama Sultan Muhammad Malikul Zahir sebagai salah satu
dari tujuh raja di dunia yang memiliki kelebihan luar biasa
Sebagai raja, Sultan Muhammad Malikul Zahir merupakan orang yang sangat saleh, pemurah,
rendah hati, dan mempunyai perhatian terhadap fakir miskin. Meskipun ia telah
menaklukkan banyak kerajaan, Sultan Muhammad Malikul Zahir tidak pernah bersikap
jumawa
Di masa keemasannya, Kerajaan Pasai dan Kerajaan Samudera menjelma menjadi pusat
perdagangan internasional. Kerajaan pelabuhan Islam itu begitu ramai dikunjungi para
pedagang dan saudagar dari berbagai benua seperti, Asia, Afrika, Cina, dan Eropa
Di samping sebagai pusat perdagangan, Kesultanan Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam dan muncul sebagai pemerintahan pertama di Nusantara yang
menganut ajaran Islam
Sultan Muhammad Malikul Zahir mempunyai dua orang putra, yaitu Malikul Mahmud dan
Malikul Mansur.
Ketika Sultan Muhammad Malikul Zahir pada akhirnya meninggal dunia karena sakit, tahta
kepemimpinan Kerajaan Pasai untuk sementara diserahkan Sultan Malik Al Saleh (bapaknya),
yang juga memimpin Kerajaan Samudera, karena kedua putra Sultan Muhammad Malikul
Zahir masih berusia sangat belia.
Ketika kedua pangeran ini beranjak dewasa dan dirasa sudah siap memimpin pemerintahan,
maka Sultan Malik Al Salih pun mengundurkan diri dari singgasananya yang meliputi dua
kerajaan, yakni Kerajaan Samudera dan Kerajaan Pasai.
Sebagai gantinya, sesuai dengan kesepakatan Orang-Orang Besar, diangkatlah Malikul
Mahmud menjadi Sultan Kerajaan Pasai, sementara Malikul Mansur sebagai Sultan Kerajaan
Samudera.
Namun, keharmonisan kedua sultan kakak-beradik ini tidak berlangsung lama karena terjadi
perseteruan di antara mereka.
Penyebabnya adalah ulah Sultan Mansur yang ternyata menggilai salah seorang istri Sultan
Mahmud yang tidak lain adalah abang kandungnya sendiri.
Pada akhirnya, Sultan Mansur ditangkap dan diusir dari kerajaannya hingga kemudian
meninggal dunia dalam perjalanan. Jadilah Sultan Malikul Mahmud menguasai singgasana
Kerajaan Samudera dan Kerajaan Pasai hingga digabungkanlah kedua kerajaan itu menjadi
Kesultanan Samudera Pasai.

Sultan Ahmad Malik Az-Zahir


Anak dari Malikul Mahmud
Ahmad Permadala Permala Setelah dinobatkan sebagai penguasa Kesultanan Samudera
Pasai, ia kemudian dianugerahi gelar kehormatan dengan nama Sultan Ahmad Malik Az-Zahir
Sempat terjadi hal yang sungguh memalukan dalam perjalanan kepemimpinan Sultan Ahmad
Malik Az-Zahir yang pada akhirnya memang lekat dengan citra sebagai pemimpin yang buruk
Menurut Hikayat Raja Pasai, Sang Sultan ternyata menaruh berahi terhadap kedua anak
perempuannya sendiri, yaitu Tun Medan Peria dan Tun Takiah Dara.
Sikap yang keterlaluan dari Sultan Ahmad Malik Az-Zahir menimbulkan kemurkaan dari
banyak pihak, termasuk Tun Beraim Bapa yang tidak lain adalah putra sulung Sultan Ahmad
Malik Az-Zahir
Sultanah Nahrasiyah
Sultanah Nahrasiyah memiliki penasehat bernama Ariya Bakooy dengan gelar Maharaja
Bakooy Ahmad Permala
Ariya Bakooy sebenarnya merupakan sosok kontroversial. Ia pernah diperingatkan kaum
ulama agar tidak mengawini puterinya sendiri namun peringatan itu ditentangnya. Bahkan,
Ariya Bakooy kemudian malah membunuh 40 ulama
Sultanah Nahrasiyah merupakan seorang perempuan muslimah yang berjiwa besar. Hal ini
dibuktikan dengan hiasan makamnya yang sangat istimewa
Pada nisannya, tertulis nukilan huruf Arab terjemahannya berbunyi: Inilah kubur wanita
yang bercahaya yang suci ratu yang terhormat, almarhum yang diampunkan dosanya,
Nahrasiyah, putri Sultan Zainal Abidin, putra Sultan Ahmad, putra Sultan Muhammad, putra
Sultan Mailkus Salih. Kepada mereka itu dicurahkan rahmat dan diampunkan dosanya.
Mangkat dengan rahmat Allah pada hari Senin, 17 Zulhijjah 832.

