Anda di halaman 1dari 8

HIKAYAT RAJA-RAJA PASAI

A. Pokok materi

Pengertian historiografi, historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan


berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Historiografi
merupakan tahap terakhir dalam kegiatan penelitian untuk penulisan.

“Hikayat Raja-Raja Pasai” merupakan karya sastra yang bersifat sejarah yang tertua dari
zaman Islam nusantara. Dalam naskah diceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi antara
tahun 1250 – 1350 M. Zaman ini adalah masa pemerintahan raja Meurah Siloo yang
kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya dengan Mâlik al-Shâlih. Hikayat ini
merupakan satu-satunya peninggalan sejarah zaman kerajaan Pasai. Menurut perkiraan Dr.
Russel Jones hikayat ini ditulis pada abad ke-14. Hikayat ini mencakup masa dari berdirinya
Kesultanan Samudera Pasai sampai penaklukannya oleh kerajaan Majapahit.

Dimulai dengan teks yang berbunyi: ”alkisah peri menyatakan ceritera raja yang pertama
masuk agama Islam ini Pasa. Maka ada diceriterakan oleh orang yang empunya ceritera ini,
negeri yang di bawah angin ini Pasailah yang membawa iman akan Allah dan akan rasulnya
Allah”. Isi “Hikayat Raja-Raja Pasai” ini menceritakan mengenai unsur-unsur legalisasi
susunan keluarga yang memerintah, menyatakan asal-usul yang sakral keluarga tersebut,
tetapi disamping itu, juga mempunyai fungsi didaktik. Raja yang zalim akan mendapatkan
hukuman, negerinya musnah. Disamping halnya dengan Sultan Malik al- Mansur, yang
merampas gundik abangnya. Demikian pula halnya dengan Sultan Ahmad yang cemburu
terhadap putera-puteranya dan oleh sebab itu membunuh mereka. “Hikayat Raja-Raja Pasai”
memiliki persamaan-persamaan yang mencolok dalam pokok pembicaraan serta susunan
ayatnya dengan “Sejarah Melayu”.

“Hikayat Raja-Raja Pasai” merupakan salah satu sumber tentang cerita masuknya Islam ke
Sumatera. merupakan karya dalam bahasa Melayu yang bercerita tentang kerajaan Islam
pertama di Nusantara, Samudera-Pasai, sekarang terletak di Nanggroe Aceh Darussalam.

Menurut Hikayat yang ditulis setelah 1350 ini, disebutkan bahwa. Khalifah di Mekah
mendengar tentang adanya Samudra dan memutuskan untuk mengirim sebuah kapal ke sana
untuk memenuhi harapan forecasting (peramalan) Nabi Muhammad SAW bahwa suatu hari
nanti akan ada sebuah kota besar di timur yang bernama Samudra, yang akan menghasilkan
orang suci. Kapten kapal itu, Syekh Ismail, singgah dulu di India untuk menjemput seorang
sultan yang telah mengundurkan diri karena ingin menjadi da’i. Penguasa Samudra, Meurah
Siloo (atau Siloo). Di Pasai, ia membuat Meurah Siloo, penguasa setempat masuk Islam.
Meurah Siloo kemudian mengambil gelar Mâlik al-Shâlih yang Wafat pada 698/1297.

Dalam cerita ”Hikayat Raja-Raja Pasai” Meurah Siloo bermimpi bahwa Nabi menampakkan
diri kepadanya, mengalihkan secara gaib pengetahuan tentang Islam kepadanya dengan cara
meludah ke dalam mulutnya, dan memberinya gelar Sultan Mâlik al-Shâlih. Setelah
terbangun, Sultan yang baru ini mendapati bahwa dia dapat membaca Qur’an walaupun
dirinya belum pernah diajar, dan bahwa dia telah dikhitan secara gaib. Dapat dimengerti
bahwa para pengikutnya merasa takjub atas kemampuan sultan mengaji dalam bahasa Arab.
Kemudian kapal dari Mekah tadi tiba. Ketika Syekh Ismail mendengar pengucapan dua
kalimat syahadat Mâlik al-Shâlih, maka dia pun melantiknya menjadi penguasa dengan
tanda-tanda kerajaan dan jubah-jubah kenegaraan dari Mekah. Syekh Ismail terus
mengajarkan dua kalimat Syahadat. Syekh Ismail kemudian meninggalkan Samudra,
sedangkan da’i yang berkebangsaan India tetap tinggal untuk menegakan Islam secara lebih
kokoh di Samudra. Sultan Mâlik al-Shâlih meninggal pada tahun 1297 M. Dibawah
pemerintahan Sultan Muhammad Mâlik al-Zhâhir (1297 – 1326), kerajaan Samudra Pasai
mengeluarkan mata uang emas yang beridentitas ketuhanan. Mata uang tersebut, sampai saat
ini, dianggap sebagai mata uang emas tertua yang pernah di keluarkan oleh sebuah kerajaan
Islam di Asia Tenggara.

