Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar-bandar yang
digunakan untuk :
Kehidupan Agama
Sesuai dengan berita dari Ibnu Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah,
telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara.
Berdasarkan hal itu, Sultan Samudera Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam
sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam.
Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan
kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja.
Karena wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama Islam
di wilayah Asia Tenggara menjadi luas
Kerajaan Demak pertama kali didirikan oleh Raden Patah. Kerajaan demak memiliki lokasi
yang sangat strategis karena terletak antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno
dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat Demak menjadi kerajaan dengan
pengaruh sangat besar di Nusantara.
Kerajaan Demak didirikan oleh raden Patah asal yang masih keturunan dari Majapahit
dengan seorang putri dari Campa.
Daerah kekuasaan dari Kerajaan Demak mencakup Banjar, Palembang dan Maluku serta
bagian utara pada pantai Pulau Jawa.
Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang
bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah
memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat
Malaka.
Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena
keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus
mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama
Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.
Sejarah Kerajaan Demak
Setelah berkuasa, lalu Sultan Trenggana mulai melanjutkan upaya dalam menahan pengaruh
dari Portugis yang sedang berusaha untuk mengikat kerjasama bersama kerajaan Sunda atau
Pajajaran.
Kala itu, Raja Samiam yang berasal dari kerajaan Sunda sudah memberikan izin untuk
mendirikan kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Oleh karena itu, Sultan Trenggana akhirnya
mengutus Fatahillah atau Faletehan untuk bisa mencegah supaya Portugis tidak dapat
menguasai wilayah Sunda Kelapa dan Banten.
Sunda Kelapa merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada waktu itu, Portugis
membangun benteng yang ada di Sunda Kelapa. Namun, kerajaan Demak tak senang dengan
adanya keberadaan orang-orang Portugis tersebut.
Akhirnya, Fatahillah lalu berhasil dalam mengalahkan Portugis. Banten dan Cirebon akhirnya
dapat dikuasai oleh Fatahillah bersama pasukannya.
Karena jasanya ini, untuk mengenang kemenangan tersebut maka Sunda Kelapa lalu diganti
namanya menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527. Kejadian itu membuat Sultan
Trenggana menjadi Raja terbesar yang ada di Demak.
Pasukan Demak mulai terus bergerak menaklukan pedalaman dan berhasil dalam
menundukkan sebagian wilayah yang berada di Timur.
Daerah-daerah yang masih memiliki kerajaan Hindu dan Buddha yang berada di Jawa Timur
lalu satu persatu dikalahkan yakni Wirosari dan Tuban pada tahun 1528, Madiun pada tahun
1529, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan Wirosobo pada tahun 1541 sampai dengan 1542.
Mataram, Madura dan Pajang pun akhirnya jatuh kedalam kekuasaan kerajaan Demak. Demi
dapat memperkuat kedudukannya maka Sultan Trenggana mengawinkan putrinya dengan
Pangeran Langgar yang menjabat Bupati Madura.
Selanjutnya, Putra Bupati Pengging yang bernama Tingkir juga diambil menjadi menantu
Sultan Trenggana dan ia diangkat menjadi Bupati di Pajang.
Pada tahun 1546, Sultan Trenggana menemui ajalnya di medan pertempuran ketika
melancarkan penyerangan di Pasuruan. Sejak Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak
dilanda persengketaan dalam memperebutkan kekuasaan yang berada di kalangan keluarga
kerajaan.
Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto
selaku putra tertua dari Sultan Trenggana , namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh
Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang.
Kemudian, tahta kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Namun keluarga
kerajaan ternyata tidak menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi Raja. Lalu
akhirnya Arya penangsang berhasil dikalahkan oleh kerajaan Demak berkat bantuan dari Jaka
Tingkir. Sejak saat itu wilayah kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang.
Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, Demak
memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau.
Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan luas
dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga
semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup dengan teratur.
Roda kehidupan budaya dan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah diatur dengan hukum
Islam sebab pada dasarnya Demak ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga yang
menyebarkan islam di pulau Jawa.
Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai
saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan
lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu.
Selain memiliki banyak ukiran islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak juga memiliki
keistimewan, yaitu salah satu tiangnya terbuat dari sisa sisa kayu bekas pembangunan masjid
yang disatukan.
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan
Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga
dalam untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam.
Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus
dipelihara sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan
Surakarta.
Kerajaan Banten
Pada awal abad ke 16, seorang ulama bernama Fatahillah yang berasal dari Pasai datang ke
Banten atas perintah Sultan Trenggana, yang tujuannya adalah perluasan wilayah kerajaan
Demak. Tahun 1527 Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama
menjadi Jayakarta. Direbutnya Sunda Kelapa menjadi mudah bagi Fatahillah untuk
menyebarkan agama islam di Banten. Usaha menyebarkan agama islam di Banten dibantu
anaknya yang bernama Sultan Hasanuddin. yang pada saat itu, posisi banten masih menjadi
kadipaten atau daerah bawahan kerajaan Demak. Pada saat Trenggana gugur dalam perang
merebut blambangan di pasuruan Jatim, yang akhirnya menjadi kemelut perebutan
kekuasaan sampai akhirnya pusat kerajaan Demak dipindah ke Pajang oleh Joko Tingkir.
Akhirnya Hasanuddin memproklamirkan Banten sebagai kesultanan yang merdeka dan
independen, lepas dari kekuasaan Demak. Dengan posisi Banten yang demikian akhirnya
Kerajaan banten menjadi sebuah kesultanan yang merdeka dan Maulana Hasanuddin
menjadi raja pertama di Kerajaan Banten
Dia merupakan Raja pertama di Banten. Dia mendapat gelar Pangeran Sabakingking atau
Seda Kikin. Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Syaikh Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Djati) dan Nyi Kawunganten (Putri Prabu Surasowan= Bupati Banten tempo dulu).
Dengan meletakkan dasar-dasar pemerintahan, Kerajaan Banten dan mengangkat dirinya
sebagai raja pertama. Pada masa pemerintahannya, agama Islam dan kekuasaan Kerajaan
Banten berkembang cukup pesat. Dibawah pemerintahannya, Banten mengalami kemajuan
yang pesat dan wilayahnya meliputi Sunda Kelapa, Bengkulu, dan Lampung. Maulana
Hasanuddin, dalam usahanya membangun dan mengembangkan Kota Banten, lebih
menitikberatkan pada pengembangan di sector perdagangan, disamping memperluas daerah
pertanian dan perkebunan. Ia berusaha mendorong peningkatan pendapatan rakyatnya
dengan melalui pertumbuhan pasar yang sangat cepat, Karena Banten menjadi tempat
persinggahan perdagangan rempah-rempah
Dia adalah putra dari Maulana Hasanuddin dengan Ratu Ayu Kirana. Dia adalah anak ke 2
sultan Hasanuddin. la berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. la juga berusaha
untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Kerajaan Pajajaran yang merupakan
benteng terakhir Kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil dikuasainya. Pada masa
pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan sudah begitu pesat hingga Banten dikenal
sebagai tempat penimbunan barang-barang dari segala penjuru dunia yang nantinya
disebarkan ke seluruh Nusantara. Para pedagang dari cina membawa uang kepeng (uang yg
terbuat dari timah), porselen, kain sutra, benang emas, jarum, sisir, payung, dsb. Pulangnya
mereka membeli rempah-rempah, kulit penyu, gading gajah. Dengan majunya perdagangan
ini, maka kota Banten menjadi ramai baik oleh penduduk dari Banten sendiri maupun oleh
pendatang. Dari perkawinannya dengan Ratu Hadijah, Maulana Yusuf dikaruniai dua orang
anak, yaitu : Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Sedangkan dari istri-istrinya yang lain,
dikaruniai anak antara lain : Pangeran Upapati, Pangeran Dikara, Pangeran Mandalika atau
Pangeran Padalina, dsb
3. Maulana Muhammad
Dia adalah anak dari Maulana Yusuf dan Ratu Hadijah. Ketika Panembahan Yusuf sedang
sakit, saudaranya yang bernama Pangeran Jepara datang ke Banten. Ternyata Pangeran
Jepara yang dididik oleh Ratu Kalinyamat ingin menduduki Kerajaan Banten. Tetapi
mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak menyetujuinya. Mereka
mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana
Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Karena
masih kecil, sehingga yang menjadi wali atau pengganti adalah Mangkubumi. Mangkubumi
menjalankan seluruh aktivitas pemerintahan kerajaan sampai rajanya siap untuk
memerintah. Peristiwa yang menonjol pada masa pemerintahan Maulana Muhammad adalah
peristiwa penyerbuan ke Palembang. Kejadian ini bermula dari hasutan Pangeran Mas yang
ingin menjadi raja di Palembang. Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri. Dan Aria
Pangiri adalah putra dari Sunan Prawoto. (Aria Pangiri tersisih dua kali dari haknya menjadi
raja di Demak, dan terakhir karena ketahuan hendak melepaskan diri dari kuasa Mataram,
Sutawijaya hendak membunuhnya, akan tetapi atas bujukan istrinya hal itu tidak
dilakukannya setelah Aria Pangiri berjanji tidak akan kembali ke daerah Mataram untuk
selamanya. Akhirnya dia menetap di Banten sampai dia meninggal). Penyebabnya Maulana
Muhammad yang masih muda dan penuh semangat untuk memakmurkan Banten dan
mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara dihasutnya (aria pangiri). Dikatakan bahwa
Palembang dulunya adalah daerah kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan Demak,
kemudian membangkang dan melepaskan diri. Disamping itu dikatakan bahwa sebagian
besar rakyatnya masih kafir, sehingga perlulah Banten menyerang ke sana untuk
menyebarkan agama Islam. Maka terjadilah pertempuran hebat di sungai Musi sampai
berhari-hari. Akhirnya pasukan Palembang dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang
hampir berhasil itu, sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang
mengakibatkan kematian beliau. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten pun
kembali tanpa mendapat hasil. Adapun Pangeran Mas, diceritakan bahwa setelah pulang dari
Palembang, dia tidak berani menetap lama di Banten. Rakyat Banten menganggap bahwa
dialah penyebab kematian sultan.
4. Abdul Mufakir
Dia memerintah banten pada usia 5 bulan. Dia merupakan anak dari Maulana Muhammad.
Pada zaman kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting terutama pada akhir
abad ke-16 (Juni 1596) di mana orang- orang Belanda datang untuk pertama kalinya
mendarat di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornellis de Houtman dengan maksud
untuk berdagang. Kemudian di susul Jacob Van Neck, dibantu Van Waerwijk dan Var
Heemskerck. Persaingan tidak sehat yang dilakukan banten terhadap belanda ternyata
menimbulkan kerugian besar akhirnya Belanda mendirikan VOC. Namun sikap yang kasar dari
bangsa Belanda tidak menarik simpati pemerintah dan rakyat Banten sehingga sering terjadi
perselisihan di antara orang-orang Banten dengan orang-orang Belanda. Kesultanan
mengangkat seorang mangkubumi untuk memerintah Banten yaitu Pangeran Arya
Ranamenggala (karena abdul mufakir belum cukup umur). Sultan Abdul Mufakir mulai
berkuasa penuh dari tahun 1624-1643 dengan Ranamenggala sebagai patih dan penasehat
utamanya. Usaha yang dilakukan ranamenggala adalah mengadakan penertiban-penertiban
baik keamanan dalam negeri maupun kebijakan terhadap para pedagang eropa. Pajak
ditingkatkan terutama bagi belanda agar membayar pajak ke banten. Hal ini dimaksudkan
agar orang belanda tidak betah tinggal di banten. Setelah abdul mufakir dewasa, ia
mengembangkan sektor pertanian yang berupa lada, cengkeh, dsb. dalam bidang politik, ia
juga berhasil menjalin hubungan dengan negara lain terutama negara islam. Dia merupakan
penguasa banten yang mendapat gelar dari Mekkah. Ia bersikap tegas terhadap siapa saja
yang memaksakan kehendaknya kepada Banten, misalnya menolak mentah-mentah Belanda
hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten. Akan tetapi, kenyataan selanjutnya
berbeda. Sultan Abdul Mufakir melakukan kerjasama dengan Belanda. Karena ia merasa
Belanda akan memberikan keuntungan kepada Banten. Hubungan antara Belanda dan sultan
ini sangat baik, karena sultan ini bersikap lunak terhadap Belanda. Akan tetapi hubungan baik
ini mulai merenggang setelah kematian Abdul Mufakir.