Kehidupan Sosial Buda


Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan dan hukum
Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh
mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik.
Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk
menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi
dan hurufnya disebut Arab Jawi.
Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu

Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar-bandar yang
digunakan untuk :

1. Menambah perbekalan untuk pelayaran


2. Mengurus masalah perkapalan
3. Mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4. Menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia

Kehidupan Agama
Sesuai dengan berita dari Ibnu Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah,
telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara.
Berdasarkan hal itu, Sultan Samudera Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam
sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam
di wilayah Asia Tenggara menjadi luas

Keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai


Tidak Ada Pengganti yang mampu memimpin Kerajaan Samedera Pasai dengan baik Setelah
Sultan Malikul Zahir
Terjadi Perebutan kekuasaan
Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Serangan Portugis
Sejarah Kerajaan Demak Lengkap Beserta Silsilah Para Raja

sejarah kerajaan Denmark


Kerajaan Demak mulanya merupakan sebuah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan
dari Kerajaan majapahit. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Demak lalu mulai memisahkan
diri dari Ibu Kota di Bintoro. Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama yang ada di
Pulau Jawa.

Kerajaan Demak pertama kali didirikan oleh Raden Patah. Kerajaan demak memiliki lokasi
yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno
dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi kerajaan dengan
pengaruh sangat besar di Nusantara.

Kerajaan Demak didirikan oleh raden Patah asal yang masih keturunan dari Majapahit
dengan seorang putri dari Campa.
Daerah kekuasaan dari Kerajaan Demak mencakup Banjar, Palembang dan Maluku serta
bagian utara pada pantai Pulau Jawa.

Kehidupan Politik Kerajaan Demak

Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.

Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang
bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah
memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat
Malaka.

Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena
keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus
mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.

Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama
Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.
Sejarah Kerajaan Demak

Setelah berkuasa, lalu Sultan Trenggana mulai melanjutkan upaya dalam menahan pengaruh
dari Portugis yang sedang berusaha untuk mengikat kerjasama bersama kerajaan Sunda atau
Pajajaran.

Kala itu, Raja Samiam yang berasal dari kerajaan Sunda sudah memberikan izin untuk
mendirikan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Oleh karena itu, Sultan Trenggana akhirnya
mengutus Fatahillah atau Faletehan untuk bisa mencegah supaya Portugis tidak dapat
menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten.

Sunda Kelapa merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada waktu itu, Portugis
membangun benteng yang ada di Sunda Kelapa. Namun, kerajaan Demak tak senang dengan
adanya keberadaan orang-orang Portugis tersebut.

Akhirnya, Fatahillah lalu berhasil dalam mengalahkan Portugis. Banten dan Cirebon akhirnya
dapat dikuasai oleh Fatahillah bersama pasukannya.

Karena jasanya ini, untuk mengenang kemenangan tersebut maka Sunda Kelapa lalu diganti
namanya menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Kejadian itu membuat Sultan
Trenggana menjadi Raja terbesar yang ada di Demak.

Pasukan Demak mulai terus bergerak menaklukan pedalaman dan berhasil dalam
menundukkan sebagian wilayah yang berada di Timur.

Daerah-daerah yang masih memiliki kerajaan Hindu dan Buddha yang berada di Jawa Timur
lalu satu persatu dikalahkan yakni Wirosari dan Tuban pada tahun 1528, Madiun pada tahun
1529, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan Wirosobo pada tahun 1541 sampai dengan 1542.

Mataram, Madura dan Pajang pun akhirnya jatuh kedalam kekuasaan kerajaan Demak. Demi
dapat memperkuat kedudukannya maka Sultan Trenggana mengawinkan putrinya dengan
Pangeran Langgar yang menjabat Bupati Madura.

Selanjutnya, Putra Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga diambil menjadi menantu
Sultan Trenggana dan ia diangkat menjadi Bupati di Pajang.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana menemui ajalnya di medan pertempuran ketika
melancarkan penyerangan di Pasuruan. Sejak Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak
dilanda persengketaan dalam memperebutkan kekuasaan yang berada di kalangan keluarga
kerajaan.

Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto
selaku putra tertua dari Sultan Trenggana , namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh
Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang.

Kemudian, tahta kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Namun keluarga
kerajaan ternyata tidak menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi Raja. Lalu
akhirnya Arya penangsang berhasil dikalahkan oleh kerajaan Demak berkat bantuan dari Jaka
Tingkir. Sejak saat itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, Demak
memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau.

Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan luas
dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga
semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.

Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas


perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat keuntungan
sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa dalam memasarkan barang
dagangan tersebut.

Kehidupan Sosial dan Budaya

Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup dengan teratur.
Roda kehidupan budaya dan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah diatur dengan hukum
Islam sebab pada dasarnya Demak ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga yang
menyebarkan islam di pulau Jawa.

Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai
saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan
lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu.

Selain memiliki banyak ukiran islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak juga memiliki
keistimewan, yaitu salah satu tiangnya terbuat dari sisa sisa kayu bekas pembangunan masjid
yang disatukan.
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan
Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga
dalam untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam.

Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus
dipelihara sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan
Surakarta.

Kerajaan Banten

Sejarah Berdirinya Kerajaan Banten

Pada awal abad ke 16, seorang ulama bernama Fatahillah yang berasal dari Pasai datang ke
Banten atas perintah Sultan Trenggana, yang tujuannya adalah perluasan wilayah kerajaan
Demak. Tahun 1527 Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama
menjadi Jayakarta. Direbutnya Sunda Kelapa menjadi mudah bagi Fatahillah untuk
menyebarkan agama islam di Banten. Usaha menyebarkan agama islam di Banten dibantu
anaknya yang bernama Sultan Hasanuddin. yang pada saat itu, posisi banten masih menjadi
kadipaten atau daerah bawahan kerajaan Demak. Pada saat Trenggana gugur dalam perang
merebut blambangan di pasuruan Jatim, yang akhirnya menjadi kemelut perebutan
kekuasaan sampai akhirnya pusat kerajaan Demak dipindah ke Pajang oleh Joko Tingkir.
Akhirnya Hasanuddin memproklamirkan Banten sebagai kesultanan yang merdeka dan
independen, lepas dari kekuasaan Demak. Dengan posisi Banten yang demikian akhirnya
Kerajaan banten menjadi sebuah kesultanan yang merdeka dan Maulana Hasanuddin
menjadi raja pertama di Kerajaan Banten

Raja-raja Kerajaan Banten

1. Sultan Maulana Hasanuddin

Dia merupakan Raja pertama di Banten. Dia mendapat gelar Pangeran Sabakingking atau
Seda Kikin. Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan= Bupati Banten tempo dulu).
Dengan meletakkan dasar-dasar pemerintahan, Kerajaan Banten dan mengangkat dirinya
sebagai raja pertama. Pada masa pemerintahannya, agama Islam dan kekuasaan Kerajaan
Banten berkembang cukup pesat. Dibawah pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan
yang pesat dan wilayahnya meliputi Sunda Kelapa, Bengkulu, dan Lampung. Maulana
Hasanuddin, dalam usahanya membangun dan mengembangkan Kota Banten, lebih
menitikberatkan pada pengembangan di sector perdagangan, disamping memperluas daerah
pertanian dan perkebunan. Ia berusaha mendorong peningkatan pendapatan rakyatnya
dengan melalui pertumbuhan pasar yang sangat cepat, Karena Banten menjadi tempat
persinggahan perdagangan rempah-rempah

2. Maulana Yusuf(Panembahan Yusuf)

Dia adalah putra dari Maulana Hasanuddin dengan Ratu Ayu Kirana. Dia adalah anak ke 2
sultan Hasanuddin. la berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. la juga berusaha
untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Kerajaan Pajajaran yang merupakan
benteng terakhir Kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil dikuasainya. Pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan sudah begitu pesat hingga Banten dikenal
sebagai tempat penimbunan barang-barang dari segala penjuru dunia yang nantinya
disebarkan ke seluruh Nusantara. Para pedagang dari cina membawa uang kepeng (uang yg
terbuat dari timah), porselen, kain sutra, benang emas, jarum, sisir, payung, dsb. Pulangnya
mereka membeli rempah-rempah, kulit penyu, gading gajah. Dengan majunya perdagangan
ini, maka kota Banten menjadi ramai baik oleh penduduk dari Banten sendiri maupun oleh
pendatang. Dari perkawinannya dengan Ratu Hadijah, Maulana Yusuf dikaruniai dua orang
anak, yaitu : Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari istri-istrinya yang lain,
dikaruniai anak antara lain : Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran Mandalika atau
Pangeran Padalina, dsb