B. Berbagai Versi Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai membentang dari pesisir Timur ke Barat, segaris dengan selat
Malaka. Pelabuhan yang selalu ramai merupakan gambaran kemajuan peradaban. Dermaga
yang dipenuhi kapal-kapal besar; orang-orang datang dari benua lain, membawa beragam
budaya dan bahasa. Demikian, Putra Gara menggambarkan Samudra Pasai dalam novelnya
yang berlatar belakang fakta sejarah Kerajaan Samudra Pasai. Pendiri awal kesultanan adalah
Nazimuddin al-Kamil, seorang laksamana laut asal Mesir yang mengembara ke berbagai
pelosok bumi untuk menaklukkan benua demi benua. Ia kemudian mengangkat Mâlik al-
Shâlih sebagai raja Pasai. Para peneliti baru-baru ini menemukan jejak baru Kerajaan
Samudra Pasai. Bukti sejarah Kerajaan Pasai itu terkonsentrasi di empat gampong (desa) di
Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Timur. Tidak hanya itu, baru-baru ini, Warga
kecamatan Geureudong Pase Aceh Utara menemukan sejumlah piring kuno bermotif naga,
bertulisan Cina dan berbagai perlengkapan perang ditemukan di pinggir sungai yang
bermuara ke kawasan kerajaan Pase di kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara. Sebagian
dari permerhati benda kuno mensinyalir piring tersebut asli buatan Cina karena bersifat
tembus cahaya .

Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan itu,
dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan
Persia. Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi
di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan
pusat perkembangan agama Islam. Rentang masa kekuasan Samudera Pasai berlangsung
sekitar 3 abad, dari abad ke-13 hingga 16 M. Dengan wilayah kekuasaan yang mencakup
wilayah Aceh ketika itu.

Ada berbagai versi sehubungan dengan berdirinya dan tentang siapa pendiri Kerajaan
Samudera Pasai ini. Banyak penulis yang menganggap Sultan Mâlik al-Shâlih adalah pendiri
Kerajaan Samudra Pasai. Seperti yang dikutip berikut:

”Malik ul Salih (Malik Al Saleh, Malik al Salih or Malik ul Saleh) established the first
Muslim state of Samudera Pasai in the year 1267.”

”Kesultanan Samudera Pasai, juga dikenal dengan Samudera, Pasai, atau Samudera
Darussalam, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang
lebih di sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Kerajaan ini didirikan oleh Marah
Silu, yang bergelar Malik al-Saleh, pada sekitar tahun 1267 dan berakhir dengan dikuasainya
Pasai oleh Portugis pada tahun 1521. Raja pertama bernama Sultan Malik as-Saleh yang
wafat pada tahun 696 H atau 1297 M[1], kemudian dilanjutkan pemerintahannya oleh Sultan
Malik at-Thahir.”

Masih menurut Gara, munculnya kerajaan Samudra Pasai diawali dengan penyatuan sejumlah
kerajaan kecil di daerah Puerelak, seperti Rimba Jreum dan Seumerlang. Ketika Pasai
didirikan, Nazimudin mengangkat seseorang bernama Meurah Siloo untuk menjadi raja Pasai
pertama, dia diberi gelar Sultan Mâlik al-Shâlih.

