Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Pokok pikiran
A. Pengertian historiografi
Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan
berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk
penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahap terakhir dari
kegiatan penelitian untuk penulisan sejarah menulis kisah
sejarah tidak hanya sekedar menyusun dan merangkai fakta-
fakta hasil penelitian tetapi juga menyampaikan suatu pikiran
melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian.
Historiografi merupakan rekaman tentang segala sesuatu yang
dicatat sebagai bahan pelajaran tentang perilaku yang baik.
B. Babad tanah Jawa
Babad Tanah Jawi (bahasa Jawa: ꦧꦧꦢ꧀ꦠꦤꦃꦗꦮꦶ, bahasa
Indonesia: Sejarah Tanah Jawa) adalah sebuah sastra berbentuk
tembang macapat berbahasa Jawa, yang berisi mengenai
sejarah pulau Jawa.
Babad Tanah Jawi merupakan karya ensiklopedik yang dimulai dari
Adam maupun Dewa-Dewa Hindu, menceritakan masa pra-Islam
yang legendaris dalam sejarah Jawa, dan mencapai puncaknya
pada abad XVII atau XVIII.” (M.C. Ricklefs, dalam Sejarah Indonesia
Modern) “Babad Tanah Jawi menuturkan peristiwa-peristiwa
berdarah dalam sejarah Jawa prakolonial dengan bahasa yang
lugas dan apa adanya.” (Ben Anderson, dalam Kuasa Kata) Jawa
menyimpan misteri sejarah yang sangat dramatis dan mencekam.
Namun tidak banyak jejak yang terekam dalam catatan tertulis.
Babad Tanah Jawi merupakan satu dari sangat sedikit penuturan
sejarah Jawa yang bisa terdokumentasikan. Teks asli Babad Tanah
Jawi memuat silsilah raja-raja Jawa sejak Nabi Adam, dewa-dewa
dalam agama Hindu, kisah Mahabharata, cerita Panji di masa
Kediri, era Kerajaan Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang hingga
Mataram, dan berakhir pada masa Kartasura. Sebuah era ketika
Jawa dirongrong oleh Perang Takhta, dan Mataram mulai
terpecah belah menjadi Yogyakarta dan Surakarta. Hanya ada dua
versi Babad Tanah Jawi yang dianggap orisinal dan berbobot oleh
para sejarawan; versi Meinsma (terbit 1874) dan W.L. Olthof
(terbit 1941). Menurut sejarawan M.C. Ricklefs,
“Babad Tanah Jawi versi Meinsma bukan sumber primer yang bisa
diterima untuk riset historis.... Acuan-acuan selalu pada edisi dan
terjemahan W.L. Olthof” (Yogyakarta di Bawah Sultan
Mangkubumi, 1749-1792). Jadi bandingkan berbagai versi yang
banyak beredar, Babad Tanah Jawi versi W.L. Olthof ini telah
mendapat pengakuan sejarawan terkemuka sebagai versi yang
paling otoritatif dan berbobot.
Babad Tanah Jawi telah menyedot perhatian banyak ahli sejarah.
Antara lain, H. J. de Graaf. Menurutnya, apa yang tertulis di Babad
Tanah Jawi dapat dipercaya, khususnya peristiwa sejarah abad ke-
16 sampai pada abad ke-18. Namun, untuk sejarah di luar era itu,
de Graaf tidak menyebutnya sebagai data sejarah karena sarat
dengan campuran mitologi, kosmologi, dan dongeng. Menjelang
Perang Dunia II, Balai Pustaka juga menerbitkan berpuluh-puluh
jilid Babad Tanah Jawi dalam bentuk aslinya. Asli sesungguhnya
karena dalam bentuk tembang dan tulisan Jawa.
Pada era Jawa kuno terdapat beberapa kerajaan yang berdiri
yaitu:
1.kerajaan Kediri
Raja yang berkuasa antar lain:
1.Prabu gendarayana
2. Prabu jayapurusa
3.Prabu sariwahana
4. Prabu Batara aji jaya dan lainnya hingga prabu aji pamasa
2. Kerajaan Panggih
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Prabu Pancadriya
2. Prabu Anglingdriya
3. Prabu Darmamaya
3. Kerajaan Janggala
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Lembu Amiluhur
2. Raden Panji
3. Kuda Laleyan
4. Prabu Banjaransari
5. Prabu Mundingsari
6. Prabu Sri Pamekas
4. Kerajaan Majapahit
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Raden Sesuruh
2. Raden Anom
3. Raden Adaningkung
4. Raden Hayam Wuruk
5. Raden Lembu Amisani
6. Raden Bratanjung
7. Raden Alit atau Prabu Brawijaya
Pada Era Jawa Pertengahan
Berapa kerajaan yang berdiri dalam tanah Jawa, antara lain:
1.Kerajaan Demak
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Raden Patah (1478 – 1518)
2. Pati Unus (1518 – 1521)
3. Trenggana (1521 – 1546)
4. Sunan Prawata (1546 – 1547)
5. Arya Panangsang (1547 – 1554)
2. Kerajaan Pajang
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Tingkir, bergelar Adiwijaya (1568 – 1582)
2. Arya Pangiri, bergelar Awantipura (1583 – 1586)
3. Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijaya (1586 – 1587)
3.Kerajaan Mataram
Raja yang berkuasa antara lain:
1. Senapati / R. Ng. Saloring Pasar (1586 – 1601)
2. Anyakrawati / Sunan Krapyak (1601 – 1613)
3. Anykrakusuma / Sultan Agung (1613 – 1645)
4. Amangkurat I / Sunan Tegalarum (1645 – 1677)
5. Amangkurat II / Sunan Amral (1680 – 1702)
6. Amangkurat III / Sunan Mas (1702 – 1705)
7. Pakubuwana I / Sunan Ngalaga (1705 – 1719)
8. Amangkurat IV / Sunan Jawi (1719 – 1726)
9. Pakubuwana II / Sunan Kumbul (1726 – 1742)
10. Pakubuwana V / Sunan Kuning (1742 – 1743)
Era Jawa Baru
Perjanjian Giyanti membagi wangsa Mataram menjadi dua
kekuasaan, kepada Pakubuwana di Surakarta dan Hamengkubuwana
di Yogyakarta. Sedangkan Perjanjian Salatiga membagi kekuasaan
baru dari Pakubuwana, yaitu Mangkunagara.