3. Maulana Muhammad

Dia adalah anak dari Maulana Yusuf dan Ratu Hadijah. Ketika Panembahan Yusuf sedang
sakit, saudaranya yang bernama Pangeran Jepara datang ke Banten. Ternyata Pangeran
Jepara yang dididik oleh Ratu Kalinyamat ingin menduduki Kerajaan Banten. Tetapi
mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak menyetujuinya. Mereka
mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana
Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Karena
masih kecil, sehingga yang menjadi wali atau pengganti adalah Mangkubumi. Mangkubumi
menjalankan seluruh aktivitas pemerintahan kerajaan sampai rajanya siap untuk
memerintah. Peristiwa yang menonjol pada masa pemerintahan Maulana Muhammad adalah
peristiwa penyerbuan ke Palembang. Kejadian ini bermula dari hasutan Pangeran Mas yang
ingin menjadi raja di Palembang. Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri. Dan Aria
Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto. (Aria Pangiri tersisih dua kali dari haknya menjadi
raja di Demak, dan terakhir karena ketahuan hendak melepaskan diri dari kuasa Mataram,
Sutawijaya hendak membunuhnya, akan tetapi atas bujukan istrinya hal itu tidak
dilakukannya setelah Aria Pangiri berjanji tidak akan kembali ke daerah Mataram untuk
selamanya. Akhirnya dia menetap di Banten sampai dia meninggal). Penyebabnya Maulana
Muhammad yang masih muda dan penuh semangat untuk memakmurkan Banten dan
mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara dihasutnya (aria pangiri). Dikatakan bahwa
Palembang dulunya adalah daerah kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan Demak,
kemudian membangkang dan melepaskan diri. Disamping itu dikatakan bahwa sebagian
besar rakyatnya masih kafir, sehingga perlulah Banten menyerang ke sana untuk
menyebarkan agama Islam. Maka terjadilah pertempuran hebat di sungai Musi sampai
berhari-hari. Akhirnya pasukan Palembang dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang
hampir berhasil itu, sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang
mengakibatkan kematian beliau. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten pun
kembali tanpa mendapat hasil. Adapun Pangeran Mas, diceritakan bahwa setelah pulang dari
Palembang, dia tidak berani menetap lama di Banten. Rakyat Banten menganggap bahwa
dialah penyebab kematian sultan.

4. Abdul Mufakir

Dia memerintah banten pada usia 5 bulan. Dia merupakan anak dari Maulana Muhammad.
Pada zaman kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting terutama pada akhir
abad ke-16 (Juni 1596) di mana orang- orang Belanda datang untuk pertama kalinya
mendarat di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornellis de Houtman dengan maksud
untuk berdagang. Kemudian di susul Jacob Van Neck, dibantu Van Waerwijk dan Var
Heemskerck. Persaingan tidak sehat yang dilakukan banten terhadap belanda ternyata
menimbulkan kerugian besar akhirnya Belanda mendirikan VOC. Namun sikap yang kasar dari
bangsa Belanda tidak menarik simpati pemerintah dan rakyat Banten sehingga sering terjadi
perselisihan di antara orang-orang Banten dengan orang-orang Belanda. Kesultanan
mengangkat seorang mangkubumi untuk memerintah Banten yaitu Pangeran Arya
Ranamenggala (karena abdul mufakir belum cukup umur). Sultan Abdul Mufakir mulai
berkuasa penuh dari tahun 1624-1643 dengan Ranamenggala sebagai patih dan penasehat
utamanya. Usaha yang dilakukan ranamenggala adalah mengadakan penertiban-penertiban
baik keamanan dalam negeri maupun kebijakan terhadap para pedagang eropa. Pajak
ditingkatkan terutama bagi belanda agar membayar pajak ke banten. Hal ini dimaksudkan
agar orang belanda tidak betah tinggal di banten. Setelah abdul mufakir dewasa, ia
mengembangkan sektor pertanian yang berupa lada, cengkeh, dsb. dalam bidang politik, ia
juga berhasil menjalin hubungan dengan negara lain terutama negara islam. Dia merupakan
penguasa banten yang mendapat gelar dari Mekkah. Ia bersikap tegas terhadap siapa saja
yang memaksakan kehendaknya kepada Banten, misalnya menolak mentah-mentah Belanda
hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten. Akan tetapi, kenyataan selanjutnya
berbeda. Sultan Abdul Mufakir melakukan kerjasama dengan Belanda. Karena ia merasa
Belanda akan memberikan keuntungan kepada Banten. Hubungan antara Belanda dan sultan
ini sangat baik, karena sultan ini bersikap lunak terhadap Belanda. Akan tetapi hubungan baik
ini mulai merenggang setelah kematian Abdul Mufakir.