Ahli lain mengatakan bahwa Pasai didirikan pada abad ke-11 oleh Meurah Khair. Kerajaan
ini terletak dipesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudra Pasai adalah Meurah Khair. Ia
bergelar Maharaja Mahmud Syah (1042-1078). Pengganti Meurah Khair adalah Maharaja
Mansyur Syah dari tahun 1078-1133. Pengganti Maharaja Mansyur Syah adalah Maharaja
Ghiyasyuddin Syah dari tahun 1133-1155.

Raja Kerajaan Samudra Pasai berikutnya adalah Meurah Noe yang bergelar Maharaja
Nuruddin berkuasa dari tahun1155-1210. Raja ini dikenal juga dengan sebutan Tengku
Samudra atau Sulthan Nazimuddin Al-Kamil. Sultan ini sebenarnya berasal dari Mesir yang
ditugaskan sebagai laksamana untuk merebut pelabuhan di Gujarat. Raja ini tidak memiliki
keturunan sehingga pada saat wafat, kerajaan Samudra Pasai dilanda kekosongan kekuasaan.
Sultan Nazimuddin kemudian mengangkat Meurah Siloo menjadi raja. Meurah Siloo bergelar
Sultan Mâlik al-Shâlih (1285-1297). Meurah Siloo adalah keturunan Raja Peurelak yang
mendirikan dinasti kedua kerajaan Samudra Pasai. Pada masa pemerintahannya, sistem
pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut dan darat sudah terstruktur rapi. Kerajaan
mengalami kemakmuran, terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka. Hubungan Kerajaan
Samudra Pasai dan Peurelak berjalan harmonis. Meurah Siloo memperkokoh hubungan ini
dengan menikahi putri Ganggang Sari, anak Raja Perlak. Meurah Siloo berhasil memperkuat
pengaruh Kerajaan Samudra Pasai di pantai timur Aceh dan berkembang menjadi kerajaan
perdagangan yang kuat di Selat Malaka.

Raja-raja Samudra Pasai selanjutnya adalah Sultan Muhammad Mâlik al-Zhâhir (1297-1326),
Sultan Mahmud Mâlik al-Zhâhir (1326-1345), Sultan Manshur Mâlik al-Zhâhir (1345-1346),
dan Sultan Ahmad Mâlik al-Zhâhir (1346-1383). Raja selanjutnya adalah Sultan Zainal
Abidin (1383-1405). Pada masa pemerintahannya, kekuasaan kerajaan meliputi daerah Kedah
di Semenanjung Malaya. Sultan Zainal Abidin sangat aktif menyebarkan pengaruh Islam
kepulau Jawa dan Sulawesi dengan mengirimkan ahli-ahli dakwah, seperti Maulana Malik
Ibrahim dan Maulana Ishak.

C. Para Sultan Pasai

1. Sultan Mâlik al-Shâlih

Samudra Pasai tidak bisa dipisahkan dari Mâlik al-Shâlih sebagai penguasa. Ia adalah Sultan
I Kerajaan Islam Samudra Pasai adalah Sultan Mâlik al-Shâlih. Beliau adalah salah seorang
keturunan kerajaan itu yang menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan
Samudera pada tahun 1270 Masehi. Ia menikah dengan Ganggang Sari, seorang putri dari
kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan itu, lahirlah dua putranya yang bernama Mâlik al-
Zhâhir dan Malik al-Mansyur. Setelah keduanya beranjak dewasa, Mâlik al-Shâlih
menyerahkan takhta kepada anak sulungnya Mâlik al-Zhâhir. Ia mendirikan kerajaan baru
bernama Pasai. Ketika Mâlik al-Shâlih mangkat pada bulan Ramadhan tahun 696 Hijriah atau
1297 M, Mâlik al-Zhâhir menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai.