1. Kesunanan Surakarta
Raja-raja yang berkuasa antara lain:
1. Pakubuwana II / Sunan Kumbul (1745 – 1749)
2. Pakubuwana III (1749 – 1788), mengakui kedaulatan
Hamengkubuwana I sebagai penguasa setengah wilayah
kerajaannya.
3. Pakubuwana IV / Sunan Bagus (1788 – 1820)
4. Pakubuwana V / Sunan Sugih (1820 – 1823)
5. Pakubuwana VI / Sunan Bangun Tapa (1823 – 1830)
6. Pakubuwana VII (1830 – 1858)
7. Pakubuwana VIII (1859 – 1861)
8. Pakubuwana IX (1861 – 1893)
9. Pakubuwana X (1893 – 1939)
10. Pakubuwana XI (1939 – 1944)
11. Pakubuwana XII (1944 – 2004)
12. Pakubuwana XIII (2004 – sekarang)
2. Kasustraan Yogyakarta
Raja-raja yang berkuasa pada masa itu yaitu:
1. Hamengkubuwana I / Pangeran Mangkubumi (13 Februari 1755
– 24 Maret 1792)
2. Hamengkubuwana II / Sultan Sepuh (2 April 1792 – 1810)
periode pertama
3. Hamengkubuwana III (1810 - 1811) periode pertama
4. Hamengkubuwana IV / Sultan Besiyar (9 November 1814 – 6
Desember 1823)
5. Hamengkubuwana V (19 Desember 1823 – 17 Agustus 1826)
periode pertama
6. Hamengkubuwana VI (5 Juli 1855 – 20 Juli 1877)
7. Hamengkubuwana VII / Sultan Sugih (22 Desember 1877 – 29
Januari 1921)
8. Hamengkubuwono VIII
9. Hamengkubuwono IX
10. Hamengkubuwono X
3.kadipaten Mangkunegaran
Raja yang berkuasa dimulai dari raja Mangkunegaran I/ pengeran
sumbernyawa pada tahun 1757-1795 sampai yang terakhir raja
mengkunegara IX yang berkuasa pada tahun 1987-2021
C. Kesimpulan
Bahwa babad tanah Jawa adalah sebuah karya sastra
berbentuk tembang dalam bahasa Jawa yang berisi tentang
sejarah tanah jawa. Kitab ini menceritakan tentang sejarah
pulau jawa di era Hindu Budha hingga Mataram Islam, sekaligus
juga yang menjadi penguasa kerajaan itu, selain itu babad
tanah Jawa juga memuat sedikit tentang nabi Adam dan nabi
lainnya. Penulis babad tanah Jawa dilakukan 2 kali penulisan
yang pertama ditulis versi meinsma (terbit pada tahun
1874)dan versi W.L.Olthof (terbit pada tahun 1941). Tepatnya
babad tanah Jawa menceritakan sejarah tanah Jawa dari abad
ke 12 sampai abad ke 18.
D. Saran
Tentunya terhadap penulisan, penulis sudah menyadari dalam
menyusun makalah ini masih banyak kesalahan serta jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu pihak penulis meminta maaf
apabila pembaca menemukan kekeliruan atau kata atau kata
yang mempunyai makna menyinggung. Dan kami berharap agar
pembaca memberikan kritik dan saran yang dapat membangun
penulis untuk memperbaiki makalah ini
E. Motivasi
Sejarah adalah guru kehidupan, sehingga sejarah dan manusia
tidak dapat dipisah, keduanya akan terus berkembang secara
beriringan mulai dari dari kehidupan yang paling sederhana
sampai tingkat modern.
Oleh kerena itu kita sebagai siswa perlu mempelajari karena
sejarah adalah ilmu yang mengandung segala sesuatu termasuk
perkembangan suatu hal dari waktu ke waktu hingga terbentuk
identitas seperti ini.
Selain itu sejarah mengajarkan manusia tentang ilmu yang
terpendam di dunia yang dapat menjadi guru kehidupan kita,
karena
“Tidak ada yang baru dunia ini kecuali sejarah yang tidak kamu
ketahui “

Anda mungkin juga menyukai