5. Sultan Ageng Tirtayasa

Seharusnya yang menggantikan abdul mufakir adalah anaknya yaitu Abu Al Muali, tetapi
karena dia meninggal terlebih dahulu sebelum ayahnya. Jadi yang menggantikan Abu Al
Muali adalah anaknya yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa. Ibunya bernama Ratu Marta
Kusuma. Sultan Ageng merupakan seseorang yang taat beragama. Gelarnya dia adalah Sultan
Abu Al Fattah Muhammad Syifa Zainal Arifin atau Pangeran Ratu ing Banten. Pada masa dia,
kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan. Usaha pertama yang dilakukan sultan ageng
adalah memperbaiki hubungan dengan Lampung, Bengkulu dan Cirebon untuk hubungan
pelayaran dan perdagangan. Ia adalah seorang yang ahli strategi perang, kemampuannya
tidak diragukan lagi. Ia juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan keislaman. Pada
masanya, ia membangun sebuah kraton yang diberi nama Kraton Tirtayasa. Alasan sultan
ageng membuat kraton tirtayasa adalah mempermudah dalam mengamati gerak-gerik kapal
yang keluar masuk pelabuhan banten, kraton ini juga di gunakan sebagai tempat tinggal
sultan. Akhirnya sultan ageng pindah ke Tirtayasa dan Kraton Surosowan diserahkan kepada
anaknya yang bernama sultan Haji. Ia berhasil menjalin sistem perdagangan bebas dengan
negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng sangat
memusuhi Belanda, karena bagi dia Belanda menghalang-halangi perkembangan
perdagangan di Banten. Konflik antar Belanda dengan Banten memuncak lagi, bersamaan
dengan konflik tersebut, ia harus mengahdapi penghianatan yang dilakukan oleh putra
kandungnya sendiri yaitu sultan Haji. Penyebab dari penghianatan tersebut karena Sultan
Haji termakan hasutan Belanda yang mengatakan bahwa, Sultan Haji tidak bisa
menggantikan ayahnya sebab masih ada Pangeran Arya Purbaya (Saudara Sultan Haji). Maka
terjadilah persengketaan antara Sultan Haji dan ayahnya yaitu Sultan Ageng Tirtayasa

6. Sultan Haji

Sultan Haji diberi wewenang untuk mengatur semua urusan dalam negeri di Surosowan.
Sedangkan di luar surosowan yang mengatur adalah masih sultan ageng bersama anaknya
yaitu pangeran purbaya. Kepindahan Sultan Ageng ke Tirtayasa, dimanfaatkan oleh belanda
untuk mendekati putra mahkota agar terpengaruh oleh hasutan Belanda. Belanda dapat
mendapat kemudahan sehingga dalam setiap upacara penting di istana belanda selalu
diundang dan turut hadir. Hubungan belanda dan sultan sangat dekat bahkan belanda
merubah semua tingkah laku sultan seperti cara berpakaian, cara makan, dsb. Sehingga gaya
hidupnya lebih condong ke Belanda drpd ke Bangsanya sendiri. Melihat tingkah laku anaknya
yang berubah, sultan Ageng prihatin dan menyuruh guru spiritual anaknya yang bernama
Syekh Yusuf supaya memerintahkan sultan untuk melaksanakan ibadah haji di mekkah.
Dengan kepergian sultan ke mekkah, sultan ageng berharap anaknya akan berubah dan
memiliki sikap kedewasaan untuk kemajuan Banten. Tahun 1674, sultan menunaikan ibadah
Haji bersama rombongannya. Selama sultan bepergian kekuasaan sementara dipegang oleh
adiknya yaitu Pangeran Purbaya. Sultan pergi ke Mekkah selama 2 tahun oleh karena itu ia
lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Bukannya dia berubah sifatnya, justru setelah
pulang dari mekkah dia lebih terpengaruh dengan hasutan Belanda. Oleh karena itu,
terjadilah konflik antara Sultan Ageng dan Sultan Haji. Dalam hal ini Sultan haji didukung oleh
VOC, tetapi VOC mengajukan persyaratan yaitu:

Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC


Monopoli lada di Banten di pegang oleh VOC dan harus menyingkirkan Persia, Cina,
India karena mereka saingannya Belanda
Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji
Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman priyangan segera
ditarik kembali.
Perjanjian tersebut akhirnya disetujui oleh sultan Haji. Atas bantuan Belanda Sultan Haji
menyerang Kraton Tirtayasa. Sikap yang ditunjukkan oleh sultan haji terhadap belanda
dengan mengirimkan ucapan selamat atas pergantian Gubernur Jenderal belanda sangat
menyakitkan hati Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh karena itu, tanggal 27 februari 1682 sultan
ageng mengeluarkan perintahnya untuk menyerang Surosowan. Hal yang dilakukan pertama
adalah membakar kampung-kampung dekat kraton surosowan dan setelah itu menyerang
kraton surosowan. Pembakaran kampung tersebut membuat gentar belanda yang tinggal di
daerah tsb. Pembakaran tersebut terjadi semalam suntuk. Sultan Haji melarikan diri dengan
meminta perlindungan kepada orang belanda yang bernama Jacob De Roy. Setelah siang,
pertempuran tersebut terhenti. Pihak belanda menambah pasukannya sehingga perang yang
tadinya di kuasai sultan ageng berbalik ke Belanda. Sampai pada akhirnya kraton Tirtayasa
dikepung oleh belanda selama berbulan-bulan dan terjadi kelaparan. Sampai pengikut sultan
ageng bersama sultan ageng melarikan diri. Tanggal 14 maret Sultan Ageng sampai di Kraton
Surosowan dan akhirnya Sultan Ageng di penjara di Batavia sampai akhirnya dia meninggal.

Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara
kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mataram
yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (1601-1677).

Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam
perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk
daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan
yang bercorak islam di Jawa.

Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram
kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun
sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.

Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai
jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari
wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng
tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki
Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak
mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia
membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para
penguasa yang menentang kehadirannya.

Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang
Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi
ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga,
hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara
sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini,
kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal
dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar
penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan
senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya,
penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan
menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.

Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai
madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri
dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-
1599.

Sebagai raja islam yang baru, panembahan senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan


itu untuk mewujudkan gagasannya bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama
islam, untuk menggantikan atau melanjutkan kesultanan demak. Disebutkan pula dalam
cerita babad bahwa cita-cita itu berasal dari wangsit yang diterimanya dari Lipura (desa yang
terletak di sebelah barat daya Yogyakarta). Wangsit datang setelah mimpi dan pertemuan
senopati dengan penguasa laut selatan, Nyi Roro Kidul, ketika ia bersemedi di Parangtritis
dan Gua Langse di Selatan Yogyakarta. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa kelak ia akan
menguasai seluruh tanah Jawa.

B. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya
pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja sering
digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air
muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali
seminggu di alun-alun istana.

Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung
antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta
perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat
administrasi.

Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus memperkuat


pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia
digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 1613).
Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang meninggal, ia
digantikan oleh Mas Rangsang (1613 1645). Pada masa pemerintahannyalah Mataram
mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan
kebudayaan.

Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar
Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil
membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar
sultan yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan
dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia
dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar
Panembahan. Pada tahun 1624, gelar Panembahan diganti menjadi Susuhunan atau
Sunan. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah
sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma
Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.

Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram pun
terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah,
maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.

Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada
tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang
sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada
tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan,
Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh
tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang
sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya
mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram
melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman
seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun
1625.

Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat


secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah
kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses
besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang
masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk
mengempung Batavia.

Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan
yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan
Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan
mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.

Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan
yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan
Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan
mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.

Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan
di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem
kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan
upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.

Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat
Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra
Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja berisi
tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmonis. Selain
menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis sejarah
babad tanah Jawi.

Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas adalah
dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi
kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah,
masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung
berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi
seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah,
berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan
tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat
babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi
perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak
berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih
banyak digunakan.

Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan. Satu
yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan
gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan
berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk. Misalnya Sulu
Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja majapahit yang
bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti (1612 m) pada masa
mas jolang.

Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah
perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan
Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran
islam.

C. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung

Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,
yaitu :

a. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.

a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan
menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya.
Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang dilakukan
dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran
Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari

b. Anti penjajah Belanda

Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti
dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang
kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.Adapun penyebab
kegagalannya, antara lain:

- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus
menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia
menjadi lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang
serba modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin
memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan
Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam
menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.
Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan
Mataram ini diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini
diketahui Belanda sebelumnya.

b. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:

- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha
tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi
juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.

c. Bidang sosial Budaya


Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal berikut:

a. Timbulnya kebudayaan kejawen


Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara kebudayaan asli Jawa denganIslam. Misalnya
upacara Grebeg yang semula merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan
doa-doa agama Islam. Sampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud dan
sebagainya.

b. Perhitungan Tarikh Jawa


Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh
Hindu yang didasarkan peredaran matahari (tarikh syamsiyah).Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu),
tarikh Hindu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya, tahun
1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh komariah. Tahun perhitungan
Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagaitahun Jawa.

c. Berkembangnya Kesusastraan Jawa


Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat,termasuk di
dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending
yang merupakan kitab filsafat kehidupan dan kenegaraan.Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti,
Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi pekerti yang baik.Pengaruh
Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.Selanjutnya, Mataram
pecah menjadi dua, sebagaimana isi Perjanjian Giyanti (1755) berikut:
- Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono III dengan
pusat pemerintahan di Surakarta.
- Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan Mangkubumi yang
bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya di Yogyakarta.Perkembangan
berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran
(Perjanjian Salatiga 1757). Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman.
Perpecahan ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan
Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.Sultan Agung meninggal pada Februari 1646. ia
dimakamkan di puncak Bukit Imogiri, Bantul ,Yogyakarta. Selanjutnya,Mataram diperintah oleh
putranya, SunanTegalwangi, dengan gelar Amangkurat I ( 1646 1677). Dalam masa pemerintahan
Amangkurat I, kerajaan mataram mulai mundur. Wilayah kekuasaan mataram berangsur-angsur
menyempit karena direbut oleh kompeni VOC. Yang paling mengenaskan, pada tahun1675, Rade
Trunajaya dari Madura memberontak. Pemberontakannya demikian tak terbendung, sampai-sampai
Trunajaya berhasil menguasai keraton Mataram yang waktu ituteletak di Plered. Amangkurat
terlunta-lunta mengungsi, dan akhirnya meninggal di Tegal.Sepeninggal Amangkurat I, Mataram
dipegang oleh Amangkurat II yang menurunkanDinasti Paku Buwana di Solo dan Hamengku Buwana
di Yogyakarta. Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya.
Setelah berakhirnya Perang Giyanti (1755), wilayah kekuasaan mataram semakin terpecah belah.
Berdasarkan perjanjian giyanti, mataram dipecah menjadi dua, yakni mataram sukrakarta dan
mataram yogyakarta. Pada tahun 1757 dan 1813, perpecahan terjadi lagi dengan munculnya
Mangkunegara dan pakualaman. Di masa pemerintahan Hindia Belanda, keempat pecahan kerajaan
mataram ini disebut sebagai vorstenlanden. Saat ini, keempat pecahan Kesultanan Mataram tersebut
masih melanjutkan dinasti masing-masing. Bahkan peran dan pengaruh pecahan mataram tersebut,
terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.

Aspek Kehidupan Sosial


Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa
meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di
bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-
upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas
menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan
peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk

Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan


Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan
kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan
tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai
pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan
sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi
antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan
memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan
perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.

Puncak Kejayaan Mataram Islam


Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-
1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan
daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost
Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti
kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto
sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran
yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak tersaingi,dan
tidak terbagi-bagi.

Kemunduran Mataram Islam


Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai
seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena
sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

D. Silsilah Raja dan Sistem Pemerintahan

1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )


- Pendiri desa mataram tahun 1556
- bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
- Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
- menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba (kakak perempuan Ki
Ageng Henis).
- Ki Pamanahan dan adik angkatnya, yang bernama Ki Penjawi, mengabdi pada Hadiwijaya bupati
Pajang (murid Ki Ageng Sela ) Keduanya dianggap kakak oleh raja dan dijadikan sebagai lurah
wiratamtama di Pajang.
- Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja. Ki Pamanahan bekerja sama dengan Ratu Kalinyamat
membujukHadiwijaya supaya bersedia menghadapi Arya Penangsang. Sebagai hadiah, Ratu
Kalinyamat memberikan cincin pusakanya kepada Ki Pamanahan.
- Meninggal tahun 1584

2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )


- pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601
- bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa
- dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
- putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
- Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir
Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga
- Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat
sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi
menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.
- Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai
pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak.
Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal
dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
- Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang
pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya
Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat
itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.
- meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian dimakamkan di
Kotagede.

3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu
Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra,
kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah
Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu
Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta,
ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati
Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat
Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613
hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan
kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan
Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan
pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di
Ambon.
- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan
Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing
Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di
Krapyak"

4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas
Jatmika )
- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan
Mataram, 1645
- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan
Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi
pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal3 November
1975.
- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri Pangeran
Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))
- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan
VOC
- menyerang Batavia sebanyak 2x.
serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal.
Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di
Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya. Serangan kedua
( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua 14.000 orang prajurit.
serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang
mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC
yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.

5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)


- Memerintah pada tahun 1646-1677
- Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
- Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan,
yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru Martani).
- Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
- memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari Surabaya menjadi Ratu Kulon yang
melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga
Kajoran menjadi Ratu Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana
I.
- mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat luas
- menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
- Pada tahun 1647 ibu kota Mataram dipindah ke Plered. Perpindahan istana tersebut
diwarnai pemberontakan Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo, adik Amangkurat I yang
menentang penumpasan tokoh-tokoh senior. Pemberontakan ini mendapat dukungan para
ulama namun berakhir dengan kematian Mas Alit. Amangkurat I ganti menghadapi para
ulama. Mereka semua, termasuk anggota keluarganya, sebanyak 5.000 orang lebih
dikumpulkan di alun-alun untuk dibantai.
- Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya. Pada tahun
1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di
wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang
dikuasai VOC. Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut
oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun
ia kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
- hubungan diplomatik Mataram dan Makasar yang dijalin Sultan Agung akhirnya hancur di
tangan putranya setelah tahun 1658. Amangkurat I menolak duta-duta Makasar dan
menyuruh Sultan Hasanuddin datang sendiri ke Jawa. Tentu saja permintaan itu ditolak.
- tanggal 28 Juni 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered. Amangkurat I dan Mas
Rahmat melarikan diri ke barat.Babad Tanah Jawi menyatakan, dengan jatuhnya istana
Plered menandai berakhirnya Kesultanan Mataram. Pelarian Amangkurat I membuatnya
jatuh sakit dan meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat agar
dimakamkan dekat gurunya di Tegal

6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )


- putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekikdari
Surabaya.
- memiliki banyak istri namun hanya satu yang melahirkan putra (kelak menjadi Amangkurat
III)
- Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan Wanakerta
karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana baru tersebut bernama
Kartasura.
- Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi perebutan
takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan adiknya, yaitu Pangeran
Puger.
- Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili Cornelis
Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai ujung timur digadaikan
pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang Trunajaya.
- Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana. Dengan
bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal 26 Desember 1679.
Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan tangannya sendiri pada 2 Januari
1680.

7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )


- memerintah antara tahun 1703 1705.
- dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu
Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh
dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
- Raden Sukra kemudian dibunuh utusan Mas Sutikna, sedangkan Pangeran Puger dipaksa
menghukum mati Ayu Lembah, putrinya sendiri. Mas Sutikna kemudian menikahi Ayu
Himpun adik Ayu Lembah.
- Rombongan Amangkurat III melarikan diri ke Ponorogo sambil membawa semua pusaka
keraton. Di kota itu ia menyiksa Adipati Martowongso hanya karena salah paham. Melihat
bupatinya disakiti, rakyat Ponorogo memberontak. Amangkurat III pun lari ke Madiun. Dari
sana ia kemudian pindah ke Kediri.
- Sepanjang tahun 1707 Amangkurat III mengalami penderitaan karena diburu pasukan
Pakubuwana I. Dari Malang ia pindah ke Blitar, kemudian ke Kediri, akhirnya memutuskan
menyerah di Surabaya tahun 1708.
- Pangeran Blitar, putra Pakubuwana I, datang ke Surabaya meminta Amangkurat III supaya
menyerahkan pusaka-pusaka keraton, namun ditolak. Amangkurat III hanya sudi
menyerahkannya langsung kepada Pakubuwana I.
- VOC kemudian memindahkan Amangkurat III ke tahanan Batavia. Dari sana ia diangkut
untuk diasingkan ke Sri Lanka.
- Meninggal di negeri itu pada tahun 1734.
- Konon, harta pusaka warisan Kesultanan Mataram ikut terbawa ke Sri Lanka. Namun
demikian, Pakubuwana I berusaha tabah dengan mengumumkan bahwa pusaka Pulau Jawa
yang sejati adalah Masjid Agung Demak dan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak.
- Perang Suksesi Jawa I (17041708), antara Amangkurat III melawan Pakubuwana I.
- Perang Suksesi Jawa II (17191723), antara Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar dan
Pangeran Purbaya.
- Perang Suksesi Jawa III (17471757), antara Pakubuwana II yang dilanjutkan oleh
Pakubuwana III melawan Hamengkubuwana I dan Mangkunegara I.

E. Peninggalan sejarah kerajaan mataram Islam :


I . Sumber- Sumber Berita:
a. Babad Tanah Djawi
b. Babad Meinsma
c. Serat Kandha
d. Serat Centini
e. Serat Cabolek
f. Serat Dharma Wirayat (yang sangat populer sebagai karya Sri Paku Alam III.)
g. Serat Nitipraja
h. Babad Sangkala
i. Babad Sankalaniang Momana
j. Sadjarah Dalem
II. Seni dan Tradisi:
a. Sastra Ghending karya Sultan Agung
b. Tahun Saka
Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan
matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan
c. Kerajinan Perak
Perak Kotagede sangat terkenal hingga ke mancanegara, kerajinan ini warisan dari orang-orang
Kalang.
d. Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang
Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannyae.
KUE KIPO
Makanan tradisional ini sangat khas dan hanya ada di Kotagede, terbuat dari kelapa, tepung, dan gula
merah.
f. Pertapaan Kembang Lampir
Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan yang terletak di Desa Girisekar,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini merupakan pertapaan Ki Ageng
Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram

III. Bangunan- Bangunan, Benda Pusaka, dan Lainnya:


a. Segara Wana dan Syuh Brata
Adalah meriam- meriam yang sangat indah yang diberikan oleh J.P. Coen (pihak Belanda) atas
perjanjiannya dengan Sultan Agung. Sekarang meriam itu diletakkan di depan keraton Surakarta dan
merupakan meriam yang paling indah di nusantara
b. Puing - puing / candi- candi Siwa dan Budha di daerah aliran Sungai Opak dan Progo yang bermuara
di Laut Selatan
c. Batu Datar di Lipura yang tidak jauh di barat daya Yogyakarta
d. Baju keramat Kiai Gundil atau Kiai Antakusuma
e. Masjid Agung Negara
Masjid Agung dibangun oleh PB III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
f. Masjid Jami Pakuncen
Masjid Jami Pekuncen yang berdiri di Tegal Arum, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, merupakan salah
bangunan peninggalan Islam yang dibuat Sunan Amangkurat I sebagai salah satu tempat penting
untuk penyebaran Islam kala itu.
g. Gerbang Makam Kota Gede
Gerbang ini adalah perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
h. Masjid Makam Kota Gede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek
makam Kotagede yang bangunannya bercorak Jawa.
i. Bangsal Duda
j. Rumah Kalang
k. Makam Raja- Raja Mataram di Imogiri

Anda mungkin juga menyukai