Seharusnya yang menggantikan abdul mufakir adalah anaknya yaitu Abu Al Muali, tetapi
karena dia meninggal terlebih dahulu sebelum ayahnya. Jadi yang menggantikan Abu Al
Muali adalah anaknya yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa. Ibunya bernama Ratu Marta
Kusuma. Sultan Ageng merupakan seseorang yang taat beragama. Gelarnya dia adalah Sultan
Abu Al Fattah Muhammad Syifa Zainal Arifin atau Pangeran Ratu ing Banten. Pada masa dia,
kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan. Usaha pertama yang dilakukan sultan ageng
adalah memperbaiki hubungan dengan Lampung, Bengkulu dan Cirebon untuk hubungan
pelayaran dan perdagangan. Ia adalah seorang yang ahli strategi perang, kemampuannya
tidak diragukan lagi. Ia juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan keislaman. Pada
masanya, ia membangun sebuah kraton yang diberi nama Kraton Tirtayasa. Alasan sultan
ageng membuat kraton tirtayasa adalah mempermudah dalam mengamati gerak-gerik kapal
yang keluar masuk pelabuhan banten, kraton ini juga di gunakan sebagai tempat tinggal
sultan. Akhirnya sultan ageng pindah ke Tirtayasa dan Kraton Surosowan diserahkan kepada
anaknya yang bernama sultan Haji. Ia berhasil menjalin sistem perdagangan bebas dengan
negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng sangat
memusuhi Belanda, karena bagi dia Belanda menghalang-halangi perkembangan
perdagangan di Banten. Konflik antar Belanda dengan Banten memuncak lagi, bersamaan
dengan konflik tersebut, ia harus mengahdapi penghianatan yang dilakukan oleh putra
kandungnya sendiri yaitu sultan Haji. Penyebab dari penghianatan tersebut karena Sultan
Haji termakan hasutan Belanda yang mengatakan bahwa, Sultan Haji tidak bisa
menggantikan ayahnya sebab masih ada Pangeran Arya Purbaya (Saudara Sultan Haji). Maka
terjadilah persengketaan antara Sultan Haji dan ayahnya yaitu Sultan Ageng Tirtayasa
6. Sultan Haji
Sultan Haji diberi wewenang untuk mengatur semua urusan dalam negeri di Surosowan.
Sedangkan di luar surosowan yang mengatur adalah masih sultan ageng bersama anaknya
yaitu pangeran purbaya. Kepindahan Sultan Ageng ke Tirtayasa, dimanfaatkan oleh belanda
untuk mendekati putra mahkota agar terpengaruh oleh hasutan Belanda. Belanda dapat
mendapat kemudahan sehingga dalam setiap upacara penting di istana belanda selalu
diundang dan turut hadir. Hubungan belanda dan sultan sangat dekat bahkan belanda
merubah semua tingkah laku sultan seperti cara berpakaian, cara makan, dsb. Sehingga gaya
hidupnya lebih condong ke Belanda drpd ke Bangsanya sendiri. Melihat tingkah laku anaknya
yang berubah, sultan Ageng prihatin dan menyuruh guru spiritual anaknya yang bernama
Syekh Yusuf supaya memerintahkan sultan untuk melaksanakan ibadah haji di mekkah.
Dengan kepergian sultan ke mekkah, sultan ageng berharap anaknya akan berubah dan
memiliki sikap kedewasaan untuk kemajuan Banten. Tahun 1674, sultan menunaikan ibadah
Haji bersama rombongannya. Selama sultan bepergian kekuasaan sementara dipegang oleh
adiknya yaitu Pangeran Purbaya. Sultan pergi ke Mekkah selama 2 tahun oleh karena itu ia
lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Bukannya dia berubah sifatnya, justru setelah
pulang dari mekkah dia lebih terpengaruh dengan hasutan Belanda. Oleh karena itu,
terjadilah konflik antara Sultan Ageng dan Sultan Haji. Dalam hal ini Sultan haji didukung oleh
VOC, tetapi VOC mengajukan persyaratan yaitu:
Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam
perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk
daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan
yang bercorak islam di Jawa.
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang sebagai balas jasa atas perjuangan
dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram
kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun
sebagai tempat permukiman baru dan persawahan.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha pembangunannya mendapat berbagai
jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari
wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng
tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki
Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak
mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu. ia
membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan para
penguasa yang menentang kehadirannya.
Pada tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang
Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi
ayahandanya, ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga,
hubungan antara mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara
sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan. Dalam peperangan ini,
kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa pajak yakni hadiwijaya meninggal
dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar
penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan
senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya,
penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan
menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai
madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri
dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-
1599.
B. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja. Artinya
pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja sering
digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan air
muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali
seminggu di alun-alun istana.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang merupakan penghubung
antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta
perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat
administrasi.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar
Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil
membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar
sultan yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan
dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia
dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan gelar
Panembahan. Pada tahun 1624, gelar Panembahan diganti menjadi Susuhunan atau
Sunan. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima pengakuan dari Mekah
sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan Agung Hanyakrakusuma
Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram pun
terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah,
maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada
tahun 1615, kekuatan tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang
sangat strategis untuk menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada
tahun 1616, terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan,
Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh
tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang
sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya
mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram
melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman
seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun
1625.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan
yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan
Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan
mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung
Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan
yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan
Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya, serangan
mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639.
Bagi Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan
di tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem
kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan
upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab Serat
Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat sastra
Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja berisi
tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi harmonis. Selain
menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk menulis sejarah
babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas adalah
dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi
kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah,
masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung
berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi
seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah,
berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan
tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat
babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi
perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak
berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih
banyak digunakan.
Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang telah dilakukan. Satu
yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk wayang dengan tatanan
gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam kebudayaan, dengan
berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap suluk. Misalnya Sulu
Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja majapahit yang
bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti (1612 m) pada masa
mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan mencegah
perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan Sultan
Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat penyebaran
islam.
Kemajuan yang dicapai meliputi kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,
yaitu :
a. Bidang Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan
menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya.
Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islamdi Pulau Jawa ini ada yang dilakukan
dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran
Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini terbukti
dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang
kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.Adapun penyebab
kegagalannya, antara lain:
- Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus
menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
- Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia
menjadi lemah.
- Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang
serba modern.
- Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin
memperlemah kekuatan.
- Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan
Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam
menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
- Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam
menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
- Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.
Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan
Mataram ini diketahui Belanda.
- Akibat penghianatan oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini
diketahui Belanda sebelumnya.
b. Bidang Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal berikut ini:
- Sebagai negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan penduduk
(transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan irigasi yang baik. Dengan usaha
tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke Malaka.
- Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan politik,tetapi
juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak semata-mata tergantung ekonomi
agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
3. Raden Mas Jolang ( Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati
Senapati-ing-Ngalaga Mataram )
- raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
- putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas
Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
- Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu
Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra,
kemudian menikah lagi dengan Dyah Banowati putri Pangeran Benawa raja Pajang. Dyah
Banowati yang kemudian bergelar Ratu Mas Hadi melahirkan Raden Mas Rangsang dan Ratu
Pandansari (kelak menjadi istri Pangeran Pekik). Empat tahun setelah Mas Jolang naik takhta,
ternyata Ratu Tulungayu melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Wuryah alias Adipati
Martapura. Padahal saat itu jabatan adipati anom telah dipegang oleh Mas Rangsang.
- Pada tahun 1610 melanjutkan usaha ayahnya, yaitu menaklukkan Surabaya, musuh terkuat
Mataram. Serangan-serangan yang dilakukannya sampai akhir pemerintahannya tahun 1613
hanya mampu memperlemah perekonomian Surabaya namun tidak mampu menjatuhkan
kota tersebut. Serangan pada tahun 1613 sempat menyebabkan pos-pos VOC di Gresik dan
Jortan ikut terbakar. Sebagai permintaan maaf, Hanyakrawati mengizinkan VOC mendirikan
pos dagang baru di Jepara. Ia juga mencoba menjalin hubungan dengan markas besar VOC di
Ambon.
- meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di Hutan
Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing
Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di
Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas
Jatmika )
- lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul), Kesultanan
Mataram, 1645
- raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
- Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan
Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
- Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi
pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal3 November
1975.
- putra dari pasangan Prabu Hanyakrawati dan Ratu Mas Adi Dyah Banawati.( putri Pangeran
Benawa raja Pajang ( Dyah Banowati ))
- Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara periodik.
- kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut Batavia dengan
VOC
- menyerang Batavia sebanyak 2x.
serangan pertama ( 1628 ) terjadi di benteng Holandia, dipimpin oleh Tumenggung
Bahureksa, dan Pangeran Mandurareja sebanyak 10.000 pasukan akan tetapi gagal.
Kegagalan serangan pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras di
Karawang dan Cirebon. Namun pihak VOC berhasil memusnahkan semuanya. Serangan kedua
( 1629 ) dipimpin Adipati Ukur dan Adipati Juminah Total semua 14.000 orang prajurit.
serangan kedua Sultan Agung berhasil membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang
mengakibatkan timbulnya wabah penyakit kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC
yaitu J.P. Coen meninggal menjadi korban wabah tersebut.