2. Sultan Muhammad Mâlik al-Zhâhir

Penerus Mâlik al-Shâlih., Sultan Muhammad Mâlik al-Zhâhir adalah seorang pemimpin yang
sangat mengedepankan hukum Islam. Dibawah kekuasannya Samudera Pasai mencapai
kejayaannya. Di bawah kekuasaannya, Samudera Pasai mencapai kejayaannya. Menurut
catatan Ibnu Batutta (seorang musafir yang ahli hukum Islam), al-Zhâhir merupakan
penguasa yang memiliki gairah belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada
ulama. Dia juga mencatat, pusat studi Islam yang dibangun di lingkungan kerajaan menjadi
tempat diskusi antara ulama dan elite kerajaan. Al-zahir adalah salah satu dari tujuh raja yang
memiliki kelebihan luar biasa. Ketujuh raja yang luar biasa itu antara lain; raja Iraq yang
dinilainya berbudi bahasa; raja Hindustani yang disebutnya sangat ramah; raja Yaman yang
dianggapnya berakhlak mulia; raja Turki dikaguminya karena gagah perkasa;Raja Romawi
yang sangat pemaaf; Raja Melayu Malik al-Zhâhir yang dinilainya berilmu pengetahuan luas
dan mendalam, serta raja Turkistan.

Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan Malik al-Zhâhir
sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir
miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malik al-Zhâhir tidak pernah
bersikap jumawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan
Ibnu Battutah. Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia
langsung duduk di tanah tanpa beralas apa-apa.

Sampai dinasti ke-5, silsilah Sultan Pasai dapat dilihat sebagai berikut :

1. Sultan Mâlik al-Shâlih (1267/1285-1297 M)

2. Sultan Muhammad Mâlik al-Zhâhir (1297-1326 M)

3. Sultan Mahmud Mâlik al-Zhâhir (1326-1345)

4. Sultan Manshur Mâlik al-Zhâhir (1345-1346),

5. Sultan Ahmad Mâlik al-Zhâhir (1346-1383).

6. Sultan Zainal Abidin Mâlik al-Zhâhir (1383-1405 M)


7. Sultan Shalahuddin (1405-1412 M)

D. Kerajaan Samudra Pasai, Masuknya Islam ke Indonesia dan Perannya dalam Persebaran
Islam di Asia Tenggara

Tentang masuknya Islam ke Pasai, “Hikayat Raja-raja Pasai” menyebutkan bahwa,

“Älkisah peri mengatakan cerita yang pertama masuk agama Islam ini Pasai. Maka ada
diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini negeri yang dibawah angin ini Pasailah yang
pertama membawa iman akan Allah dan akan Rasul Allah”.

Sumber informasi ini berasal dari abad ke-15. Sementara itu, sumber informasi dari Dinasti
Yuan menyebutkan, bahwa pada tahun 1282, dua utusan dari Su-mu-ta (Samudra) tiba di
istana Cina. Berita ini oleh De Jong dipakai sebagai dasar menetapkan bahwa Kerajaan Pasai
merupakan suatu kerajaan Islam di Pantai Utara Pulau Sumatera yang telah muncul kira-kira
sebelum pengiriman utusan tersebut.

Sementara itu, Yunus Djamil mengatakan bahwa berdirinya kerajaan Samudra Pasai berawal
dari serangan Sriwijaya ke kerajaan Peurelak. Akibatnya, Islam menjalar keluar Purelak
karena para orang tua, perempuan dan anak-anak diperintahkan untuk mengungsi ke dari
daerah peperangan.

Kronika Melayu Pasê menyebutkan bahwa pentabligh Islam pertama di daerah itu bernama
Syekh Ismail, berasal dari Mekah. Ia berhasil mengislamkan raja Pasê yang ketika itu
berkedudukan di Samudra bersama rakyatnya. Dari daerah Pasê-lah terjadi perluasan Islam
dan menghancurkan kerajaan Hindu Aceh dan berbagai kerajaan kecil.

Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar, pusat perdagangan dan
perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di kerajaan ini juga berkembang suatu
kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu. Inilah yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah ”:Hikayat Raja Pasai” (HRP). Bagian
awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya
perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian
juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Hubungan antara Pasai dengan Malaka dan juga dengan daerah-daerah lain di kawasan Asia
Tenggara telah terjalin sejak adanya hubungan perdagangan Selat Malaka. Agama Islam pun
mulai dianut di beberapa tempat di Asia Tenggara, terutama di Semenanjung Melayu dan di
pesisir utara Pulau Jawa. Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Samudera Pasai
dengan Semenanjung Melayu lambat-laun menyebabkan terbentuknya masyarakat muslim di
sana, antara lain di Trengganu yang dibuktikan oleh temuan batu bersurat dengan huruf Arab
yang berbahasa Melayu. Batu itu bertanggal Jum’at 22 Februari 1303 M.

Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzu/, karya Maulana Abu Ishak.
Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas
permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas menceritakan sekelumit peran yang telah
dimainkan oleh Samudera Pasai dalam posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia
Tenggara pada masa itu.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh


Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

D. Kesimpulan

Kapan sebenarnya Islam pertama kali masuk ke Pasai, belum diketahui secara pasti, apalagi
jika masuknya Islam itu didasarkan kepada mulai adanya masyarakat Islam di sana. Bila
kriteria yang dipakai didasarkan pada terbentuknya sistem politik, berupa lembaga kerajaan
yang bercorak Islam, dapat dikatakan bahwa Kerajaan Islam Pasai terbentuk pada abad ke-13.

Peninggalan arkeologis menunjukan bahwa raja pertama, yang disebut dalam tradisi seperti
yang terdapat dalam Hikayat Raja-raja Pasai bernama Meurah Siloo atau Sultan Mâlik al-
Shâlih, ia disebut sebagai Raja Islam pertama di Kerajaan Pasai itu. Sejarah Malayu
menyebutkan bahwa Malikus Saleh Raja Pasai itu, yang sebelum memeluk agama Islam
bernama Merah Silu, memakai nama Malikus Saleh setelah ia menjadi penganut Agama
Islam. Ia menikahi putri Perlak dan memperoleh dua orang putra, yakni, Mâlik al-Zhâhir dan
Malik Al-Mansur.

Peranan penting yang dimainkan Pasai dalam penyebaran Islam ke seluruh Nusantara
dimungkinkan karena hubungan itu berkaitan erat dengan kegiatan perdagangan yang
didalamnya juga terdapat kegiatan para pedagang yang sekaligus bertindak sebagai
pendakwah. Pasai yang terkait dengan kegiatan perdagangan dengan berbagai kerajaan lain di
kawasan ini, dengan mudah menggunakan jaringan itu untuk tujuan pengembangan agama
Islam.

Pada pusat pemerintahan di Pasai, kegiatan keagamaan cukup semarak, hal ini terutama dapat
diperlihatkan kehidupan keagamaan di istana. Contoh konkrit tentang hal ini ialah pada masa
pemerintahan Mâlik al-Zhâhir, Ibnu Batulah menyebutkan kunjungannya ke sana pada tahun
1345 dan Sultan yang memerintah ialah Sultan Mâlik al-Zhâhir, seorang raja yang taat
kepada ajaran Nabi Muhammad SAW dan baginda senantiasa dikelilingi oleh para ahli
agama teologi Islam. Ditinjau dari sudut perkembangan agama Islam, Pasai dapat kita
katakan sebagai pusat penyiaran agama Islam di Nusantara dan kawasan Asia Tenggara.

Seiring perkembangan zaman, Samudera mengalami kemunduran, hingga ditaklukkan oleh


Majapahit sekitar tahun 1360 M. Pada tahun 1524 M ditaklukkan oleh kerajaan Aceh.

E. Saran

Kami harap bagi pembaca bila menemukan kekeliruan atau kata yang mempunyai makna
menyinggung ataupun salah dalam penerapan dalam kehidupan pembaca atau bertentangan
maka kami mohon maaf, karena ini membuat makalah ini hanya ciptaan yang mungkin masih
memiliki kekurangan

F. Motivasi pembelajaran sejarah

Motivasi mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seorang dalam belajar. Motivasi yang
tinggi memudahkan siswa memahami kandungan nilai-nilai kebangkitan nasional dan dapat
menjadi sarana dalam meningkatkan wawasan kebangsaan maka perlu ditransformasikan
kepada para siswa melalui proses pembelajaran mata pelajaran sejarah. Sejalan dengan itu
bahwa mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses
di mana masa lampau, masa kin,i dan masa depan. Melatih daya kritis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
metodologi keilmuan. Dan menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses
terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga
masa kini dan masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai